1

loading...

Rabu, 29 Mei 2019

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR & ILMU BUDAYA DASAR (ISD & IBD) "PENDEKATAN KESUSTRAAN"


MAKALAH

ILMU SOSIAL DASAR & ILMU BUDAYA DASAR (ISD & IBD)
"PENDEKATAN KESUSTRAAN"


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan, dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap seni rupa seolah-olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni yang nampaknya rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu kadang-kadang seni rupa itu lebih disamakan dengan seni visual.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Pendekatan Kesustraan itu ?
2.      Apa Saja Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa ?
3.      Bagaimana Nilai-Nilai Dalam Pola Fisik ?
4.      Apa Saja Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Agar Dapat Memahami Bagaimana Pendekatan Kesustraan itu.
2.      Agar Dapat Mengetahui Apa Saja Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa.
3.      Agar Dapat Mengetahui Bagaimana Nilai-nilai Dalam Pola Fisik.
4.      Agar Dapat Mengetahui Apa Saja Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi.


BAB II
 Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan

Ilmu budaya dasar atau bahasa luarnya di sebut basic humanities. Kata humanities awalnya berasal dari negara inggris yang berarti dalam bahasa indonesia adalah sastra. kata humanities berasal dari bahasa latin yang artinya adalah berbudaya dan halus. Sastra dalam arti khususnya itu biasa kita gunakan dalam kebudayaan adalah ekspresi dan isi hati dari perasaan manusia yang diungkapkan dalam bentuk pandangan cerdas yang dituangkan dalam bentuk sesuatu hal yang mencerminkan sebuah keindahan, Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari dua kata, yaitu su dan sastra dengan mendapat imbuhan ke- dan -an. Kata su berarti baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan dapat diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa, bentuk, maupun isinya.[1]

A.    Pendekatan Kesusastraan
1.      Pengertian Sastra Dan Seni Dalam Pengertian Umum
Pengertian Sastra:
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Yang agak biasa adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya yang dalam arti khusus dapat kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, sastra adalah hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
2.      Pengertian Sastra Menurut Para Ahli
1.      Mursal Esten (1978 : 9)
Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
2.      Semi (1988 : 8 )
Sastra. adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
3.      Panuti Sudjiman (1986 : 68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.
4.      Ahmad Badrun (1983 : 16)
Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.
5.      Eagleton (1988 : 4)
Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.
6.      Plato
Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
7.      Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
8.      Robert Scholes (1992: 1)
Tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda
9.      Sapardi (1979: 1)
Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan social.
10.  Taum (1997: 13)
Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau “sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain”
Pengertian Seni:
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu.
Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermakna kematian dan mawar merah yang berarti cinta). Seni menurut media yang digunakan terbagi 3 yaitu :
Seni yang dapat dinikmati melalui media pendengaran atau (video art), misalnya seni musik, seni suara,dan seni sastra, puisi dan pantun
Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (Visual Art) misalnya lukisan, poster, seni bangunan, seni gerak beladiri dan sebagainya.
Seni yang dinikmati melalui media penglihatan dan pendengaran (audio visual art) misalnya pertunjukan musik, pagelaran wayang, film.[2]
3.      Peranan Sastra
Prosa, puisi, lakon, skenario, skripsi, risalah ilmiah, esei, kolom, berita, surat, proposal, catatan harian, laporan, pandangan mata, pidato, ceramah, transkripsi percakapan, wawancara, iklam, propaganda, doa dan sebagainya semuanya jadi termasuk sastra, karena mempergunakan bahasa. Semua sektor kehidupan, seluruh aktivitas manusia tak bisa membebaskan diri dari bahasa. Bahkan olahraga yang jelas-jelas menitikberatkan pada aktivitas raga, tetap saja membutuhkan bahasa dalam menumbuhkan dan mengembangkan dirinya. Dengan cakupan yang begitu dahsyat, sastra tidak mungkin tidak berguna. Demikianlah mahasiswa yang sedang menekuni berbagai jurusan, akan selalu, suka tak suka berhubungan dengan sastra.
Bagaimana dengan puisi dan prosa yang merupakan bagian dari kesusastraan (baca: sastra yang indah). Apakah puisi dan prosa juga berguna bagi semua mahasiswa, sehingga bukan saja jurusan bahasa dan sastra tapi juga jurusan sosial, ekonomi dan eksakta berkepentingan mengkaji sastra? Apa seorang yang ingin menjadi insinyur, dokter, diplomat, pengusaha, perwira, pemimpin politik, ahli hukum, negarawan dan ulama, perlu membaca sastra?
Kesusastraan (prosa dan puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh aspek kehidupan. Hanya saja karena pemaparannya menempuh lajur rekaan imajinasi, sehingga nampak semu. Tapi dalam kesemuannya itu, sastra merefleksikan fenomena hidup beragam dengan mendalam, mengikuti cipta-rasa-karsa penulisnya. Untuk itu memang diperlukan kesiapan: apresiasi, interpretasi dan analisis, sehingga dunia rekaan di dalam sastra jelas kaitannya dengan seluruh aspek kehidupan. Kritik sebagai perangkat penting yang sesungguhnya berfungsi menunjukkan arti kehadiran sastra, kebetulan sangat parah di Indonesia, sehingga kehadiran sastra semakin tenggelam hanya sebagai hiburan. Sastra memang memiliki potensi yang hebat untuk menghibur. Dan karenanya sebagai barang komoditi nilainya tinggi. Kaitannya dengan bisnis dan industri juga meyakinkan.
Dalam berbahasa pun mulai memperlihatkan keseragaman berbahasa yang hampir kejakarta-jakartaan bahasanya. Selain itu sinetron juga memberikan efek bagi psikologis dan psikis penontonnya. Begitupun budaya sudah semestinya dalam salah satu unsurnya yang mampu memberikan sumbangan dalam pengembangan bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu kiranya dilihat sejauh mana peranan sastra dan budaya dalam pengembangan bahasa, khususnya dalam karya-karya sastra sehingga kita dapat gambaran yang jelas peranan dari kedua hal tersebut.

