1

loading...

Tuesday, October 30, 2018

LOCAL KNOWLEDGE MASYARAKAT MADURA



LOCAL KNOWLEDGE MASYARAKAT MADURA:
Sebuah Strategi Pemanfaatan
Ekologi Tegal Di Madura

Dari hasil jurnal antropologi pembangunan masyarakat madura sebuah strategi pemanfaatan ekologi tegal di madura maka disimpulkan bahwa. Indonesia merupakan negara agraris, karena mayoritas penduduk menggantungkan pada usaha di bidang pertanian. Dalam sebuah negara agraris, seperti Indonesia, Kondisi alam Madura yang tandus, kurangnya curah hujan, dan irigasi yang tidak mencukupi, memaksa masyarakat Madura untuk memilih jenis-jenis tanaman yang adaptif. Karenanya, respon masyarakat Madura yang akhirnya membentuk local knowledge dalam memanfaatkan kurangnya ekologis pada alamnya penting untuk
dicatat. Terdapat tiga jenis tanaman, yang secara umum, ditanam oleh orang-orang
dengan cara rotasi setiap tahunnya, yakni jagung, padi, dan tembakau, Jagung merupakan tanaman terpenting yang ditanam di lahan tegalan. Ia menjadi bahan makanan pokok di Madura, terutama di Madura Timur. Karenanya, tanaman jagung merupakan jenis tanaman yang lebih dominan ditanam oleh masyarakat Madura. Ia
biasanya ditanam sebelum menanam padi atau secara bersamaan dengan
sistem tumpang sari.
 Penanaman jagung di Madura merupakan hasil dari serangkaian pengamatan, percobaan, dan akhirnya pemilihan masyarakat Madura atas berbagai alternatif tanaman adaptif di ekologi tegalan.  Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa jagung memang cocok untuk ditanam di ekologi tegal, karena jenis tanaman ini memerlukan kondisi tanah yang agak kering. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung berkisar antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara
23-27 derajat C.3
Local knowledge penanaman jagung tersebut kemudian diwariskan secara
turun-temurun. Data statistik menunjukkan bahwa luas tanaman ini selalu mengalami peningkatan. Data statistik kolonial pada 1920 menunjukkan bahwa total penanaman penanaman jagung seluas 371.900 ha. Pada 1940, penanaman jagung mengalami peningkatan yang sangat besar menjadi 309.700 ha.  Peningkatan jenis tanaman tersebut juga terjadi pada tahun 2000, yakni menjadi seluas 377.800 ha. Dengan semakin merosotnya ketahanan pangan nasional seperti ditunjukkan oleh adanya import beras akhir-akhir ini. Tanaman penting lainnya di Madura adalah padi. Penanaman padi di lahan tegalan hanya mungkin dilakukan pada musim hujan.
Pola penanaman ini disebut gagaranca. Pola gagaranca ini dapat dikerjakan melalui satu atau dua cara, yaitu: Pertama, cara panjak, yakni benih padi terlebih dahulu ditabur di persemaian. Setelah berselang kira-kira satu bulan, tunas padi itu dipindahkan ke lahan yang sudah diolah. Kedua, cara tektek, yakni benih padi langsung ditebarkan di lahan yang belum diolah. Cara kedua ini paling banyak dipraktikkan di lahan tegalan. Budi daya kedua jenis tanaman di atas, jagung dan padi, pada dasarnya untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri. Mereka menganut prinsip safetyfirst (dahulukan selamat)36 dalam mengelola usaha tani. Pola semacam ini merupakan ciri khas dari petani subsistensi, yakni mengelola lahan pertanian untuk penenuhan kebutuhan keluarga. Petani menjadi bahagia dan merasa sejahtera apabila kebutuhan keluarga bisa terpenuhi.
            Percobaan penanaman tembakau di Madura, pertama kali diadakan pada
tahun 1830. Namun residen Surabaya segera memberitahukan kepada Gubernur Jenderal, bahwa Madura sama sekali tidak cocok untuk penanaman tembakau. Lahan-lahannya yang rendah penuh dengan batu-batu dan tanah yang tinggi mengandung terlalu banyak kapur. Selain itu, lahan-lahannya sangat kekurangan air, sehingga semua budidaya tanaman yang membutuhkan pengairan atau kelembaban, tidak akan berhasil di sana. Karena ekspremen
dengan tanaman-tanaman lain juga tidak berhasil, pada waktu itu Madura selamat dari tanaman paksa yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial. Tetapi orang-orang Madura mengenal penanaman tembakau dengan cara lain. Banyak orang Madura dalam waktu singkat atau lama memeroleh pekerjaan di budidaya tembakau gubernemen di Jawa.
            Eksperimen penanaman tembakau di Madura, baik oleh para migran di Jawa
maupun oleh raja Sumenep dan pengusaha Belanda menjadi local knowledge yang kemudian membangkitkan keberanian orang Madura untuk berusaha dan menjadikan tembakau sebagai tanaman komersial yang terus meningkat. Perkembangan ini, tentu saja, sangat menarik. Kemungkinan besar ia disebabkan oleh kemampuan tanaman ini beradaptasi dengan lahan kering. Selain itu, tanaman
ini lambat laun menjadi tanaman primadona dalam meningkatkan taraf
ekonomi masyarakat.

No comments:

Post a Comment