MAKALAH SASTRA DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sastra daerah
merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yang mengandung nilai
penting,karena melalui sastra daerah dapat dilestarikan beraneka ragam budaya
yang ada. Keberadaan kebudayaan nasional yang bercorak Bhineka Tunggal Ika
mustahil dapat terwujud tanpa landasan aneka bahasa dan sastra daerah sebagai
wahana penyanggah kebudayaan nasional.
Salah satu sastra daerah di Indonesia yang sekarang ini
masih dibina dan dipelihara oleh masyarakatnya adalah sastra daerah rejang.
Rejang merupakan salah satu suku yang miliki kelompok tersendiri, masyarakat
yang menggunakan bahasa Rejang adalah masyarakat Lebong dan Rejang lebong yang
terletak di Provinsi Bengkulu.
Bahasa Rejang
berasal dari aksara kaganga, yang kemudian di kembangkan penduduknya dari mulut
ke mulut, bahasa rejang juga memiliki perbedaan di setiap daerahnya mulaidari
bahasa Lebong, Rejang Curup, Rejang Kepahiang dan Rejang Benteng, meskipun
mereka semuanya mengunakan bahasa rejang setiap hari mereka memiliki ciri khas
masing-masing yang membedakannya.
B.
Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian
Sastra Daerah?
b. Apa Saja Sastra
Daerah Rejang?
C.
Tujuan Penulisan
a.
Untuk mengetahui pengertian sastra daerah.
b.
Untuk mengetahui macam-macam sastra Rejang.
D.
Manfaat Penulisan
a. Makalah ini bermanfaat
untuk dosen, sebagai bahan referensi dalam pengajaran sastra daerah.
b. Makalah ini
bermanfaat untuk pemateri untuk menambah wawasan tentang sastra di daerah
sekitar masyarakat kita.
c. Makalah ini
bermanfaat untuk masyarakat, agar mengetahui banyak sekali sastra daerah yang
harus di lestarikan.
BAB 11
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sastra Daerah
Berdasarkan
letak dan kedudukannya, sastra dapat di
kelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu sastra dunia, sastra nasional, dan sastra
daerah. Sastra dunia (word literature) merupakan ragam satra yang menjadi milik
berbagai bangsa di dunia dan yang karena
penyilangan gagasan yang timbal balik memperkaya kehidupan manusia. Sastra nasional merupakan
gendre sastra yang ditulis dalam bahasa nasional dan bertema universal.
Setiap daerah
di Indonesia yang mempunyai khasanah
kebudayaan daerah sendiri dengan ciri keberagaman bahasanya, mempunyai ragam
satra daerah sendiri pula. Sebagai
contoh, daerah Rejang yang terletak di provinsi Bengkulu yang memiliki khazanah
budaya daerah sendiri dengan huruf Kaganga dan bahasa Rejangnya.
Seperti ragam
sastra pada umumnya, sastra daerah memanfaatkan bahasa sebagai mediumnya.
Bedanya, jika sastra nasional menggunakan bahasa nasional(misalnya bahsa
Indonesia (misalnya bahasa Indonesia ), sastra daerah memanfaatkan bahasan
daerah (misalnya bahasa Rejang). Jika sastra nasional diciptakan oleh pengarang
(sastrawan) dan dijadikan sebagai milik seluruh rakyat suatu bangsa, sastra
daerah umumnya tidak dapat ditelusuri penciptaanya, dan hanya dijadikan milik
sekelompok masyarakat di suatu daerah. Misalnya, cerita rakyat Putri Serindang
Bulan yang hanya dimiliki oleh masyarakat
Rejang. Dalam beberapa tulisan, pembicaraan sastra daerah di identikkan dengan
sastra lisan. Bahkan, beberapa buku teori yang membahas sastra daerah, langsung
membahas sastra lisan. Singkatnya, bahasan sastra daerah pada beberapa buku
lebih terfokus pada sastra lisan, walaupun disadari bahwa selain sastra lisan,
adfa juga sastra daerah tertulis.
Terlepas dari
konteks lisan atau tulis,sastra daerah merupakan khasanah budaya daerah yang
penting untuk dijaga eksistensinya di daerah tempat sastra itu tumbuh.
