RESUME MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK
A.
Manajemen Talking Stick
1. Pengertian
Model Pembelajaran Talking Stick
Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial (Trianto, 2007:5).Sedangkan menurut Suprijono (2010:46) menyatakan
bahwa model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalamanbelajar untuk
mencapai tujuan belajar.Selain itu, Anurrahman (2009:146) juga mengutarakan
pendapatnya bahwa model pembelajaran merupakan suatu perangkat rencana atau
pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pelajaran serta
membimbing aktivitas pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perangkat rencana
atau kerangka konseptual yang dipergunakan sebagai pedoman dalam merancang
bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial guna mencapai tujuan belajar.Adapun model pembelajaran yang
didasarkan pada pandangan konstruktivisme adalah pembelajaran cooperative.
Menurut Anita Lie (2008:12) mendefinisikan pembelajaran cooperative merupakan
sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
antar siswa pada saat mengerjakan tugas terstruktur. Sedangkan menurut Eggen
dan Kauchak dalam Hasan Fauzi Maufur (2009:129) menjelaskan bahwa pembelajaran
cooperative merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.[1]
Model
pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan bantuan tongkatdengan memberikan kesempatan kepada kelompok
atausiswa yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang
terus menerus sampai semua kelompok atau siswa mendapatkan giliran untuk
menjawab pertanyaan dari guru. [2]
2. Prinsip
Model Pembelajaran Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah
metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli amerika untuk mengajak
semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antar suku). Sebagai mana yang dikemukakan oleh Carol Locust berikut ini: “The
talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of
just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council
circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern
would come before the council, the leading elder would hold the talking stick,
and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would
hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In
this manner, the stick would be passed from one individual to another until all
who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder
for safe keeping.”
3. Tujuan Model
Pembelajaran Talking Stick
Model
pembelajaran Talking Stick ini berkembang dari penelitian belajar kooperatifoleh
Slavin pada tahun 1995. Model pembelajaran ini merupakan suatu cara yang
efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Karena
didalam pelaksanaan model pembelajaran ini siswa dituntut mandiri sehingga
tidak bergantung pada siswa yang lainnya.Sehingga siswa harus mampu bertanggung
jawab terhadap diri sendiri dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam
menyelesaikan masalah. Sebagaimana yang telah diuraikan diatas mengenai jenis
dari model pembelajaran ini, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Talking Stick ini bertujuan pada penggalian kemampuan siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru atau melatih mental berbicara siswa secara
mandiri, berani dan bertanggung jawab didepan forum atau kelas, sehingga dapat
membentuk karakter siswa yang berani mengemukakan pendapat dengan penuh
tanggung jawab. Selain untuk melatih berbicara, model pembelajaran ini juga
bertujuan untuk mengembangkan sikap saling menghargai pendapat dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan
pendapat mereka secara kelompok (Isjoni, 2010: 21). Sedangkan menurut Eggen dan
Kauchak (1996: 279) model pembelajaran Talking stick ini bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang memiliki perbedaan
latar belakangnya.
4.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick
Dalam
melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut, terdapat beberapa
langkah sebagai berikut:Pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick
diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Siswa
diberikan kesempatan membaca materi tersebut.berikan waktu yang cukup untuk
aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bukunya. Guru
mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut
diberikan kepada salah satu siswa.Siswa yang menerima tongkat diwajibkan
menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari
siswa ke siswa lainnya, sebaiknya diiringi musik. Langkah terakhir dari model
pembelajaran ini adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
refleksi terhadap materi yang telah dipelajari. Guru memberikan ulasan terhadap
seluruh jawaban yang diberikan siswa
yang selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan.
Adapun
menurut Suyatno (2009:124) langkah-langkah dalam melaksanakan model
pembelajaran Talking Stick iniadalah sebagai berikut:
·
Guru
menyiapkan tongkat.
·
Guru
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi tersebut.
·
Setelah
selesai memberikan waktu kepada siswa untuk mempelajari materi yang pokok yang
akan dibahas, guru menyuruh siswa untuk menutup bukunya.
·
Guru
mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa. Setelah itu, guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar atau keseluruhan siswa mendapat kesempatan
untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
·
Guru
memberikan kesimpulan.
·
Evaluasi.
·
Penutup.
Kemudian
menurut Widodo (2009) menjelaskan bahwa sintaks atau langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick ini adalah sebagai berikut:
1)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2)
Guru menyiapkan sebuah tongkat.
3)
Guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi lebih lanjut.
4)
Setelah siswa membaca materi/ buku
pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mempersiapkan diri
menjawab pertanyaan guru.
5)
Guru memberikan tongkat dan memberikan
kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya. Jika siswa sudah dapat menjawabnya maka
tongkat diserahkan pada siswa lainnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6)
Guru memberikan kesimpulan.
