1

loading...

Senin, 01 Juli 2019

MAKALAH HAHIKAT MANAJEMEN KELAS AUD


MAKALAH HAHIKAT MANAJEMEN KELAS AUD

BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANAJEMEN KELAS AUD 
     A.    Pengertian Pengelolaan dan Manajemen
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu “pengelolaan” dan “kelas”. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto adalah pengadminitrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.[1]
Pengertian Pengelolaan menurut para ahli, yaitu:
1.      Menurut Arifin Abdul Rachman, pengelolaan diartikan sebagai kegiatan/aktivitas, proses kegiatan dalam rentetan urutan-urutan, lembaga/orang-orang yang melakukan kegiatan atau proses kegiatan.
2.      Menurut Ordway Tead pengelolaan adalah proses dan kegiatan pelaksanaan usaha memimpin dan menunjukkan arah penyelenggaraan tugas suatu organisasi di dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Menurut Marry Parker Follet, pengelolaan adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.[2]
Manajemen adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.[3]
Manajemen juga sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi.[4]
Manajemen menurut para ahli, yaitu:
1.      Marry Parker Follet, manajemen adalah seni menyelesaikan perkerjaan melalui orang tua.
2.      Ricky W Griffin, manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengordinasian, dan pengontralan sumber daya untuk mencapai sarana secara efektif dan efesian.
3.      Prof. Eiji Ogawa, manajemen adalah perencanaan, pengimplikasian dan pengendalian kegiatan-kegiatan termasuk sistem pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan terlebih dahulu menetapkan sarana untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.[5]
4.      Lawrence A. Appley, manajemen merupakan keahlian untuk menggerakan orang supaya dapat melakukan pekerjaan dalam rangka tercapainya tujuan. 
5.      Soekarno, manajemen adalah suatu proses/kegiatan/usaha pencapaian tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang-orang lain”. Dari beberapa pengertian manajemen secara definisi di atas, dapat kita tarik.[6]
6.      Luther Gullick, manajemen sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerja sama lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.[7]
7.      Robert L. Katz, manajemen merupakan suatu profesi karena berbagai kegiatan manajemen dilakukan dengan berbagai kemampuan (kompetensi) atau keahlian khusus.[8]
8.      Malayu S. P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni dalam mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain yang mendukung secara efektif dan efesien dalam mencapaitujuan tujuan tertentu.[9]
Dapat ditarik kesimpulan dari pengertian diatas penegelolaan adalah kemampuan menata, mengatur dan mengkondisikan. Sedangkan  manajemen adalah ilmu dalam mengelola dan mempunyai manfaat tertentu.
    B.     Pengertian Kelas
Kelas merupakan tempat yang dihuni oleh sekelompok manusia dengan berbagai latar belakang, karakter, kepribadian, tingkah laku, dan emosi yang berbeda beda. Karena itu dalam upaya mengelola diperlukan banyak hal guna mempermudah tugas manajemen itu sendiri.[10]
Pengertian kelas menurut para ahli sebagai berikut:
1.      Menurut Oemar Hamalik, kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru.
2.      Menurut Suharsimi, kelas adalah sekolompok siswa yang pada waktu yang bersamaan menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.
3.      Menurut Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
Kelas dalam arti sempit, yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat para sisiwa melakukan proses belajar mengajar secara bersamaan.
Sedangakan dalam arti luas, yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, sebagai satu kesatuan yang diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.[11]
4.      Menurut Syaiful Bahri dan Djamarah, Kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapatkan pembelajaran dari guru[12]
5.      Menurut Sudarwan Danim, kelas merupakan tempat paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran bagi anak-anak sekolah.[13]
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan kelas adalah tempat proses belajar mengajar.
  
