Makalah Akhlak
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam merupakan
salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai kemanusiaan, atau hubungan
personal, interpesonal dan masyarakat secara Agung dan Luhur, tidak ada
perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian, yang mengikat semua
aspek manusia. Karena islam yang berakar pada kata “salima” dapat
diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu
sifatnya fitnah, kedamaian, akan hadir, jika manusia itu sendiri menggunakan
dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan memposisikan
dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi juga sempurna.
Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan, seiring
fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang. Tegaknya aktifitas
keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan
bahwa orang itu memiliki ahlak. Jika seseorang sudah memahami ahlak maka akan
menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagai
mana pengertian akhlak ?
2.
Seperti
apa akhlak dalam pendidikan islam ?
3.
Bagaimana
pandangan islam terhadap akhlak ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
penulis dala makalah adalah untuk mengetahui lebih jauh seperti apa pandangan
islam terhadap akhlak dan makalah dan makalah ini disusun untuk mmenuhi tugas
mata kuliah filsafat pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlah
Akhlak (Ar.: al-akhlak,
jamak dari al-khulq = kebiasaan, perangai, tabiat, dan agama). Tingkah
laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat, dan telah
menjadi kebiasaan. Kata akhlak dalam pengertian ini disebut dalam Al-Quran
dengan bentuk tunggalnya, khulq, pada firman Allah SWT yang merupakan
konsiderans pengangkatan Muhammad sebagai Rasul Allah[1].
Dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut :
والك
لعلر حلق عطلم(المملع. ٦٨:٤)
Atrinya
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pengerti yang agung (QS
Al-Qalam, 68 :4)[2]”
Beberapa
istilah yang bekaitan dengan akhlak. Menurut jamil salibah (ahli bahasa arab
kontemporer asal suriah), adalah akhlak yang baik dan ada yang buruk. Akhlak
yang baik disebut adab (adab). Kata adab juga digunakan dalam arti etika yaitu
tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar
mereka.
Ulamah
akhlak brbeda pendapat tentang apa kah akhlak yang lahir dari manusia merupakan
hal pendidikan dan latihan ataukah pembawah sejak lahir. Sebagian mengatakan
bahwa akhlak merupakan pembawah sejak lahir orang yang bertingkah laku baik
atau buruk karena pembawanya sejak lahir. Karenanya, akhlak tidak bisa diubah
melalui pendidikan atau latihan. Pandangan ini dipegang oleh kaum jabariah,
salah satu aliran dalam teologi islam. Sebagian lain berpendapat bahwa akhlak
merupakan hasil pendidikan. Karenanya, akhlak bisa diubah melalui pendidikan,
dan itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW “diutus untuk menyempurnakan akhlak”
(HR. Malik). Pendapat ini dipegang oleh kebanyakan ulamah. Ibnu maskawaih,
ketika mengeritik pandangan pertama, mengatakan bahwa pandangan negatif
tersebut antara lain akan memebuat segalah bentuk normal dan bimbingan jadi
tertolak, orang jadi tunduk pada kekejaman dan kelaliman, serta nak-anak jadi
liar karena tubuh dan perkembangan tanpa nasihat dan pendidikan.
Menurut
Quraish Shihab, meskipun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, ada
issyarat dalam Al-Quran bahwa manusia pada dasarnya cendrung pada kebajikan.
Didalam Al-Qurandiuraikan bahwa iblis menggoda Adam, lalu adam durhaka kepada
Tuhan. Sebelum digoda iblis, Adam tidak durhaka artinya ia tidak melakukan
sesuatu yang buruk akibat godaan itu, adam menjadi sesat, tetapi kemudian
bertobat kepada tuhan sehingga kembali kepada kesuciannya.
Ukuran
Baik dan Bururk. Ulama berbeda pendapat tentang ukuran baik dan buruk akhlak.
Mereka terbagi menjadi tiga golongan
Golongan
pertama, Muktazilah (aliran
teologi islam rasional dan liberal pada abad ke-8, didirikan oleh wasil bin ata
[80 H/699 M-131 H/748 M]), berpendapat bahwa ukuran baik dan buruk akhlak
adalah esensinya. Untuk ini mereka membagi akhlak yang menuntut esensinya
adalah buruk dan Allah SWT pasti melarangnya, seperti besikap jujur dan adil.
Ada akhlak yang menurut esensinya bisa baik dan buruk, seperti membunuh.