4.      Hubungan Antara Sastra, Seni dengan Ilmu Budaya Dasar
Hubungan sastra dan seni dengan ilmu budaya dasar adalah sama-sama memiliki objek yang sama yaitu manusia. Sama-sama mempelajari hubungan antar manusia melalui suatu komunikasi yang beraneka ragam macamnya. dan bayangkan jika manusia hidup tanpa seni. Jika manusia hidup tanpa bisa menyalurkan ekspresi mereka atau tidak bisa berkomunikasi dengan manusia lainnya, maka akan menggangu kejiwaan atau psikologis manusia tersebut.
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi – materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1.      Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2.      Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya
3.      Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya.
B.     Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa
1.      Pengertian Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karena itu, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.[3]
2.      Jenis-jenis Prosa
Di dalam kesusastraan bahasa Indonesia kita, ada beberapa macam prosa antara lain:
1.      Prosa naratif : karangan yang isinya menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah – olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.
2.      Prosa deskriptif : karangan yang isinya menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seolah – oleh melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
3.      Prosa eksposisi : karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan sejelas – jelasnya.
4.      Prosa argumentatif : karangan yang berisi idea tau gagasan yang dilengkapi data – data kesaksian bertujuan mempengaruhi pembaca untuk menyatakan persetujuannya.
5.      Prosa Persuasif : karangan yang disampaikan dengan cara – cara tertentu, bersingfat ringkas, menarik pembaca, hingga pembaca terhanyut oleh siratan ininya.
Tetapi dari sekian banyaknya jenis-jenis prosa ini hanya ada 2 jenis prosa yang paling sering dibahas, yaitu prosa lama dan prosa baru.



