MAKALAH
EVALUASI PEMBELAJARAN AUD “HAKIKAT
EVALUASI DAN ASASMEN”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi adaah proses pengumpulan data
dasar dan menelaah misalnya tentang evektivitas program belajar dan
pembelajaran, seperti misalnya dalam PKB (program kegiatan belajar), kebijakan
dan prosedur pelaksanaan PPP (program pembentukan prilaku) atau PKD
(pengembangan kemampuan dasar).
Instrumen asesmen untuk menghasilkan
informasi sebagai bukti kemajuan tentang perkembangan dan belajar anak d idik bisa berupa
prosedur formal atau informal. Secara formal misalnya dalam bentuk kuis/tes,
pedoman wawancara, perlengkapan pengukuran (untuk fisik). Sedang secara
informal misalnya berupa pengamatan, portofolio, narasi dan catatan anekdot.
Warseso, dkk (2007:1.6).
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud pengertian evaluasi
2. Apa
pengertian asesmen dan instrumen
3. Apa itu
prinsip-prinsip evaluasi di TK
4. Apa yg
dimaksud karakteristik dan manfaat evaluasi di TK
5. Apa itu
Penggunaan hasil evaluasi
6. Apa
bentuk-bentuk evaluasi dan hubungan fungsional
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
evaluasi
2. Untuk
mengetahui pengertian asesmen dan instrumen
3. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip evaluasi di TK
4. Untuk
mengetahui karakteristik dan manfaat evaluasi di TK
5. Untuk
mengetahui Penggunaan hasil evaluasi
6. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk evaluasi dan hubungan fungsional
BAB II
PEMBAHASAN
1.
HAKIKAT EVALUASI DAN ASSESMENT
A)
Pengertian Evaluasi Secara Umum
Evaluasi merupakan pengumpulan informasi
untuk menentukan kualitas dan kuantitas belajar peserta didik. Menurut TRIANTO
(2007:87) peniaian merupakanserangkaian kegiatan untuk memperoeh, menganalisis
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistemis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan.
Evaluasi adaah proses pengumpulan data
dasar dan menelaah misalnya tentang evektivitas program belajar dan
pembelajaran, seperti misalnya dalam PKB (program kegiatan belajar), kebijakan
dan prosedur pelaksanaan PPP (program pembentukan prilaku) atau PKD
(pengembangan kemampuan dasar).
Secara operasional mengevaluasi program
pembelajaran berarti mengamati, memeriksa, meneliti maksud atau tujuan dalam
merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan program tertentu, misalnya tujuan
sasaran (TPK = tujuan pembelajaran khusus) dan hasilnya (hasil belajar aktual)
apakah sudah seperti patokan prilaku sesuai standar kompetisi yang diharapkan,
dan menyatakan kemajuan yang teah dicapai anak, apakah sudah ke arah tujuan
atau belum[1].
Menurut A. Muri Yusuf, evaluasi merupakan
suatu proses pemberian makna, arti, nilai atau kualitas tetang suatu objek yang
di evaluasi atau peyusunan suatu keputusan tentang suatu objek berdasarkan
asesmen.[2]
Olehkarena itu perlu disadari bahwa evaluasi yang baik tidak dapat dilakukan
tanpa pengukura dan asesmen, karena pemberian makna hanya dimunginkan
berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan berdasarkan pengukuran dan
asesmen.[3] Mengevaluasi
adalah proses mengukur dan menilai.[4]
B)
Pengertian dasar evaluasi di TK
Penilaian atau evaluasi di TK merupakan
usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan serta
menyeluruh tentang proses dan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan
yang telah dicapai oeh anak didik melalui kegiatan belajar. Penilaian ini juga
merupakan upaya untuk mendapatkan
informasi atau data secara menyeluruh
tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai
melalui proses pembelajaran, meliputi perkembangan fisik motorik, sosial
emosional, kognitif, nilai agama dan moral, bahasa, seni.