Golongan
kedua. Maturidiah (aliran yang
didirikan oleh abu Abu Mansur Muhammad al-maturidi [w. 333H/944 M]) dan mashab
*Hanafi, sependapatdengan golongan Muktazilah. Hanya saja mereka, berbeda
pendapat tentang tanggung jawab terhadap akhlak tersebut. Menurut mereka, akal
tidak dapat menetapkan kewajiban, yang menetapkan kewajiban adalah syarak.
Manusia akan dimintai pertanggung jawaban hanya atas dasar kesadaran etisnya
yang diperoleh melalui syarak.
Golonga
ketiga, Asy’ariyah (aliran yang
didirikan oleh Abu Hasan Ali bin Ismailal-Asy-ari [260H/873 M-324 H/935 M]) dan
jumlah ulamah usul fikih, berpendapat bahwa baik dan buruk akhlak ditentukan
olej syarak. Apa yang diperintahkan adalah baik dan yang dilarangnya adalah
baik dan apa yang dilrangnnya adalah buru. Manusia akan dimintai pertanggung
jawaban diperoleh melalui syarak.
Al-Quran
meberi kebebasan kepada manusia untuk memilih bertingkah laku baik atau buruk
sesuai dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan pilihannya itulah manusia
dan diminta pertanggung jawabannya diakherat atas segalah tingkah lakunya[3].
Allah SWT berfirman.
Artunya :
Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa) : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir."
Sumber
Akhlak. Akhlak orang muslim merujuk pada dua sumber utama pada ajaran islam.
Sumber pertama diterangkan oleh *Aisyah binti Abu Bakar ketika ditanya para
sahabat tentang akhlak Rasulullah SAW Aisyah berkata adalah : “Akhlak
Rasulullah SAW adalah Al-Quran”(H.R Ahmad bin Hanban). Adapun sumber kedua adalah
keteladanan yang dicontohkan oelh Rasulullah SAW kepada umatnya, sebagaimana
ditegaskan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya.
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya :
Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. :
(Q.S Al-Ahzab. 33 : 21)[5].
Sasaran
Ahlak. Dalam Islam, secara garis besar akhlak manusia mencangkup tiga sasaran,
yaitu terhadap Allah SWT, terhadap bersama manusia, dab terhadap lingkungannya.
Akhlah
terhadap Allah SWT. Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlak manusia terhadap Allah
SWT bertitik tolak dari pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah SWT yang memiliki segalah sifat terpuji dan sempurna.
a.
Mensucikan
Allah SWT dan memuji-nya.
b.
Bertaqwa
(berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat atau berusaha lebih dahulu.
c.
Berbaik
sangka kepada Allah SWT
Akhlak
Terhadap Sesama Manusia
a.
Akhlak
terhadap Oran Tua diantaranya sebagai berikut :
1.
Memelihara
keridaan orang tua
2.
Berbakti
kepada orang tua
3.
Memelihara
etika pergaulan kepada orang tua
b.
Akhlak
terhadap kaum kerabat. Akhlak yang paling utama terhadap kaum kerabat ialah
mengadakan hubungan silaturahmi dan berbuat ihsan (baik) terhadap mereka,
seperti mencintai mereka serta turut merasakan suka dan duka mereka. Diatara
ayat-ayat yang berbicara tentang akhlak ini ialah surah an-Nisa (4) ayat 1 dan
36, surah ar-ra’d (13) ayat 25, surah al-israh (17) ayat 26, dan surah Muhammad
(47) ayat 22. Diantara hadist Nabi SAW yang berbicara tentang akhlak ini ialah
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirmaka hendaklah ia mengadakana
hubungan silaturrahmi” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
c.
Akhlak
terhadap tantangan. Diantara akhlak seseorang terhadap tantangannya ialah
sebagai berikut.
1.
Tidak
menyakiti tetangganya. Baik dengan perbuatan maupun denga perkataan
2.
Berbuat
ihsan (kebaikan) kepada tentangga diataranya ialah melakukan *takziah ketika
tetangganya mendapatkan musibah, melakukan *tahnia ketika tetanggany mendapat
kegembiraan, menjenguknya ketika sakit, menolongnya ketika dimintai tolong.
Ahklah
terhadap Lingkungan. Dimaksudkan dengan lingkungan disini ialah segalah sesuatu
yang berada disekitar manusia, seperti binatang, tumbuhan-tumbuhan dan
benda-benda yang tak bernyawa.