3.      Komponen Dalam Prosa Lama
a.       Sejarah
Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh : Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.[4]
b.      Kisah
Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
c.       Dongeng
Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut :
1)      Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh : Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
2)      Mite (mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
3)      Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
4)      Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh : Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
5)      Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
6)      Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh : Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.
d.      Cerita pelipur lara
Suatu karya sastra yang berisikan kejenakaan. Karya sastra ini bertujuan untuk melipur lara atau membuat pembaca melupakan sedihnya.
e.       Hikayat
Hikayat adalah cerita karya sastra lama yang berbentuk riwayat yang mengisahkan hal-hal di luar kenyataan yang berkembang di lingkungan istana. Ciri-ciri hikayat yaitu:
1)      Bersifat istana centris.
2)      Anonim (nama pengarang tidak dicantumkan).
3)      Berkembang secara stetis.
4)      Bersifat imajinatif, bersifat khayalan.
5)      Lisan, karena disebarkan dari mulut ke mulut.
6)      Berbahasa klise, meniru bahasa penutur sebelumnya.


4.      Komponen Dalam Prosa Baru
a.       Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
1)      Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
2)      Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
3)      Roman sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
4)      Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
5)      Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b.      Novel
Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
c.       Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
d.      Riwayat
Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.

e.       Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
f.       Resensi
Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
g.      Esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi. dan tidak boleh di sentuh oleh siapa pun.
C.    Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
1.      Pengertian Prosa Fiksi
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceritera. (aminuddin, 2002:66). Sedangkan M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono (dalam Tjahyono, 1988:106) mengemukakan pengertian prosa fiksi (fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot, atau ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sudjiman, (1984:17) yang menyebut fiksi ini dengan istilah ceritera rekaan, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam ragam prosa. Logika dalam prosa fiksi adlah logika imajnatif, sedangkan logika dalam nonfiksi adalah logika factual.Prosa fiksi dapat dibedakan atas pendek dan novel. Ada juga yang memilahnya menjadi tiga, selain cerpen, dan noel, tersebut juga istilah roman.
Prosa fiksi adalah prosa yang mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Prosa fiksi ialah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan narasi sugestif atau imajinatif. Prosa fiksi berbentuk cerita pendek (cerpen), novel, dan juga dongeng.
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan kata lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra.[5]
2.      Nilai-nilai dalam Prosa Fiksi
a.       Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
b.      Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam novel sering kita dapat belajan sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
c.       Prosa fiksi memberikan warisan cultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
d.      Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalamanpengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
3.      Contoh Karya Sastra
a.       Beberapa pilihan puisi Chairil Anwar dalam Deru Campur Debu (1949)[6]
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi



Pantun Agama
Malam hari lihat bulan
Melihat bulan bersama-sama
Jika ingin disayang Tuhan
Berbuat baiklah pada sesama
D.    Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Pusi
1.      Pengertian Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani Kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenal kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistic/esthetic, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata – katanya.
Puisi adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu ‘pemadatan kata’. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut. Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar. Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
2.      Kreativitas Penyair Dalam Membangun Puisinya
a.       Figura bahasa : seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
b.      Kata-kata yang ambiguitas : yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
c.       Kata-kata berjiwa : yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
d.      Kata-kata yang konotatif : yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
e.       Pengulangan : berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
E.     Alasan-alasan Yang Mendasari Penyajian Puisi Pada Perkuliahan IBD
1.      Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. lni berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasamya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbatas. Dengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi dapat memberikan kepada para mahasiswa memiliki kesadaran (insight-wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sndiri dan tentang masyarakat.
2.      Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun did sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
3.      Puisi dan keinsyafan sosial.
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang terlibat dalam isue dan problem sosial. Secara imaginatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa ;
1)      penderitaan atas ketidak adilan
2)      perjuangan untuk kekuasaan
3)      konflik dengan sesamanya
4)      pemberontakan terhadap hukum Tuhan















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1.       Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan 2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2.       Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
3.       Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya .
B.     Saran
Ketika seseorang memiliki ilmu budaya dasar dan sifat kesusastraan , pasti  dapat membuat pelihat hasil cipta  karyanya menghayati dan melakukan hal positif dengan hasil cipta karya yang di buat. untuk itu bagi seseorang yang telah  mampu melakukan hal tersebut, tuangkanlah hal-hal yang positif agar suatu ketika ada pelihat hasil cipta karya dapat menirukan hal yang positif yang memiliki nilai ke indahan, dan jangan buat cipta karya yang negatif yang dapat merusak pemikiran manusia dan membuat manusia melakukan hal -hal yang positif.

