MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
nasional merupakan salah satu faktor untuk memajukan peradaban sebuah bangsa
Indonesia, yang berakar pada kebudayaan bangsa. Berdasarkan pada pancasila dan
Undang-undang 1945, yang bertujuan mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
system pengajaran nasional yang diatur dalam Undang-undang.
Pendidikan
nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia
yang beriman serta taqwa kepada Tuha Yang Maha Esa, mempunyai akhlak yang
mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif
mandiri, menjadi bangsa yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap masa depan dan bangsanya.
Pendidikan dasar merupakan bagian terpadu dari system pendidikan nasional.
Kurikulum pendidikan dasar disusun dalam mencapai tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa. Hal tersebut juga dipandang
sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan
pelajaran, agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin maka dari
itu pemerintah selalu melakukan pergantian kurikulum, supaya dapat disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemerintah juga
melakukan observasi dan evaluasi pendidikan dalam penyusunan kurikulum melalui
para pakar pendidik serta masukan dari masyarakat yang punya kepedulian
terhadap pendidikan. Dalam pembuatan kurikulum, pemerintah (kemdikbud) mulai
tahun ajaran baru (2013) akan menerapkan kurikulum baru disemua jenjang
pendidkan sekolah. Dari jenjang sekolah tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK,
sehingga pada tahun ajaran 2013 mulai diterapkan, terutama di sekolah jenjang
SD/MI, akan mendapatkan perubahan yang begitu banyak, salah satu cirri
kurikulum 2013 adalah bersifat tematik pada pendidikan dasar.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
Model Pembelajaran Tematik?
2. Apa itu
relevansi pembelajaran tematik dengan kurikulum terpadu dan model pembelajaran
terpadu?
3. Apa
prinsip-prinsip model pembelajaran tematik?
4. Apa arti penting
dan keuntungan model pembelajaran tematik?
5. Apa saja
karakteristik model pembelajaran tematik?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui
pengertian model pembelajaran tematik
2. Untuk mengetahui
apa itu relevansi pembelajaran tematik dengan kurikulum terpadu dan model pembelajaran
terpadu
3. Untuk mengetahui
apa saja prinsip-prinsip model pembelajaran tematik
4. Untuk mengetahui
arti penting dan keuntungan model pembelajaran tematik
5. Untuk mengetahui
apa saja karakteristik model pembelajaran tematik
BAB
II
KAJIAN
TEORI
Model
pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Disebut “bermakna”, menurut Rusman,
dikarenakan dalaam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep
lain yang telah dipahaminya.
model
pembelajaran tematik terkait erat dengan ke beradaan model pembelajaran
terpadu, dan secara langsung maupun tidak langsung terkait erat dengan
keberadaan kurikulum terpadu.
Prinsip-prinsip model
pembelajaran tematik: prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam
pembelajaran tematik, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi,
prinsip reaksi. peserta didik juga lebih mandiri,
berdaya dan mampu memecahkan masalah hidup yang di hadapinya; sehinggah dapat
di capai hasil belajar yang lebih baik, baik pada sisi kuantitas maupun
kualitas.
Arti penting dan keuntungan
pebelajaran tematik, keuntungan model pembelajaran tematik
bagi guru dan keuntungan
model pembelajaran tematik bagi siswa.
Karakteristik model
pembelajaran tematik antara lain: berpusat pada siswa, memberikan pengalaman
langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai minat
dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Tematik
Secara
sederhana, Joice, Weil, dan Calhoun menerangkan bahwa model pembelajaran
merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi prilaku
kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan. [1]
Dalam
bagian lain, Joice juga menjelaskan secara lebih sepesifik, model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
komputer, kurikulum, dll.
Hal
serupa juga dikemukakan Soekanto, dkk., bahwa model pembelajaran” kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajara dalam
merencanakan aktifitas belajar-mengajar.”
Dari
beberapa penjelasan diatas, dapat di pahami bahwa istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas di bandingkan stategi, metode aatu prosedur
pembelajaran. Model pembelajran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki
oleh stategi, metode atau prosedur. Rusman mengungkapkannya, sebagai berikut:
1)
Rasional
teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2)
Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan belajar yang akan
dicapai).
3)
Tingkah laku mengajar
yang di butuhkan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4)
Lingkungan
belajar yang di butuhkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Setelah kita pahami bersama mengenai “model” maupun arti “model pembelajaran”Diungkapkan
oleh Terianto bahwa pembelajaran tematik dapat dimaknai sebagai pembelajaran
yang diracang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya, tema itu
ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema ”pasir” dapat
ditinjau dari mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, Matematika. Lebih luas
lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain seperti IPS, Bahasa, dan Seni. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang yang
memfasilitasi siswa untuk secaraa produktif menjawab pertanyaan yang
dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara
alamia tentang dunia disekitar mereka.