Akhlak
yang dianjurkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber daru fungsi manusia
sebagai khalifah. Khalifah menuntut adanya interaksi antara manusia dan alam.
Khalifah mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan bimbingan agar setiap
mahluk mencapai tujuannya. Mahluk-mahluk itu adalah umat seperti manusia juga.
Al-Quran menggambarkan : “dan tiada binatangbinatang yang ada dibumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melaikan umat-umat (juga)
seperti kamu… ”(Q.S. 6:38). Oleh sebab itu menurut Al-Qurtubi, makluk-mahluk
itu tidak boleh diperlukan secara aniayah[6].
Allah
SWT menciptakan Ala mini dengan tujuan yang benar, sesuai dengan firman-Nya.
(Q.S. Al-Ahqaaf. 46:3)[7].
Artinya :
Kami tiada
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir
berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.
M.
Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam memanfaatkan alam manusia tidak hanya
dituntut untuk tidak bersikap angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya,
tetapi juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh
Allah SWT, pemilik ala mini. Manusia ditutntu tidak hanya memikirkan
kepentingan diri sendiri atau kelompok saja tetapi juga kemaslahatan semua
pihak. Dengan demikian, manusia diperintahkan bukan untuk mencari kemenagan,
tetapi keselarasan dengan alam.
Kitab
Tentang Akhlak. Disamping petunjuk tentang akhlak dalam bentuk
perbuatan seperti dikemukakan diatas, didalam islam terdapat juga petunjuk
untuk memiliki perangai seperti sabar, ramah, ikhlas, pemaaf, jujur,dan kasih
sayan, serta petunjuk untuk menghindari perangai yang buruk sepertipemarah,
pendendam, dan berdusta.
Pembahasan
tentang petunjuk-petunjuk tersebut banyak dimuat dalam kitab tasawuf dan akhlak
antara lain sebagai berikut.
1.
Ar-Risalah
Al-Qusyairiyyah
(risalah karya Qusyairi). Karya Abu Qasim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul
Malik bin Talha bin Muhammad Al-Qusyairi (376 H/986 M-465 H/1074 M). kitab ini
membahas antara lain tingkah laku, prinsif dan sifat sufi, serta kode etika
para pelajar.
2.
Ihya Ulum Ad-Din (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama), karya Imam al-gazali.
Kitab yang terdiri atas 4 jilid ini dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama
mengupas masalah ibadah dengan segala rahasianya. Bagian kedua membahas masalah
adat dan muamalah. Bagian ketiga menyajikan hal-hal yang dapat merusak diri,
termasuk akhlak-akhlak tercela. Bagian keempat menguraikan hal-hal yang
menyelamatkan manusia dalam berbagai kerusakan, termasuk akhlak terpuji.
3.
Al-Azkar (Zikir-zikir),
karya imam an-Nawawi, kitab ini berkumpulan hadist dan doa tentang aktivitas
sehari-hari, latihan rohani, etika umum, dan lain-lain yang mempererat hubungan
manusia dengan Tuhan dan sesamanya.
4.
Al-Akhlaq al-Islamiyyah wa Ususuha (Akhlak Islamdan dasar-dasarnya). Karya Ayekh Abdurrahman
Hasan Habnakah al-Maidani (ahli ilmu akhlak konteporer asal Suriah). Materinya
antara lain dasarnya akhlak yang digalidari Al-Quran dan hadis petunjuk praktis
penerapan akhlak, dan pendidikan akhlak[8].
B.
Pendidikan Islam
Pendidikan
islamadalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian yang sesuai
dengan ajaran islam atau suatu upaya dengan ajaran islam memiliki nilai-nilai
islam serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai islam.
Sebagai
aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan keperibadian
tentunya pendidikan islam memerlukan landasan kerja untuk member arah bagi
programnya sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua
peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan lengah pelaksanaan dan sebagai
jalur langkah menentukan arah usaha sersebut.
Urutan
prioritas pendidikan islam dalam upayah pembentukan kepribadian muslim,
sebagaimana di ilustrasikan berturut-turut dalam al-quran surat Lugman mulai
ayat 3 dan seterusnya adalah[9].
1.
Pendidikan
keimanan kepada Allah SWT
Artinya :
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". (Luqman ayat 13)[10].
Pendidikan yang
pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentuka keyakinan kepada Allah yang
diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian.
2.