MAKALAH MATERI KONSEP DASAR IPS “MEMAHAMI IPS SEBAGAI ILMU SOSIAL DAN KAJIAN SOSIAL”

MAKALAH MATERI KONSEP DASAR IPS

“MEMAHAMI IPS SEBAGAI ILMU SOSIAL DAN KAJIAN SOSIAL” 


BAB I
PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang
Istilah ilmu pengetahuan sosial sebagaimana dirancang dalam kurikulum 2004 memang membingungkan untuk dicarikan definisinya karena dalam berbagai literatur, baik yang ditulis oleh ahli dari luar maupun dari dalam negeri, kita hanya mempunyai istilah Ilmu Pengetahuan Sosial yang merupakan terjemahan dari Social Studies. Sementara nama IPS dalam dunia pendidikan dasr di negara kita muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMU tahun 1975.
Dilihat dari sisi keberlakuannya, IPS disebut sebagai bidang studi “baru” karena cara pandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi. Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran tersebut memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia.
Pada waktu Indonesia memperkenalkan konsep IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah persissama dengan Social Studies yang ada di Amerika Serikat. Mengapa demikian? Karena kondisi masyarakat Indonesia memang berbeda dengan kondisi masyarakat Amerika Serikat. Ini mengisyaratkan adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu. Sebenarnya keadaan ini sanagt baik, karena setiap ide yang datang dari luar kita terima kalau memang sesuai dengan kondisi masyarakat kita.

    B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.      Mengapa IPS sebagai ilmu sosial?
2.      Mengapa IPS sebagai kajian sosial?
3.      Apa persamaan dan perbedaan IPS sebagai ilmu sosial dan kajian sosial?

      C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:
1.      Untuk mengetahui IPS sebagai ilmu sosial.
2.      Untuk mengetahui IPS sebagai kajian sosial.
3.      Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan IPS sebagai ilmu sosial dan kajian sosial.
  
 BAB II
PEMBAHASAN

     A.    IPS sebagai Ilmu Sosial
Pada dasarnya pengertian dari IPS adalah bidang kajian atau studi tentang fenomena-fenomena yang terjadi dalam sosial kemasyarakatan yang merupakan dampak dari hubungan dan interaksi antarsesama manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai edukatif, praktis, teoritis, filsafat, dan ketuhanan.
Dengan demikian, sebenarnya IPS berinduk kepada ilmu-ilmu sosial dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial dalam bidang keilmuannya dipergunakan untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS.
Ilmu sosial (social science) atau ilmu pengetahuan sosial (social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metode kuantitatif da kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam, tetapi memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu sosial dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, intersubjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak mengunakan metode kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas disiplin dalam penelitian sosial terhadap perolaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang memengaruhinya telah banyak membuat peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.[1]

      1.      Pengertian Dari Ilmu-Ilmu Sosial (Sosial Science)
Dari sisi bahasa, ilmu sosial bersala dari bahasa Inggris Social Science. Kata Social berarti sosial, sedangkan kata Science adalah ilmu. Dengan demikian, scara literal social science mempunayi makna ilmu sosial.
Dari sisi istilah, sampai saat ini belum terdapat kesatuan pendapat dan rumusan yang jelas diantara para ahli yang berkenaan dengan batasan atau pengertian social science (ilmu-ilmu sosial).
Menurut pendapat Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu, ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Kemudian, Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial sebagai berikut “Ilmu sosial terdiri dari disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi yang makin lanjut dan makin ilmiah.” Sementara menurut Gross, ilmu sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makhluk sosial secara ilmiah serta memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyaraka yang ia bentuk.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan masyarakat, poblem-problem dalam masyarakat, serta bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Ilmu-ilmu sosial adalah cabanng-cabang ilmu yang mempelajari tentang sosial masyarakat. Contohnya: ilmu ekonomi, ilmu geografi, ilmu antropologi, dan lain-lain. Cabang-cabang ilmu ini menekankan pada aspek teoritis keilmuan yang tiap cabang ilmunya menggunakan satu pendekatan disiplin ilmu atau monodisiplin.
Jadi, setiap bidang keilmuan itu mempelajari salah satu aspek tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat. Ekonomi mempelajari aspek kebutuhan materi, antropologi mempelajari aspek budaya, sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial, psikologi mempelajari aspek kejiwaan, demikian pula bidang keilmuan yang lain. Sementara yang menjadi objek materialnya adalah sama, yaitu manusia sebagai anggota masyarakat.