C)
Pengertian assesment
Pengertian asesmen adalah proses
pengumpulan data bukti dan menelaah kebutuhan, keunggulan, kemampuan/adibilitas
dan deskripsi pencapaian perkembangan belajar anak usia dini, antara lain : di
TPA, KB, posyandu dan TK.
Asesmen merupakan istilah umum yang
meliputi semua metode yang biasanya dipakai untuk menjajagi kerja anak didik
secara perseorangan atau kelompok kecil. Asesmen dapat juga secara luas
merunjuk pada banyak keterampilan anak didik. Atau bisa juga merunjuk pada
suatu kejadian atau instrumen tertentu, misalnya asesmen portofolio.[5]
Istilah asesmen (assesment) diartikan
oleh stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan dan hasil belajar siswa
(autocomes). Sementara itu asesmen diartikan Kumano (2001) sebagai “The proces off collecting data which shows
the deveopment of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa
merupakan hal penting dalam asesmen.
Gabel (1993: 388-390) mengkategorikan asesmen ke dalam dua kelompok
besar yaitu asesmen tradisioal dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong
tredisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes meengkapi, dan tes
jawaban terbatas. Sementara itu yang
tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian
praktek, penilaian proyek, koesioner, inventori,
daftar Cek , penilaian oleh teman
sejawat/sebaya, penilaian diri (self assesment), portofolio, observasi, diskusi
dan interview (wawancara).[6]
D)
Instrumen Asesmen
Instrumen
asesmen untuk menghasilkan informasi sebagai bukti kemajuan tentang
perkembangan dan belajar anak didik bisa berupa prosedur formal atau informal.
Secara formal misalnya dalam bentuk kuis/tes, pedoman wawancara, perlengkapan
pengukuran (untuk fisik). Sedang secara informal misalnya berupa pengamatan, portofolio,
narasi dan catatan anekdot. Warseso, dkk (2007:1.6).
Adapun
proses asesmen ialah peristiwa mengoleksi, menyeleksi bukti nyata atau indikator
mengenai apa yang sudah dicapai oleh anak didik, kemudian diberikan
pemaknaan atau pendeskripsian. Pemaknaan dan pendeskripsian
pencapaian hasil belajar anak tersebut masih menjadi tugas asesmen, bukan
penilaian/evaluasi. Secara harfiah, asesmen adalah mengestimasi,
memperkirakan nilai suatu kualitas berdasarkan pada seperangkat
fakta/informasi faktual; dan tidak perlu bergantung pada bentuk hasil tes, pengukuran
atau peringkat.
Oleh
karena itu, definisi operasional asesmen
adalah suatu upaya menggambarkan (mendeskripsikan) karakteristik seseorang atau sesuatu,
biasanya berbentuk naratif-kualitatif. Batasan pengertian asesmen
tersebut dapat dihubungkan dengan tiap tahap proses pendidikan, tidak hanya
pada pencapaian akademik yang biasanya dilaporkan secara kuantitatif.
Proses pembelajaran lainnya seperti karakteristik anak didik secara perorangan
dan dalam kelompok kecil, metode pembelajaran, kurikulum, fasilitas
dan administrasi program juga dapat dilakukan asesmen karena asesmen
memungkinkan dilakukan pada segala hal yang berkaitan dengan proses
pembelajaran dan belajar untuk digambarkan, dideskripsikan biasanya secara
kualitatif, atau campuran kuantitatif-kualitatif.
Berdasarkan
lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian,
instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
1. substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2. konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai
dengan bentuk instru-men yang digunakan; dan
3. penggunaan bahasa yang
baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik.
