1

loading...

Sunday, December 30, 2018

MAKALAH KONVENSI SASTRA AWAL "PUJANGGA LAMA DAN MELAYU LAMA"


MAKALAH KONVENSI SASTRA AWAL 

"PUJANGGA LAMA DAN MELAYU LAMA"

BAB I
PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan di dunia ini, manusia tidak bisa lepas dari ang dinamakan sejarah, kaena segala sesuatu di dalam dunia ini mengalami proses sejarah dalam perkembangannya. Begitu uga dalam proses belajar mengenai sastra di indonesia, sejarah mengenai periodisasi dalam kesusastraan tidak bisa diisahkan atau ditinggalkan begitu saja karena sastra yang berkembang sekarang merupakan penambahan atau penyempurnan dari kesusastraan  yang telah lampau atau bisaa dikatakan proses periodisasi ang merupaakan proses pertumbuhan dalam kaya sastra di indonesia.. dalam hal ini sastra dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Dan hal tersebutlah yang kemudian mempengaruhi atau membedakan karya sastra dari atu peride ke periode yang lainnya.

      B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konvensi sastra awal ( pujangga lama dan melayu lama) pada tahun 1900-1920?
2.      Apa saja karya yang dihasilkan pada sastra pujangga lama dan sastra melayu lama?
3.      Siapa saja tokoh- tokoh pada sastra pujangga lama dan melayu lama?

    C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui perkembangan sastra awal yaitu sastra pujanga lama dan melayu lama  pada tahun 1900-1920
2.      Untuk mengetahui karya yang dihasilkan pada sastra pujangga lama  dan melayu lama
3.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh pada sastra pujangga lama dan melayu lama