     2.      Studi Sosial (Social Science)
Berbeda dengan ilmu sosial, studi sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang segala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, studi sosial menggunakan bidang0bidang keilmuan termasuk ilmu sosial. Tentang studi sosial ini, Achmad Sanusi (1971) memberikan penjelasan bahwa studi sosial tidak selalu bertaraf akademis universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar. Selanjutnya, studi sosial dapat berfungsi sebagai pengantar kepada disiplin ilmu sosial bagi pendidikan lanjutan atau jenjang selanjutnya. Studi sosial bersifat interdisipliner dengan dengan menetapkan pilihan masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan yang lainnya.
Kerangka kerja studi sosial dalam mengkaji atau mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat tidak menekankan bidang teoritis, melainkan lebih kepada bidang praktis. Oleh karena itu, studi sosial tidak terlalu bersifat akademis teoritis, melainkan merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajatrkan mulai dari tungkat sekolah dasar samapai tingkat perguruan tinggi. Pendekatan studi social bersifat interdisipiner atau multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Maksdunya bahwa studi sosial dalam meninjau suatu gejala spesial atau masalah sosial dilihat dari berbagai dimensi/sudut/segi/aspek kehidupan.
Sementara ilmu soial pendekatannya bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa studi sosial lebih memperlihatkan sutau bentuk gabungan ilmu sosial. Tugas studi sosial, sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat SD sampai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi adalah membina warga masyarakat yang mampu menyerasikan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dan mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Oleh karena itu, materi dan metode penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.

    3.      Pengertian IPS sebagai Ilmu Sosial
Terdapat banyak pengertian IPS yang diberikan oleh para ahli. Diantara para pendapat tersebut diuraikan berikut:
a.       Menurut Nasution, IPS adalah bidang studi yang merupakan fusi (paduan) sejumlah mata pelajaran sosial. Dapat juga dikatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari Ilmu sosial.
IPS adalah bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih dan disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah.
b.      Menurut Tjokrodikarjo mendefinisikan IPS sebagai perwujudan dari suatu pendekatan interdisiplin dari ilmu-ilmu sosial. Ia merupakan integrasi berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan ekologi manusia. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan intruksional dengan materi sederhana, menarik, mudah dimengerti, dan dipelajari.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS adalah pelajaran atau bidang studi yang merupakan fusi (paduan) dan integrasi ilmu. Ilmu sosial yang dikemas dengan materi yang sederhana, menarik, mudah dimengerti, dan dipelajari untuk tujuan intruksional di sekolah.
Latar belakang dimasukkannya IPS pada kurikulum sekolah di Indonesia berbeda dari hal serupa di Inggris dan Amerika. Perkembangan sekolah di Indonesia terjadi akibat penyelenggaraan sekolah formal selama masa penjajahan. Oleh karena itu, materi pelajaran di sekolah merupakan kebanyakan lanjutan dari kurikulum Belanda dan Jepang.[2]

