1

loading...

Sabtu, 28 Oktober 2017

MAKALAH ILMU SEJARAH DAN KEBUDAYAAN

MAKALAH ILMU SEJARAH DAN KEBUDAYAAN 
“PENDIDIKAN SEJARAWAN DAN ILMU-ILMU SOSIAL”




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pada saat krisis nasional, seperti jaman perang atau masa penyesuaian sesudah perang, sejrawan akan memperoleh tekanan-tekanan untuk menuliskan kisah perkembangan negerinya secara sentimentil jika perlu dengan sedikit mengorbankan kebenaran. Pengajaran sejarah memang dapat dipergunakan untuk melatih warganegara yang setia jika memang kisah tanah airnya dapat menimbulkan rasa bangga pada diri kaum patriot atau jika kisah itu dapat demikian diubah dan disesuaikan sehingga nampaknya lebih mulia.

2.1      RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana hubungan sejarah dengan humaniora dan ilmu-ilmu sosial
2.      Bagaimana hubungan sejarah dengan persoalan-persoalan masa kini
3.      Apasaja nilai dari metode sejarah bagi ilmuwan sosial




BAB II
PEMBAHASAN

A.     PENDIDIKAN SEJARAWAN DAN ILMU-ILMU SOSIAL
2.1  SEJARAWAN SEBAGAI ILMUWAN SOSIAL
Kenyataan bahwa spencer dan banyak tokoh filsuf terkemuka lainnya sama pentingnya bagi ilmuwan humaniora, dan ilmuwan sosial, disamping adanya fakta-fakta lain, menyebabkan kita cenderung kepada kesimpulan bahwa dua jenis sarjana ini terkadang lebih berbeda dalam hal titik berat dan waktu daripada dalam hal pokok pembahasan dan tujuan.  Sejarawan humaniora tidak perlu, tetapi dapat menjadi ilmiawan sosial bagi masa lampau. Ia tidak perlu menjadi ilmiawan sosial bagi masa lampau, karena cukup terdapat minat kepada masa lampau demi masa lampau itu sendiri, banyak tuntutan akan pemeliharaan warisan budaya, yakni pengalaman, pikiran, adat istiadat, sopan santun, agama, lembaga, tokoh-tokoh, sastra, seni musik, ilmu dan kearifan dari pada masa lampau, untuk membenarkan sikap ilmiawan humaniora yang inginn mencurahkan dirinya kepada contoh unik, wilayah-wilayah yang terisolasi, masa-masa yang jauh, atau garis perkembangan yang khusus. Tetapi ia dapat menghubungkan contoh, wilayah, zaman, dan garis perkembangan itu kepada konsep-konsep dan generalisasi sosialyang lebih luas jika ia mau dan berani melakukan usaha tambahan.

Alcibiades secara yang dapat dibenarkan boleh diperlakukan hanya sebagai seorang jenderal dan politikus Junani, tapi ia dapat pula dipelajari sebagai contoh daripada jenis personalitas militer dan politik. Perang salib kanak-kanak di lukiskan hanya sebagai kisah mengenai peristiwa yang patetis dalam tahunn 2012, tetapi dapat pula dipergunakan untuk memberi ilustrasi bagi sejumlah konsepsi mengenai psikologi kanak-kanak, perilaku sosial, dan pengalaman keagamaan, puisi John  Dryden menimbulkan kepuasan apabila diperiksa hanya untuk “scansion”, kosa kata atau “phrasing” tetapi puisi itu dapat pula dipergunakan sebagai sumber bagi sejarah gagasan dan bagi suasana intelektual sezaman atau sebagai bagian daripada ideologi yang kontinyu umat manusia.
2.2  SEJARAH BERHUBUNGAN DENGAN HUMANIORA MAUPUN ILMU-ILMU SOSIAL
Disini ditegaskan, bahwa rekonstruksi-rekonstruksi itu harus di bangun sesuai dengan aturan-aturan tertentu. Jika aturan-aturan itu diterapkan, sejarawan tidak hanya akan bertindak secara ilmiah dalam mempergunakan metode untuk  mengumoulkan data elementer, melainkan juga dapat mengusahakan pemakaian prosedur ilmiah (dalam batas-batas yang sangat jelas) dalam usaha menghimpun data, hal ini diketengahkan tanpa melibatkan pengarang kepada salah satu pihak dalam rangka debat yang telah berabat-abat lamanya. Apakah sejarah adalah atau seharusnya hanyalah termasuk golongan humaniora atau ilmu-ilmu sosial. Pada hemat kami, salah satu mungkin benar atau dua-duanya mungkin benar. Sejarah dapat memiliki sifat ilmu-ilmu sosial, dan dapat kita harapkan bahwa dalam hal itu akan dapat diperoleh kemajuan-kemajuan. Tetapi sejarah juga menaruh minat kepada masa lampau demi masa lampau itu sendiri beserta manusia individual dan beserta tindakan khusus atau garis perkembangan khusus manusia, karena manusia menarik hati sebagai manusia.

