1

loading...

Senin, 11 Februari 2019

MAKALAH PATOLOGI KESEHATAN


BAB I
PENDAHULUAN
    1.      PENGANTAR PATOLOGI
Patologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penyakit, dimana meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada penyakit dari tingkat molekuler sampai dengan pengaruhnya pada setiap individu. Patologi membahas penyakit dari segala segi meliputi ; sebab penyakit, sifat, perjalanan penyakit, perubahan anatomi dan fungsional yang disebabkan penyakit tersebut. Patologi mempunyai tujuan utama untuk mengidentifikasi sebab suatu penyakit, yang akhirnya akan memberikan petunjuk dasar pada program pengelolaan dan pencegahan penyakit tersebut. Selain Patologi juga dikenal istilah Patofisiologi, yaitu bagian dari ilmu Patologi yang mempelajari gangguan fungsi yang terjadi pada organisme yang sakit, yaitu meliputi asal penyakit, permulaan dan perjalanan penyakit serta akibat yang ditimbulkannya.
     2.      SEJARAH PATOLOGI
Ilmu patologi, dan kedokteran pada umumnya mengalami kemajuan pesat dengan digunakannya mikroskop cahaya untuk mempelajari jaringan yang sakit yang dimulai sekitar tahun 1800. Dengan mikroskop dapat memperlihatkan adanya mikroorganisme di sekitar manusia, diamana hal ini memberi kontribusi yang besar terhadap asumsi sebelumnya sehingga menyangkal teori penyakit yang timbul secara spontan melainkan beberapa disebabkan oleh mikroorganisme patologis berupa bakteri, parasit, dan jamur.
Rudolf Virchow (1821-1902), seorang ahli patologi Jerman    mengungkapkan bahwa sel merupakan unsur terkecil yang membentuk tubuh manusia. Virchow juga mempelajari perubahan-perubahan morfologi mikroskopis sel-sel pada jaringan yang sakit dan dikaikan dengan keadaan klinik penderita, karenanya era mikroskop cahaya ini juga dikenal dengan era patologi seluler.
Perkembangan teknologi mikroskop berkembang lagi dengan ditemukannya mikroskop elektron, dimana dengan alat ini tidak hanya bisa melihat sel sebagai bagian terkecil dari unsur yang membentuk tubuh manusia, namun alat ini bisa melihat sampai dengan tingkat molekuler, yang dapat menjelaskan proses-proses secara terperinci dari fenomena perubahan-perubahan molekul-molekul penyusun masa tubuh secara morfologi dan kimiawi. Era ini dikenal dengan era patologi molekuler.
     3.      RUANG LINGKUP PATOLOGI
      1)      Secara aplikasi kelimuan tersebut Patologi dibagi menjadi dua ; Patologi Klinis dan Patologi Eksperimental. 
a)      Patologi klinis
Patologi klinis adalah ilmu patologi yang lebih menekankan pada tingkat penyakitnya sendiri , mempelajari lebih mendalam tentang sebab, mekanisme, dan pengaruh penyakit terhadap organ / sistem organ tubuh manusia. Ilmu Patologi Klinis memberikan kontribusi besar terhadap kedokteran klinis yaitu bidang keilmuan yang melakukan pendekatan terhadap sakitnya penderita, meliputi :pemeriksaan / penemuan klinik, diagnosis dan pengelolaan penyakit. Jadi dua disiplin ilmu tersebut tidak bisa lepas, kedokteran klinik tidak bisa dipraktekkan bila tanpa patologi, demikian juga patologi tidak berarti apapun bila tidak memberikan keuntungan di tingkat klinik.
b)      Patologi Eksperimental
Patologi eksperimental merupakan suatu bidang ilmu patologi yang melakukan pengamatan atau observasi pengaruh perlakuan / manipulasi terhadap suatu sistem di laboratorium (invitro). Biasanya digunakan binatang percobaan ataupun kultur sel sebagai bahan uji. Kultur / pembiakan sel merupakan temuan menguntungkan dalam perkembangan patologi eksperimental, karena selain menghindari binatang sebagai bahan uji juga memberikan hasil mendekati keadaan sebenarnya, namun demikian uji laborat (invitro) tidak bisa membuat lingkungan fisiologis seperti dalam tubuh manusia (in vivo).
       2)      Pembagian Patologi
Ø  Histopatologi      : menemukan dan mendiagnosa penyakit dari hasil pemeriksaan jaringan.
Ø  Sitopatologi        : menemukan dan mendiagnosis penyakit dari hasil pemeriksaan sel tubuh yang dapat diambil.
Ø  Hematologi          :  mempelajari kelainan seluler dan berbagai komponen pembekuan darah.
Ø  Mikrobiologi        : mempelajari penyakit infeksi dan organisme yang bertanggungjawab terhadap penyakit tersebut.
Ø  Imunologi            : mempelajari mekanisme pertahanan yang spesifik  dari tubuh manusia.
Ø  Patologi kimiawi : mempelajari dan mendiagnosis suatu penyakit dari    hasil pemeriksaan perubahan kimiawi jaringan dan cairan.
Ø  Genetik                : mempelajari kelainan-kelainan kromosom dan gen
Ø  Toksikologi           : mempelajari pengaruh racun yang diketahui atau yang dicurigai.
Ø  Patologi forensic  : aplikasi patologi untuk tujuan yang legal     misalnya: menemukan sebab kematian pada kondisi yang tertentu.
     3)      Macam patologi
a.    Patologi Umum
        Pembagian ilmu patologi yang cakupan keilmuannya meliputi  mekanisme dan  karakteristik proses suatu penyakit (kelainankongenital, radang, tumor, degenerasi, dsb)
b.    PatologiSistematik
Pembagian ilmu patologi yang menekankan pada pengaruh penyakit tertentu terhadap organ / sistem organ (kanker,paru,radang,usus,dsb) Patologi Sistemik merupakan karakteristik suatu penyakit yang menyebar secara sistemik keseluruh tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
      A.    PENGERTIAN PENYAKIT
Penyakit adalah kegagalan organisme untuk beradaptasi atau mempertahankan homeostasis. Penyakit merupakan proses fisiologik yang mengalami penyimpangan. Penyimpangan fisiologik dapat disebabkan oleh banyak faktor: agent, hipersensitivitas (alergi), genetik.
  
