1

loading...

Senin, 07 Januari 2019

MAKALAH Aliran-Aliran Pendidikan


MAKALAH
Aliran-Aliran Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LatarBelakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini, serta perkiraan atau antisipasi masa datang.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi  muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.

B.   RumusanMasalah
1.   apa pengertian aliran pendidikan?
2.   Apa saja macam-macam aliran pendidikan ?




BAB II PEMBAHASAN

A.  Pengertian Aliran Pendidikan
Gagasan dan pelaksanaan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan.
Seperti bidang-bidang lainya, pemikiran–pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir-pemikir berikutnya, dan karena dialog tersebut akan melhirkan lagi pemikiran-pemikiran baru dan demikian seterusnya.

B.  Macam-macam Aliran Pendidikan
1.  Aliran Empirisme
 Aliran Empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia. Aliran ini menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan yang dibawanya dari semenjak lahir tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya. Pengalaman-pengalaman itu berupa stimulan-stimulan dari alam bebas maupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.

2.    Nativisme
       Paham ini menentang paham Empirisme yang dikemukakan John Lock. Nativs (dari bahasa latin) memiliki arti terlahir. Menurut paham ini, dengan tokohnya seorang filsuf JermanSchopenhauer (1788-1860), dikatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. 

3.    Naturalisme
 Paham Naturalisme dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J. Rousseaue yang muncul pada abad ke-18. Nature dalam bahasa latin memiliki makna Alam. Berbeda dengan Schopenhaeuer, Rousseaue berpendapat setiap anak yang baru dilahirkan pada hakikatnya memiliki pembawaan baik. Namun pembawaan baik yang terdapat pada setiap anak itu akan berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, atau lingkungan masyarakat di sekitar dimana anak tumbuh dan berkembang.
4.    Konvergensi
       Konvergensi artinya titik pertemuan. Pelopor aliran Konvergensi adalah William Stern(1871-1939), seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman. Ia mengatakan bahwa seseorang terlahir dengan pembawaan baik dan juga dengan pembawaan buruk. Ia pun mengakui bahwa proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.
       Aliran ini menyampaikan bahwa bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuaidengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik pun sulit mengembangkan potensi anak secara optimal apabila tidak terdapat bakat yang diperlukan bagi perkembangan yang diharapkan anak tersebut.
      
5. Aliran Progresivisme
Tokoh aliran Progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya. 

6. Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemiolog Italia. Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena Dia Pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan. .
C.  Gerakan baru pendidikan dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan di Indonesia
a.    Pengajaran alam sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr. A. Fingerb(1808-1888). Dengan pengajajaran alam sekitar guru dapat meragakan secara langsung. Pengajaran ini memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar dan catat saja.
b.   Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran ini dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia. Dalam pengajaran ini harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan pengetahuan tentang dunianya (lingkungan tempat hidup dihari depannya).
c.   Sekolah kerja
Menurut J.A Comenius (1592-1670) gerakan sekolah kerja menekankan agar pendidikan mengembangkan fikiran, ingatan, bahasa, dan tangan (keterampilan kerja tangan). Selain itu menurut J.H Pestalozzi (1746-1827) mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran disekolahnya.
d.   Pengajaran Proyek
Menurut John Dewey (1859-1952) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses kehidupan itu sendiri dan bukannya penyiapan untuk kehidupan masa depan. Dalam pengajaran ini, anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang serta memimpinnya.
D.  Aliran Pokok Pendidikan Di Indonesia
Yang dimaksud aliran pokok di Indonesia adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa danRuang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu  tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Secara historis, pendidikan yang melembaga telah dikenal sebelum Belanda menjajah Indonesia. 
a)   Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, ( Lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat ) pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan taman Indira ( Taman kanak-kanak ) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman muda ( SD ), disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru ( Mulo-Kweekschool ).  Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan.

b)   Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School ) didirikan oleh Mohammad Sjafei ( lahir di Matan, Kalbar tahun 1895 ) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam ( Sumatera barat ).