    C.     Pengertian Pengelolaan kelas
Manajemen kelas yang sering pula disebut sebagai pengelolaan kelas, didefinisikan sebagai keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar (pembelajaran).[14]
Pengelolaan kelas adalah keterampilan tenaga pendidik (guru) untuk menciptakan dan memelihara keadaan (kondisi) belajar agar berjalan dengan optimal serta mengkondisikan bila terjadi ganguan dalam proses belajar mengajar.[15]
Pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.[16]
Pengertian pengelolaan kelas menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
1.      Menurut Sudirman N, Dkk, pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
2.      Menurut Hadari Nawawi, pengelolaan kelas adalah kemampuan guru kelas dalam mendayagunakan potensi kelas seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang keratif, terarah sehingga waktu dan dana dapat dipergunakan efesien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kukrikulum dan perkembangan murid.
3.      Menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas adalah sebuah usaha yang dilakukan para penanggung jawab kegiatan belajar mengajar  atau membantu dengan tujuan agar tercapainya kondisi optimal sehingga dapat terlaksanakan kegiatan belajar seperti yang diharapkan.[17]
4.      Menurut Amatembun“Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
5.      Menurut Usman“Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
6.      Menurut Wina Sanjaya bahwa Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran .[18]
7.      Menurut E. Mulyasa, pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.[19]
8.      Menurut Made Pidarta, pengelolaan kelas ialah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem/organisasi kelas sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual.[20]
9.      Menurut Wiyani, Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru sebagai seorang leader sekaligus manajer dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar mengajar.[21]

Manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Manajemen dari kata, yang diterjemahkan menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujua. Manajemen kelas mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif. Ada lima definisi manajemen kelas yaitu:
1.         Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan  dan mempertahankan ketertiban suasan kelas.
2.         Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan memaksilamalkan kebebasan siswa.
3.         Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang di inginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
4.         Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim  sosio emosional kelas yang fositif.
5.         Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Definisi pertama, memandang bahwa manajemen kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Dalam kaitan ini tugas guru adalah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Jadi pandangan ini bersifat otoritatif dan penggunaan disiplin amat diutamakan. [22]
Manajemen  kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses pembelajaran.[23]
Manajemen kelas merupakan bagian integral dari pembelajaran  efektif meliputi perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar.[24]
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh guru yang berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal.[25]
Menurut Sudarwan Danim, manajemen kelas adalah seni atau praksis (praktek dan strategi) kerja, yaitu guru bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain (bekerja sejawat atau siswa sendiri) untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.[26]
Manajemen kelas adalah proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi, dan pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan melalui orang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan cara memanfaatkan segala sumber daya yang ada.[27]
Dari pengertian diatas dapat kami simpulakan bahwa pengelolaan kelas adalah kemapuan mengkondisikan, mengatur dan mengendalikan kelas agar proses belajar berjalan dengan efektif, efesien dan mencapai tujuannya.
     D.    Pentingnya Pengelolaan Kelas
Sesungguhnya keberhasilan pengajaran tidaklah dapat dipisahkan dari keseriusan usaha dan semangat guru mengelola kelasnya. Menurut Good dan Brophy mensinyalir bahwa kegagalan guru  mengembangkan potensi dirinya dalam pengajaran bukanlah karena mereka tidak menguasai mata pelajaran tetapi mereka itu tidak mengerti siapa murid-muridnya dan apa kelas itu sesungguhnya. 
Sedangkan menurut Leinhardt dan Smith dikutip Good dan Brophy  menyimpulkan adanya dua pengetahuan yang patut dipahami guru agar pengajaranya lebih efektif, yaitu:
1.      Subject matter knowledge , dan
2.      Action system knowledge .
 Yang pertama mencakup informasi spesifik yang dibutuhkan untuk menyajikan isi pelajaran, sedangkan yang kedua menyangkut pengetahuan siapa dan bagaimana anak belajar dan berkembang; bagaimana kelas dikelola; bagaimana informasi/konsep diterangkan; dan bagaimana tugastugas secara efektif diberikan.[28] 
Fakta menunjukkan bahwa pengelolaan kelas merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh guru. Pengelolaan kelas yang tidak efektif akan dapat memunculkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran seiring dengan muncul dan meningkatnya perilaku anak yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, agar suasana kelas menjadi kondusif, perilaku positif yang diharapkan dari anak meningkat, dan perilaku yang tidak diinginkan dapat diperkecil, maka guru perlu mengelola kelas secara profesional.  [29]
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pentingnya pengelolaan kelas yaitu untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pengelolaan kelas.
E.     Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas secara umum adalah penyediaan fasilitas berbagai macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.[30]
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas  dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.[31]
Adapun tujuan manajemen kelas antara lain:
1.      Agar pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien
2.      Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya.[32]
Sedangkan menurut para ahli tujuan pengelolaan kelas, sebagai berikut:
1.      Menurut Suharsimi Arikunto, tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di dalam kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.[33]
2.      Menurut Usman pengelolaan kelas  mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
a.       Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
b.      Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisikondisi yang memungkinkan peserta didik bekerja dan belajar, serta membantu peserta didik untuk memperoleh hasil yang diharapkan.[34]
3.      Menurut Sudirman dkk, tujuan manajemen kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.[35]
4.      Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan manajemen kelas adalah sebagai berikut:
a.       Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupusebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
c.       Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
d.      Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.[36]
Tujuan menejemen kelas adalah:
1.      Mengujudkan situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin.
2.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3.      Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual mereka dalam kelas.
4.      Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat individunya.
Menurut John W. Santrock berpendapat manajemen kelas yang efektif bertujuan membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorentasikan pada      tujuan pembelajaran dan mencegah siswa mengalami problem emosional dan akademik.
 Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan meningkatkan pembelajaran yang berarti, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya problem emosional dan akademik.
Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat siswa sibuk dengan tugas yang menantang dan akan memberikan aktivitas dimana siswa menjadi terserap kedalamnya, termotivasi belajar, memahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi.
Dalam kelas seperti itu kecil kemungkinannya siswa mengalami masalah emosional dan akademik sebaliknya, kelas yang dikelola dengan buruk, problem emosional dan akademik akan lebih mudah muncul.
Siswa yang tidak termotivasi secara akademik akan menjadi makin tidak termotivasi. Siswa yang pemalu akan menjadi reklusif dan siswa yang bandel akan makin kurang ajar. [37]
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pengelolaan kelas yaitu untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan yang diharapkan seperti belajar yang efektif, efesien dan kondusif.
            Daftar Pustaka