     B.     BENIH PENYAKIT 
    Ø  Agent: bakteri, virus, protozoa, jamur
    Ø  Mekanisme adaptif tubuh sendiri:
       1)      Lekosit: fungsi fagositosis untuk agent, juga untuk cedera jaringan
       2)      Imunitas penting untuk pertahanan, juga dapat menyebabkan alergi (hipersensitivitas)
       3)      Proliferasi sel penting untuk penyembuhan sel, juga menyebabkan penyakit kanker.

    C.    KARAKTERISTIK PENYAKIT
           a. Etiologi(sebab)
1.    Etiologi suatu penyakit adalah penyebabnya sendiri, inisiator serangkaian peristiwa yang menyebabkan sakitnya penderita. 
2.    Penyakit disebabkan oleh berbagai interaksi antara host, misal: genetic dengan factor  lingkungan. 
3.    Lingkungan yang menyebabkan terjadinya penyakit disebut patogen. 
4.    Bakteri yang menyebabkan penyakit adalah bakteri patogen, sedang bakteri yang tidak menyebabkan penyakit disebut non patogen.
5.    Secara umum agen penyebab sakit adalah :
a)    Kelainan genetic
b)   Agen infeksi misal : bakteri, virus, parasit danjamur
c)    Bahan kimia
d)   Radiasi
e)    Trauma mekanik
6.    Pada keadaan dimana penyebab sakit tidak terlihat jelas, misalnya primer, tidak diketahui (idiopatik), esensial, spontan atau kriptogenik (misalnya, hipertensi esensial, pneumothorak spontan, sirhosis kriptogenik).
b. Patogenesis(mekanisme)
Patogenesis penyakit merupakan suatu mekanisme yang menghasilkan tanda dan gejala klinis maupun patologis (Patologi umum dan sistematis J.C.E Underwood).Yang termasuk dalam patogenesis penyakit:
Ø Proses radang => suatu respon terhadap berbagai mikroorganisme dan berbagai jenis bahan yang merugikan menyebabkan kerusakan jaringan
Ø Degenerasi => kemunduran sel atau jaringan yang merupakan respon atau kegagalan dari penyesuaian terhadap berbagai agen
Ø  Karsinogenesis => mekanisme dimana bahan karsinogen menyebabkan terjadinya kanker
Ø Reaksi imun =>suatu efek/reaksi system imun tubuh yang tidak diinginkan.
c. Manifestasi bentuk dan fungsi
1.    Kelainan bentuk
                        Lesi-lesi yang mengisi ruang, menghancurkan, memindahkan atau menekan jaringan sehat didekatnya (misal tumor)  Penimbunan yang berlebihan atau materi abnormal dalam organ (misal amiloid) Letak jaringan yang abnormal akibat invasi, metastasis atau pertumbuhan yang abnormal. Hilangnya jaringan sehat dari permukaan (misal ulserasi) atau dari dalam organ solid (misal infark).Obstruksi aliran normal dalam saluran (misal asma, oklusi vaskuler. Ruptur dari ruang viskus (misal anuerisma, perforasi usus.
2.           Kelainan fungsi
            Sekresi berlebihan dari produksi sel (misal mucus hidung pada influenza, hormone dengan efek yang jauh). Sekresi yang tidak mencukupi dari produk sel (misal tidak adanya insulin dalam DM) Gangguan konduksi saraf.
d. Manifestasi penyakit