Model pembelajaran tematik adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Disebut “bermakna”, menurut Rusman, dikarenakan dalaam pembelajaran tematik,
siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Pembelajaran tematik menawarkaan
model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan
penuh makna bagi siswa, baik aktifitas forman maupun non formal meliputi
pembelajaran inquiry secara aktif
hingga penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan
pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami dunia
kehidupannya. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang oleh guru yang
demikian akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa dan
menjadikan proses pembelajaran lebih aktif dan menarik.
Dalam peraktiknya, pendekatan
pembelajaran tematik bertolak belakang dari suatu tema yang dipilih dan
dikembangkan oleh guru bersama siswa dan memerhatikan keterkaitannya dengan isi
mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan. Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untu menguasai
konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya
dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.
B. Model Pembelajaran Saintifik
Ada
lima kegiatan utama di dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran saintifik, yaitu:
1.
Mengamati
Mengamati dapat
dilakukan antara lain melalui kegiatan mencari informasi, melihat, mendengar,
membaca, dan atau menyimak.
2.
Menanya
Menanya untuk membangun
pengetahuan peserta didik secara faktual, konseptual, dan prosedural, hingga
berpikir metakognitif, dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, kerja
kelompok, dan diskusi kelas.
3.
Mencoba
Mengeksplor/mengumpulkan
informasi, atau mencoba untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan
kreatifitas, dapat dilakukan melalui membaca, mengamati aktivitas, kejadian
atau objek tertentu, memperoleh informasi, mengolah data, dan menyajikan
hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar.
4.
Menalar
Mengasosiasi dapat
dilakukan melalui kegiatan menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori,
menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi.
5.
Mengkomunikasikan
6.
Mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan
hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau
grafik, dapat dilakukan melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau
unjuk kerja.
C. Model Pembelajaran Kontekstual
Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa
memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Dan juga merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara
materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat
D. Model Pembelajaran Role Playing
Role playing atau bermain
peran
adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus
melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu
pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri
Syamsu, 2000).
Model Pebelajaran Role
Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada apa yang diperankan.
Pada metode bermain peranan, titik tekanannya
terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu
situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek
pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan
menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai
dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Lebih lanjut prinsip
pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan
bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan
peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap
mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan
secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka
pelajari. Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya
aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
E. Model Pembelajaran Problem Basic Learning
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan
masalah. PBL atau pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran.
PBL
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Belajar
dimulai dengan satu masalah
2. Memastikan
bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa
3. Mengorganisasikan
pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu
4. Memberikan
tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara
langsung proses belajar mereka sendiri.
5. Menggunakan
kelompok kecil.
6. Menuntut
siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk
atau kinerja.
Berdasarkan
uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh
adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru,
kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui
dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat
memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka
terdorong berperan aktif dalam belajar.
F. Model Pembelajaran Infestigasi
Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan
pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman
siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang
dilalui siswa.
Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah
yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung
terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam
pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi.
investigasi berkaitan dengan kegiatan mengobservasi
secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses
penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut
mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan
orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih
hasil.
model belajar “investigasi” sebenarnya dapat
dipandang sebagai model belajar “pemecahan masalah” atau model “penemuan”.
Tetapi model belajar “investigasi” memiliki kemungkinan besar berhadapan dengan
masalah yang divergen serta alternatif perluasan masalahnya. Sudah barang tentu
dalam pelaksanaannya selalu perlu diperhatikan sasaran atau tujuan yang ingin
dicapai, mungkin tentang suatu konsep atau mungkin tentang suatu prinsip
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa
Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan
selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat
membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi
dapat diperoleh satu atau lebih hasil.
G. Model Pembelajaran Tematik Jigsaw
Jigsaw
adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s,
(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun
social siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh
teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa
pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan
dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Teknik mengajar
Jigsaw sebagain metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pengakaran
membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan
kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan
dalam beberapa mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
social, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/
tingkatan.
H. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek
belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu
memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan
pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung pada siswa (direct experiences).
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan mata
pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan manusia.
4. Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajarn tematik menyajikan konsep-konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa
dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Bersifat
fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana
guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana siswa berada.
6. Hasil
pembelajarn sesuai minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya sesuai minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model
pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
peserta didik. Dengan demikian diharapkan kepada peserta didik mampu memahami
konsep-konsep yang saling terkait dari beberapa mata pelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan usia peserta didik. Pada dasarnya anak
belajar berkat interaksinya dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
sosialnya.
B.
Saran
Demikianlah yang
dapat kami paparkan mengenai Model-Model Pembelajaran Tematik ini tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahan karena masih banyaknya keterbatasan
pengetahuan dan semua yang ada hubungannya dengan makalah ini. Dan semoga
makalah ini berguna bagi penulis dan pada khususnya untuk para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.academia.edu/5934267/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJARAN_TEMATIK diakses 24 maret 2019 pukul 20:11 WIB
Prastowo,
Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar
Tematik. Jakarta: Kencana.
Kadir, Abd. dan Hanun Asrohah. 2014. Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Rusman. 2010. Model-model
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
No comments:
Post a Comment