MAKALAH SEJARAH DUNIA
ZAMAN PERGERAKAN KEBANGSAAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata
“Pergerakan“ memiliki suatu pengertian yang khas yakni merupakan sebuah
perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan hajat
hidup bangsa Indonesia yang disebabkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan
masyarakat yang ada. Dengan demikian istilah ini mengandung arti yang sangat
luas. Gerakan yang mereka jalankan memang tidak hanya terbatas untuk
memperbaiki taraf hidup bangsa tetapi juga meliputi gerakan di berbagai sektor,
seperti: sosial, ekonomi, pendidikan,
keagamaan, kebudayaan, wanita, pemuda dan lain-lain.
Penderitaan
rakyat yang sudah ckup lama menimbulkan dorongan yang kuat untuk berjuang
membebaskan diri dari segala penderitaan. timbulnya kaum terpelajar. mereka
inilah yang mempelopori pergerakan nasional. Pengalaman perjuangan masa lampau,
perjuangan fisik dan bersifat dan kedaerahan terjadi tidak banyak berhasil,
sehingga mendorong untuk mengubah cara perjuangan, serta kemenangan jepang atas
rusia dalam perang tahun 1904-1905. Hal ini telah membangkitkan semangat bangsa
asia, termasuk indonesia untuk mengusir kaum penjajah, adanya pengaruh dari
gerakan nasional di negara karena adanya keinginan rakyat Indonesia untuk
merdeka, dan bebas dari penjajahan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja karakteristik
umum zaman pergerakan kebangsaan?
2.
Bagaimana
organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik
Umum Zaman Pergerakan Kebangsaan
Gerakan kebangsaan
Indonesia atau lazim disebut pergerakan nasional berlangsung antara tahun 1908
- 1945. Perjuangan dalam periode itu memiliki ciri-ciri, antara lain :
1. perjuangan
bersifat nasional.
2. pimpinan
perjuangan ditentukan berdasarkan kemauan, kemampuan, kecerdasan dan
keterampilan (rasional), tidak lagi berdasarkan kharisma.
3. perjuangan
berkesinambungan, walaupun pimpinan perjuangan tertangkap atau meninggal,
pimpinan perjuangan dapat diganti setiap saat.
4. perjuangan
diatur dan dikendalikan oleh organisasi modern sebagai wadah dan alat
perjuangan.
5. cita-cita
perjuangan sangat jelas, yaitu terwujudnya bangsa dan negara Indonesia merdeka
dan berdaulat.
6. perjuangan
untuk kepentingan bangsa Indonesia, tidak untuk kepentingan pribadi/golongan.
B. Organisasi-Organisasi
Pergerakan Kebangsaan
Pergerakan
nasional Indonesia memunculkan organisasi pergerakan yang berkemang dikalangan
Hindia Belanda. Organisasi-organisasi tersebut memiliki landasan dan sikap yang
berbeda dalam mengambil peran di pergerakan nasional. Secara umum
organisasi-organisasi tersebut dapat dibabakan ke dalam beberapa masa berdasarkan
corak pergerakannya, sebagai berikut :
1.
Masa
awal pergerakan nasional (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo,
Sarekat Islam, dan Indische Partij.
1) Budi
Utomo (BU)
Budi utomo
adalah suatu organisasi yang didirikan oleh kalangan terpelajar di sekolah
kedokteran yang berasal dari priyayi Jawa yang "baru" atau priyayi
rendahan. Mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan adalah kunci untuk
kemajuan. Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi Utomo
dibentuk di Jakarta. Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya
Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tokoh lain pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario
Tirtokusumo.[1]
Ikhtisar perkembangan
Budi Utomo dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. 1916
menjadi anggota Comite Indie Weebar (Komite Pertahanan India) yang diadakannya
milisi bagi pemuda-pemuda Indonesia.