Stadium klinis dimana si penderita masih berfungsi secara normal walaupun proses penyakit sudah ditemukan.  Bila proses biologis terganggu, maka penderita mulai secara subyektif merasa ada sesuatu yang tidak beres. Perasaan subyektif ini disebut gejala penyakit.Secara obyektif menyangkut penyimpangan yang dapat diidentifikasikan maka disebut tanda penyakit. Suatu perubahan struktur yang timbul dalam suatu penyakit disebut Lesi. Akibat suatu penyakit disebut Sequel. Komplikasi penyakit adalah suatu proses batu atau proses terpisah yang dapat timbul sekunder karena beberapa perubahan yang dihasilkan oleh keadaan aslinya.
e. Faktor ekstrinsik dan intrinsic penyakit

Faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan penyakit manusia dapat berupa agen yang menular, trauma mekanis, zat-zat kimia yang beracun, radiasi, suhu yang ekstrem, masalah gizi dan ketegangan psikologis. Umur, jenis kelamin, kelainan-kelainan yang didapat dalam penyakit sebelumnya, keadaan genetic merupakan factor intrinsic penyakit.
f. Prognosis (keluaran)

Prognosis merupakan perkiraan terhadap apa yang diketahui atau terhadap perjalanan suatu penyakit, sebagai kemungkinan yang akan dihadapi oleh penderita.

   D.    PRINSIP-PRINSIP KLASIFIKASI PENYAKIT
Penyakit congenital (kelainan genetic/kromosom dan malformasi)
Ø  Penyakit radang Merupakan respon fisiologik jaringan yang hidup terhadap rangsang yang merugikan.
Ø  Darah
Ø  Gangguan pertumbuhan Merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang abnormal
Rudapaksa
ü  Rudapaksa atau trauma dapat langsung menyebabkan penyakit, kelainan yang terjadi tergantung dari sifat dan besarnya rudapaksa.  Mekanisme perbaikan kurang efektif pada usila, malnutrisi, mobilitas tinggi, benda asing dan infeksi.
ü  Gangguan metabolic dan degeneratif kelainan congenital (kesalahan metabolisme waktu lahir) dan diturunkan melalui gen yang rusak dari ortunya. Gangguan metabolic yang didapat misalnya DM, Gout. Gangguan degeneratif ditandai dengan hilangnya struktur dan fungsi jaringan.

    E.     IDENTIFIKASI DAN PENYEBAB
Identifikasi sebab-sebab penyakit Penyakit dapat disebabkan oleh factor genetic, multifactor (genetic dan lingkungan), factor lingkungan.  
Hubungan sebab suatu penyakit merupakan pertanda dari resiko untuk berkembangnya penyakit, tetapi bukan merupakan sebab actual penyakit tersebut. Misal : kanker paru lebih sering ditemukan pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok, 