Afriza, (2014).  Manajemen Kelas. Pekanbaru: Kreasi Edukasi
Ardy Wiyani Novan. (2017). manajemen PAUD berdaya saing, Yogyakarta: Gava Media
Asmadawati. 2014. Keterampilan Mengelola Kelas. Sumatra Utara:  IAIN Padangsidimpuan
Bahri Djamarah Syaiful dan Zain Aswan, (2006). Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Endah Saputri Nur, (2017). Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 tahun ke 6 “Penerapan Pengelolaan Kelas Pada Kelompok B Di TK Anakqu, PGPAUD FIP. Yogyakarta: UNY
Fattah Nanang. (2017). landasan manajemen pendidikan cet. Keempat belas . Bandung: PT remaja Rosdakarya
Fattah Nanang. (2009). landasan manajemen pendidikan cet. Kesepuluh. Bandung: PT remaja Rosdakarya
Israwati, (2017).  Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2 “Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini Pada Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak”. Banda Aceh: PGAUD FKIP Unsyiah
 Kadir Fatimah. 2014. Keterampilan Mengelola Kelas Dan Implementaasinya Dalam Proses Pembelajaran. Kendiri: Jurnal Al-Ta’dib
Mulyadi, (2009). Classroom Managemnt. Malang: UIN Malang Press
Pangastuti Ratna, Solichah Isnaini. 2017. Studi Analisis Manajemen Pengelolaan Kelas di Tempat Penitipan Anak (TPA) Khadijah Pandegiling Surabaya. Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Permana Johar, (2001). Pengelolaan Kelas Dalam Proses Rangka Belajar Mengajar. Bandung: Departemen Agama Republik Indonesia Institute For Religious And Instituional Studies (IRIS) 
Permana Johar. (2008). Pengelolaan Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia


Rofiq M. Aunur, (2009). Pengelolaan Kelas. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal  Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kewarganegaraan Dan Ilmu Pengetahuan Sosial

Saprin, (2017). Jurnal al-Kalam Vol. IX No. 2 “Pengaruh Penerapan Manajemen Kelas Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik Di MTS. Negeri Gowa”. Makassar: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar:

Syafaruddin dan Nasution Irwan, (2005). Manajemen pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching

Suryana Endang. Manajemen Kelas Kerakter Siswa. Subang: STAI Miftahul Huda Subang

Tumira, 2018. Pengelolaan Murid Unggul Berbasis Manajemen Kelas Pendidikan anak Usia Dini (PAUD). Sei Sikambing: Fakultas Agama Islam dan humaniora universitas Pembangunan Panca Budi medan

Usman Husain, (2014). Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan edisi 4. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Zahroh Lailatu, (2015). Jurnal Tasyri’ Vol. 22, Nomor 2 “Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas”. Surabaya: STAI Taruna Surabaya