BAB II
PEMBAHASAN
       A.    Konvensi Sastra Awal ( Pujangga Lama Dan Melayu Lama)
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke- 20. Pada masa ini karya sastra didominasi oleh syair, pantun, hikayat, dan gurindam. Juga bahasa yang dipergunakan akan sulit disebut sebagai bahasa melayu yang murni atau bersih. Bahasa Melayu yang dipergunakan oleh para pengarang itu bukanlah bahasa melayu tinggi melainkan bahasa melayu rendah atau bahasa melayu kasar.[1] Jadi, pujangga lama merupakan pengklasifikasian karya sastra yang dihasilkan sebelum abad ke 20 yang mana pada masa ini didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat.
            Kesusastraan Melayu termasuk kesusastraan yang kaya di kepulauan nusantara. Selain kesusasteraan Melayu, juga kesusasteraan Jawa, Sunda, Bali, Aceh, Bugis, dan lain-lain merupakan kesusasteraan yang kaya dan usianya sudah tua, dan berabad- abad. 
            Umumnya karya- karya sastra kuno itu mengisahkan kehidupaan antah- berantah, kerajaan- kerajaan atas angin dengan para raja putra yang gagah perwirah dan putri- putri yang cantik jelita kepada para pembacanya memberikan nasihat secara langsung ataupun tidak langsung, antara lain yang berkenaan dengan moral, agama, ilmu, dan lain- lain. Dengan perkatan lain umumnya sastra kuno itu besifat kraton sentris. Kehidupan orang banyak petani- petani di kampung atau pedagang- pedagang di kota tak pernah menjadi perhatian para pujangga, karena itu tidak pernah masuk hitungan.
            Suatu kenyataan yang menarik bahwa roman pertama yag mengisahkan kehidupan nyata sehari- hari itu dan mula- mula dibuat sebagai cerita bersambung. Dalam surat- surat kabar ditulis dalam bahasa pergaulan sehari hari, yaitu dalam bahasa Melayu rendah. Banyak diantara para pengarang yang menulis roman- roman pertama pada abad ke- 19 itu bukan asal sumatra atau kepulauan riau. Ada yang berasal dari jawa, ada yang berasal dari ambon dan ada orang indo. Mereka tidak menulis dalam bahasa daerahnya masing- masing, dalam bentuk tembang atau serat yang sudah tradisional itu.
Jadi, tidak hanya orang indonesia yang menulis karya sastra melayu lama, tetapi juga ada orang yang dari negara lain yang menulis karya sastra melayu lama, misalnya G. Francis yang berasal dari belanda.
     B.     Karya- karya sastra awal ( pujangga lama dan melayu lama) 1900-1920
1.      Hikayat
Salah satu karya sastra yang dihasilkan pada sastra awal 1900-1920 adalah Hikayat Si Miskin, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Amir Hamzah, ialah  beberapa diantara karya- karya sastra klasik Melayu. Pengarang- pengarangnya pun tidak sedikit, terutama berasal dari lingkungan ulama dan kesultanan di kepulauan Riau. Diantra yang paling termasyur ialah Raja Ali Haji, Nurrudin Arraniri, Tuan Srilanang, Hamzah Fansyuri, Abudullah bin Abdul Kadir Munsyi. Abdullah terkenal karena ia menulis karya-karya yang tidak mengikuti tradisi Melayu, melainkan mengikuti kebiasaan orang-orang Inggris yang menjadi majikannya. Yang dikisahkannya bukan lagi fantasi tentang raja dan putri-putri cantik melainkan kehidupan sehari-hari.[2]
Cerita-cerita itu ditulis dalam bahasa Melayu, tetapi bukan oleh pengarang kelahiran Melayu atau Sumatera. Salah satu Hikayat yang sangat menarik ialah hikayat Siti Mariah yang ditulis oleh H. Moekti. Roman ini oleh pengarangnya disebut hikayat, tetapi meuiskan kehidupan sehari-hari pada zaman pengarangnya sendiri, ditulis dengan bahasa Melayu yang hidup pula.
Jadi, hikayat merupakan karya- karya melayu klasik tetapi banyak juga hikayat yang bukan ditulis oleh pengarang kelahiran Melayu atau Sumatra tetapi pengarang indo.
2.      Syair
Menurut ahli Badudu, 1984. Mengatakan salah satu karya sastra yang dihasilkan pada sastra awal 1900-1920 adalah syair . Syair mempunyai dua pengertian, yaitu salah satu bentuk puisi lama, dan sajak ( puisi). Pada abad pertengahan, syair mendapat tempat yang penting dalam masyaraakat karena pada masa itu karangan dalam bentuk prosa belum dikenal benar. Hampir semua cerita atau hikayat ditulis dalam bentu syair. Syair dapat dibedakan atas syair- syair yang merupakan dongeng atau berisi angan- angan pengarang, syair yang berupa kiasan atau sindiran, syair yang bercerita tentang kejadian, dan syair yang berisi ajaran budi pekerti atau agama. Sedangkan syarat sebuah syair adalah terdiri empat baris, tiap baris terdapat delapan sampai sepuluh suku kata, tidak terdiri atas sampiran dan isi, tetapi semuanya merupakan isi. Umunya beruntun karena dipakai melukiskan cerita dan rima akhirnya a-a-a-a artinya berima rangkai.
Jadi, syair adalah salah satu bentuk puisi lama dan sebuah karangan berbentuk prosa dan syair yang mengandung nilai- nilai tertentu seperti ajaran agama dan budi pekerti.
( Badudu, 1984)
3.      Gurindam
Menurut ahli Badudu, 1984. Mengatakan gurindam adalah bentuk puisi lama yang penulisan yang mana bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu kuno. Gurindam yang terkenal adalah kumpulan gurindam karangan  pujangga melayu lama Raja Ali Haji. Gurindam XII karena terdiri dari dua belas pasal dan berisi kurang lebih 64 buah gurindam. Melihat dari isinya gurindam mendekati pepatah. Syarat sebuah gurindam adalah terdiri dari dua baris, rima akhirnya a-a, sempurna dengan dua baris saja, baris pertma merupakan syarat, baris kedua berisi akibat daripda yang disebutkan pada baris pertama, isi gurindam pada umunya berisi nasehat atau sindiran.
Jadi, gurindam adalah bentuk puisi lama yang mana bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu kuno dan melayu yang terkenal adalah gurindam karangan pujangga melayu lama Raja Ali Haji.
4.      Pantun
Menurut ahli Badudu, 1984. Mengatakan pantun merupakan sebuah karya sastra melayu lama yang memiliki syarat sebagai berikut yaitu terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari delapan sampai sepuluh suku kata, dua baris pertama disebut sampiran dan dan dua baris berikutnya mengandung maksud atau isi pantun, dan pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima disebut dengan abjad. Maksudnya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga, bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat.
Jadi, pantun merupakan karya sastra melayu lama yang memiliki memiliki beberapa syarat tertentu.