    F.      FAKTOR – FAKTOR PENYAKIT
a)    Faktor Ekstrinsik Penyakit
Beberapa penyebab penting dari penyakit pada manusia adalah agen infeksi, trauma mekanis, bahan kimia beracun, radiasi, suhu yang ekstrim, masalah gizi dan stres psikologik. Walaupun faktor ekstrinsik ini merupakan pe­nyebab penting dari kesengsaraan manusia, tetapi pandangan tentang penyakit yang hanya memperhitungkan faktor-faktor ini tidaklah leng­kap. Karena penyakit sesungguhnya merupakan bagian dari hidup individu yang sakit, karena itu harus juga dipertimbangkan mekanisme respon intrinsik dari individu tersebut dan semua proses biologis yang terpengaruh oleh agen ekstrinsik tertentu.
b)   Faktor Instrinsik Penyakit
Banyak sitat dan individu yang merupakan faktor intrinsik penyakit, karena sifat-sifat ter­sebut mempunyai dampak yang penting pada perubahan berbagai keadaan pada individu. Umur, jenis kelamin, dan kelainan-kelainan yang didapatkan dari perjalanan penyakit sebelumnya adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam patogenesis penyakit. Di atas segalanya, keadaan genetik atau genom individu juga meru­pakan bagian esensial dari penyebab penyakit. Hal ini benar, sebab sifat anatomik hospes, ber­bagai macam mekanisme fisiologis kehidupan sehari-hari, dan cara memberikan respons ter­hadap cedera semuanya ditentukan oleh infor­masi genetik yang terkumpul pada saat konsepsi. Dalam mempelajari sifat biologi penyakit, maka faktor keturunan dan lingkungan selalu harus diperhatikan.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit yang ada dalam tubuh manusia dan ada karakteristik untuk pemeriksaan penyakit dan proses bagaimana penyakit bisa menyerang manusia karena banyak faktor juga yang mempengaruhinya baik faktor dari luar maupun dalam.
DAFTAR PUSTAKA

http://abram G.D. konsep umun penyakit, patofisiologi, konsep kklinis proses penyakit, edisi 4 penerbit buku kedokteran, 1995.html

http://uderwood J.C.E Karakteristik, Klasifikasi dan insiden Penyakit , patologi umum dan sistemik, edisi 2 penerbit buku kedokteran 1999.html


Jumat, 08 Februari 2019

MAKALAH KESEHATAN MENTAL


MAKALAH KESEHATAN MENTAL 
BAB I
PENDAHULUAN
1.  Latar Belakang
Kesehatan mental telah lama menjadi perhatian umat manusia. Jauh sebelum kaum akademisi berusaha meneliti dan menangani problem kesehatan mental, masyarakat awam sudah melakukan usaha-usaha penanganannya sejalan dengan kemampuan mereka. Kesehatan mental itu memang bukan masalah yang baru karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Kesehatan fisik maupun kesehatan mental sama-sama penting diperhatikan.Tiadanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan mental di masyarakat ini menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan secara keseluruhan. Hanya saja karena faktor keadaan, dalam banyak hal kesehatan secara fisik lebih dikedepankan dibandingkan kesehatan mental. Mengingat pentingnya persoalan kesehatan mental ini, banyak bidang ilmu khususnya yang mempelajari persoalan perilaku manusia. Berbagai bidang ilmu yang memberi porsi tersendiri bagi studi kesehatan mental diantaranya dunia kedokteran, pendidikan, psikologi, studi agama, dan kesejahteraan sosial. Kesehatan mental disadari telah memiliki kontribusi bagi pengembangan dan penerapan bidang ilmu yang dipelajari. Hal ini karena manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek kesehatan mental. Menurut Daradjat (2001: 9) kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam berfikir. Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain: keadaan ekonomi, budaya, dan kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan. Dalam mempelajari kesehatan mental terdapat penyesuaian diri antara diri sendiri dengan diri nya sendiri, maupun diri sendiri dengan orang lain ataupun lingkungan.

2. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari kesehatan mental?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental?
3.      Apa saja pengaruh kesehatan mental terhadap perasaan?
4.      Apa saja kategori penggolongan kesehatan mental?
5.      Apa saja terapi gangguan jiwa atau mental?
6.      Apa saja peranan pendidikan agama terhadap kesehatan mental?
3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari kesehatan mental.
2.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental.
3.      Mengetahui pengaruh dari kesehatan mental terhadap perasaan.
4.      Mengetahui kategori atau penggolongan kesehatan mental.
5.      Mengetahui terapi-terapi gangguan jiwa atau mental.
6.      Mengetahui peranan dari pendidikan agama terhadap kesehatan mental.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesehatan Mental
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psychedalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Kesehatan mental merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Sedangkan yang dimaksud Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (penyebab terjadinya stres). Orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Noto Soedirdjo, menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap Stressor berbeda-beda karena faktor genetik, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.
Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian:
1.      Terhindarnya seseorang dari gejala jiwa (neurose) dan gejala penyakit jiwa (psychose)
2.      Adanya kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat atau lingkungannya
3.      Pengetahuan dan perbuatan seseorang untuk mengembangkan potensi bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin sehingga menyebabkan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
4.      Terwujudnya keharmonisan dalam fungsi jiwa serta terciptanya kemampuan untuk menghadapi permasalahan sehari-hari sehingga merasakan kebahagiaan dan kepuasan hati.
Jadi kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek psikologis yang dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar individu mampu melakukan kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara individual, kelompok maupun masyarakat luas sehingga sehat baik secara mental maupun secara sosial.
2.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
2.2.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu, pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
2.2.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya. Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor eksternal yang buruk / tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat.
Selanjutnya selain kedua faktor tersebut yang dapat mempengaruhi kesehatan mental, juga dapat dipengaruhi oleh aspek psikis manusia. Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk melihat jiwa manusia.
Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, antara lain:
2.2.3 Pengalaman Awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah merupakan bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
2.2.4 Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi segenap kemampuan bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak.
Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental, disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.
2.3 Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Perasaan
Berikut ini akan di uraikan tiap-tiap persoalan (perasaan) dengan contoh-contohnya :
1.      Rasa Cemas
Adanya perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa sebab yang menyebabkan timbulnya perasaan gelisah pada diri seseorang. Misalnya, perasaan seorang ibu yang gelisah karena anaknya terlambat pulang, berbagai pikiran berkecamuk dalam dirinya, ia merasa khawatir bila anaknya mendapat kecelakaan, diculik orang, dan sebagainya. Karena itu, sebaliknya berusaha mengatasi kegelisahan itu dengan mencari cara pemecahannya.
2.      Iri Hati
Perasaan iri hati sering terjadi dalam diri seseorang, namun sebenarnya perasaan ini bukan karena adanya kedengkian dalam dirinya melainkan karena ia sendiri tidak merasakan bahagia dalam hidupnya. Sebagai contoh adalah seorang ibu yang masih muda, cantik dan kaya, merasa iri kepada suaminya karena anak-anaknya lebih dekat kepadanya. Ia juga merasa bahwa suaminya tidak mengindahkan perasaannya. Hal ini menyebabkan terjadinya pertengkaran dan perselisihan anatara mereka karena kecurigaan istri kepada suaminya.
3.      Rasa Sedih
Rasa sedih ini terkadang berpangkal dari hal-hal yang kecil yang terjadi karena kesehatan mental yang terganggu, bukan karena penyebab kesedihannya secara langsung.
4.      Rasa Rendah Diri dan Hilangnya Kepercayaan Diri
Rasa rendah diri menyebabkan seseorang menjadi mudah tersinggung sehingga menyebabkan orang yang bersangkutan tidak mau bergaul karena merasa dikucilkan. Ia tidak mau mengemukakan pendapat dan tidak memiliki inisiatif. Lama kelamaan kepercayaan dirinya akan hilang bahkan ia mulai tidak mempercayai orang lain. Ia menjadi mudah marah atau sedih hati, menjadi apatis dan pesimis.
5.      Pemarah
Seseorang yang sering marah-marah tanpa sebab biasanya mengalami gangguan kesehatan mental. Pada dasarnya, marah merupakan ungkapan kekecewaan, atau ketidakpuasan hati.
2.4 Kategori atau Penggolongan Kesehatan Mental
1. Gangguan Somatofarm
Gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organik dan faktor-faktor psikologis.
2.  Gangguan Disosiatif
Perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas yang disebabkan oleh masalah emosional.
3.  Gangguan Psikoseksual
Termasuk masalah identitas seksual (impotent, ejakulasi, pramatang, frigiditas) dan tujuan seksual.
4.  Kondisi yang Tidak dicantumkan Sebagai Gangguan Jiwa.