Jika sejarawan yang menganggap dirinya pengawal daripada warisan budaya dan penafsir daripada perkembangan manusia, juga ingin memperoleh generalisasi-seneralisasi yang nampaknya sah serta memberikan keterangan-keterangan yang berguna mengenai perkembangan masa kini, fikiran, sopan santun, dan lembaga maka oleh usaha tambah itu ia tidak berkurang kedudukannya selaku sejarawan, jikapun tidak malahan bertambah. Jika ia lebih suka untuk tidak melakukan usaha tambahan itu, ia masih merupakan sejarawan yang baik. Sejarawan sebagai ilmiawan sosial dan sejarawan ilmiawan humaniora, tidak perlu menjadi dua orang yang terpisah dengan mudah bisa menjadi satu. Dan manfaat dari pada yang satu itu, kepada baik humaniora maupun ilmu-ilmu sosial akan sangat bertambah jika ia tidak bertindak schizophrenis.





2.3  HUBUNGAN ANTARA HUMNIORA DAN ILMU-ILMU SOSIAL
Karena beda antara humaniora dan ilmu-ilmu sosial dengan mudah dapat dilebih-lebihkan. Pokok pembahasan yang semestinya daripada kedua bidang itu adalah manusia sebagai makhluk budaya, makhluk intelektual, dan makhluk sosial. Kedua bidang ini menemukan generarisasi-generalisasi, meskipun ilmuwan sosial biasanya lebih berminat kepada ramalan dan pengendalian, dibandingkan dengan homaniora yang biasanya lebih berminat kepada contoh yang baik, terlebih-lebih lagi yang luar biasa, dibandingkan dengan ilmuwan sosial. Kedua bidang berminat kepada masa lampau, masa kini, dan masa depan, (meskipun ilmuwan humaniora cenderung untuk menitik beratkan diri kepada masa lampau sedangkan ilmuwan sosial lebih menitikberatkan diri kepada masa kini dan masa depan).

Dalil filologi Grimm mengenai persesuaian konsonan tidak kalah sifatnya sebagai generalisasi ilmiah daripada dalil sosiologi Vierkandt mengenai pergantian tahapan destruktif dan konstruktif didalam revolusi atau dalil ekonomi Gresham mengenai hubungan antara uang baik dan uang buruk, dan tidak pula tanpa arti bagi ilmuwan sosial. Bahkan sesungguhnya dalil itu lebih tergantung kepada observasi ahli daripada dalil Vierkandt dan Gresham dan lebih jauh daripada obrolan pinggir jalan.

Mereka yang tidak mau mengakui hubungan yang erat antara humaniora dan ilmu-ilmu sosial besar kemungkinannya tidak banyak mengetahui mengenai ilmu sosial yang baik yang telah dikemukakan pada masa lampau oleh para filsuf dan sastrawan, atau mengenai akal yang sehat yang sekarang diajukan oleh ilmuwan sosial. Baik ilmuwan humaniora maupun ilmuwan sosial tidak akan berani mengabaikan filsuf Herbert Spencer.akan tetapi andaikata ia kebetulan menjadi penting sebelum sosiologi yang pada masa sekarang akan mengabaikannya, dan andaikata ia menulis pada masa sekarang, maka banyak ilmuwan humaniora yang akan menganggap sepi kepadanya, untuk beberapa tahun kemudian menuliskan karangan-karangan ilmiah mengenai dia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang pada hari ini akann diajukan mengenai oleh sarjana sosiologi, sedangkan para ahli sosiologi pada dasawarsa yang akan datang itu, yang sudah mulai melupakannya, akan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai tokoh yang lebih hampir sezaman.