Pendidikan
Akhlaqul Karimah
Sejalan dengan
usaha membentuk dasar keyakinan atau keimanan maka diperlukan juga usaha
membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia adalah merupakan modal bagi
setiap orang dalam menghadapi pergaulan antar sesamanya.
Akhlak termasuk
diantara makana yang terpenting dalam hidup ini tingkatnya berada sesudah
keimanan atau kepercayaan kepada Allah, Malaikatnya, Rasul-rasulnya, hari akhir
yang terkandang hasyar, hisab, balasan akhirat dan qada dan qadar Allah.
Apabila beriman kepada Allah dan beribadah kepadanya pertama-tama berkaitan
rapat antar hubungan hamba dan Tuhannya, maka akhlak pertama sekali berkaitan
dengan hubungan Muamalah Manusia dan orang-orang lain, baik secara individu
maupun kolektif. Tetapi perlu diingat bahwa akhlak tidak terbatas pada
penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia yang lainnya, tetapi melebihi
itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segalah yang terdapat dalam wujud
dan kehidupan ini malah melampawi itu yaitu mengatur hubungan antar hamba denga
Tuhannya[11].
Artinya :
Dan janganlah
kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Luqman 18)[12].
Selanjutnya,
tentang pendidikan (Pendidikan Islam) Al-Quran, antra lain berbicara mengenai :
karakteristik sejarah dan medan pendidikan.
1. Karakteristik
Pendidikan Islam
Pendidikan
islam bukannya hanya pendidikan akhlak aqiqah dan ibadah saja, melaikan lebih
luas, yakni :
a. Pendidikan
Islam mencakup seluruh aspek manusia
b. Pendidikan
Islam mencakup kepentingan hidup dunia dan akhirat.
c. Pendidikan
Islam berlangsung terus-menerus sejak masih dalam kandungan ibu sampai masuk
liang lahat, setiap orang selalu terlebit dalam proses pendidikan baik sebagai
terdidik maupun pendidik.
d. Sistem
Pendidikan islam menuju keselarasan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Segi-segi pendidikan islam diatas pada satu perinsip :
Al-Quran
dan pendidikan islam mempelihara dan memperhatikan Fitnah Manusia, pada islam
sengaja direncanakan oleh Allah intik selaras, relevan dan sesuai dengan fitnah
tersebut. Sehingga dikatakan bahwa fungsi pendidikan menurut Al-Quran adalah :
usaha dan upaya manusiakan manusia. Dan oleh karena itu fitnah manusia itu
selalu cendrung kepada Al-Haq atau Al-Islam, maka pendidikan menurut Al-Quran
adalah menuju terbentuknya pribadi Muslim Paripurna. (Ali Khalil Abu Al-Ainain,
1980 : 147-148)
2. Sasaran
Pendidikan Islam
Dari
segi salah satu esensi penting pendidikan yakni pertumbuhan dan perkembangan,
maka sasaran pendidikan merupakan persoalan asasi dan menyangkut masalah ini
dan nilai Qurani terdiri atas dua tingkat :
a. Nilai-nilai
Rohaniah, berupa “Imam” (Tauhid), yakni merupakan motivasi dasar dari seluruh
aktivasi manusia, melahirkan keikhlasan.
b. Nilai-nilai
pengabdian (Ubudiyah) terdiri dari nilai-nilai moral (Akhlak), nilai individu ,
nilai-nilai social (Masyarakat)
3. Medan
Pendidikan Islam
Menurut ajaran Islam, medan
pendidikan adalah :
a. Pendidikan
Jasmani
b. Pendidikan
Rasio
c. Pendidikan
Aqidah
d. Pendidikan
moral (Akhlak)
e. Pendidikan
Kreatifitas
f. Pendidikan
Seni
g. Pendidikan
Sosial
Islam
menilai Pendidikan Jasmani sebagai cukup penting karena jasmani manusia ikut
member adil dalam upaya penuaian, tugas hidup manusia pendidikan rasio, tidak
hanya bermaksud agar manusia maupun berfikir saja, melainkan lebih dari, dengan
kemampuan berfikir manusia akan lebih baik dalam mengenal dan selanjutnya
mengabdikan dirinya kepada khaliqnya arah pendidikan kreatifitas adalah agar
manusia mampu mengajarkan akhlak kepada dirinya sendirinya. Sedangkan
pendidikan (Terbentuknya manusia pengabdi yang Shalih), juga dalam rangka
pencapaian sasaran pendidikan sosial amat penting artinya bagi penuaian tugas
ibadah dalam dimensi sosial[13].
