1

loading...

Sunday, November 11, 2018

MAKALAH SASTRA DAERAH


MAKALAH SASTRA DAERAH 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang
Sastra daerah merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yang mengandung nilai penting,karena melalui sastra daerah dapat dilestarikan beraneka ragam budaya yang ada. Keberadaan kebudayaan nasional yang bercorak Bhineka Tunggal Ika mustahil dapat terwujud tanpa landasan aneka bahasa dan sastra daerah sebagai wahana penyanggah kebudayaan nasional.
Salah satu  sastra daerah di Indonesia yang sekarang ini masih dibina dan dipelihara oleh masyarakatnya adalah sastra daerah rejang. Rejang merupakan salah satu suku yang miliki kelompok tersendiri, masyarakat yang menggunakan bahasa Rejang adalah masyarakat Lebong dan Rejang lebong yang terletak di Provinsi Bengkulu.
Bahasa Rejang berasal dari aksara kaganga, yang kemudian di kembangkan penduduknya dari mulut ke mulut, bahasa rejang juga memiliki perbedaan di setiap daerahnya mulaidari bahasa Lebong, Rejang Curup, Rejang Kepahiang dan Rejang Benteng, meskipun mereka semuanya mengunakan bahasa rejang setiap hari mereka memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa Pengertian Sastra Daerah?
b.      Apa Saja Sastra Daerah Rejang?
C.    Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui pengertian sastra daerah.
b.      Untuk mengetahui macam-macam sastra Rejang.
D.    Manfaat Penulisan
a.       Makalah ini bermanfaat untuk dosen, sebagai bahan referensi dalam pengajaran sastra daerah.
b.      Makalah ini bermanfaat untuk pemateri untuk menambah wawasan tentang sastra di daerah sekitar masyarakat kita.
c.       Makalah ini bermanfaat untuk masyarakat, agar mengetahui banyak sekali sastra daerah yang harus di lestarikan.


BAB 11
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sastra Daerah
Berdasarkan letak dan  kedudukannya, sastra dapat di kelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu sastra dunia, sastra nasional, dan sastra daerah. Sastra dunia (word literature) merupakan ragam satra yang menjadi milik berbagai bangsa di dunia  dan yang karena penyilangan gagasan yang timbal balik memperkaya  kehidupan manusia. Sastra nasional merupakan gendre sastra yang ditulis dalam bahasa nasional dan bertema universal.
Setiap daerah di Indonesia  yang mempunyai khasanah kebudayaan daerah sendiri dengan ciri keberagaman bahasanya, mempunyai ragam satra daerah sendiri pula.  Sebagai contoh, daerah Rejang yang terletak di provinsi Bengkulu yang memiliki khazanah budaya daerah sendiri dengan huruf Kaganga dan bahasa Rejangnya.
Seperti ragam sastra pada umumnya, sastra daerah memanfaatkan bahasa sebagai mediumnya. Bedanya, jika sastra nasional menggunakan bahasa nasional(misalnya bahsa Indonesia (misalnya bahasa Indonesia ), sastra daerah memanfaatkan bahasan daerah (misalnya bahasa Rejang). Jika sastra nasional diciptakan oleh pengarang (sastrawan) dan dijadikan sebagai milik seluruh rakyat suatu bangsa, sastra daerah umumnya tidak dapat ditelusuri penciptaanya, dan hanya dijadikan milik sekelompok masyarakat di suatu daerah. Misalnya, cerita rakyat Putri Serindang Bulan  yang hanya dimiliki oleh masyarakat Rejang. Dalam beberapa tulisan, pembicaraan sastra daerah di identikkan dengan sastra lisan. Bahkan, beberapa buku teori yang membahas sastra daerah, langsung membahas sastra lisan. Singkatnya, bahasan sastra daerah pada beberapa buku lebih terfokus pada sastra lisan, walaupun disadari bahwa selain sastra lisan, adfa juga sastra daerah tertulis.
Terlepas dari konteks lisan atau tulis,sastra daerah merupakan khasanah budaya daerah yang penting untuk dijaga eksistensinya di daerah tempat sastra itu tumbuh. Kelangsungan sastra daerah bergantung pada antusias masyarakat untuk mempertahankannya, maka sastra daerah akan terus tumbuh dan terjaga eksistensinya. Namun, jika masyarakat di suatu daerah sudah tidak lagi antusias mempertahankan daerahnya sendiri, maka bukan hal tidak mungkin, sastra daerah lambat-laun hanya akan tinggal nama dengan prasasti-prasasti yang tak bernilai. Jika hal demikian tidak segara diantisipasi, maka niscaya sastra daerah akan terkikis habis, mati, dan punah di tanahnya sendiri.
B.     Macam-macam Sastra Rejang
Bahasa Rejang berasal dari aksara kaganga, yang kemudian di kembangkan penduduknya dari mulut ke mulut, bahasa rejang juga memiliki perbedaan di setiap daerahnya mulai dari bahasa Lebong, Rejang Curup, Rejang Kepahiang dan Rejang Benteng, meskipun mereka semuanya mengunakan bahasa rejang setiap hari mereka memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya. Selain memiliki bahasa yang unik Rejang juga memiliki adat istiadat yang unik, penduduknya juga ramah, dan juga kita bisa melihat peninggalan orang-orang tua zaman dulu, seperti rumah adat, tulisan kaganga, dan banyak lagi. Suku Rejang sebagian besar berada di Provinsi Bengkulu. Suku ini memiliki kebudayaan dan sastra sendiri.
Berikut penjelasan mengenai sastra rejang yang kami rangkai satu persatu.
1.    Lagu Rejang
                    Salah satu lagu daerah rejang yaitu lagu Muara Aman yang diciptakan oleh Anthoni Muktar, lagu ini menceritakan tentang wisata yang ada di  lebong, lagu ini menceritakan indahnya tanah lebong, di dalam liriknya juga terdapat nama salah satu desa di Lebong, Muara Aman sendiri adalah pusat perbelanjaan masyarakat lebong, dalam lirik lagu ini juga terdapat ajakan untuk orang-orang luar untuk mampir dan melihat wisata yang ada di Lebong. Berikut adalah lirik lagu Muara Aman:
Muara Aman antaro tebo
Daet didik gi suka kayo
Aman ne sok kundei bel’o
Sapei ba uyo sapei ba uyo