2.4  SEJARAWAN DAN MASALAH-MASALAH MASA KINI
Telah dikatakan bahwa “suatu Gesetzwissenschaft mempergunakan suatu kasus tunggal semata-mata untuk membantunya mengerti suatu prinsip umum, sedangkan suatu Gesetzwissenschaft mempergunakan suatu prinsip umun semata-mata untuk membantunya mengerti satu kasus tunggal”. Pentingnya mengerti prinsip-prinsip umum, yakni mengetahui apakah kasus-kasus tunggal yang mereka bahas cocok di dalam salah satu generalisasi atau typikasi, sering luput dari perhatian sejarawan. Itulah sebab mengapa sejarawan kadang-kadang tidak lebih daripada hanya antn ia tidak antiquarianisme saja, suatu usaha untuk mneceritakan suatu kisah selengkap-lengkapnya mengenai sesuatu dalam masa lampau yang mungkin menarik sejarawan, meskipun ia tidak mampu atau tidak merasa terpanggil untuk menerangkan mengapa harus pula menarik minat orang lain. Penggunaan ilmu-ilmu sosial yang lebih banyak oleh sejarawan dalam usahanya untuk memberikan ilustrasi atau menguji dan menyesuaikan atau mengambil alih generalisasi-generalisasi dan klasifikasi-klasifikasi dari pihak sarjana-sarjana sosiologi pada waktu akhir ini telah di anjurkan oleh beberapa sejawan, terutama oleh sejarawan Amerika Serikat.

2.5  SEJARAH DAN PENGERTIAN-PENGERTIAN ILMU SOSIAL
Meskipun ada terdapat kekhawatiran-kekhawatiran yang tegas dan luas namun penggunan daripada generalisasi-generalisasi ilmu sosial oleh sejarawan terus bertambah. Misalnya, bukanlah suatu kebetulan bahwa pada masa yang akhir-akhir ini telah terdapat demikian banyak perhatian terhadan sejarah kota, kereta api dan perniagaan, kepada sejarah harga-harga dan pemikiran sosial, kepada sosial ekonomi daripada perang, serta kepada pengembangan lembaga-lembaga internasional.

Lingkupan perhatian sejarawan cenderung untuk dikuasai oleh hukum permintaan dan penyediaan, sedangkan kebutuhan disiplin-disiplin lain akan data jenis tertentu. Mendorong sejarawan untuk berusaha memenuhi kebutuhan itu. Dengan melakukan hal itu ia berusaha* untuk menemukan kasus-kasus tunggal yang akan memberikan ilustrasi kepada generalisasi ilmu sosial.** untuk menemukan kasus-kasus tunggal yang akan membantah suatu generalisasi ilmu sosial dan*** untuk menerapkan sebuah generalisasi ilmu sosial kepada suatu trend sejarah atau suatu seri daripada peristiwa-peristiwa yang bersamaan. Didalam ketiga usaha itu sambil bekerjasama dengan  Gesetzwissenschaft yang bersangkutan, sejarawan berusaha untuk mengubah, memperkuat, atau mengajukan perkecualian terhadap suatu gagasan umum yang dipinjam dari disiplin-disiplin sosial lain biasanya dengan harapan bahwa dalil sosiologi akan sedikit menyinari hubungan kausal di antara gejala-gejala sejarah.

2.6  NILAI DARIPADA METODE SEJARAH BAGI ILMUWAN SOSIAL
Sejarawan juga membuat sejumlah besar generalisasi yang bersifat metodologi yang diabaikan oleh sarjana-sarjana ahli masyarakat, dengan akibat yang merugikan. Bahkan Thomas dan Znaniecki menggunakan otobiografi dan surat-surat kepada redaksi surat kabar tanpa menyelidiki secara cermat otensitas atakukredibilitasnya ilmuwan sosial yang kurang kalibernya lebih banyak lagi berbuat salah dalam hal ini.