Kelangsungan sastra daerah bergantung pada antusias masyarakat untuk
mempertahankannya, maka sastra daerah akan terus tumbuh dan terjaga
eksistensinya. Namun, jika masyarakat di suatu daerah sudah tidak lagi antusias
mempertahankan daerahnya sendiri, maka bukan hal tidak mungkin, sastra daerah
lambat-laun hanya akan tinggal nama dengan prasasti-prasasti yang tak bernilai.
Jika hal demikian tidak segara diantisipasi, maka niscaya sastra daerah akan
terkikis habis, mati, dan punah di tanahnya sendiri.
B.
Macam-macam Sastra Rejang
Bahasa Rejang
berasal dari aksara kaganga, yang kemudian di kembangkan penduduknya dari mulut
ke mulut, bahasa rejang juga memiliki perbedaan di setiap daerahnya mulai dari
bahasa Lebong, Rejang Curup, Rejang Kepahiang dan Rejang Benteng, meskipun
mereka semuanya mengunakan bahasa rejang setiap hari mereka memiliki ciri khas
masing-masing yang membedakannya. Selain memiliki bahasa yang unik Rejang juga
memiliki adat istiadat yang unik, penduduknya juga ramah, dan juga kita bisa
melihat peninggalan orang-orang tua zaman dulu, seperti rumah adat, tulisan
kaganga, dan banyak lagi. Suku Rejang sebagian besar berada di Provinsi
Bengkulu. Suku ini memiliki kebudayaan dan sastra sendiri.
Berikut
penjelasan mengenai sastra rejang yang kami rangkai satu persatu.
1.
Lagu Rejang
Salah satu
lagu daerah rejang yaitu lagu Muara Aman yang diciptakan oleh Anthoni Muktar,
lagu ini menceritakan tentang wisata yang ada di lebong, lagu ini menceritakan indahnya tanah
lebong, di dalam liriknya juga terdapat nama salah satu desa di Lebong, Muara
Aman sendiri adalah pusat perbelanjaan masyarakat lebong, dalam lirik lagu ini
juga terdapat ajakan untuk orang-orang luar untuk mampir dan melihat wisata
yang ada di Lebong. Berikut adalah lirik lagu Muara Aman:
Muara Aman antaro tebo
Daet didik gi suka kayo
Aman ne sok kundei bel’o
Sapei ba uyo sapei ba uyo
Pasar keme bilai ne minggau
Penan mamak bibik belanjo
Embeak saben embeak ba ragau
Udi meneko udi meneko
Bioa putiak penan te meto
Bioa ne jeniak ade ba kulo..oo.oo
Bujang semulen teba teko..
Sok kundei bel’o sapei ba uyo sapei ba uyo
Baes teneak te kundei bel’o
Ninik puyang madeak ba kulo
Maro ite sok kundei uyo
Jemagei taneak te jmagei taneak te
Bioa putiak penante meto
Bioa ne jeniak ade ba kulo..oo..o
Bujang semulen teba teko
sok kundei bel’o sapei ba uyo sapei ba uyo
lagu ini juga sering dibawakan oleh
masyarakat saat ada acara- acara besar, dan juga lagi ini juga sering di buat
tariannya oleh anak-anak sekolah misalnya dalam pelajaran seni dan budaya,
mereka membuat gerakan sendiri dan gerakan yang di buat juga sangat kreatif,
sehingga saat tampil mereka terlihat lincah dengan gerakan yang mereka buat,
dan sesuai dengan alunan lagu ini.
2.
Pantun Rejang
Suku Rejang mempunyai kebiasaan dan adat yang dijaga turun temurun.
Salah satunya adalah Pantun Rejang. Berikut adalah Pantun Rejang yang di
lantunkan dalam bahasa Rejang.
Si matei karno mbuk acun
Acun nakei macun lalang
Uku alau moi pnan tun
Tep ku tminget taneak ku ejang
Artinya, dia mati karena makan
racun, racun dipakai untuk meracun ilalang,aku pergi ke tempat orang,tetap ku
ingat tanah Rejang.
Kunei daet umeak belando
Dalen tebing nak dipoa unen
Dio cacet nasib yo malang
Ibarat guting becabang duai
Artinya, dari atas rumah belanda,
jalan tebing di pinggir sungai, ini cacat nasib ini malang, ibarat gunting bercabang
dua.
Jika di dengar kedua pantun ini,
terlihat jika kata-kata pantun itu saling bersautan(berbalas), biasanya pantun
ini juga berisi tentang nasehat, atau sindiran, dan ada juga pantun untuk
pernikahan. Meskipun pantun di atas bersahutan.