Hal senada
dikemukakan oleh Mulyasa (2012:198) penilaian pendidikan anak usia dini dapat
dilakukan antara lain melalui penilaian unjuk kerja, observasi, anecdotal
record (catatan anekdot), pemberian tugas, percakapan, skala bertingkat,
fortofolio, dan penilaian diri.
v Penilaian unjuk kerja, dilakukan
berdasarkan tugas anak didik dalam melakukan
perbuatan yang dapat diamati. Misalnya berdoa, bernyanyi dan berolahraga.
v Observasi, adalah cara mengumpulkan data
untuk mendapatkan informasi melalui pengamatan
langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Untuk kepentingan
tersebut, diperlukan pedoman yang mengacu pada indicator yang telah
ditetapkan.
v Anecdotal record (catatan anekdot),
merupakan kumpulan catatan-catatan peristiwa penting tentang
sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu. Catatan
tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kreatifitas anak baik yang bersifat
positif maupun negative, kemudian ditafsirkan guru sebagai bahan penilaian
setiap akhir semester.
v Pemberian tugas, merupakan cara
penilaian berupa tugas yang harus dikerjakan
anak didik dalam waktu tertentu baik secara perseorangan maupun kelompok.
v Percakapan, dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang pengetahuan atau
penalaran anak mengetahui sesuatu. Percakapan merupakan pengumpulan data
dengan jalan mengadakan komunikai dengan sumber informasi yang dilakukan
denga dialog (tanya jawab).
v Skala bertingkat, memuat daftar
kata-kata atau persyaratan mengenai tingkah laku,
sikap, dan atau kemampuan peserta didik. Skala penilaian bias berbentuk bilangan,
huruf, da nada yang berbentuk uraian.
[1]
Drs. Depdiknas. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran di TK.
Jakarta: Ditjen Dikdasmen (KPG Evaluasi Pembelajaran di TK; pp. 85-114).
v Fortofolio, adalah kumpulan tugas dan
pekerjaan seseorang secara sistematis. Berdasarkan
pengertian ini guru dapat mengoleksi karya peserta didik berdasarkan
aturan tertentu. Dalam bidang pendidikan portofolio berarti pengumpulan
karya anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran pada satuan pendidikan
tertentu.
v Penilaian diri, merupakan proses
pengumpulan informasi untuk membuat gambaran tentang
kondisi diri sendiri. Penilaian diri mencakup nilai-nilai, minat,
kepribadian, dan keterampilan yang dapat dilakukan dengan tes psikologi.
E)
Prinsip-prinsip evaluasi di TK
Secara
garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap
kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi
merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Berdasarkan
beberapa kondisi yang melatar belakangi
prinsip-prinsip evaluasi tersebut maka dapat diuraikan beberapa prinsip
evaluasi pembelajaran seperti di bawah ini.
v Komprehensif
Evaluasi
hendaknya mencakup keseluruhan aspek yang akan dinilai, baik untuk bidang
pengembangan kemampuan dasar dan bidang pengembanga perilaku. Prinsip ini akan
membawa konsekuensi pada instrumen evaluasi serta laporan profil perkembangan
yang akan disusun. Instrumen hendaknya disusun atas dasar kisi-kisi instrumen
yang menggambarkan secara sistematis dan logis keseluruhan aspek bidang
pengembangan.
v Keterandalan
atau Reliabilitas
Evaluasi
yang baik seharusnya memiliki kepercayaan yang tinggi (reliabilitas) dari hasil
yang telah dicapainya tanpa banyak dipengaruhi unsur waktu dan orang yang
melakukannya. Hasil evaluasi harus memiliki konsistensi atau keajekan, artinya
kapan pun dinilai hasil yang dihasilkan tidak akan jauh berbeda.
v Kesahihan
atau Validitas
Evaluasi
yang baik hendaknya mengevaluasi secara tepat apa yang akan dievaluasi, dengan
mengupayakan alat evaluasi yang tepat. Ini bisa diibaratkan seorang pemburu
yang selalu dapat menembak dengan tepat binatang yang diburunya karena
menggunakan instrumen yang valid, yaitu pistol dengan daya jangkau tepat sesuai
kebutuhan.
v Obyektif
Obyektif
artinya bahwa penafsiran terhadap suatu informasi dalam evaluasi harus apa
adanya, sesuai kenyataan, menghindarkan diri dari subjektivitas sehingga akan
menghasilkan nilai yang relatif sama meskipun penilainya berbeda.