Ilmuwan sosial lebih sering daripada sejarawan berbuat salah dalam menggunakan questionaire yang “menyesatkan”. Mereka juga sering, lebih daripada sejarawan, cenderung untuk mempercayai dokumen-dokumen pemerintah secara tidak kritis dan menerima baik sejarah-sejarah resmi tanpa kecurigaan. Tambahan pula, terkadang mereka menggunakan karangan sejarah yang bersifat sekunder tanpa analisa yang seksama mengenai mutu dan sumber-sumber informasinya atau tanpa mempertimbangkan adanya madzab-madzab pemikiran yang bertentangan. Misalnya saja, satu studi mengenai sejarah alamiah daripada revolusi yang semata-mata didasarkan atas hasil karya sejarawan-sejarawan liberal, patut di kritik sebagai berat sebelah. Bahkan pernah dikatakan, barangkali tidak secara sepenuhnya beralasan, bahwa jika seorang sejarawan jarang menerima baik sesuatu pertelaan sekunder  kecuali sebagai suatu titik tolak bagi pertelan yang lebih baik, maka seorang ilmuan sosial mungkin menerimanya sebagai sumber data secara tidak kritis.

Kadang-kadang ilmuwan sosial sama sekali mengabaikan informasi sejarah. Sekali-kali kita mempunyai perasaan bahwa ilmuwan sosial mengharap bahan-bahan yang dikenal secara ruet sebagaimana yang dikatakan seseorang yang sinis. Mereka menghabiskan ribuan sinyal untuk mengetahui lokasi rumah-rumah pelacuran padahal “survival” atau kesaksian yang lebih awal  mungkin akan dapat memberikan informasi yang dikehendaki secara sederhana. Jika sejarawan sering memperlihatkan hasrat yang partikularistis akan antiquwarianisme yang kering, maka sejarah sosiologi seringkali memperlihatkan preferensi terhadap statistik, qwantum dan pengukuran-pengukuran yang pengeterapannya nampaknya jauh daripada faedah sosial maupun makna sejarah.
Tambahan pula, sejarawan terkadang mempunyai perasaan bahwa beberapa generalisasi sosialogi yang menyangkut jenis atau siklus, paling jauh hanya merupakan “Hunches” atau perumpamaan dan bukan merupakan hipotese kerja.




















BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Pada dasarnya, sejarawan-sejarawan memiliki keterkaitan dan hubungan yang erat dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora.  Metode-metode sejarah yang digunakan para sejarawan  memiliki nilai terhadap ilmu-ilmu sosial. Dapa perkembangangannya, sejarah juga memiliki pengaruh besar bagi perkembangan zaman yang semakin modern atau masakini. Dan para sejarawanjuga mengkaji masalaah-masalah masa kini. Sejarah juga memiliki hubungan dengan humaniora dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Sehingga menyebabkan mereka memiliki keterkaitan yang kuat diantara masing-masing.

3.2  SARAN
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca dan Dosen Pengampuh Program Studi Sejarah dan Kebudayaan, agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Penulis juga berharap makalah ini dapat memberikan manfaat serta dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca.







DAFTAR PUSTAKA

Notosunanto, Nugroho, Mengerti Sejarah, (Jakarta:  Penerbit  Universitas Indonesia,1985, Cetakan Kelima)