Adapun
tujuan pendidikan islam yang sejalan dengan misi islam itu sendiri yaitu
mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlak Al-Karimah. (Al-karimah1979).
Misi
islam itu sendiri yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlak
Al-Karimah. (Al-Syaibany, 1979)
Dan
tujuan tersebut sama dan sebangun dengan target yang terkandung dalam tugas kenabian,
yang diemban oleh Rasul Allah SAW. Yang terungkap dalam pernyataan beliau :
“sesungguhnya aku diutus adalah untuk membimbing mausia mencapai akhlak yang
mulia” (Al-Hadist) faktor kemulian akhlak dalam pendidikan islam dinilai
sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang menurut
pandangan islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata
kehidupan yang sejahtera dudunia dan kehidupan akherat.
Dua
sasaran pokok yang akan oleh pendidikan islam tadi, kebahagian dunia dan
kesejahteraan akhir, memuat sisi-sisi penting. Dan bagian ini dipandang sebagai
nilai lebih dari pendidikan islam disbanding dengan pendidikan non islam. Nilai
lebih tersebut terlihat bahwa pendidikan islam dirancang agar dapat merangkum
tujuan hidup manusia sebagai mahluk ciptaan tuhan yang pada hakikatnya tunduk
pada hakikat penciptaanya.
1. Tujuan
Pendidikan islam itu bersifat fitnah yaitu membimbing perkembangan manusia
sejalan dengan fitnah kejadiannya.
2. Tujuan
pendidikan islam menentang dua dimensi yaitu tujuan akhir bagi keselamatan
hidup didunia dan diakhirat.
Prof.
Mohammad athiyan Al-Brosyi dalam kejadiannya tentang pendidikan islam telah
menyimpulkan 5 (Lima) tujuan yang asasi bagian pendidikan islam yang diuraikan
dalam “At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa-Falsafatuha”. Yaitu :
1. Untuk
membantu pembentukan akhlak yang mulia
Dalam
kaitannya dengan evaluasi pendidikan islam telah menggariskan tolak ukur yang
serasi dengan tujuan pendidikan. Baik tujuan jangka pendek, yaitu membimbing
manusia agar hidup selamat didunia maupun tujuan jangka panjang untuk
kesejahteraan hidup akhirat nanti. Kedua tujuan tersebut menyatu dalam sikap
dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak yang mulia terlihat
dalam penampilan sikap pengabdiannya kepada Allah SWT dan kepada lingkungannya
bauk kepada sesama manusia, maupun terhadap kepada alam sekitarnya. Oleh karena
itu dalam pendidikan islam evaluasi lebih ditekankan pada penguasa sikap (aspek
efektif) ketimbang pengetahuan (aspek kognitif).
Akhlak
yang diharapkan dapat dibentuk melalui pendidikan islam, nilai-nilai akhlak
sebagai bagian yang seharusnya dijadikan landasan bagian sistem pendidikan
islam, hingga dalam pelaksanaan seseorang muslim maupun menempatkan dirinya
sebagai khalifah Allah dimuka bumi dan untuk memakmurkan kehidupan di bumi dan
menghindarkan segala bentuk perbuatan yang mengarah kepada kerusakan[15].
C.
Akhlak Dalam Pandangan Islam
Untuk
menyempurnakan rangkaian pembahasan ini, ada satu topik penting yang banyak
dibicarakan orang dan pengaruhnya cukup besar dalam kehidupan masyarakat
ataupun individu. Topik tersebut adalah tentang akhlak dalam pandangan
islam.
Seperti telah
diketahui agama islam mengatur hubungan manusia dengan penciptanya hubungan
manusia dengan dirinya serta hubungan manusia dengan sesamanya. Hubungan
manusia dengan penciptanya dalam masalah akidah dan ibadah. Hubungan manusia
dengan dirinya diatur dengan hukum akhlak, makanan dan minuman, serta pakaian,
selain itu hubungan manusia dengan sesamanya, diatur dengan hukum muamalah dan
uqubat.
Islam telah
memecahkan persoalan hidup manusia secara menyeluruh dengan menitik beratkan
perhatian kepada umat manusia serta integal, tidak terbagi-bagi dengan
demikian, kita melihat islam menjelaskan persoalan dengan metode yang sama
yaitu membangun semua solusi persoalan tersebut diatas dasar akidah, yaitu asas
rohani tentang kesadaran manusia akan hubungan dengan Allah kemudian dijadikan
asa peradapan islam asas syarat islam dan asas negara.