b. 1918
mengirimkan wakilnya ke Volksraad (Dewan Rakyat) dan pemerintah tidak
curiga
karena sifat Budi Utomo yang moderat
c. 1918
menjadi anggota Konsentrasi Radikal
d. 1927
menjadi anggota PPPKI hingga terpengaruh sifat kenasionalannya
e. 1931
Kongres Budi Utomo di Jakarta memutuskan bahwa Budi Utomo terbuka
untuk
seluruh bangsa Indonesia
f. 1932
dalam konggresnya di Solo memutuskan tujuan Budi Utomo secara tegas
adalah Indonesia
Merdeka
g. 1935
bersama partai Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dan berbagai perkumpulan
pemuda dan daerah, Budi
Utomo mengadakan fusi dan membentuk suatu wadah yang lebih besar yaitu Parindra
(Partai Indonesia Raya)
Pada mulanya
Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan yang hendak dicapai yaitu
perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan
tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah
pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan
kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam
rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak. Dalam perkembangannya, di tubuh
Budi Utomo muncul dua aliran berikut:
a. Pihak
kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja,
tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran
sekolah saja.
b.
Pihak kiri, yang
jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan
kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya
dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto
Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak
Budi Utomo semakin lamban.
2) Sarekat
Islam
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo
oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Pada
mulanya organisasi ini dimaksudkanuntuk menghadapi pedagang-pedagang Cina yang
menguasai perdagangan bahan pembuat batik (mori, malam). Sebelumnya di Solo
berdiri perkumpulan Jawa Cina yaitu Kong Sing dengan anggota pengusaha Jawa dan
Cina. Akan tetapi denganeletusnya revolusi Cina pada 10-10-1912 telah bergema
sampai juga di Indonesia, hubungan Cina dan Jawa menjadi renggang. Orang-orang
Cina perantauan mulai sadar akan harga diri mereka dengan mendirikan
ikatan-ikatan yang eksklusif yang mementingkan diri sendiri dan bercorak
nasionalistis Cina (rasialistis). Kedudukan mereka yang kuat dalam ekonomi
menyebabkan pedagang-pedagang batik di Solo terdesak dan dirugikan. Akibatnya
hubungan pedagang Indonesia dan Cina menjadi tegang dan sering terjadi
perkelahian diantara mereka. Pemerintah menimpakan kesalahan tersebut pada
Sarekat Dagang Islam sebagai yang bertanggung jawab atas terjadinya kerusuhan,
sehingga Sarekat dagang Islam kemudian dilarang.
Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak
memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang
banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI
diubah menjadi SI (Sarekat Islam), yang didirikan oleh beberapa tokoh SDI
seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam
berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi
berdirinya Sarekat Islam adalah:
1.
Perlawanan terhadap para
pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
2.
Isyarat pada umat Islam
bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
3.
Membuat front melawan
semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan
khusus organisasi ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.
Menghidupkan
kegiatan ekonomi pedagang Islam Jawa yang diikat dengan agama
2.
Meskipun tidak ada persaingan antara pedagang
Cina dan Jawa, tetapi tidak akan mungkin tidak terjadi di dunia perdagangan
3.
Perubahan
tingkah laku dan arogansi merenggangkan hubungan sosial diantara mereka.
Keadaan tersebut memperkuat dan mendorong mereka untuk menyatukan diri
menghadapi pedagang Cina.
4.
Agama Islam
digunakan dan merupakan faktor pengikat dan penyatu kekuatan
pedagang Islam
Tujuan
umum Sarekat Islam: mengembangkan perekonomian yang berkali-kali
ditekankan oleh HOS
Cokroaminoto, seorang orator bijak yang mampu memikat anggotanya. Pidatonya
dalam rapat Raksasa di Kebun Binatang Surabaya, 26 Januari 1913, menekankan
bahwa tujuan Sarekat Islam adalah menghidupkan:
1. Jiwa
dagang bangsa Indonesia;
2. Memperkuat
ekonomi agar mampu bersaing dengan bangsa asing;
3. Mendirikan
koperasi di Surabaya;
4. Mendirikan PT Setia Usaha;
5. Menerbitkan
koran Utusan Hindia;
6. Mendirikan
Bank;
7. Menyelenggarakan
penggilingan padi. Semua itu dilakukan untuk membebaskan kehidupan ekonomi dari
ketergantungan bangsa asing.