Senin, 23 Oktober 2017

Makalah Kecerdasan Bodily Kinesthetic


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari kita temui ada beberapa orang yang kurang beruntung dengan kondisi fisik mereka, seperti anak  yang mengalami cerebral palsy atau tunanetra. Namun, dengan segala keterbasan yang ada kita masih dapat memaksimalkan kemampuan mereka, apalagi bagi anak-anak yang tidak mengalami hambatan fisik. Beberapa contoh kegiatan berikut dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan kinestetik tubuh, antara lain:
Menari, menari disini tidak hanya melakukan gerakan tari baku, seperti tari lilin, paying. Namun, melakukan gerakan-gerakan dengan irama tertentu yang diiringi dengan musik. Saat menari di tuntut pula kemampuan lain, seperti memperhatikan, meniru gerakan, dan mamadankan gerakan dengan musik.
Bermain peran, melalui kegiatan bermain peran anak akan menggerakkan tubuh sesuai dengan peran yang dimainkan, misalnya saat bermain peran sebagai guru maka anak akan memperlihatkan gaya tubuh, mimik wajah, dan suara, seperti guru.
Drama, buatlah sebuah drama prndek yang di dalamnya tercakup berbagai faktor yang saling terkait, misalnya ada gerak tubuh, ekspresi wajah, kominikasi antar pemegang peran, dan kemungkinan musik pengiring.
Olahraga, kegiatan olahraga, apakah itu dilakukan melalui klub olahraga ataupun kegiatan bersama yang dilakukan dengan guru dan orang tua, dapat melatih dan meningkatkan kemampuan gerak tubuh anak.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kecerdasan Bodily kinesthetic
Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan yang menekankan kemampuan gerak, serta sangat senang dengan dunia olahaga, performance, dan menari. Kecerdasaan ini menekankan pada kemampun seseorang dalam menangkap infomasi dan mengelolanya sedemikian cepat, lalu dikonkritkan dalam wujud gerak, yakni dengan menggunakan badan, kaki dan tangan. Pada anak usia prasekolah merupakan masa – masa dimana mereka aktif bergerak meniru sesuatu yang mereka lihat.
B.     Kemampuan Kinestetik Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Disini saya akan membahas tentang kemampuan kinestetik pada anak sesuai indikator yang dapat dicapai anak pada usia 5-6 tahun khususnya kinestetik dalam bidang olahraga. Dimana gerakan-gerakan tersebut dapat dilakukan melalui permainan, misalnya :
a)      Berjalan dengan Menaikkan dan Menurunkan Badan
Anak berjalan dengan aktivitas-aktivitas normal danarahnya lurus. Anak kemudian berjalan berlahan-lahansambil menurunkan badanya sampai menurut mereka cukup rendah, lalu ketika sudah sampai pada jarak yang ditentukan, anak berjalan seperti biasa kembali. Setelah itu anak berjalan berlahan-lahan sambil meninggikan badannya setinggi-tingginya seperti anak meraih i sesuatu, lalu setelah sampai pada jarak yang sudah ditentukan, anak berjalan seperti biasa kembali. Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)      Pada saat menurunkan dan menaikkan badan, pastikan tubuh memiliki keseimbangan yang baik.
2)      Ketika badan sudah turun di bawah, posisi kaki tetapmemungkinkan anak untuk bisa melangkah.
3)      Jika anak merasa akan jatuh, gunakan ke dua tangansebagai penompang badan.
4)      Pastikan tempat yang digunakan aman untuk anak.
b)     Berjalan Mengikuti Pola Suatu Garis
Aktivitas berjalan untuk mengikuti pola suatu garis. Anak–anak dapat mencobanya terlebih dahulu pada suatu garis yang sudah disiapkan sebelumnya, kemudian anak bias melakukannya sendiri. Jika sudah melewati garis dengan baik, seorang anak atau suatu kelompok bisa mendisain pola suatu garis sebisa mereka, yang kemudian dicobanya sendiri dan menjelaskan apa maksud dari garis tersebut.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)      Anak – anak harus berjalan hati – hati ketika melewati belokan–belokan atau tikungan – tikungan di garis pola.
2)      Berjalanlah mengikuti garis dengan memperhatikankeseimbangan tubuh.
3)      Sediakan kertas lebar dan kapur tulis sebagai mediauntuk menulis garis yang akan dilewatinya.
c)      Memantulkan Bola ke Tembok
Anak melempar bola dengan cara dipantulkan ke tembok kemudian menangkapnya dengan memindahkan anggota badan ke arah bola. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan cara berpasangan yaitu dengan cara memantulkan bola ke tembok kemudian pantulan bola tersebul diambil oleh pasangan anak. Aktivitas akan lebih menantang jika anak saling melempar bola dengan ketinggian tertentu.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)      Lemparan bola tidak terlalu keras sehingga pantulan bola tidak terlalu jauh untuk dijangkau anak.
2)      Tekanan udara bola harus cukup. Jangan terlalu kasar sehingga pantulan bola tidak terkontrol, dan jangan terlalu lembek sehingga bola tidak bisa memantul.
3)      Jarak antar pelempar jangan terlalu jauh karenakemampuan melempar anak terbatas, dan jangan terlalu dekat karena tidak ada ruang untuk memantul.
d)     Melompat dengan Awalan
Caranya hampir sama dengan lompat jauh, tapi aktivitas ini dapat dilakukan dalam ruangan dengan menyediakan matras yang diatur agar betul– betul aman untuk pendaratan anak. Anak secara satu persatu bergantian melompat dengan awalan yang secara teknis dikuasainya, kemudian harus mendarat di atas mtras. Awalan berlari harus diperharikan karena berkatan dengan lebar dan panjang matras yang dipakai.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)        Ambilah jarak awalan yang cukup aman.
2)        Melompatlah pada patokan garis yang sudah ditentukan.
3)         Mendaratlah dengan kedua kaki secara baik.
4)        Gunakan kedua tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh.