Masyarakat
tegak dengan peraturan-peraturan hidup serta dipengaruhi oleh perasaan dan
pemikiran yang merupakan kebiasaan umum, hasil dari pemahaman hidup yang dapat
menggerakan masyarakat. Karena itu, yang menggerakkan masyarakat.bukanlah
akhlak melainkan peraturan-peraturan yang diterapkan ditengah masyarakat,
pemikiran-pemikiran dan perasaan yang ada pada masyarakat[16].
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengerian akhlak
Al-akhlak, jamak dari al-khulg yaitu kebiasaan, perangai, tabiat dan agama,
akhlak juga dikatakan tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja,
tidak berbuat-buat dan telah menjadi kebiasaan adapun sasaran akhlak dalam
islam secara garis besar akhlak manusia mencakup tiga sasaran yaitu akhlak
terhadap Allah SWT. Akhlak terhadap sasaran manusia.
Akhlak terhadap
lingkungan didalam pembentukan akhlak perlu adanya pendidikan islam yang
mengarahkan akhlak tersebut, karena didlam tujuan pendidikan islam yang sejalan
dengan misi islam itu sendiri yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga
mencapai akhlak al-karinah (al-syaibany 1979) faktor kemuliaan akhlak kunci
dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan islam berfungsi
menyiapkan manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera didunia dan
diakhirat. Akhlak yang diharapkan dapat dibentuk melalui pendidikan islam.
B.
Kritik dan Saran
Apabila didalam
penulis makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan maohon dimaafkan,
penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya dari pembaca demi perbaikan
makalah ini dan kmi ucapkan terima kasih.
KATA PENGANTAR
Asslamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Filsafat Pendidikan Islam yang berjudul “Pandangan
Islam Terhadap Akhlak”. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga
dan para sahabatnya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahan, baik mengenai materi maupun sistematika penulisan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis sendiri. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan proposal penelitian di masa yang akan
datang.
Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Bengkulu, November 201
Penulis
DAFTAR FUSTAKA
Dahlan, Adul Aziz. 1996. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta :
Ichtiar Baru Van Hoeve.
Dra. Zuhairi. Dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi
Aksara.
Drs. M.s. Khalil, MA. 1993. Filsafat Pendidikan Islam. Pasuruan
Jawa Timur : PT. Garoeda Buana Indah.
Drs. Usman Said dan Dr. Jalaludin. 1993. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Jakarta : CV Toha Putra Semarang.
[1] Dahlan, Abdul
Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta : Ictiar baru Van Hoeve. 1996) Hal. 73
[2] Al-quran dan Terjemah,
Departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta : CV. Toha Putra Sanarang. 2989) Hal.
1075
[3] Dahlan, Abdul
Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta : Ichtiar) Hal. 74-75
[4]
Al-quran dan
Terjemahan, Departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta : CV. Toha Putra
Semarang 1989) Hal. 77
[5] Al-quran dan
Terjemahan, Departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta : CV. Toha Putra
Semarang 1989) Hal. 755
[6]
Dahlan, abdul
aziz. Ensiklopedi hukum islam (Jakarta : Ictiar baru Van Hoeve. 1996) hal.
75-76
[7]
Al-quran dan
terjemahan, departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta : CV. Toha Putra
Semarang 1989) Hal. 928
[8]
Dahlan, abdul
aziz. Ensiklopedi hukum islam (Jakarta : Ictiar baru Van Hoeve. 1996) hal.
77-78
[9] Isman said,
jalaluddin. Filsafat pendidikan Islam (Jakarta PT. Raja Grafindo Persoda 1999)
Hal. 38-39
[10]
Al-quran dan
terjemahan, departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta : CV. Toha Putra
Semarang 1989) Hal. 736
[11]
Zulhairi, dkk.
Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2008) Hal. 152-157
[12]
Al-quran dan
terjemahan, departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta : CV. Toha Putra
Semarang 1989) Hal. 738
[13]
Khalil.
Filsafat Pendidikan Islam (Jawa Timur : PT.
Garaoeda Buana Indah. 1993) Hal. 9-11
[14]
Zulhairi, dkk.
Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2008) Hal. 164-166
[15]
Zulhairi, dkk.
Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2008) Hal. 60-80
[16]
Ahmad, Akhlak
dalam Islam, (Surabaya : Al-ikhlas) Hal. 155
No comments:
Post a Comment