[1] Syaiful Bahri Djamarah dan  Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi), ( PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2006), hal. 175
[2] Lailatu Zahroh, Jurnal Tasyri’ Vol. 22, Nomor 2 “Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas”, (STAI Taruna Surabaya: Surabaya, 2015), hal. 177
[3] Syaiful Bahri Djamarah dan  Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi), ( PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2006), hal., hal. 175
[4] Nanang Fattah , landasan manajemen pendidikan , (PT remaja Rosdakarya: Bandung, 2017),cet. Keempat belas,  hal. 3
[5] Husain Usman, Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan edisi 4, ( PT. Bumi Aksara: Jakarta, 2014), hal.4
[6] Endang Suryana, Manajemen Kelas Kerakter Siswa, (STAI Miftahul Huda Subang: Subang), hal.2
[7]Novan Ardy Wiyani, manajemen PAUD berdaya saing, (Gava Media: Yogyakarta, 2017), hal. 8
[8]Novan Ardy Wiyani, manajemen PAUD berdaya saing, (Gava Media: Yogyakarta, 2017), hal. 9
[9] Pangastuti Ratna, Solichah Isnaini, Studi Analisis Manajemen Pengelolaan Kelas di Tempat Penitipan Anak (TPA) Khadijah Pandegiling Surabaya, ( Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya: Surabaya, 2017), hal.39

[10] Afriza, Manajemen Kelas, (Kreasi Edukasi: Pekanbaru, 2014), hal. 3
[11] Syaiful Bahri Djamarah dan  Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi), ( PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2006), hal. 175-176
[12] Afriza, Manajemen Kelas, (Kreasi Edukasi: Pekanbaru, 2014), hal. 5
[13] Endang Suryana, Manajemen Kelas Kerakter Siswa, (STAI Miftahul Huda Subang: Subang), hal. 1
[14] Saprin, Jurnal al-Kalam Vol. IX No. 2 “Pengaruh Penerapan Manajemen Kelas Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik Di MTS. Negeri Gowa”, (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar: Makassar, 2017), hal. 162
[15]  Syaiful Bahri Djamarah dan  Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi), ( PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2006), hal. 173
[16] Johar Permana, Pengelolaan Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar, (Universitas Pendidikan Indonesia: bandung , 2008), hal.12
[17]  Syaiful Bahri Djamarah dan  Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi), ( PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2006), hal. 177
[18]  M. Aunur Rofiq, Pengelolaan Kelas, ( Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal  Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kewarganegaraan Dan Ilmu Pengetahuan Sosial: Malang, 2009), hal. 3
[19] Saprin, Jurnal al-Kalam Vol. IX No. 2 “Pengaruh Penerapan Manajemen Kelas Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik Di MTS. Negeri Gowa”, (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar: Makassar, 2017), hal. 176
[20] Saprin, Jurnal al-Kalam Vol. IX No. 2 “Pengaruh Penerapan Manajemen Kelas Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik Di MTS. Negeri Gowa”, (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar: Makassar, 2017), hal. 178
[21]Israwati,  Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2 “Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini Pada Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak”, ((PGAUD) FKIP Unsyiah: Banda Aceh, 2017), hal. 120
[22] Mulyadi, Classroom Managemnt, (UIN Malang Press: Malang, 2009), hal. 2-3
[23] Afriza, Manajemen Kelas, (Kreasi Edukasi: Pekanbaru, 2014), hal. 2
[24] Afriza, Manajemen Kelas, (Kreasi Edukasi: Pekanbaru, 2014), hal. 2-3
[25] Afriza, Manajemen Kelas, (Kreasi Edukasi: Pekanbaru, 2014), hal. 3
[26] Endang Suryana, Manajemen Kelas Kerakter Siswa, (STAI Miftahul Huda Subang: Subang), hal.3
[27] Tumira, Pengelolaan Murid Unggul Berbasis Manajemen Kelas Pendidikan anak Usia Dini (PAUD), ( Fakultas Agama Islam dan humaniora universitas Pembangunan Panca Budi medan: Medan: Sei Sikambing, 2018) ,Hal. 77
[28] Johar Permana, Pengelolaan Kelas Dalam Proses Rangka Belajar Mengajar, ( Departemen Agama Republik Indonesia Institute For Religious And Instituional Studies (IRIS): Bandung, 2001).
[29] Nur Endah Saputri, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 tahun ke 6 “Penerapan Pengelolaan Kelas Pada Kelompok B Di TK Anakqu, (PGPAUD FIP UNY: Yogyakarta, 2017) hal. 161
[30] Syaiful Bahri Djamarah dan  Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi), ( PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2006), hal. 178
[31] Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen pembelajaran, (Quantum Teaching: Jakarta, 2005), hal. 118
[32] Afriza, Manajemen Kelas, (Kreasi Edukasi: Pekanbaru, 2014), hal. 9
[33]  Syaiful Bahri Djamarah dan  Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi), ( PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2006), hal. 178
[34] M. Aunur Rofiq, Pengelolaan Kelas, ( Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal  Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kewarganegaraan Dan Ilmu Pengetahuan Sosial: Malang, 2009), hal. 12
[35] Afriza, Manajemen Kelas, (Kreasi Edukasi: Pekanbaru, 2014), hal. 9