e)      Melompat Melewati Penanda
Anak –anak melewati penanda dengan ketinggian yang sudah ditentukan yang disesuaikan dengan kemampun umum mereka. Diawli dengan melompat tanpa penanda, kemudian anak diberikan penanda untuk melompat dengan tingkat ketinggian yang terus ditingkatkan. Pendaratan tetap harus menggunakan matras. Keselamatan anak tetap menjadi prioritas utama agar tidak terjadi cedera.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)                Awalan diambil dengan jarak yang cukup memadai.
2)                Aturan kecepatan berlari pada saat mengambil awalan sebelum berlari dengan sebaik – baiknya.
3)                Menumpulah sebaik – baiknya di penanda tumpuan.
4)                Angkatlah kedua kaki dengan keseimbangan yang baik ketika melewatpenanda. Mendaratlah dengan kedua kaki sebaik – baiknya.
f)       Meloncat Melewati Penanda
Anak – anak berdiri tegak di samping penanda. Mereka mulai dengan mengangkat dengan salah satu kaki lalu meloncat melewati penand secara bergantian antara kaki kanan dan kaki kiri. Jika anak dapat mekakukannya,semakin lama penanda akan semakin ditinggikan.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)                Meloncat dengan menggunakan kaki terkuat untukmenumpu badan.
2)                Perhatikan ketingian penanda mudah, terjangkau,atau sulit dilewati anak.
3)                Perhatian anak harus berfokus pada pergantian kakikarena harus menumpu dengan satu kaki secarabergantian.
g)      Meloncat Melewati Tali
Sebuah tali direntangkan dengan ketinggian tertentu yang dapat diloncati anak. Anak mencoba meloncati tali tersebut dan mendarat dengan kedua kakinya secara aman. Setelah berhasil meloncatinya, anak mengulangi kembali loncatan dari arah yang berlawanan atau dari arah tempat anak mendarat. Gunakan kaki terkuat sebagai tolakan. Ketinggian tali bisa dinaikkan sesuai kebutuhan.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)      Perhatikan ketinggian tali, apakah mampu dilewatianak atau tidak.  Jangan sekali– kali memaksa anak jika anak tidak mampu melewatinya.
2)      Gunakan kaki terkuat untuk menumpu danmendaratlah dengan kedua kaki dengan aman danbaik.
3)      Gunakan ayunan kedua lengan untuk menaikkan dan mendaratkan badan dengan keseimbangan yang baik.
4)      Intruksi semua intruksi guru agar tidak terjadibenturan antara anak yang sudah selesi melompatdengan yang masih akan melompat.
h)     Meloncat ke Dalam kotak dan Lingkaran
Buatlah beberapa garis yang berbentuk kotak dan lingkaran yang sesuai dengan bentuk zig–zag. Setiap anak mencoba meloncat kedalam garis tersebut dengan bertumpu pada kedua kaki dan mendarat pada kaki kiri, kemudian melakukan loncatan ke kotak berikutnya dengan kaki kanan, sampai seluruh kotak tersebut selesai dimasuki. Akan lebih baik menggunakan garis saja, bukan alas dari bahan tertentu yang akan menyebabkan kaki anak terpeleset karena mungkin saja ada yang pendaratannya tidak masuk ke dalam kotak.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)                Media lingkaran yang dipakai harus aman untuk anak.
2)                Anak melakukan pendaratan terakhir denganmenggunakan kedua kaki dengan aman.
3)                Gunakan kaki terkuat untuk menjadi tumpuan.
4)                Lebar lingkaran aman dan cukup untuk kaki anak.
i)        Meluncur dari Atas ke Bawah dengan Papan Luncur