v Kontinu
atau Berkesinambungan
Evaluasi hendaknya dilakukan secara kontinu dalam
jangka waktu yang cukup, bukan hasil pengamatan sesaat sehingga memungkinkan
para guru memperoleh kesimpulan akhir yang akurat dan dapat dijadikan sebagai
dasar pengambilan keputusan.
v Bermakna
Evaluasi harus bermakna, artinya omemiliki manfaat atau
nilai guna bagi pembelajaran secara keseluruhan. Kebermaknaan ini harus menjadi
pertimbangan utama sehingga evaluasi dapat digunakan untuk perbaikan dan
peningkatan berbagai hal dalam pembelajaran, misalnya: perbaikan metode
mengajar, peningkatan kompetensi guru, perbaikan kurikulum, dan lain-lain.
F. Karakteristik
Evaluasi Pendidikan Di Taman Kanak-Kanak
1.
Pengertian
dan Tujuan Evaluasi Anak Usia Taman Kanak-Kanak
James E.
Johnson (1993) mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses memilih,
mengumpulkan dan menafsirkan informasi untuk membuat keputusan. Meskipun terdapat
berbagai alasan dilaksanakannya evaluasi, namun tujuan umumnya adalah untuk
membuat suatu keputusan. Evaluasi dapat dilakukan untuk memperbaiki program,
menghentikan program atau membandingkan program.[7]
Dalam
hubungannya dengan penelitian terhadap anak usia TK. The National
Association of Early Childhood Specialist (NAEYC, 1991) dalam Beaty
(1994) merumuskan tujuan mengevaluasi anak usia TK adalah sebagai berikut :
a. Untuk
merencanakan pembelajaran individual dan kelompok, serta untuk berkomunikasi dengan
para orang tua.
b. Untuk
mengidentifikasi apakah anak memerlukan bantuan atau layanan khusus.
c. Untuk
mengevaluasi apakah tujuan program pendidikan TK sudah tercapai atau belum.
Evaluasi
secara singkat juga dapat diidentifikasikan sebagai proses pengumpulan
informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil
evaluasi diharapkan dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan
mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.
Adapun tujuan lain dari proses mengevaluasi di TK :
a. Untuk
mengetahui ketercapaian, kemampuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
b. Untuk
merangsang kegiatan anak TK dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
c. Untuk
mencari keberhasilan atau tidak berhasil dalam proses belajar.
d. Untuk
memperoleh informasi apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
anak.
e. Untuk
memperolah masukan tentang kekuatan dan kelemahan dari suatu kegiatan belajar
sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kegiatan balajar berikutnya.
2.
Prinsip
Evaluasi
Banyak
metode, alat dan prosedur untuk menilai perkembangan anak usia TK. Oleh karena
itu, sangatlah perlu bagi guru untuk mengetahui dan memahami jenis evaluasi
yang tepat untuk diterapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, NAEYC dalam Beaty
(Masitoh,2000) memberikan pedoman yang dapat dijadikan acuan dalm pelaksanaan
evalusasi selama
proses pembelajaran di TK oleh guru. Pedoman yang dimaksud ialah :
a. Penilaian
harus dikaitkan dengan kurikulum, untuk mendapatkan hasil evaluasi yang tepat
sasaran dan tidak menyimpang dari tujuan maka pelaksanaan evaluasi harus
terkait dengan kurikulum.
b. Hasil
penilaian harus dimanfaatkan untuk kepentingan anak.
Penilaian
bukan sekedar angaka atau ungkapan deskriptif yang tidak bermakna dan tidak
memiliki manfaat untuk kemajuan anak itu sendiri. Dalam pelaksanaannya
sebaiknya guru memfokuskan pengamatan pada proses sesuatu yang terjadi yang
dianggap penting bagi anak, dan sebaiknya guru tidak sekedar menuliskan laporan
dalam buku pedoman.
c. Penilaian
harus mencakup seluruh aspek perkembangan anak.