[36] Afriza, Manajemen Kelas, (Kreasi Edukasi: Pekanbaru, 2014), hal. 10


[37] Mulyadi, Classroom Man agemnt, (UIN Malang Press: Malang, 2009), hal.4-5

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK


MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK 

BAB I
PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang
Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor untuk memajukan peradaban sebuah bangsa Indonesia, yang berakar pada kebudayaan bangsa. Berdasarkan pada pancasila dan Undang-undang 1945, yang bertujuan mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system pengajaran nasional yang diatur dalam Undang-undang.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman serta taqwa kepada Tuha Yang Maha Esa, mempunyai akhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif  mandiri, menjadi bangsa yang demokratis serta bertanggung  jawab terhadap masa depan dan bangsanya. Pendidikan dasar merupakan bagian terpadu dari system pendidikan nasional. Kurikulum pendidikan dasar disusun dalam mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa. Hal tersebut juga dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran, agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin maka dari itu pemerintah selalu melakukan pergantian kurikulum, supaya dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemerintah juga melakukan observasi dan evaluasi pendidikan dalam penyusunan kurikulum melalui para pakar pendidik serta masukan dari masyarakat yang punya kepedulian terhadap pendidikan. Dalam pembuatan kurikulum, pemerintah (kemdikbud) mulai tahun ajaran baru (2013) akan menerapkan kurikulum baru disemua jenjang pendidkan sekolah. Dari jenjang sekolah tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK, sehingga pada tahun ajaran 2013 mulai diterapkan, terutama di sekolah jenjang SD/MI, akan mendapatkan perubahan yang begitu banyak, salah satu cirri kurikulum 2013 adalah bersifat tematik pada pendidikan dasar.
    B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Model Pembelajaran Tematik?
2.  Apa itu relevansi pembelajaran tematik dengan kurikulum terpadu dan model pembelajaran terpadu?
3.      Apa prinsip-prinsip model pembelajaran tematik?
4.      Apa arti penting dan keuntungan model pembelajaran tematik?
5.      Apa saja karakteristik model pembelajaran tematik?

    C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran tematik
2.      Untuk mengetahui apa itu relevansi pembelajaran tematik dengan kurikulum terpadu dan model pembelajaran terpadu
3.      Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip model pembelajaran tematik
4.      Untuk mengetahui arti penting dan keuntungan model pembelajaran tematik
5.      Untuk mengetahui apa saja karakteristik model pembelajaran tematik

BAB II
KAJIAN TEORI
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Disebut “bermakna”, menurut Rusman, dikarenakan dalaam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
model pembelajaran tematik terkait erat dengan ke beradaan model pembelajaran terpadu, dan secara langsung maupun tidak langsung terkait erat dengan keberadaan kurikulum terpadu.
Prinsip-prinsip model pembelajaran tematik: prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi, prinsip reaksi. peserta didik juga lebih mandiri, berdaya dan mampu memecahkan masalah hidup yang di hadapinya; sehinggah dapat di capai hasil belajar yang lebih baik, baik pada sisi kuantitas maupun kualitas.
Arti penting dan keuntungan pebelajaran tematik, keuntungan model pembelajaran tematik bagi guru dan keuntungan model pembelajaran tematik bagi siswa.
Karakteristik model pembelajaran tematik antara lain: berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