Hampir semua anak tahu tempat luncuran di areabermain dan disana ada papan yang didesain khususuntuk meluncurkan badan dari atas ke bawah ( papanluncur/prosotan). Anak naik ke atas papan luncur, laluberdiri di ujung papan luncur dan mengambil posisiduduk. Doronglah badan dengan kedua tangan sehinggabadan akan meluncur secara perlahan kemudian semakin cepat dan sampai di tempat pendaratan dengan baik dan selamat. Gunakan kedua kaki untuk bantuan pendaratan yang baik sehingga bisa mengurangi resiko sehingga badan kurang terkontrol. Pada waktu yang sama, berhati–hatilah setelah meluncur dari papan luncur an sampai di bawah, anak hrus segera ke pinggir, jika tidak ia akan tertabrak temannya yang sedang meluncur. Hindari bermain di ujung luncuran bagian atas karena dapat terjadi aksi dorong – dorongan yang akan menyebabkan anak jatuh dari ketinggian yang membahayakan.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)      Anak meluncur harus dengan urutan peraturan yangsudah ditetapkan.
2)      Anak meluncurkan badan dengan meletakan badandengan meletakkakaki kemudian membungkukkan badandengan posisi duduk.
3)      Mendaratlah dengan kedua kaki dengan baik.
C.    Cara Mengasah Seni Tari Dalam Kecerdasan Bodily Kinesthetic
John Martin dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa gerak betul-betul merupakan substansi baku dari tari. Lebih lanjut iamengemukakan bahwa gerak adalah pengalaman fisik yang palingelementer dari kehidupan manusia. Gerak bukan hanya terdapat padadenyutan-denyutan diseluruh tubuh manusia untuk tetap menghayatikehidupan manusia, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segalapengalaman emosional manusia. Badan adalah cermin dari jiwa manusia. Pada dasarnya substansi pokok dari tari adalah gerak. Gerak merupakan gejala yang paling primer dari manusia, dan gerak merupakan alat yang paling tua bagi manusia, untuk menyatakan keinginan-keinginan atau merupakan bentuk refleksi spontan dari gerakan-gerakan yang terdapat di dalam jiwa manusia. Dalamkehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat. Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (John Martin dalam Soedarsono 1972: 3).
Tari adalah gerakan badan (tangan dsb) yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dsb) Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 414). Pembelajaran tari yang dimaksud disini yaitu pembelajaran tari yang sederhana tidak dengan patokan-patokan. Bisa juga dengan membuat gerakan-gerakan berirama, dan gerakan ini tidak harus berbentuk tarian (Astini 2008: 55). Karena gerakan-gerakan yang dipakai dan digunakan adalah gerak-gerak bebas sebagai hasil kreatifitas anak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan juga menumbuhkan ide-ide kreatif siswa yang bertujuan untuk mengolah kecerdasan body kinestetik yang dimiliki siswa. Pembelajaran tari pada anak dapat membantu perkembangan otak, karena melalui kegiatan tari, anak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dalam mengembangkan kemampuan mengekspresikan gerak sesuai daya imajinasi anak. pendapat Suharni Nany (2004: 1) menyatakan bahwa tarian dan gerakan yang menyenangkan dengan iringan musik harus menjadi kegiatan harian anak. Salah satu media pembelajaran yangsangat menarik dan menyenangkan adalah seni tari dalam upayapengembangan aktifitas motorik secara terus menerus. Melalui seni tariserta pengalaman eksplorasi, anak akan menemukan sesuatu yangmenarik yakni cara mengembangkan kemampuan mengekspresikangerak secara ritmik.
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Kecerdasan tubuh adalah kemampuan memahami, mencintai dan memelihara tubuh anda, dan membuatnya berfungsi seefisien mungkin untuk anda. Dengan kata lain, kecerdasan tubuh adalah kecerdasan atletik dalam mengontrol tubuh seseorang dengan sangat cermat (2005: 153). Sedangkan menurut James (2005: 153) kecerdasan tubuh itu dapat memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan agar berhasil dalam berbagai aktifitas seperti menari, melakukan pantomim, berolah raga, menguasai seni bela diri dan memainkan drama.



DAFTAR PUSTAKA
Y kwartolo.2012.Jurnal kecerdasan bodily kinesthetic. Jakarta: Bpk Penabur