Menurut Semaun yang memiliki pandangan
sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang
dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota.
Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain
terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih
dan SI Merah:
1.
SI Putih, yang tetap
berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus
Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
2.
SI Merah, yang berhaluan
sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam
(PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi
Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia
(PKI).
3)
Indische Partij
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia.
menunjukkan para pendiri Indische Partij yang terkenal dengan sebutan
tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi
Suryaningrat, dan dr. Cipto Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan
tanggal 25 Desember 1912.
Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat
nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan
tanpa memandang suku, agama, dan ras.
2.
Masa
radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia
(PNI).
a. Partai
Komunis Indonesia (PKI)
Partai
Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet.
Partai Komunis Indonesia adalah organisasi pergerakan sosialis yang mengadopsi
nilai-nilai perjuangan komunisme dari Rusia.
Pada
tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat
sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih
kacau.
PKI
telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam
pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di
tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari
pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI
dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan
kegiatan politiknya.
b. Perhimpunan
Indonesia (PI)
Perhimpunan
Indonesia adalah salah satu organisasi pergerakan nasional yang berdiri di
negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia didirikan oleh mahasiswa Indonesia serta
orang-orang Belanda yang menaruh perhatian pada nasib Hindia Belanda yang
tinggal di Negeri Belanda. Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging (IV)
berdiri pada tahun 1908, yang dibentuk sebagai sebuah perhimpunan yang bersifat
sosial. Organisasi ini merupakan ajang pertemuan dan komunikasi antar mahasiswa
Indonesia yang belajar di negeri Belanda.
Tokoh-tokoh
organisasi yang berpandangan maju tersebut mencetuskan untuk pertama kali
konsep Hindia Bebas dari Belanda dan terbentuknya negara Hindia yang diperintah
oleh rakyatnya sendiri. Program kegiatannya antara lain bekerja di Indonesia
dan membentuk Indonesische Verbond van Studeerenden (Persatuan Mahasiswa
Indonesia).
c. Partai
Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari
studie club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak
terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club.
Lahirnya PNI juga dilatar belakangi oleh situasi sosio politik yang
kompleks. Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk
menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat
pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi,
Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya,
PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut:
1. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
2.
PKI sebagai partai massa
telah dilarang.
3.
Propagandanya menarik
dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
4.
Untuk mengobarkan
semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan
perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional,
dan perbuatan nasional.
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan
tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha
sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan
nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme.[2]
3. Masa
moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo,
dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda,
dan organisasi perempuan.
1) Partai
Indonesia Raya (Parindra)
Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr.
Sutomo pada tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo
dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia
Raya. Asas politik Parindra adalah insidental, artinya tidak berpegang pada
asas kooperasi maupun nonkooperasi. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam
membela kepentingan rakyat di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin.
Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah sehingga
suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin
diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup
berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi
Indonesier.
2) Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929,
maka PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh
Sartono pada tahun 1929. Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak
anggota dan terjun dalam aksi-aksi politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar
Partindo sama dengan PNI yaitu nasional. Tujuannya adalah mencapai Indonesia
merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self helpdan nonkooperasi.
Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun
1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang
sangat radikal menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena
tidak bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.
3) Gabungan
Politik Indonesia (Gapi)
Pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia (Gapi).
Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya Gapi, yaitu:
1. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan
musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar
bangsa Indonesia diberi pemerintahan yang berdiri sendiri.
2. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
3. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda
agar Indonesia mempunyai parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan
Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan
dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk komisi yang dikenal dengan
nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah
menyelidiki dan mem-pelajari perubabahan –perubahan ketatanegaraan.
