1

loading...

Monday, August 12, 2019

RESUME MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK


 RESUME MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK


A. Manajemen Talking Stick
1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto, 2007:5).Sedangkan menurut Suprijono (2010:46) menyatakan bahwa model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalamanbelajar untuk mencapai tujuan belajar.Selain itu, Anurrahman (2009:146) juga mengutarakan pendapatnya bahwa model pembelajaran merupakan suatu perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perangkat rencana atau kerangka konseptual yang dipergunakan sebagai pedoman dalam merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas di kelas atau pembelajaran dalam tutorial guna mencapai tujuan belajar.Adapun model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivisme adalah pembelajaran cooperative. Menurut Anita Lie (2008:12) mendefinisikan pembelajaran cooperative merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama antar siswa pada saat mengerjakan tugas terstruktur. Sedangkan menurut Eggen dan Kauchak dalam Hasan Fauzi Maufur (2009:129) menjelaskan bahwa pembelajaran cooperative merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.[1]
Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan bantuan tongkatdengan memberikan kesempatan kepada kelompok atausiswa yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus menerus sampai semua kelompok atau siswa mendapatkan giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. [2]
2. Prinsip Model Pembelajaran Talking Stick
   Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Sebagai mana yang dikemukakan oleh Carol Locust berikut ini: “The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.”
3. Tujuan Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran Talking Stick ini berkembang dari penelitian belajar kooperatifoleh Slavin pada tahun 1995. Model pembelajaran ini merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Karena didalam pelaksanaan model pembelajaran ini siswa dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya.Sehingga siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah. Sebagaimana yang telah diuraikan diatas mengenai jenis dari model pembelajaran ini, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Talking Stick ini bertujuan pada penggalian kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru atau melatih mental berbicara siswa secara mandiri, berani dan bertanggung jawab didepan forum atau kelas, sehingga dapat membentuk karakter siswa yang berani mengemukakan pendapat dengan penuh tanggung jawab. Selain untuk melatih berbicara, model pembelajaran ini juga bertujuan untuk mengembangkan sikap saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok (Isjoni, 2010: 21). Sedangkan menurut Eggen dan Kauchak (1996: 279) model pembelajaran Talking stick ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang memiliki perbedaan latar belakangnya.
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut, terdapat beberapa langkah sebagai berikut:Pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Siswa diberikan kesempatan membaca materi tersebut.berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa.Siswa yang menerima tongkat diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari siswa ke siswa lainnya, sebaiknya diiringi musik. Langkah terakhir dari model pembelajaran ini adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa  yang selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan.
Adapun menurut Suyatno (2009:124) langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran Talking Stick iniadalah sebagai berikut:
·         Guru menyiapkan tongkat.
·         Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi tersebut.
·         Setelah selesai memberikan waktu kepada siswa untuk mempelajari materi yang pokok yang akan dibahas, guru menyuruh siswa untuk menutup bukunya.
·         Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar atau keseluruhan siswa mendapat kesempatan untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
·         Guru memberikan kesimpulan.
·         Evaluasi.
·         Penutup.
Kemudian menurut Widodo (2009) menjelaskan bahwa sintaks atau langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick ini adalah sebagai berikut:
1)      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2)      Guru menyiapkan sebuah tongkat.
3)      Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut.
4)      Setelah siswa membaca materi/ buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mempersiapkan diri menjawab pertanyaan guru.
5)      Guru memberikan tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan pada siswa lainnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6)      Guru memberikan kesimpulan.
7)      Evaluasi
8)      Penutup
5. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Talking Stick
            Pembelajaran dengan model Talking stick ini sangat cocock diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/ SMK. Selain untuk melatih kemampuan berbicara, pembelajaran ini juga akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif pada pembelajaran. Adapun beberapa kelebihan pada model pembelajaran Talking Stick ini diantaranya:
a. Menguji kesiapan dari siswa dalam pembelajaran.
b. Melatih para siswa memahami materi dengan cepat.
c. Memacu agar para siswa lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai).
d. Membuat para siswa berani untuk mengemukakan pendapat.
e. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain atau siswa lain yang dirasakan lebih baik.
f. Meningkatkan motivasi, kepercayaan diri dan life skill yang mana pendekatan tersebut ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap positif belajar dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak.
            Sedangkan kelemahan dari penggunaan startegi ini adalah diantaranya:
a. Membuat senam jantung para siswa.
b. Membuat para siswa tegang, ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.
c. Siswa cenderung individu.
d. Siswa yang lebih pandai lebih mudah menerima materi, sedangkan siswa yang kurang pandai kesulitan menerima materi.
e. Ketenangan kelas kurang terjaga.
Pembelajaran yang bermutu dihasilkan oleh guru yang bermutu pula. Kecakapan guru dalam mengelola proses pembelajaran menjadi inti persoalannya. Tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran sedikitnya harus meliputi fase-fase berikut :
1) Menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2) Memilih dan melaksanakan metode yang tepat dan sesuai materi pelajaran serta memperhitungkan kewajaran metode tersebut dengan metode-metode yang lain
3) Memilih dan mempergunakan alat bantu atau media guna membantu tercapainya tujuan
4) Melakukan penilaian atau evaluasi pembelajaran.
Hal-hal di atas menjadi tugas guru. Guru dituntut untuk mempunyai kecakapan dan pengetahuan dasar agar mampu melaksankaan tugasnya secara professional. Dengan demikian, pembelajaran yang akan diterapkan akan menjadi hal yang bermutu bagi para siswa. Adapun pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang efektif yang pada intinya adalah menyangkut kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan sangat menentukan mutu hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.Mutu pembelajaran pada hakikatnya menyangkut mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Hadis (2010:97) menjelaskan bahwa mutu proses pembelajaran diartikan sebagai mutu aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan pesrta didik di kelas dan tempat lainnya. Sedangkan mutu hasil pembelajaran adalah mutu aktivitas pembelajaran yang terwujud dalam bentuk hasil belajar nyata yang dicapai oleh peserta didik berupa nilai-nilai.