7)
Evaluasi
8)
Penutup
5. Kelebihan
dan Kelemahan Model Pembelajaran Talking Stick
Pembelajaran dengan model Talking
stick ini sangat cocock diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/ SMK. Selain
untuk melatih kemampuan berbicara, pembelajaran ini juga akan menciptakan
suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif pada pembelajaran. Adapun
beberapa kelebihan pada model pembelajaran Talking Stick ini diantaranya:
a. Menguji
kesiapan dari siswa dalam pembelajaran.
b. Melatih para
siswa memahami materi dengan cepat.
c. Memacu agar
para siswa lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai).
d. Membuat para
siswa berani untuk mengemukakan pendapat.
e. Meningkatkan
kesediaan menggunakan ide orang lain atau siswa lain yang dirasakan lebih baik.
f. Meningkatkan
motivasi, kepercayaan diri dan life skill yang mana pendekatan tersebut ditujukan
untuk memunculkan emosi dan sikap positif belajar dalam proses belajar mengajar
yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan
startegi ini adalah diantaranya:
a. Membuat
senam jantung para siswa.
b. Membuat para
siswa tegang, ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.
c. Siswa
cenderung individu.
d. Siswa yang
lebih pandai lebih mudah menerima materi, sedangkan siswa yang kurang pandai
kesulitan menerima materi.
e. Ketenangan
kelas kurang terjaga.
Pembelajaran yang bermutu dihasilkan oleh guru yang bermutu
pula. Kecakapan guru dalam mengelola proses pembelajaran menjadi inti
persoalannya. Tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran sedikitnya harus
meliputi fase-fase berikut :
1) Menetapkan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2) Memilih
dan melaksanakan metode yang tepat dan sesuai materi pelajaran serta
memperhitungkan kewajaran metode tersebut dengan metode-metode yang lain
3) Memilih
dan mempergunakan alat bantu atau media guna membantu tercapainya tujuan
4) Melakukan
penilaian atau evaluasi pembelajaran.
Hal-hal di atas menjadi tugas guru. Guru dituntut untuk mempunyai
kecakapan dan pengetahuan dasar agar mampu melaksankaan tugasnya secara
professional. Dengan demikian, pembelajaran yang akan diterapkan akan menjadi
hal yang bermutu bagi para siswa. Adapun pembelajaran yang bermutu adalah
pembelajaran yang efektif yang pada intinya adalah menyangkut kemampuan guru
dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru akan sangat menentukan mutu hasil pembelajaran yang akan diperoleh
siswa.Mutu pembelajaran pada hakikatnya menyangkut mutu proses dan mutu hasil
pembelajaran. Hadis (2010:97) menjelaskan bahwa mutu proses pembelajaran diartikan
sebagai mutu aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan pesrta
didik di kelas dan tempat lainnya. Sedangkan mutu hasil pembelajaran adalah
mutu aktivitas pembelajaran yang terwujud dalam bentuk hasil belajar nyata yang
dicapai oleh peserta didik berupa nilai-nilai.
B. Manajemen Model Talking Stick untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran
Manajemen menurut Ricky W. Griffin adalah sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordiansian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan.Sementara efisien berarti bahwa tugas
yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan jadwal.Adapun
fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:
a.
Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber
daya yang dimiliki. Hal ini bertujuan agar dapat mengevaluasi dengan berbagai
rencana alternative sebelum mengambil tindakan. Dengan demikian, akan dapat
diketahui mengenai rencana yang dipilih, apakah cocok dan dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan atau tidak. Perencanaan ini merupakan hal terpenting dari semua
fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi yang lainnya tidak
dapat berjalan.
b.
Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan
besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
c.
Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang
direncanakan.
Dalam sebuah kegiatan pembelajaran, perlu adanya manajemen
yang mengatur bagaiman kegiatan pembelajaran tersebut berjalan.Hal tersebut
dikarenakan kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan
terencana.Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran ini dibutuhkan kejelian
dari guru atau pendidik untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang
mana harus disesuaikan denganmata pelajaran dan kondisi kelas.Pemilihan model
pembelajaran ini sangat memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan
dalam pembelajaran.Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kegiatan
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang disusun untuk membuat siswa bisa
belajar.Serangkain kegiatan dalam pembelajaran tentu harus direncanakan
terlebih dahulu juga harus disusun sebaik mungkin disesuaikan dengan konteks
situasi, materi, kondisi siswa, dan ketersediaan media pembelajaran. Oleh
karena itu, seorang guru ditugaskan untuk mengetahui keadaan dan kondisi kelas
yang akan ditempati untuk kegiatan belajar mengajar agar dalam pemilihan metode
pembelajaran tidak salah sasaran.
Dalam kaitannya dengan pemilihan model pembelajaran, penulis
ingin menguraikan bagaimana pengaruh dari penerapan model pembelajaran Talking
stick yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.Dalam model talking
stick ini, sebagaimana filosofi dari penggunaan talking stick yakni memberikan
kesempatan untuk berbicara didalam forum yang dilakukan oleh suku Indian di
Amerika, siswa dituntut untuk berani berbicara didalam forum untuk mengemukakan
pendapatnya atau menjawab pertanyaan dari guru secara tanggung jawab.Kemampuan
berbicara didalam forum ini sebenarnya hal yang sangat mudah dibayangkan, namun
dalam pelaksanaannya itu sangat sulit.Ini disebabkan karena kurang terbiasanya
siswa mengemukakan atau berbicara didalam forum yang mana menjadi sorotan oleh
pendengar lainnya. Untuk itu, tujuan dari penggunaan model ini adalah untuk membiasakan
daripada siswa berbicara dan mengemukakan pendapatnya secara tanggung jawab
sehingga akan tertanam jiwa yang aktif, kritis, dan bertanggung jawab dengan
apa yang dikatakannya. Selain dari itu, siswa juga dilatih agar dapat
menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain sehingga tetap akan
menghasilkan pribadi yang bisa menghargai orang lain. Dengan begitu, selain
dari jiwa partisipasi dan keberanian dalam mengemukakan pendapatnya, jiwa
kesantunan juga akan dapat tertanam pada diri siswa.
No comments:
Post a Comment