4) Organisasi Keagamaan
Gerakan Muhamadiyah didirikan oleh H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada
tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya adalah Islam dan kebangsaan
Indonesia. Muhammadiyah bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial
budaya yang menjurus kepada tercapainya kebahagiaan lahir & batin. Tujuan
pokoknya ialah: menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Gerakan
Islam modern juga dilakukan oleh keturunan Arab. Kelompok sayid
yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad tetap mengelola Jamiat Khair,
sedangkan kelompok yang bukan keturunan sayid mendirikan perkumpulan Al-Irsyad
pada 1914 dengan bantuan Syekh Ahmad Surkati (asal Sudan) yang semula mengajar
di Jamiatul Khair. Organisasi itu menekankan persamaan umat manusia.
Nahdlatul
Ulama (Kebangkitan Para Ulama) adalah organisasi sosial keagamaan atau Jamiyyah
Diniyah Islamiyah yang didirikan oleh para ulama, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari,
K.H. Abdullah Wahab Hasbullah, K.H. Bisri Syamsuri, K.H. Mas Alwi, dan K.H.
Ridwan. Mereka pemegang teguh pada salah satu dari empat mahzab, berhaluan
Ahlussunnah waljama’ah. Tujuannya tidak saja mengembangkan dan mengamalkan
ajaran Islam, tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, dan sebagainya
dalam rangka pengabdian kepada umat manusia. Majelis ini disebut juga Majelis
UI Islamil A’la Indonesia atau Majelis Islam Luhur. MIAI didirikan di Surabaya
pada September 1937 atas prakarsa tokoh-tokoh Muhammadiyah, PSII, PII,
Al-Irsyad, Persis, Persatuan Ulama Indonesia, Al-Washiliyah, Al-Islam, Warmusi
(Wartawan Muslim Indonesia). Adapun susunan pengurusnya sebagai berikut: Ketua:
K.H.A. Wahid Hasyim (NU), Wakil Ketua I: K.H. Mas Mansyur (Muhammadiyah),
Wakil Ketua II: Wondoawiseno (PSII), Bendahara: Sukirman, Sekretaris:
Satrodiwiryo (Persis). Mulanya MIAI tidak berpolitik, tetapi kemudian mengikuti
kegiatan dalam aksi-aksi politik menetang penjajah bersama GAPI dan Majelis
Rakyat Indonesia. Kegiatan MIAI yang utama adalah melaksanakan kongres-kongres
partai dan organisasi Islam Indonesia.
Di kalangan
kaum Nasrani juga lahir organisasi, yakni PPKJ (Perkumpulan Politik Katolik
Jawi), didirikan pada 22 Februari 1925 di Yogyakarta. PPKJ bertujuan turut
berusaha sekuat tenaga bagi kemajuan Indonesia, didasarkan atas ajaran Katolik.
Organisasi ini bersifat kooperatif. Tokoh organisasi ini adalah I.J.Kasimo,
seorang pegawai gubernemen. Pada Maret 1930 diadakan kongres pertama.
Keputusannya antara lain menuntut penghapusan poenale santice dari aturan kuli
kontrak.
5) Organisasi Pemuda
Perkumpulan
pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada
tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr.
Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan
organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di
Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga
tujuan mulia (sakti, budhi, bakti). Adapun tujuan Trikoro Dharmo adalah
mencapai jaya raya dengan jalan memperkukuh persatuan antarpemuda Jawa, Sunda,
Madura, Bali, dan Lombok. Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang dilakukan
Trikoro Dharmo adalah menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali
persaudaraan antarmurid bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah
kejuruan; membangkitkan dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya
Indonesia, khususnya Jawa. Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi
Jong Java.
Organisasi
kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan banyak bermunculan seperti Pasundan,
Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes,
Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda
Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya.
Sumpah pemuda, tidak
dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat
dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen
Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten
Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia.
Para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk
kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan.
6)
Organisasi
Wanita
Pelopor gerakan wanita adalah R.A. Kartini, putri
Bupati Jepara Ario Sosrodiningrat. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879.
Cita-cita beliau adalah memperbaiki derajat kaum wanita melalui pendidikan dan
pengajaran. Untuk merealisasikan tujuannya itu, Kartini mengadakan kontak lewat
surat dengan wanita Barat dan juga Nusantara. Surat-surat Kartini inilah oleh
Mr. Abendanon dijadikan buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Kemudian muncul berbagai organisasi
pergerakan wanita
1.