Perkembangan manusia adalah utuh dan
menyeluruh. Dengan demikian, proses evaluasi diharapkan menyentuh keseluruhan
aspek perkembngan anak.
d. Penilaian
melibatkan observasi yang teratur dan periodik dari anak dalam berbagai keadaan
yang menggambarkan tingkah laku anak setiap saat.
e. Penilaian
menggunakan suatu alat dan prosedur yang tersususun, seperti koleksi karya
anak, catatan observasi yang sistematis, catatan percakapan dan wawancara
dengan guru- guru lain serta rangkuman kemajuan anak secara individual maupun
dalam kelompok.[8]
f. Penilaian
tidak mengabaikan kenyamanan psikologis anak, baik parasaan maupun harga
dirinya.
g. Penilaian
harus mendukung hubungan orang tua dan anak, dan tidak merusak kepercayaan
orang tua pada anaknya atas kemampuan yang dimilikinya atau merendahkan bahasa
dan kultur keluarga.
h. Penilaian
adalah suatu komponen yang esensial dari peran guru. Guru adalah penilai utama.9
Adapun prinsip prinsip lain dalam
dalam mengevaluasi anak di TK :
a. Berpusat
pada anak
Penilaian
yang dilakukan hendaknya berpusat pada semua aktivitas yang dilakukan oleh
anak. Penilaian ini bertugas melakukan pengamatan terhadap semua aktivitas yang
dilakukan oleh anak setiap saat, dimana saja dan kapan saja tanpa harus
menunggu waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan.
b. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara
berencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan proses belajar anak didik sebagai hasil kegiatan pembelajaran.
c. Menyeluruh/
keterpaduan
Perubahan
perilaku yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran perlu dicapai secara
menyeluruh baik yang menyangkut pengetahuan, sikap, perilaku, nilai, serta
keterampilan. Penilaian bersifat menyeluruh apabila penilaian yang digunakan
mencakup aspek proses dan hasil pengembangan yang secara bertahap menggambarkan
perubahan perilaku.
d. Lebih
mementingkan proses daripada hasil
Penil;aian
pada anak sebaiknya lebih mementingkan pada pengamatan yang dilakukan selama
proses yang berlangsung dan bukan pada hasil akhirnya
saja. Penilaian yang paling baik dilakukan saat anak
melakuakan aktivitas belajar dan bermain.
e. Berorientasi
pada tujuan
Penilaian di TK berorientasi pada
kompetensi yang diharapkan, proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
f. Objektif
dan alamiah
Dalam
melakukan penilaian diusahakan seobjektif mungkin, yaitu penilaian yang
memperhatikan objeknya. Perasaan- perasaan, keinginan- keinginan dan prasangka-
prasangka penilaian sedapat mungkin harus dikesampingkan pada saat menilai.
g. Mendidik
Hasil
penilaian harus dapat digunakan untuk membina dan memberikan dorongan kepada
semua anak dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh
karena itu, hasil penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai
penghargaan bagi anak yang belum berhasil. Dengan demikian, usaha penilaian
dapat memperkuat perilaku dan sikap yang positif.
h. Konsisten
dan jujur
Penilaian yang dilakukan oleh lebih
dari dua orang penilai akan lebih dapat dipertanggungjawabkan ketika membuat
rekomendasi atau menentukan tindak lanjut.
i.
Kebermaknaan
Hasil penilaian harus bermakna bagi
guru, orang tua, anak didik dan pihak- pihak lain yang membutuhkan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
j.
Kesesuaian
Penilaian harus memperhatikan adanya
kesesuaian antara apa yang diajarkan di Tk dengan laporan yang dibuat.
3.
Manfaat Evaluasi
Penilaian
memiliki manfaat bagi semua pihak, termasuk bagi anak itu sendiri. Di bawah ini
beberapa manfaat melakukan penilaian di PAUD:[9]
a.
Manfaat
Penilaian PAUD Bagi anak-anak:
1) Memelihara
pertumbuhan anak lebih sehat dan konsisten.
2) Perkembangan
anak menjadi lebih optimal.
