1

loading...

Sunday, June 30, 2019

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK


MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK 

BAB I
PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang
Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor untuk memajukan peradaban sebuah bangsa Indonesia, yang berakar pada kebudayaan bangsa. Berdasarkan pada pancasila dan Undang-undang 1945, yang bertujuan mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system pengajaran nasional yang diatur dalam Undang-undang.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman serta taqwa kepada Tuha Yang Maha Esa, mempunyai akhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif  mandiri, menjadi bangsa yang demokratis serta bertanggung  jawab terhadap masa depan dan bangsanya. Pendidikan dasar merupakan bagian terpadu dari system pendidikan nasional. Kurikulum pendidikan dasar disusun dalam mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa. Hal tersebut juga dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran, agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin maka dari itu pemerintah selalu melakukan pergantian kurikulum, supaya dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemerintah juga melakukan observasi dan evaluasi pendidikan dalam penyusunan kurikulum melalui para pakar pendidik serta masukan dari masyarakat yang punya kepedulian terhadap pendidikan. Dalam pembuatan kurikulum, pemerintah (kemdikbud) mulai tahun ajaran baru (2013) akan menerapkan kurikulum baru disemua jenjang pendidkan sekolah. Dari jenjang sekolah tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK, sehingga pada tahun ajaran 2013 mulai diterapkan, terutama di sekolah jenjang SD/MI, akan mendapatkan perubahan yang begitu banyak, salah satu cirri kurikulum 2013 adalah bersifat tematik pada pendidikan dasar.
    B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Model Pembelajaran Tematik?
2.  Apa itu relevansi pembelajaran tematik dengan kurikulum terpadu dan model pembelajaran terpadu?
3.      Apa prinsip-prinsip model pembelajaran tematik?
4.      Apa arti penting dan keuntungan model pembelajaran tematik?
5.      Apa saja karakteristik model pembelajaran tematik?

    C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran tematik
2.      Untuk mengetahui apa itu relevansi pembelajaran tematik dengan kurikulum terpadu dan model pembelajaran terpadu
3.      Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip model pembelajaran tematik
4.      Untuk mengetahui arti penting dan keuntungan model pembelajaran tematik
5.      Untuk mengetahui apa saja karakteristik model pembelajaran tematik

BAB II
KAJIAN TEORI
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Disebut “bermakna”, menurut Rusman, dikarenakan dalaam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
model pembelajaran tematik terkait erat dengan ke beradaan model pembelajaran terpadu, dan secara langsung maupun tidak langsung terkait erat dengan keberadaan kurikulum terpadu.
Prinsip-prinsip model pembelajaran tematik: prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi, prinsip reaksi. peserta didik juga lebih mandiri, berdaya dan mampu memecahkan masalah hidup yang di hadapinya; sehinggah dapat di capai hasil belajar yang lebih baik, baik pada sisi kuantitas maupun kualitas.
Arti penting dan keuntungan pebelajaran tematik, keuntungan model pembelajaran tematik bagi guru dan keuntungan model pembelajaran tematik bagi siswa.
Karakteristik model pembelajaran tematik antara lain: berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