Putri Mardiko (1912) berdiri di
Jakarta, tujuannya memberikan bantuan bimbingan dan penerangan pada gadis
pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya adalah R.A. Sabaruddin, R.A.
Sutinah, Joyo, dan R.R. Rukmini.
2.
Kartini Fonds (dana Kartini) yang
didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer (1912) dengan tujuan mendirikan sekolah bagi
kaum wanita, misalnya Maju Kemuliaan di Bandung, Pawiyatan Wanito di Magelang,
Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara, Budi Wanito di Solo, dan
Wanito Rukun Santoso di Malang.
3.
Keutamaan Istri berdiri berdiri
sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R. Dewi Sartika. Pada tahun
1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan mengajar anak gadis agar
mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan kerumahtanggaan agar
kelak dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan ini kemudian mulai
diikuti oleh kaum wanita di kota-kota lainnya, yaitu Tasikmalaya, Garut,
Purwakarta, dan Padang Panjang
4.
Aisyiah didirikan pada 22 April 1917
dan merupakan bagian dari Muhammadiyah. Pendirinya adalah H. Siti Walidah Ahmad
Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan pendidikan dan keagamaan bagi kaum
wanita, memelihara anak yatim, dan menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan
organisasi agar kaum wanita dapat mengambil peranan aktif dalam pergerakan
nasional.
5.
Kerajinan Amal Setia berdiri di
Gadang Sumatra Barat tanggal 11 Februari 1914 dengan ketua Rohana Kudus. Tujuan
didirikannya organisasi ini adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita seperti
cara mengatur rumah tangga, kerajinan tangan, dan cara pemasarannya.
6.
Sarikat Kaum Ibu Sumatra di
Bukittinggi.
7.
Perkumpulan Ina Tani di Ambon.
8.
Percintaan Ibu Kepada Anak
Turunannya (PIKAT) didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria Walanda Maramis di
Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita dengan cara
mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon pendidik anak-anak
perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya diajari cara-cara mengatur
rumah tangga yang baik, keterampilan, dan menanamkan rasa kebangsaan
Organisasi Kewanitaan lain yang
berdiri cukup banyak, antara lain: Pawiyatan Wanita di Magelang (1915), Wanita
Susila di Pemalang (1918), Wanita Rukun Santoso di Malang, Budi Wanita di Solo,
Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanita Mulya di Yogyakarta (1920), Wanita
Katolik di Yogyakarta (1921), PMDS Putri (1923), Wanita Taman Siswa (1922), dan
Putri Indonesia (1927. Penyebarluasan pengetahuan tentang kewanitaan dilakukan
dengan menerbitkan surat kabar Putri Hindia di Bandung, Wanita Swara di Brebes,
Soenting Melajoe” di Bukittinggi, Putri Mardiko di Jakarta, Estri Oetomo di
Semarang, Soewara Perempuan di Padang, dan Perempuan Bergerak di Medan.[3]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pergerakan
nasional Indonesia memunculkan organisasi pergerakan yang berkemang dikalangan
Hindia Belanda. Organisasi-organisasi tersebut memiliki landasan dan sikap yang
berbeda dalam mengambil peran di pergerakan nasional. Organisasi-organisasi pergerakan nasional muncul karena keinginan untuk
memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia. Kemerdekaan yang
dicapai Indonesia saat ini tidak lepas dari perjuangan para tokoh ataupun
organisasi-orgnisasi yang meluangkan semua pikiran dan tenaganya demi sebuah
kemerdekaan Indonesia. Masa awal pergerakan nasional (1908 -
1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische
Partij. Masa radikal/nonkooperasi
(1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI),
Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI). Masa
moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo,
dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda,
dan organisasi perempuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tirtopronjo
Susanto. 1988. Sejarah Pergerakan
Nasional Indonesia. PT Pembangunan: Jakarta
Pringgodigdi. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. FPIPS IKIP Padang.
Kartodirdjo Sartono. 2014. Sejarah Pergerakan Nasional. Ombak
:Jakart
No comments:
Post a Comment