     C.    Tokoh- tokoh yang terkenal dalam sastra pujangga lama dan melayu lama 1900-1920.
Ada beberapa tokoh penting pada masa sastra awal yaitu :
1.      Hamzah Fansuri
Syeikh Hamzah Fansuri adalah seorang sastrawan, ulama, dan budayawan yang terkemuka yang diperkirakan hidup antara abad ke- 16 sampai awal abad ke- 17.beliau merupakan tokoh utama diantara penulis- penulis utama angkatan pujangga lama. Selanjutnya, dari istana kesultanan Aceh pada abad XVII Muncul karya-karya klasik. Karya- karya yang paling terkemuka ialah Nur ad- Daqa’iq. Hamzah Fansuri telah berhasil meletakkan dasar- dasar estetika melayu yang mantap dan kukuh. Pengaruh yang dirasakan akibat adanya karya yang dihasilkan oleh hamzah fansuri di dalam kesusasteraan indonesia masih terlihat sampai abad ke- 20. [3]
Jadi, Hamzah Fansuri adalah seorang sastrawan pada masa pujangga lama yang telah berhasil menciptakan karya sastra terkemuka ialah Nur ad- Daqa’ iq.
2.      H. Moekti
Haji moekti menulis hikayat sitti mariah pada awal abad ke- 20, yang meskipun disebut hikayat tidak ada pesamaannya dengan hikayat- hikayat yang dikenal dalam sastra klasik. Ceita ini dimuat sebagai cerita bersambung dalam surat kabar medan prijaji yang terbit di Bandung. Cerita- cerita itu ditulis dalam bahasa melayu, tetapi bukan oleh pengarang kelahiran melayu atau sumatra, mengisahkan tentang kehidupan masyarakat kita pada masa itu. [4]
Jadi, H. Moekti adalah salah satu tokoh pada abad ke- 20 yang telah menghasilakn karya- karya sastra berupa hikayat yang ditulis dalm bahasa melayu.
3.      Mas Marco kartodikromo
Mas Marko Kartodikromo adalah seorang wartawan yang pada masa itu terbilang produktif, ia berkali- kali dijatuhkan hukuman oleh pemerintah jajahan belanda karena tulisan- tulisannya dan ia akhirnya meninggal dalam pembuangan di Digul atas, Irian Barat. Dari tangannya terbit beberapa buah buku, kebanyakan roman diantaranya yang berjudul mata gelap (1914), student hijau (1919), syair rempah- rempah (1919). [5]
Jadi, Mas Marco Kartodikromo adalah seorang wartawan yang berkali- kali dijatuhkan hukuman oleh pemerintah belanda karena tulisannya. Salah satu contoh karyanya yang terkenal yaitu syair rempah- rempah (1919).
4.      G. Francis
Seorang indo berama G. Francis yang menulis kisah nyai dasimah (1896) yang konon bedasarkan peristiwa yang benar benar terjadi betawi. Kisah itu menceritakan nasib seorang wanitakampung yang dijadikan nyai- nyai orang inggris kemudian tertawan hatinya leh guna- guna yang dilakukan oleh Bang Samiun. Melihat keaaan itu, tentu saja pemerintah jajhan belanda merasa khawatir kalau- kalau kejadian seperti di india terjadi pula disini . Seperti diketahui, Inggris di India padaa masa itu telah kewalahan menghadapi tuntutan paa pejuang kemedeaan india yang tumbuh kesaaasan nasionalnya justru setelah mendapat pendidikan barat yang diselenggarakan oleh inggris sendiri. Pemerintah belanda yang mendapat keuntungaan besar selama menjajah indonesia tentu saja tidak mau mengalami kesuitan seperti orang- orang inggris di india. Mereka tak mau pula kehilangan tanah jajahannya yang makmur ini. [6]
Jadi, G. Francis adalah seorang penulis berasal dari indo yang menulis kisah nyai dasimah (1896) yang mana kisah- kisah itu benar terjadi di daerah di Betawi.

DAFTAR PUSTAKA
            Rosidi, Ajip. 2013. Ikhtisar Sejarah Sstra Indonesia. Bandung: Pustaka Jaya.


[1] Ajip Rosidi. 2013. Ikhtisar Sejarah Sstra Indonesia. Bandung: Pustaka Jaya. Hal, 15.
[2] Ajip Rosidi. Op cit. Hal, 15.
[3] Ajip Rosidi. Op cit. Hal, 19.
[4] Ibid., hal 15.
[5] Ajip Rosidi. Op cit. Hal, 27.
[6] Ibid., hal 19.