                                                      BAB Ill PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pada pendidikan. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek.
Macam-macam aliran pendidikan yaitu :
a.    Aliran Empirisme
Aliran Empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. 
b.   Aliran Nativisme
semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. 
c.   Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting.

d.   Aliran Progresivisme
Aliran Progresivisme ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
e.   Aliran Konstruktivisme
Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat panca indra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain karena perbuatan itu akan sia-sia saja.

B.    SARAN
 Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya butuhkan. Guna perbaika n makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amin.





DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. (2007). Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. (2003). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung : PT RemajaRosdakarya.
Suwarno, Wiji.(2009).  Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Umar. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

MAKALAH KORELASI KOEFISIEN KONTINGENSI


                                                                                    MAKALAH
 Korelasi Koefisien Kontingensi
BAB I
                                                              PENDAHULUAN         
   A.    LATAR BELAKANG
         Telah sama-sama kita ketahui bahwasanya dalam setiap kita melakukan penelitian,maka kita telah mendapatkan data yang belum tersusun atau tertata dengan baik boleh dikatakan masih berbentuk data yang belum sempurna, maka dari itu dibutuhkan prosos lanjut salah satunya mengubah data data kedalam bentuk yang diinginkan dengan menggunakan teknik analisis korelasional.
         Agar dapat memberikan informasi yang tepat, ringkas dan jelas. Karena merupakqan hal yang sangat merugikan apa bila kita sebagai peneliti tidak mengetahui apa arti dan bagaimana cara mengolah data yang telah kita dapatkan agar menjadi data byang bisa memberikan informasi yang jelas.

    B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Pengertian Korelasi Kontingensi?
2.      Apa Kegunaan Korelasi Kontingensi?
3.      Bagaimana Rumus Korelasi Kontingensi?
4.      Contoh Penggunaan Korelasi Kontingensi?
5.      Cara Menguji Hipotesis Korelasi Kontingensi?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari korelasi kontingensi.
2.      Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana keguanaan dan rumus dari korelasi kontingensi.
3.       Mahasiswa mampu mengetahui cara penggunan dan mampu menguji hipotesis korelasi kontingensi

BAB I
PEMBAHASAN

    A.    Pengertian Korelasi Kontingensi
        Teknik korelasi koefisien kontingensi (contingency coefficient correlation) adalah salah satu teknik analisis korelasional bivariat,yang dua buah variable yang akan di korelasikan adalah berbentuk kategori atau merupakan gejala ordinal. Misalnya tingkat pendidikan: tinggi, menengah, rendah: permasalahan terhadap ajaran agama islam: baik, cukup, kurang dan sebagainya.[1]
       Apabila variable itu hanya menjadi dua kategori, dan kedua kategori itu sifatnya diskrit(terpisah menjadi dua buah kutub yang ekstrem), maka selain menggunakan teknik analisis korelasioanl koefisien kontigensi, dapat pula dipergunakan teknik analisis korelasional Phi koefisien. Akan tetapi apa bila kategori itu lebih dari dua buah, maka teknik analisis korelasional Phi koefisien tidak dapat di terapkan disini.
  B.     Kegunaan Korelasi Kontingensi
       Koefisien Kontingensi adalah uji korelasi antara dua variabelyang berskala data nominal. kegunaanya adalah untuk mengetahui asosiasi atau relasi antara dua perangkat atribut. Koefisien ini fungsinya sama dengan beberapa jenis koefisien korelasi lainnya, seperti koefisien korelasi phicramer, lambda, uncertainty, spearman, kendall tau, gammaSommer’s. Namun dalam hal ini, Kontingensi C adalah uji korelasi yang spesifik untuk data berskala nominal. Selain itu uji ini juga paling sering atau lazim digunakan dibandingkan uji koefisien korelasi data nominal lainnya.
      Uji ini sangatlah erat kaitannya dengan uji chi-square. Sebab berdasarkan rumus uji koefisien ini, bahwa tidaklah mungkin koefisien ini dapat dihitung tanpa terlebih dahulu mengetahu nilai dari chi-square. Jadi, logikanya adalah hitung terlebih dahulu chi-square, baru kemudian hitung koefisien kontingensi.
  C.    Rumus Korelasi Kontingensi
       Rumus yang akan digunakan untuk mencari koefisien kontingensi adalah

Dimana:
     untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien kontingensi maka terlebih dahulu harga koefisien kontingensi( c atau koreksi)  harus diubah menjadi phi.