3) Anak
mendapatkan stimulasi sesuai dengan minat dan perkembangannya.
4) Anak
mendapatkan dukungan yang lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangannya.
b.
Manfaat
bagi orang tua/keluarga:
1) Orang
tua memperoleh informasi tentang pertumbuhan, perkembangan dan minat anak di
satuan PAUD.
2) Memudahkan
orang tua dalam memberikan stimulasi yang sesuai dan berkelanjutan di rumah.
3) Membuat
keputusan bersama antara orang tua dengan pihak satuan PAUD dalam memberikan
dukungan dan memenuhi kebutuhan anak.
c.
Manfaat
bagi guru :
1) Mengetahui
perkembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak.
2) Mendapatkan
informasi awal tentang hambatan atau gangguan dalam tumbuh-kembang anak.
3) Mengetahui
kesesuaian stimulasi dalam layanan dengan kebutuhan perkembangan anak.
4) Dapat
memberikan dukungan yang tepat kepada anak.
5) Memiliki
data dan informasi tentang perkembangan anak untuk pembuatan rencana
pembelajaran selanjutnya
G.
Penggunaan Hasil Evaluasi
Pada dasarnya "penggunaan hasil evaluasi"
yang diperoleh adalah bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dalam
mengadakan evaluasi itu sendiri. Atau bergantung pada jenis-jenis tes yang
dilakukan. Beberapa contoh penggunaan hasil tes antara lain:
1. Menentukan naik tidaknya atau lulus
tidaknya seorang siswa. Hal ini kita dasarkan pada interpretasi kita terhadap
taraf kesiapan siswa tersebut, Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah
tes sumatif.
2. Mengadakan diagnosa atau remedial. Dari
hasil tes yang telah kita lakukan kita dapat mengetahui kelemahan-kelemahan
siswa, maka langkah berikutnya adalah mencari sebab-sebab kelemahan tersebut,
kemudian melakukan remedial (penyembuhan). Dalam penggunaan ini, tes yang
dimaksud adalah tes diagnostik.
3. Perlu tidaknya suatu pelajaran diulang
kembali atau tidak. Hal ini kita dasarkan pada interpretasi terhadap prestasi
kelompok. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes formatif.
4. Membangkitkan motif siswa. Ketika hasil
tes ditunjukkan, biasanya siswa berminat sekali untuk mengetahuinya, guru dapat
memanfaatkan minat yang besar tersebut untuk memberikan dorongan kepada siswa
untuk belajar lebih giat.
5. Memberikan laporan kepada orang tua.
Dengan tujuan agar dia memiliki gambaran oyektif tentang perkembangan anaknya,
untuk kemudian menyikapinya.
Secara garis
besar ada dua macam bentuk penilaian, yaitu bentuk tes subjektif dan bentuk tes
objektif. Berikut penjelasannya:[10]
Tes subjektif ini biasa disebut
juga sebagai tes essay atau essay examination. Yang dimaksud
dengan tes essay adalah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan, yang jawabannya
merupakan karangan (essay) atau kalimat yang panjang-panjang. Tes esai
merupakan bentuk penilaian yang paling dikenal dan banyak digunakan oleh
guru-guru disekolah dari dulu sampai sekarang. Umumnya tes esai ini
berjumlahkan lima sampai sepuluh item soal saja.
Menurut sejarah yang ada lebih
dahulu itu adalah bentuk tes subjektif ini / tes esai. Akan tetapi karena
bentuk ini banyak kelemahan-kelemahan, maka para ahli pendidikan berusaha untuk
menyusun tes dalam bentuk yang lain, yaitu tes objektif. Meskipun demikian, tidak berarti
bentuk esai ditinggalkan sama sekali. Bentuk esai dapat digunakan untuk
mengukur kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Dilihat dari
luas sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk esai atau bisa juga
disebut uraian, dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (
restricted respons items ) dan uraian bebas ( extented respons
items ).
artinya
butir soal itu hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan tanpa memberikan
arahan tertentu dalam menjawabnya.