MAKALAH KONVENSI SASTRA PADA ANGKATAN 45


MAKALAH BAHASA INDONESIA  

KONVENSI SASTRA PADA ANGKATAN 45 


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa misalnya, sejarah sastra Indonesia, sejarah satra jawa, dan sejarah sastra Inggris. Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek sejarah sastra adalah sebagai peristiwa yang terjadi pada tentang masa pertumbuhan danperkembangan suatu bangsa. Telah disinggung didepan bahwa sejarah itu bisa menyangkup karya sastra, pengarang, penerbit, pengajaran, kritik, dan lain-lain.
Karya angkatan 45 yang kita baca diketahui pada saat sekarang ini bukanlah ada dengan sendirinya. Karya-karya tersebut merupakan hasil pemikiran dan imajinasi para satrawan yang terdesak oleh tantangan jaman pada masa itu. Yaitu masa penduduk Jepang dan masa revolusi di Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui bahwa bansa Jepang adalah bangsa terakhir menjajah sampai akhirnya Indonesia merdeka. Para sastrawan yang ada padamasa ini selain ikut berjuang denanfisik dalam perang kemerdekaan, mereka juga menimbulkan diri untuk mencoba merumuskan dan mencari orientasi pada berbagai kemungkinan bangunan kebudayaan bagi Indonesia kedepan.
Setelah merdeka Indonesia memasuki era revolusi, yakni masa pembaharuan baik dari segi pemerintahan, sosial, budaya dan kenegaraan. Hal itu juga memberi dampak para sastrawan dan hasil karya sastra mereka pada saat itu. Sehingga angkatan 45 memiliki konsepsi estetik tersendiri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiman konvensi sastra pada Angkatan 45 ?
2.      Apa saja karya yang dihasilkan pada Angkatan 45 ?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh pada Angkatan 45 ?
C.    Manfaat
1.      Mengetahui perkembangan sastra pada Angkatan 45?
2.      Mengetahui karya yan dihasilkan pada Angkatan 45?
3.      Mengetahui tokoh-tokoh Angkatan 45?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konvensi Angkatan 45
Istilah Angkatan 45 memiliki dua pengertian, yaitu (1) pengertian dalam politik dan (2) pengertin dalam bidang sastra dan seni. Kedua pengertian itu tidak memiliki hubungan yang erat karena dalam karangan bila disebut  Angkatan 45 yang dimaksud ialah Ankatan 45 dalam bidang Sastra dan Seni.[1] Jadi Angkatan 45 diartikan sebagai Angkatan dalam bidang Sastra dan Seni.
     Sehubungan dengan generasi 1940-1949, pada Generasi ini telah lahir apa yang dinamakan dengan angkatan 45. Sebutan ini pertama kali diperkenalkan Rosihan Anwar dalam tulisannya di Majalah Siasat, Edisi 9 Januari 1949.[2] Jadi pada Generasi 1940-1949 telah lahir Angkatan 45 yang pertama kali diperkenalkan oleh Rosihan Anwar dalam tulisannya di Majalah Siasat Edisi 9 januari 1949.
a.    Sikap Pengarang terhadap istilah Angkatan 45
Ada berbagai pendapat tentang istilah Angkatan 45, ada yang setuju terhadap istilah Angkatan 45 dan ada yang menyatakan keberatan.Beberapa alasan tidak setuju yang para pengarang kemukakan adalah sebagai berikut:[3]
1.         Tahun 1945, yaitu tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,tidak sepenuhnya berhubungan dengan hal-hal yang mulia dan baik karena pada tahun ini juga terjadi pembunuhandan penculikan, dengan demikian penamaan Angkatan 45 dapat juga mengingatkan kita pada hal yang keji dan kotor.
2.         Para Sastrawan diragukan sahnya bagi Perjuangan merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan sehingga timbul keasingan apakah merdeka berhak menggunakan nama keramat Angkatan 45. Keraguan itu berdasarkan atas adanya beberapa karangan Chairi Anwar yang terlalu bersifat individualistis, karangan Idrus yang tampak serius terhadap Revolusi Bangsa juga karangan Asrul Sani yang bersifat menelektual.
3.         Angkatan tahun 1945 adalah suatu kesamaan waktu yang sangat singkat dan relatif terlalu fauna sehingga penamaan dengan tahun 1945 akan dengan cepat menimbulkan sifat kekolotan beberapa tahun kemudian.
Sebaliknya mereka yang setuju dengan istilah Angkatan 45 membantah alasan-alasan tersebut.[4]
1.      Dikatakan bahwa dalam menilai sesuatu peristiwa kita harus dapat membedakan yang pokok dengan yang tidak. Dengan demikian penamaan Angkatan dengan nama tahun 1945 tetap memiliki nilai yang luhur, tidak perlu harus dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang rendah.
2.      Memang ada puisi-puisi karya penyair bangsa kita pada saat itu yang memiliki interpretasi negatif, tetapi apabila diteliti benar-benar dan diserapkan sungguh banyak puisi karya Chairil Anwar juga penyair lainnya yang mengandung pikiran yang dalam, yang tidak sedikit perannya bagi perjuangan kemerdekaan.
3.      Sebenarnya, tidak hanya penamaan yang menggunakan angka tahun yang mudah menimbulkan sifat kekolotan, tetapi penamaan akan menjadi bersifat kolot apabila sudah timbul generasi baru.