BAB III
PEMBAHASAN
    A.    Pengertian Model Pembelajaran Tematik
Secara sederhana, Joice, Weil, dan Calhoun menerangkan bahwa model pembelajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi prilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan. [1]
Dalam bagian lain, Joice juga menjelaskan secara lebih sepesifik, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, komputer, kurikulum, dll.
Hal serupa juga dikemukakan Soekanto, dkk., bahwa model pembelajaran” kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajara dalam merencanakan aktifitas belajar-mengajar.”
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat di pahami bahwa istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas di bandingkan stategi, metode aatu prosedur pembelajaran. Model pembelajran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh stategi, metode atau prosedur. Rusman mengungkapkannya, sebagai berikut:
1)      Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2)      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan belajar yang akan dicapai).
3)      Tingkah laku mengajar yang di butuhkan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4)      Lingkungan belajar yang di butuhkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Setelah kita pahami bersama mengenai “model” maupun arti “model pembelajaran”Diungkapkan oleh Terianto bahwa pembelajaran tematik dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang diracang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya, tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema ”pasir” dapat ditinjau dari mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, Matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain seperti IPS, Bahasa, dan  Seni. Unit yang tematik adalah epitome  dari seluruh bahasa pembelajaran yang yang memfasilitasi siswa untuk secaraa produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamia tentang dunia disekitar mereka.
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Disebut “bermakna”, menurut Rusman, dikarenakan dalaam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Pembelajaran tematik menawarkaan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, baik aktifitas forman maupun non formal meliputi pembelajaran inquiry secara aktif hingga penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang oleh guru yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa dan menjadikan proses pembelajaran lebih aktif dan menarik.
Dalam peraktiknya, pendekatan pembelajaran tematik bertolak belakang dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dan memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untu menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.

    B.     Model Pembelajaran Saintifik
Ada lima kegiatan utama di dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran saintifik, yaitu:
1.       Mengamati
Mengamati dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. 
2.       Menanya
Menanya untuk membangun pengetahuan peserta didik secara faktual, konseptual, dan prosedural, hingga berpikir metakognitif, dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, kerja kelompok, dan diskusi kelas. 
3.       Mencoba
Mengeksplor/mengumpulkan informasi, atau mencoba untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan kreatifitas, dapat dilakukan melalui membaca, mengamati aktivitas, kejadian atau objek tertentu, memperoleh informasi, mengolah data, dan menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar. 
4.       Menalar
Mengasosiasi dapat dilakukan melalui kegiatan menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi.
5.       Mengkomunikasikan
6.       Mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik, dapat dilakukan melalui presentasi,  membuat laporan, dan/ atau unjuk kerja.

    C.     Model Pembelajaran Kontekstual
Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Dan juga merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
              
    D.    Model Pembelajaran Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.

   E.     Model Pembelajaran Problem Basic Learning
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. PBL atau pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Belajar dimulai dengan satu masalah
2.      Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa
3.      Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu
4.      Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.
5.      Menggunakan kelompok kecil.
6.      Menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

    F.      Model Pembelajaran Infestigasi
Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi.
investigasi berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.
model belajar “investigasi” sebenarnya dapat dipandang sebagai model belajar “pemecahan masalah” atau model “penemuan”. Tetapi model belajar “investigasi” memiliki kemungkinan besar berhadapan dengan masalah yang divergen serta alternatif perluasan masalahnya. Sudah barang tentu dalam pelaksanaannya selalu perlu diperhatikan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai, mungkin tentang suatu konsep atau mungkin tentang suatu prinsip
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.

   G.    Model Pembelajaran Tematik Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Teknik mengajar Jigsaw sebagain metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
                                               
   H.    Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
1.      Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2.      Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan manusia.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajarn tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana siswa berada.
6.      Hasil pembelajarn sesuai minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai minat dan kebutuhannya.
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

BAB IV
PENUTUP
    A.    Kesimpulan
Model pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Dengan demikian diharapkan kepada peserta didik mampu memahami konsep-konsep yang saling terkait dari beberapa mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usia peserta didik. Pada dasarnya anak belajar berkat interaksinya dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.
     B.     Saran
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai Model-Model Pembelajaran Tematik ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena masih banyaknya keterbatasan pengetahuan dan semua yang ada hubungannya dengan makalah ini. Dan semoga makalah ini berguna bagi penulis dan pada khususnya untuk para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/5934267/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJARAN_TEMATIK      diakses 24 maret 2019 pukul 20:11 WIB
Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana.
Kadir, Abd. dan Hanun Asrohah. 2014. Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



[1] Andi Prastowo, pengembangan bahan ajar tematik (Jakarta: Kencana, 2014) Hlm.53