   D.    Contoh Penggunan Korelasi Kontingensi
     Misalkan akan diteliti, apakah terdapat korelasi positif yang signifikan antara semangat berolah-raga dan kegairhan belajar. Sejumlah 200 orang subjek ditetapkan sebagai sampel penelitian. Hasil pengumpulan data menunjukkan angka. Karena angka indeks korelasi kontingensi Catau KK itu harus dihitung dengan kai kuadrat, maka langkah pertama yang harus kita tempuh adalah mengetahui besarnya kai kuadrat tersebut.
     TABEL.5.19. Data mengenai semangat berolah raga dan kegairahan belajar dari sejumlah 200 orang subjek.

Semangat berolahraga dan gairah belajar

Besar
Kecil
Sedang
Jumlah
Besar
18
12
10
40
Sedang
34
43
33
110
Kurang
10
10
30
50
Jumlah
62
65
73
200=N
Setelah harga kai kuadrat kita ketahui, maka selanjutnya kita substitusikan kedalam rumus koefisien kontingensi.[2]

      E.     Cara Menguji Hipotesis Korelasi Kontingensi
    Suatu penelitian ingin mengetahui: “apakah ada perbedaan diantara mahasiswa Fakultas A dalam hal kesukaannya terhadap beberapa jenis musik?”
Hasil hitung: X2 = 8,5
Yang akan dibuktikan:
Ha  -> C  ≠ 0
H0  -> C  = 0:           
Besarnya koefisien kontingensi:

:           

             Signifikansi Koefisien Kontingensi

             Uji signifikansi :
1.      X2  = 8,5 -> signifikan pada ∂ = 0,02
2.      C = 0,285
3.      Jadi C ≠ 0
4.      Dengan demikian mahasiswa menurut jurusan dan jenis musik yang digemari berhubungan didalam populasinya.
    Dengan mempelajari tutorial di atas, diharapkan para pembaca memahami sebanarnya cara perhitungan atau rumus uji dalam tutorial ini. Selanjutnya dalam prakteknya, para peneliti atau pembaca dapat langsung menggunakan aplikasi SPSS.
     Dengan menggunakan SPSS, kita bisa langsung menilai tingkat signifikansi atau kemaknaan nilai koefisien. Yaitu, apabila nilai signifikansi < 0,05 atau batas kritis, maka dapat diartikan bahwa: terima H1 atau bermakna secara statistik.
 BAB III

PENUTUP
   A.    Kesimpulan
      korelasi koefisien kontingensi (contingency coefficient correlation) adalah salah satu teknik analisis korelasional bivariat,yang dua buah variable yang akan di korelasikan adalah berbentuk kategori atau merupakan gejala ordinal. Koefisien ini fungsinya sama dengan beberapa jenis koefisien korelasi lainnya, seperti koefisien korelasi phicramer, lambda, uncertainty, spearman, kendall tau, gammaSommer’s. Namun dalam hal ini, Kontingensi C adalah uji korelasi yang spesifik untuk data berskala nominal. Selain itu uji ini juga paling sering atau lazim digunakan dibandingkan uji koefisien korelasi data nominal lainnya.
B.     Saran
       Makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu kami meminta kritik atau saran yang bersifat membangun dari pembaca guna untuk memperbaiki makalah ini


[1] Sudijono Anas,2017. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:  Pt. Rajagrapindo Persada. Hal .252.

[2] Hartono, 2004. Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 255.