B.            Karya-Karya Angkatan 45
Sehubungan dengan generasi 1940-1949, pada generasi ini telah lahir yang dinamakan Angkatan 45. Banyak karya Angkatan 45 yang dapat kita ketahui. Karya yang terbit saat ini tentang aspirasi kebangsaan sertamenjawab tantangan zaman yang timbul dalam pertumbuhan bangsa indonesia.
1.      Novel
Salah satu novel yang dihasilkan pada generasi 1940-1949 adalah Tetrologi Bumi Manusia, Anak semua bangsa dan Rumah kaca karya Pramoedya Ananta Toer. Dalam novel ini menceritakan tentang perjalanan tokoh yang bernama Minke. Minke adalah salah satu antara pribumi yang bersekolah di HBS. Pada masa itu yang dapat masuk di sekolah HBS adalah orang-orang yang keturunan eropa. Minke adalah seseorang pribumi yang pandai, ia sangat pandai menulis. Tulisannya bisa membuat orang sampai terkagum-kagum dan dimuat berbagai koran belanda pada saat itu. Sebagai seorang pribumi, ia kurang disukai oleh siswa-siswi eropa lainnya. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner, ia berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa yang membuatnyasealu dibawah.
Selain tokoh Minke Novel ini  juga menggambarkan seorang Nyai yang bernama Nyai Ontosoroh. Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiiki norma kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan. Statusnya telah membuat Nyai sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya. Tetapi menariknya adalah Nyai Ontosoroh sadar akan kondisi tersebut sehingga dia berusaha keras dengan terus belajar, agar dapat diakui sebagai seorang manusia. Nyai Ontosoroh berpenndapat untuk melawan  penghinaan, kebbodohan, kemiskinan dan sebagainya hanyalah dengan belajar. Minke juga menjalin asmara dan akhirnya menikah dengan Annelies anak dari Nyai Ontosoroh dan tuan Mellena.
Jadi melalui novel ini daat disimpulkan bahwa betapa pentingnya belajar karena dengan belajar dapat mengubah nasib seseorang.
2.      Puisi
Puisi pada tahun 1940-1949 puisi masih disebut sebagai sajak sebagian besar sajak banyak yang ditulis pada zaman jepang tetapi kebanyakan kembali diumumkan sesudah revolusi. Para penyair yang digolongkan kedalam angkatan 45 antara lain Asrul Sani,Chairil Anwar,Rivai Apin,Sitor Situmorang, dan Usmar ismail.
Pada tahun 1940-1949 terdapat beberapa kumpulan puisi yang dihasilkan antara lain, Deru Campur Debu oleh Chairil Anwar (1949), dan Krikil Tajam yang Terhempas dan yang Putus oleh Chairil Anwar (1945). Pada generasi ini terbit kumpulan buku isi antara lain Tiga menguak takdir oleh chairil Anwar, Asrul Sani dan Rivai Apin (1950). Putung berasap oleh Umar ismail (1950), surat kertas hijau oleh Situr situmorang(1955) dan wajah tak bernama oleh Situr situmorang (1955).[5]
Jadi puisi pada tahun 1940-1949 masih disebut sebagai sajak dan para penyair yang digolongkan kedalam angkatan 45 antara lain Asrul sani, Chairil anwar, Rivai apin, Situr situmorang dan usman ismail.
3.      Drama
Penulisan drama pada masa jepang boleh dikatakan sangat subur, hal ini mungkin disebabkan kegiatan rombongan-rombongan sandiwara yang berkumpul dalam perserikatan Oesaha sandiwara Djawa dan dipimpin oleh Armijnpane. Banyak tokoh-tokoh sandiwara salah satunya Armijnpane, ia mengumpulkan sandiwaranya dalam sebuah buku yang berjudul Jinak-jinak Merpati.[6]
Pada periode 45 drama dan teater indonesia tumbuh dan berkembang, terutama dikota-kota besar. Lakon drama pada era ini tertulis dn dipentaskan dengan menggunakan bahasa indonesia. Pada umumnya tema yang diungkapkan berkisar yang beraspirasi kebangsaan serta menjawab tantangan zaman yang timbul dalam pertmbuhan bangsa indonesia. Cerita-cerita yang disajikan biasanya berhubungan dengan masalah-masalah diindonesia setelah perang.
Jadi pada periode 45 drama dan teater indonesia tumbuh dan berkembang, drama pada era ini tertulis dan dipntaskan dengan menggunakan bahasa indonesia.