    B.     IPS sebagai Kajian Sosial
Kajian sosial (social studies) pada dasarnya sama dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS). Dalam sejarahnya, social studies berasal dari Amerika, yang berpenduduk multiras dan budaya, sebagaimana halnya di Indonesia. Menurut kurikulum 1975, ilmu pengetahuan sosial adalah bidang studi yang merupakan panduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial. Berbeda dengan ilmu sosial, studi sosial bukanlah merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial.
            Dalam kerangka kerja pengkajiannya, studi sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan termasuk ilmu sosial. Tentang studi sosial ini, Achmad Sanusi memberikan penjelasan bahwa studi sosial tidak selalu bertaraf akademis universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar.
            Selanjutnya, studi sosial dapat berfungsi sebagai pengantar kepada disiplin ilmu sosial dilihat dari berbagai aspek kehidupan. Sementara ilmu sosial pendekatannya bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa studi sosial lebih memperlihatkan suatu bentuk gabungan ilmu sosial.
            IPS adalah studi atau kajian masalah-masalah sosial yang berasal dari ilmu–ilmu sosial yang disederhanakan untuk kepentingan tujuan pendidikan di sekolah, yaitu menciptakan warga Negara yang baik (good citizen).
            IPS bukan hanya sekedar pengetahuan, tetapi ilmu pengetahuan yang disusun dan diorganisasikan secara baik menurut kepentingan pendidikan dan pengajaran. IPS berada di tengah-tengah antara ilmu-ilmu sosial dan pengetahuan sosial.

1.      Cabang-cabang Utama Ilmu Sosial
Adapun cabang-cabang ilmu sosial yaitu, sebagai berikut:
a.       Antropologi mempelajari manusia pada umunya dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat. Para ahli antropologi dapat dibedakan ke dalam beberapa spesialisasi, antara lain:
Ø  Pertama, ahli antropologi sosial
Ø  Kedua, ahli etnografi
Ø  Ketiga, ahli antropologi bahasa
Ø  Keempat, ahli antropologi fisik
Ø  Kelima, ahli arkeologi
Ø  Keenam, ahli primatologi
b.      Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat. Ilmu sosial ekonomi (bagian yang berhubungan dengan analisis ekonomi) dibagi kedalam dua bidang utama, yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro.
c.       Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Geografi dibagi dalam dua spesialisasi pokok, yaitu geografi fisik dan geografi budaya atau manusia.
d.      Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan.
e.       Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa.
f.       Pendidikan yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral.
g.      Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk Negara).
h.      Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
i.        Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia.
j.        Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antarmanusia di dalamnya.

2.      Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup materi Ilmu Sosial adalah:
a.       Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu. Kenyataan-kenyataan sosial tersebut sering ditanggapi secara berbeda oleh para ahli ilmu sosial. Karena adanya perbedaan latar belakang disiplin ilmu atau sudut pandangnya.
b.      Konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial.
Sebagai contoh dari konsep dasar semacam ini misalnya konsep keanekaragaman dan konsep kesatuan sosial. Bertolak dari kedua konsep diatas, maka dapat kita pahami dan sadari didalam masyarakat selalu terdapat:
a.       Persamaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola tingkah laku baik secara individual maupun kelompok.
b.      Persamaan dan perbedaan kepentingan.
Persamaan dan perbedaan itulah yang sering kali menyebabkan timbulnya konflik, kerja sama, kesetiakawanan antar individu dan golongan.
c.       Masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat biasanya terlibat kedalam berbagai kenyataan sosial yang antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Ada 2 masalah yang dipakai sebagai pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD).
a.    Berbagai aspek yang merupakan suatu masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri atau pendekatan gabungan antarbidang.
b.    Adanya keragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat.
Berdasarkan ruang lingkup diatas masih perlu penjabaran untuk bisa dioperasionalkan ke pokok bahasan dan sub-pokok bahasan, yaitu:
Ø  Mempelajari adanya berbagai masalah kependudukan dan hubungan dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
Ø  Mempelajari adanya masalah individu dan masyarakat.
Ø  Mengkaji masalah kependudukan dan sosialisasi.
Ø  Mempelajari hubungan antarwarga negara dan Negara.
Ø  Mempelajari hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.
Ø  Mempelajari masalah yang dihadapi masyarakat pedesaan.[3]