BAB III
PEMBAHASAN
    A.    Pengertian Model Pembelajaran Tematik
Secara sederhana, Joice, Weil, dan Calhoun menerangkan bahwa model pembelajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi prilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan. [1]
Dalam bagian lain, Joice juga menjelaskan secara lebih sepesifik, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, komputer, kurikulum, dll.
Hal serupa juga dikemukakan Soekanto, dkk., bahwa model pembelajaran” kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajara dalam merencanakan aktifitas belajar-mengajar.”
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat di pahami bahwa istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas di bandingkan stategi, metode aatu prosedur pembelajaran. Model pembelajran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh stategi, metode atau prosedur. Rusman mengungkapkannya, sebagai berikut:
1)      Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2)      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan belajar yang akan dicapai).
3)      Tingkah laku mengajar yang di butuhkan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4)      Lingkungan belajar yang di butuhkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Setelah kita pahami bersama mengenai “model” maupun arti “model pembelajaran”Diungkapkan oleh Terianto bahwa pembelajaran tematik dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang diracang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya, tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema ”pasir” dapat ditinjau dari mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, Matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain seperti IPS, Bahasa, dan  Seni. Unit yang tematik adalah epitome  dari seluruh bahasa pembelajaran yang yang memfasilitasi siswa untuk secaraa produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamia tentang dunia disekitar mereka.
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Disebut “bermakna”, menurut Rusman, dikarenakan dalaam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Pembelajaran tematik menawarkaan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, baik aktifitas forman maupun non formal meliputi pembelajaran inquiry secara aktif hingga penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang oleh guru yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa dan menjadikan proses pembelajaran lebih aktif dan menarik.
Dalam peraktiknya, pendekatan pembelajaran tematik bertolak belakang dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dan memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untu menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.

    B.     Model Pembelajaran Saintifik
Ada lima kegiatan utama di dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran saintifik, yaitu:
1.       Mengamati
Mengamati dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. 
2.       Menanya
Menanya untuk membangun pengetahuan peserta didik secara faktual, konseptual, dan prosedural, hingga berpikir metakognitif, dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, kerja kelompok, dan diskusi kelas. 
3.       Mencoba
Mengeksplor/mengumpulkan informasi, atau mencoba untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan kreatifitas, dapat dilakukan melalui membaca, mengamati aktivitas, kejadian atau objek tertentu, memperoleh informasi, mengolah data, dan menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar. 
4.       Menalar
Mengasosiasi dapat dilakukan melalui kegiatan menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi.
5.       Mengkomunikasikan
6.       Mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik, dapat dilakukan melalui presentasi,  membuat laporan, dan/ atau unjuk kerja.

    C.     Model Pembelajaran Kontekstual
Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Dan juga merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
              
    D.    Model Pembelajaran Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.

   E.     Model Pembelajaran Problem Basic Learning
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. PBL atau pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Belajar dimulai dengan satu masalah
2.      Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa
3.      Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu
4.      Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.
5.      Menggunakan kelompok kecil.
6.      Menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

    F.      Model Pembelajaran Infestigasi
Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi.
investigasi berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.
model belajar “investigasi” sebenarnya dapat dipandang sebagai model belajar “pemecahan masalah” atau model “penemuan”. Tetapi model belajar “investigasi” memiliki kemungkinan besar berhadapan dengan masalah yang divergen serta alternatif perluasan masalahnya. Sudah barang tentu dalam pelaksanaannya selalu perlu diperhatikan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai, mungkin tentang suatu konsep atau mungkin tentang suatu prinsip
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.

   G.    Model Pembelajaran Tematik Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Teknik mengajar Jigsaw sebagain metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
                                               
   H.    Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
1.      Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2.      Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan manusia.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajarn tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana siswa berada.
6.      Hasil pembelajarn sesuai minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai minat dan kebutuhannya.
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

BAB IV
PENUTUP
    A.    Kesimpulan
Model pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Dengan demikian diharapkan kepada peserta didik mampu memahami konsep-konsep yang saling terkait dari beberapa mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usia peserta didik. Pada dasarnya anak belajar berkat interaksinya dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.
     B.     Saran
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai Model-Model Pembelajaran Tematik ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena masih banyaknya keterbatasan pengetahuan dan semua yang ada hubungannya dengan makalah ini. Dan semoga makalah ini berguna bagi penulis dan pada khususnya untuk para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/5934267/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJARAN_TEMATIK      diakses 24 maret 2019 pukul 20:11 WIB
Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana.
Kadir, Abd. dan Hanun Asrohah. 2014. Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



[1] Andi Prastowo, pengembangan bahan ajar tematik (Jakarta: Kencana, 2014) Hlm.53

No comments:

Post a Comment