C.    TOKOH-TOKOH ANGKATAN 45
Ada bebrapa pengarang penting pada masa 1940-1949  yaitu
1.      Chairil Anwar
Chairil Anwar dilahirkan di medan tanggal 22 juli 1922. Ia mulai muncul didunia kesenian pada zaman jepang. Bukan karena sajak-sajaknya mendapat hadiah karena ia berlomba-lomba mencipta sesuai dengan pesanan jepang, tetapi terutama karena sifatnya yang eksentrik dan tidak mau dikuasai oleh pusat kebudayaan. Sajak nya yang termasyur dan merupakan gambararan hidupnya yang membersit-besit dan individualisme ialah yang berjudul ‘Aku’. [7]
Pada tahun 1948, Chairil menerbitkan dan memimpin redaksi majalah gema suasana. Tapi segera ditinggalkannya karena ia tidak pernah bisa betah lama-lama bekerja dikantor. Dan pada tanggal 28 april 1949, ia meninggal karena tifus dan penyakit lain. Baru pada waktu ia sudah meninggalkan sajak-sajaknya diterbitan orang sebagai buku : Krikil Tajam Yang Terampas dan Yang Luput (1949), Deru Campur Debu (1949) dan Tiga menguak Takdir (1950). Yang tidak termuat dalam ketiga kumpulan itu kemudian diterbitkan dengan kata pengantar H.B. Jansin, berjudul Chairl Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956).[8]
Jadi Chairil anwar merupakan pengarang sajak pada angkatan 45. Salah satu sajaknya yang termasyur dan merupakan gambaran hidupnya yang membersit-bersit dan individualisme ialah yang berjudul ‘Aku’. Dan pada saat ia meninggal sajak-sajaknya diterbitkan orang sebagai buku.
2.      Asrul Sani
Asrul Sani adalah seorang penyair angkatan 45, yang lahir di Rao, Sumatera Barat, tanggal 10 Juni 1926, adalah seorang dokter hewan yang dalam dunia sastra bergerak dalam berbagai bidang. Ia pertama kali mengumumkan sajak-sajak dan karya-karyaya yang lain dalam majalah Gema Suasana dan mimbar indonesia. Selain menulis sajak, asrul menulis juga cerpen, esai, kritik filem dan lain-lain.
Sajak-sajak Asrul sangat melodis. Kata-katanya memberikan citra yang lincah dan segar. Salah satu sajaknya yaitu ‘Mantera’ dan ‘Surat Dari Ibu’. Dalam esai-esainya Asrul sangat indah gayanya, tajam dan lapang dada. Beberapa buah esainya memberi gambaran tentang kehidupan zamannya. Salah satu esainya berjudul ‘Fragmen Keadaan’. Dalam cerpennya Asrul terasa ada usaha untuk menyelami dan mengemukakan situasi manusia yang membelenggu karena kebodohan manusia itu sendiri. Salah satu cerpennya berjudul ‘Dari Suatu Asa Dari Suatu Tempat’.[9]
Jadi Asrul Sani adalah penyair yang memberikan citra lincah dan segar, sangat indah gayanya, tajam dan lapang dada. Di dalam karyanya Asrul berusaha untuk mengemukakan situasi manusia yang terkekang akibat kesalahanya sendiri.
3.      Rivai Apin
Rivai Apin lahir di Padang panjang tanggal 30 Agustus 1927. Selain menulis sajak, ia pun menuis cerpe, esai, kritik, skenario film dan lain-lain. Meskipun Rivai Apin menulis tak selancar Asru Sani. Namun sejak maih sekolah menengah ia telah mengumumkan sajak-sajaknya dalam majalah-majalah terkemuka, ia pun pernah duduk sebagai anggta redaksi Gema Suasana, Gelanggang, Zenith dan lain-lain.
Tahu1954 ia sempat mengejutkan kawan-kawannya, ia keluar dar redaksi Gelanggang yang telah didirikannya bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani dan beberapa waktu kemudian ia masuk ke Lingkungan Kebudayaan Rakyat (Lekra) sempat memimpn majalah kebudayaan zaman baru yang menjadi organ kebudayaan PKI.[10]
Jadi Rivai Apin adalah penulis sajak namun selain itu ia pun menulis cerpen, kritik, skenario film dan lain-lain. Salah satu sajaknya berjudul kebebasan.
4.      Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer lahir pada tanggal 2 Februari 1925. Meskipun sudah mulai mengarang sejak zaman jJepang dan pada awal revolusi telah menerbitkan buku Kranji dan Bekasih Jatuh (1974). Baru menarik perhatian dunia sastra Indonesia pada tahun 1949 ketika cerpennya ‘Blora’ yang ditulisnya dalam penjara diumumkan dan romannya perburuan (1950) mendapat hadiah sayembara mengarang yang diselenggarakan di Balai Pustaka.[11] Pramoedya Anata Toer sangat produktif dalam menulis, baik berupa cerpen, roman, esai maupun kritik. Selain itu Pramoedya Ananata Toer juga menulis novel yang berjudul ‘Tetrologi Buru’ (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa dan Rumah Kaca).
Jadi Pramoedya Ananta Toer adalah orang yang sangat produktif dalam menulis karya sastra. Daan salah satu karya yang menarik perhatian dunia sastra Indonesia pada tahun 1949 yang berjudul ‘Blora’.
5.      Muhammad Ali Maricar
Muhammad Ali Maricar lahir di Surabaya tanggal 23 april 1927 dari keturunan India. Ia menulis sajak, cerpen dan sandiwaraa. Banyak dimuat dalam majalah-majalah Pujangga Baru, Zenith, Mimbar Indonesia, Gelenggang, Konfrontasi Indonesia dan lain-lain.[12]
Muhammad Ali Maricar sering dijuluki sebagai pengarang lapar karena sebuah drama radionya yang terkelanal berjudul ‘Lapar’. Drama tersebut dibukukan bersama dengan judul Hitam Atas Putih (1959). Muhammad Ali Maricar terkenal sebagai pengarang yang tulisan-tulisannya banyak bersifat kemasyarakatan. Tragedi (1954), Siksa Dan Bayangan (1955), Perjuangan Dengan Iblis (1955) Dan Kuburan Tak Beranda (1955).
Jadi Muhammad Ali Maricar Seorang penulis sajak, cerpen dan sandiwara. Dengan gaya tulisan yang bersifat kemasyarakatan.