Pasar keme bilai ne minggau
Penan mamak bibik belanjo
Embeak saben embeak ba ragau
Udi meneko udi meneko

Bioa putiak penan te meto
Bioa ne jeniak ade ba kulo..oo.oo
Bujang semulen teba teko..
Sok kundei bel’o sapei ba uyo sapei ba uyo

Baes teneak te kundei bel’o
Ninik puyang madeak ba kulo
Maro ite sok kundei uyo
Jemagei taneak te jmagei taneak te

Bioa putiak penante meto
Bioa ne jeniak ade ba kulo..oo..o
Bujang semulen teba teko
sok kundei bel’o sapei ba uyo sapei ba uyo

            lagu ini juga sering dibawakan oleh masyarakat saat ada acara- acara besar, dan juga lagi ini juga sering di buat tariannya oleh anak-anak sekolah misalnya dalam pelajaran seni dan budaya, mereka membuat gerakan sendiri dan gerakan yang di buat juga sangat kreatif, sehingga saat tampil mereka terlihat lincah dengan gerakan yang mereka buat, dan sesuai dengan alunan lagu ini.
2.      Pantun Rejang
            Suku Rejang mempunyai kebiasaan dan adat yang dijaga turun temurun. Salah satunya adalah Pantun Rejang. Berikut adalah Pantun Rejang yang di lantunkan dalam bahasa Rejang.

Si matei karno mbuk acun
Acun nakei macun lalang
Uku alau moi pnan tun
Tep ku tminget taneak ku ejang
           
            Artinya, dia mati karena makan racun, racun dipakai untuk meracun ilalang,aku pergi ke tempat orang,tetap ku ingat tanah Rejang.

Kunei daet umeak belando
Dalen tebing nak dipoa unen
Dio cacet nasib yo malang
Ibarat guting becabang duai

            Artinya, dari atas rumah belanda, jalan tebing di pinggir sungai, ini cacat nasib ini malang, ibarat gunting bercabang dua.
           
            Jika di dengar kedua pantun ini, terlihat jika kata-kata pantun itu saling bersautan(berbalas), biasanya pantun ini juga berisi tentang nasehat, atau sindiran, dan ada juga pantun untuk pernikahan. Meskipun pantun di atas bersahutan.