3.
Serambeak
Serambeak sendiri bisa diartikan sebagai pengungkapan cetusan hati
nurani dengan menggunakan bahasa yang halus, indah, berirama, dan bamyak
menggunakan kata-kata khiasan. Serambeak dipakai di bidang yang cukup luas oleh
suku rejang, baik dalam kehidupan sehari-hari, waktu bermusyawarah maupun
sedang mengobrol biasa. Serambeak juga digunakan untuk meyambut tamu yang
dihormati, serta dalam rangka kegiatan perkawinan, dalam perkawinan muda-mudi,
dan lain-lain.
Salah satu serambeak yang umum adalah:
Indoro dep i’o
ba taai, indoro gung I’o ba keliuk ne.
Artinya:
Bagaimana bunyi rebab begitulah
tariannya, bagaimana bunyi gong begitulah lenggangnya.
Maksud dari serembeak ini adalah bahwa
sesuatu tindakan atau kegiatan seseorang hendaklah sesuai dengan kondisinya.
Serembeak juga biasa digunakan saat seseorang menasehati orang lain agar
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta bergaul dengan orang lain.
4.
Pribahasa Rejang
Bahasa rejang ini memiliki banyak pribahasa
yang sering digunakan banyak penduduknya, ada juga digunakan pada hari spesial
misalkan acara adat istiadat dalam pernikahan sampai dengan acara pemerintahan
setempat. Biasanya pribahasa ini sering dibawakan di acara bekulo dalam
perkawinan/antaran bahasa indonesianya. Disini para pemuka adat saling
melontarkan pribahasanya dalam acara bekulo tersebut.
Berikut ada contoh dari pribahasa rejang:
a.
Ibarat nadeak mbot tun gik bian laleu. (pribahasa ini menerangkan
bahwasannya janganlah berharap terhadap orang yang tidak bersama kita lagi, karna
besar kemungkinan dia sudah tidak mempedulikan kita lagi).
b.
Namen tikus, tang pnan puwea pai. (pribahasa ini menerangkan
bahwasannya gara-gara satu permasalahan yang kecil dalam kehidupan, akan tetapi
memakan masalah yang besar yang dihadapi).
c.
Nak ipe tun mgesek, totoa dalen bobot. (hidup itu jalanilah sesuai
dengan fitrah, janganlah sampai kehidupan ini berbeda dengan yang lain).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa sastra daerah
merupakan ciri khas suatu daerah yang telah diwariskan kepada generasi
penerus,guna untuk menjaga dan melestarikan sastra yang telah melekat pada diri
kita sebagai suku asli dari daerah kita sendiri. Cara melestarikan sastra
daerah tidak harus tetap berada di daerah kita sendiri,tetapi juga mengenalkan
daerah kita kepada orang lain, dan tetap bangga dengan apa yang telah
diwariskan kepada kita sebagai generasi penerus.
B. Kritik dan Saran
a.
Seperti yang kita ketahui kelangsungan sastra daerah bergantung
pada antusias masyarakat untuk mempertahankannya, tapi sekarang antusias itu
sudah mulai berkurang. Jadi, tugas kita adalah meningkatkan rasa ingin tahu
yang tinggi mengenai sastra daerah kita misalnya bertanya kepada nenek kita
tentang cerita daerah.
b.
Karena media sosial sekarang banyak anak-anak lebih menyukai
hal-hal yang berhubungan dengan kebudayaan orang luar, bahkan jika di tanya
mereka tidak tau apa itu makanan khas, lagu daerah, hingga cerita daerahnya
sendiri. Jadi, untuk mengajarkan anak-anak tentang sastra daerahnya sendiri
ajari sejak dini bahwa sastra daerah kita itu lebih menarik dari pada orang
luar, misalnya menerapkan pelajaran mulok berbasis bahasa daerah.
c.
Kenapa generasi muda sekarang tidak tau apa saja sastra daerahnya
sendiri?. itu karena kurangya minat untuk bertanya kepada orang yang tau akan
sastra daerahnya itu. Jadi, hendaknya para guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk terjun langsung ke masyarakat untuk mencari tahu tentang sastra di
daerahnya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kadirman, SH. 2004. Ireak Ca’o Kutei Jang.
Jakarta. Balai Pustaka.
Leonard Rois Arois. 2011. Sistem Pewarisan Suku
Bangsa Rejang. Padang. BPSNT.
No comments:
Post a Comment