B. Manajemen Model Talking Stick untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Manajemen menurut Ricky W. Griffin adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordiansian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan.Sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan jadwal.Adapun fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber daya yang dimiliki. Hal ini bertujuan agar dapat mengevaluasi dengan berbagai rencana alternative sebelum mengambil tindakan. Dengan demikian, akan dapat diketahui mengenai rencana yang dipilih, apakah cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan atau tidak. Perencanaan ini merupakan hal terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi yang lainnya tidak dapat berjalan.
b. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
c. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
Dalam sebuah kegiatan pembelajaran, perlu adanya manajemen yang mengatur bagaiman kegiatan pembelajaran tersebut berjalan.Hal tersebut dikarenakan kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan terencana.Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran ini dibutuhkan kejelian dari guru atau pendidik untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mana harus disesuaikan denganmata pelajaran dan kondisi kelas.Pemilihan model pembelajaran ini sangat memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan dalam pembelajaran.Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kegiatan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang disusun untuk membuat siswa bisa belajar.Serangkain kegiatan dalam pembelajaran tentu harus direncanakan terlebih dahulu juga harus disusun sebaik mungkin disesuaikan dengan konteks situasi, materi, kondisi siswa, dan ketersediaan media pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru ditugaskan untuk mengetahui keadaan dan kondisi kelas yang akan ditempati untuk kegiatan belajar mengajar agar dalam pemilihan metode pembelajaran tidak salah sasaran.
Dalam kaitannya dengan pemilihan model pembelajaran, penulis ingin menguraikan bagaimana pengaruh dari penerapan model pembelajaran Talking stick yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.Dalam model talking stick ini, sebagaimana filosofi dari penggunaan talking stick yakni memberikan kesempatan untuk berbicara didalam forum yang dilakukan oleh suku Indian di Amerika, siswa dituntut untuk berani berbicara didalam forum untuk mengemukakan pendapatnya atau menjawab pertanyaan dari guru secara tanggung jawab.Kemampuan berbicara didalam forum ini sebenarnya hal yang sangat mudah dibayangkan, namun dalam pelaksanaannya itu sangat sulit.Ini disebabkan karena kurang terbiasanya siswa mengemukakan atau berbicara didalam forum yang mana menjadi sorotan oleh pendengar lainnya. Untuk itu, tujuan dari penggunaan model ini adalah untuk membiasakan daripada siswa berbicara dan mengemukakan pendapatnya secara tanggung jawab sehingga akan tertanam jiwa yang aktif, kritis, dan bertanggung jawab dengan apa yang dikatakannya. Selain dari itu, siswa juga dilatih agar dapat menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain sehingga tetap akan menghasilkan pribadi yang bisa menghargai orang lain. Dengan begitu, selain dari jiwa partisipasi dan keberanian dalam mengemukakan pendapatnya, jiwa kesantunan juga akan dapat tertanam pada diri siswa.


[1]Isjoni.Cooperative Learning, EfektivitasPembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

[2]Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta:Grasindo.

No comments:

Post a Comment