3.      Serambeak
     Serambeak sendiri bisa diartikan sebagai pengungkapan cetusan hati nurani dengan menggunakan bahasa yang halus, indah, berirama, dan bamyak menggunakan kata-kata khiasan. Serambeak dipakai di bidang yang cukup luas oleh suku rejang, baik dalam kehidupan sehari-hari, waktu bermusyawarah maupun sedang mengobrol biasa. Serambeak juga digunakan untuk meyambut tamu yang dihormati, serta dalam rangka kegiatan perkawinan, dalam perkawinan muda-mudi, dan lain-lain.
     Salah satu serambeak yang umum adalah:
Indoro dep i’o ba taai, indoro gung I’o ba keliuk ne.
     Artinya:
            Bagaimana bunyi rebab begitulah tariannya, bagaimana bunyi gong begitulah lenggangnya.
     Maksud dari serembeak ini adalah bahwa sesuatu tindakan atau kegiatan seseorang hendaklah sesuai dengan kondisinya. Serembeak juga biasa digunakan saat seseorang menasehati orang lain agar menyesuaikan diri dengan lingkungan serta bergaul  dengan orang lain.
4.      Pribahasa Rejang
     Bahasa rejang ini memiliki banyak pribahasa yang sering digunakan banyak penduduknya, ada juga digunakan pada hari spesial misalkan acara adat istiadat dalam pernikahan sampai dengan acara pemerintahan setempat. Biasanya pribahasa ini sering dibawakan di acara bekulo dalam perkawinan/antaran bahasa indonesianya. Disini para pemuka adat saling melontarkan pribahasanya dalam acara bekulo tersebut.
     Berikut ada contoh dari pribahasa rejang:
a.    Ibarat nadeak mbot tun gik bian laleu. (pribahasa ini menerangkan bahwasannya janganlah berharap terhadap orang yang tidak bersama kita lagi, karna besar kemungkinan dia sudah tidak mempedulikan kita lagi).
b.   Namen tikus, tang pnan puwea pai. (pribahasa ini menerangkan bahwasannya gara-gara satu permasalahan yang kecil dalam kehidupan, akan tetapi memakan masalah yang besar yang dihadapi).
c.    Nak ipe tun mgesek, totoa dalen bobot. (hidup itu jalanilah sesuai dengan fitrah, janganlah sampai kehidupan ini berbeda dengan yang lain).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
      Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa sastra daerah merupakan ciri khas suatu daerah yang telah diwariskan kepada generasi penerus,guna untuk menjaga dan melestarikan sastra yang telah melekat pada diri kita sebagai suku asli dari daerah kita sendiri. Cara melestarikan sastra daerah tidak harus tetap berada di daerah kita sendiri,tetapi juga mengenalkan daerah kita kepada orang lain, dan tetap bangga dengan apa yang telah diwariskan kepada kita sebagai generasi penerus.

B.  Kritik dan Saran
a.       Seperti yang kita ketahui kelangsungan sastra daerah bergantung pada antusias masyarakat untuk mempertahankannya, tapi sekarang antusias itu sudah mulai berkurang. Jadi, tugas kita adalah meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi mengenai sastra daerah kita misalnya bertanya kepada nenek kita tentang cerita daerah.
b.      Karena media sosial sekarang banyak anak-anak lebih menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kebudayaan orang luar, bahkan jika di tanya mereka tidak tau apa itu makanan khas, lagu daerah, hingga cerita daerahnya sendiri. Jadi, untuk mengajarkan anak-anak tentang sastra daerahnya sendiri ajari sejak dini bahwa sastra daerah kita itu lebih menarik dari pada orang luar, misalnya menerapkan pelajaran mulok berbasis bahasa daerah.
c.       Kenapa generasi muda sekarang tidak tau apa saja sastra daerahnya sendiri?. itu karena kurangya minat untuk bertanya kepada orang yang tau akan sastra daerahnya itu. Jadi, hendaknya para guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk terjun langsung ke masyarakat untuk mencari tahu tentang sastra di daerahnya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Kadirman, SH. 2004. Ireak Ca’o Kutei Jang. Jakarta. Balai Pustaka.
Leonard Rois Arois. 2011. Sistem Pewarisan Suku Bangsa Rejang. Padang. BPSNT.     

No comments:

Post a Comment