Contoh :
artinya
peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan, namun arah
jawaban dibatasi sedemikian rupa sehingga kebebasan tersbut menjadi bebas yang
terarah.
Contoh
: Dimasa Khulafaur Rasyidin,
tercatat tiga peristiwa peperangan antara kaum muslimin menghadapi Romawi.
Sebutkan dan Jelaskan secara singkat ketiga peristiwa dimaksud!
Tes objektif terdiri atas beberapa
bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi jawaban
atau jawaban singkat. Sebagaimana dikemukakan oleh Witherington ( 1952 ) bahwa
, “There are many varietes of there new test, but four kinds are in most
common use, true false, multiple-choice, completion, matching”.
Tes pilihan ganda ini umumnya terdiri atas kalimat pokok
yang berupa pernyataan yang belum lengkap dan diikuti oleh empat sampai lima
kemungkinan jawaban yang dapat melengkapi pernyataan tersebut. Pelajar harus
memilih salah satu diantara kemungkinan jawaban tersebut.
Tes menjodohkan ini sering dikenal
dengan sebutan tes matching, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes
mencocokkan, dan tes mempertandingkan. Jadi dalam tes ini disediakan dua
kelompok bahan dan peserta didik harus mencari pasangan yang sesuai antara
kelompok pertama dengan kelompok kedua sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes
tersebut.
Tes
ini sering dikenal dengan tes completion, dimana tes ini berbentuk pernyataan
yang salah satunya dikosongkan. Tugas peserta didik ialah mengisi jawaban pada
kata-kata yang kosong tersebut.
2.
Hubungan
Tes, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi memiliki
perbedaan arti dan fungsi seperti yang sudah dikemukakan di atas. Namun
semuanya tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan sebab semuanya memiliki
keterkaitan yang erat.[11]
Tes adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur.
Tes merupakan alat utama yang digunakan untuk melalui proses pengukuran
penilaian dan evaluasi. Pengukuran dan penilaian juga merupakan dua proses yang
bekesinambungan. Pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu yang menhasilkan skor
dan dari hasil pengukuran kita dapat melaksanakan penilaian. Antara penilaian dan evaluasi sebenarnya memiliki
persamaan yaitu keduanya mempunyai
pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, disamping itu juga alat yang
digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama. Evaluasi
dan penilaian lebih bersifat kualitatif.
Evaluasi secara singkat juga dapat
diidentifikasikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk mengetahui
pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil evaluasi diharapkan dapat
mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk
belajar lebih baik.
Asesmen
merupakan proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang
menyangkut kurikulum, proses pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan
sekolah. Sedangkan evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh
seseorang ( evaluator ) untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan suatu program ( yang telah dibuat melalui asesmen )
telah tercapai dan dilakukan secara berkesinambungan.
Jadi,
asesmen dan evaluasi merupakan dua proses yang saling berkaitan dan
berkesinambungan untuk mengetahui dan menilai hasil pembelajaran yang sudah
dilakukan, sejauh mana pemahaman siswa dalam materi yang diberikan dan
keefektifan program pembelajaran yang diterapkan agar dapat dipertanggungjawabkan
kepada instansi terkait, siswa itu sendiri dan orang tua siswa.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini
dimasa yang akan datang.
[1] Drs. Ikhsan waseso
Modul 1 :hakikat evaluasi dan asesmen,
hal 1.3 & 1.4
[2] A. Muri Yusuf, asesmen dan evaluasi pendidikan, hal 21
[3] Ibid, h. 22
[6] Ana ratna wullan,
jurnal : pengertian esensi dan konsep
evaluasi, asesmen, tes, dan pengukuran, h 2
[7] Djemari
Mardapi, Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta: Nuha
Medika, 2012) h. 88
[8] Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006) h. 45
[9] Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat
Satuan Pendidikan, (Jakarta; Gedung Persada Press, 2010) h. 78
[10] Djemari Mardapi, Pengukuran Penilaian dan Evaluasi
Pendidikan (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012) 14
[11] Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006) h. 188
No comments:
Post a Comment