Mencakup banyak masalah yang dihadapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti perkawinan, kesulitan orang tua, perlakuan kejam pada anak.
5. Gangguan Kepribadian
Pola prilaku maladaptik yang sudah menahun yang merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi stres atau pemecahan masalah.
6. Gangguan yang Terlihat Sejak Bayi, Masa Kanak-Kanak atau Remaja.
Meliputi keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada kanak-kanak, gangguan dalam hal makan.
7. Gangguan Jiwa Organik
Terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan luka pada otak atau keabnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan lain-lain.
8. Gangguan Penggunaan Zat-Zat
Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius, anfetamin, kokain, dan obat-obatan yang mengubah prilaku.
9.. Gangguan Skisofrenik
Serangkaian gangguan yang dilandasi dengan hilangnya kontak dengan realitas, sehingga pikiran, persepsi, dan prilaku kacau dan aneh.
10. Gangguan Paranoid
Gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat permusuhan yang berlebihan disertai perasaan yang dikejar-kejar.
11. Gangguan Afektif
Gangguan suasana hati (mood) yang normal, penderita mungkin mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau berganti antara saat gembira dan depresi.
12. Gangguan Kecemasan
Gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama atau rasa cemas dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi tertentu yang ditakuti.
2.5 Terapi Gangguan Jiwa
Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi beberapa bentuk :
1.      Terapi Holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh.
2.      Psikoterapi Keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.
3.      Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter dengan memberikan resep obat pada pasien.
4.      Terapi Perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan diri.
2.6 Peranan Pendidikan Agama Terhadap Kesehatan Mental
Ada beberapa peranan pendidikan agama dalam kesehatan mental, antara lain:
1.Dengan Agama, dapat Memberikan Bimbingan dalam Hidup
Ajaran agama yang di tanamkan sejak kecil kepada anak-anak dapat membentuk kepribadian yang islami. Anak akan mampu mengendalikan keiginan-keiginan dan terbentuk sesuatu kepribadian yang harmonis maka ia mampu menghadapi dorongan yang bersifat fisik dan rohani/sosial, sehingga ia dapat bersikap wajar, tenang, dan tidak melanggar hukum dan peraturan masyarakat.
2.Ajaran Agama sebagai Penolong dalam Kesukaran Hidup
Setiap orang pasti pernah merasakan kekecewaan, sehingga bila ia tidak berpegang teguh pada ajaran agama, dia akan memiliki perasaan rendah diri, apatis, pesimis, dan merasakan kegelisahan. Bagi orang yang berpengang teguh pada agama, bila mengalami kekecewaan ia tidak akan merasa putus asa. Tetapi, ia menghadapinya dengan tenang dan tabah. Ia segera mengingat Tuhan, sehingga ia dapat menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kekecewaan. Dengan demikian, ia terhindar dari gangguan jiwa.
3.Aturan Agama dapat Menentramkan Batin
Agama dapat memberi jalan penenang hati bagi jiwa yang sedang gelisah. Banyak orang yang tidak menjalankan perintah agama, selalu merasa gelisah dalam hidupnya. Tetapi, setelah menjalankan agama ia mendapat ketenangan hati. Seseorang yang telah mendapat kesuksesan terkadang melupakan agama. Ia terhanyut dalam harta yang berlimpah. Bahkan ia berusaha terus mencari harta yang dapat membuat dirinya bahagia. Namun, jauh dalam lubuk hatinya, ia merasa hampa. Hatinya gersang dan tidak pernah tentram. Kemudian ia merenungkan diri merasa hartanya tidak dapat memberinya ketenangan batin.
2.6.4. Ajaran Agama sebagai Pengendali Moral
Moral adalah kelakuan yang sangat sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, yang timbul dari hati dan disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan tersebut).
2.6.5 Agama dapat Menjadi Terapi Jiwa
Agama dapat membendung dan menghindarkan gangguan jiwa. Sikap, perasaan, dan kelakuan yang menyebabkan kegelisahan akan dapat diatasi bila manusia menyesali perbuatannya dan memohon sehingga tercapailah kerukunan hidup dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
2.6.6. Peranan Agama bagi Pembinaan Mental
Unsur-unsur yang terpenting dalam menentukan corak kepribadian seseorang adalah nilai-nilai agama moral dan sosial (lingkungan) yang di perolehnya. Jika di masa kecil mereka memperoleh pemahaman mengenai nilai-nilai agama, maka kepribadian mereka akan mempunyai unsur-unsur yang baik. Nilai agama akan tetap dan tidak berubah-ubah, sedangkan nilai-nilai sosial dan moral sering mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan perkembangan masyarakat. Imam akan sifat-sifat Tuhan Maha Kuasa dan Maha Pelindung sangat diperlukan oleh setiap manusia. Karena setiap orang memerlukan rasa aman dan tidak terancam oleh bahaya, musuh, mala petaka dan berbagai gangguan terhadap keselamatan dirinya.
BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan atau penyakit mental, terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya, adanya kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya, dan kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya. Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.
2 Saran
Setiap satuan pendidikan seharusnya memberdayakan program-program pengembangan diri, bimbingan konseling, dan sejenisnya sebagai media yang sangat efektif di sekolah untuk pembinaan potensi peserta didik sesuai minat-bakat dan berfungsi efektif bagi pencegahan dini sekaligus tindakan terhadap penyimpangan, gangguan/sakit mental yang dialami peserta didik. Pendidikan budaya dan karakter seharusnya diintegrasikan dalam seluruh proses pembelajaran di kelas dan lingkungan sekolah secara konsisten untuk menjamin kesehatan mental siswa.