DAFTAR PUSTAKA
Rosidi, Ajip.2011.Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia.Bandung: Pustaka Jaya.
Sarwadi. 2004. Sejarah Sastra Indonesia.Yogyakarta: Gama Media.
Sulistyowati, Endang Dan Tarman Efendi Tarsyad.2011. Teori Dan Sastra Puisi Indonesia.Banjarbaru: Scripta Cendikia.


[1] Sarwadi. 2004. Sejarah Sastra Indonesia.Yogyakarta: Gama Media. hal, 149.
[2] Endang Sulistyowati Dan Tarman Efendi Tarsyad. 2011.Teori Dan Sastra Puisi Indonesia.Banjarbaru: Scripta Cendikia. hal,71.
[3]Sarwadi, Loc cit. Hal, 151 .
[4] Sarwadi. Op Cit. Hal, 151.
[5] Endng Sulistyowati dan Tarman Effendi Tarsyad. Loc cit. Hal, 83.
[6] Ajip Rosidi.2011.Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia.Bandung: Pustaka Jaya. Hal, 95.
[7] Ibid., hal 103.
[8] Ibid., hal 107.
[9] Ajip rosidi. Op cit. Hal 109.
[10] Ajip rosidi. Op cit. Hal 112.
[11] Ibid., hal 117
[12] Ibid., hal 137