       C.    Persamaan dan Perbedaan IPS sebagai Ilmu Sosial dan Kajian Sosial
1.      Persamaan
Persamaan antara social studies dan social science terletak pada sasaran yang diselidiki, yaitu manusia dan kehidupan masyarakat. Keduanya membahas masalah yang timbul akibat hubungan (interrelationship) manusia. Dengan kata lain, keduanya mempelajari masyarakat manusia, segala aspek kehidupan masyarakat, dan problem-problem masyarakat.

2.      Perbedaan
Perbedaan penting anatara ilmu-ilmu sosial dengan pengetahuan sosial terletak pada tujuan masing-masing. Ilmu sosial bertujuan memajukan dan mengembangkan konsep dan generalisasi melalui penelitian ilmiah, dengan melakukan hipotesis untuk menghasilkan teori atau teknologi baru.
Sementara itu, tujuan ilmu pengetahuan sosial bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu sosial. Orientasi utama studi ini adalah keberhasilannya mendidik dan membuat siswa mampu mengerjakan ilmu pengetahuan sosial, berupa terciptanya tujuan intruksional. Dari uraian tersebut, ilmu ilmu pengetahuan sosial menggunakan bagian-bagian ilmu-ilmu sosial guna kepentingan pengajaran.
Untuk itu, berbagi konsep dan generalisasi sosial harus disederhanakan agar lebih mudah dipahami murid-murid yang umumnya belum matang untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini menempatkan keberadaan IPS secara metodologis dan keilmuan dapat dikatakan belum setara dengan ilmu sosial.
Jika ditinjau dari proses penerapan dan pendekatannya, ternyata IPS dan ilmu-ilmu sosial sangatlah berbeda, yaitu:
Ø  IPS bukanlah sebuah disiplin ilmu seperti halnya ilmu-ilmu sosial, melainkan sebagai suatu bidang kajian atau studi tentang sosial kemasyarakatan.
Ø  IPS dalam kajiannya menggunakan pendekatan multidisiplin atau interdisiplin, sedangkan tiap-tiap ilmu sosial menggunakan satu disiplin ilmu atau monodisiplin.
Ø  IPS dirancang untuk pendidikan, maka IPS hanya berfokus pada dunia persekolahan, sedangkan ilmu-ilmu sosial keberadannya bisa di dunia persekolahan, perguruan tinggi, atau dapat dipelajari oleh masyarakat umum.
Memang terkadang tidak mudah bagi guru-guru pendidikan dasar untuk mulai memahami suatu situsi pendidikan saat ini yang sudah jauh berkembang. Hal ini dikarenakan tingkat internalisasi perspektif dunia pendidikan yang baru sulit untuk diaplikasikan di dunia sekolah dasar, mengingat para pelajar mudah mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata sulit semisal cabang-cabang ilmu yang sebegitu luasnya.
Dalam hal ini, jika guru tidak kraetif untuk meningkatkan keilmuannya, akan sulit untuk memberi keberagaman pemahaman pendidikan dunia yang syarat akan perkembangan.[4]



BAB III
PENUTUP

     A.    Kesimpulan
Ilmu sosial (social science) atau ilmu pengetahuan sosial (social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metode kuantitatif da kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam, tetapi memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Satria, Irwan. Konsep Dasar dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bogor:PT Penerbit IPB Press. 2015


[1] Irwan Satria.Konsep Dasar dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.(Bogor:PT Penerbit IPB Press:2015).Hlm 34

[2] Irwan Satria.Konsep Dasar dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.(Bogor:PT Penerbit IPB Press:2015).Hlm 35-37
[3] Irwan Satria.Konsep Dasar dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.(Bogor:PT Penerbit IPB Press:2015).Hlm 38-41
[4] Irwan Satria.Konsep Dasar dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.(Bogor:PT Penerbit IPB Press:2015).Hlm 41-42