MAKALAH ILMU AL-LUGHAH AL-‘AM “ILMU DALALAH (SEMANTIK)”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu dalalah
atau ilmudalalah (bahasa Arab) yang merupakan padanan dari kata semantique (bahasa Perancis) atau semantics (bahasa Inggris), atau
semantik (bahasa Indonesia).Dikalangan bangsa Arab ada yang menggunakan istilah
ilmu dalalah,ada juga yang menggunakan istilah dalalat al-alfaz
atau ilmu al-ma’na.Tetapi tampaknya yang pertama lebih sering
digunakan.Di samping ilmu dalalah ada juga ilmu ar-rumuz (semiotik) yang
mempelajari tanda secara umum,baik terkait dengan bahasa atau non
bahasa.Sementara ilmu dalalah (semantik) mengkaji masalah tanda dalam
bahasa.Dalam sistem semiotik, bahasa dibedakan ke dalam tiga komponen, yaitu:
1.
Sintaksis,
terkait dengan lambang dan bentuk hubungan;
2.
Semantik,
terkait dengan hubungan antar lambang dan dunia luar yang diacunya.
3.
Pragmatik,
terkait dengan hubungan antara pemakai bahasa dengan ambing dalam pemakaiannya.
Banyaknya
kajian tentang ilmu dalalah, maka dalam makalah ini penulis akan membatasi
permasalah tentang ilmu dalalah, sejarah muncul dan berkembangnya ilmu dalalah,
objek kajian ilmu dalalah, dan beberapa pemikiran tentang dalalah di kalangan
ahli bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi ilmu dalalah?
2.
Sejarah munculnya ilmu dalalah?
3.
Sejarah perkembangannya ilmu dalalah?
4.
Objek kajian ilmu dalalah?
5.
Pemikiran ilmu dalalah dikalangan ahli bahasa arab?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui:
1.
Definisi ilmu dalalah
2.
Sejarah munculnya ilmu dalalah,sejarah perkembangannya,objek kajian,dan
pemikiran ilmu dalalah di kalangan ahli bahasa arab.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ilmu Dalalah
A.Defenisi Ilmu Dalalah
Ilmu
pengetahuan merupakan cara untuk menghasilkan dan menguji kebenaran pernyataan
mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dunia pengalaman manusia. Paling
tidak ada empat cara untuk menghasilkan dan menguji kebenaran pernyataan
empiris, yaitu:
a) Otoriter, pencapai pengetahuan yang berbobot (ketua adat, uskup, raja,
dll).
b) Mistik, sebagian dihubungkan dengan cara otoriter seperti para wali,
pelantara, dewa-dewa, dll. Otoriter
lebih berorientasi bagaimana sosial sedangkan mistik bersumber dari bribadi pem
c) Logika Rasional, sejalan dengan pemikiran sosial.
d) Cara Ilmiah, menggabungkan suatu kepercayaan terhadap akibat yang diamati
menurut para pakar Mantiq, adalah mengerti dengan yakin atau mendekati yakin (zhan)
mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik paham itu sesuai dengan realita
maupun tidak.
Contoh:
Ketika Anda berada dalam sinar cahaya bulan yang samar-samar, kebetulan melihat
bayang-bayang hitam setinggi manusia. Anda lantas memahami bahwa bayang-bayang
itu adalah bayangan manusia dan anda yakin akan paham anda itu.Kebetulan,ternyata bahwa bayang-bayang itu adalah
benar bayangan manusia. Pemahaman anda itu merupakan
ilmu yang yakin dan sesuai dengan realitas (ilmu yaqini muthabiq lil-waqi’)akan
tetapi, jika anda mempunyai pengertian yang mendekati yakin (zhan) bahwa bayang-bayang itu adalah
bayangan manusia. Kebetulan,ternyata bahwa bayang-bayang itu adalah
benar bayangan manusia.Maka pengertian anda itu merupa
kan ilmu yang mendekati yakin (zhan)
dan sesuai dengan realitas (ilmun zhanni muthabiq lil-waqi’).
Sebaliknya dari contoh di atas,ada
ilmun yaqini ghairu muthabiq lil-waqi’dan ilmun zhanni ghairu mhuntabiq
lil-waqi’.
2.Ilmu Dalalah
Ilmu
dalalah merupakan salah satu bagian dari tata bahasa yang meliputi fonolgi,
tata bahasa dan semantik.Semantik diartikan sebagai ilmu bahasa yang
mempelajari makna. Dalam
bahasa Arab, ilmu dalalah terdiri atas dua kata yaitu : ilmu dan dalalah. Ilmu
yang berarti pengetahuan dan dalalah yang berarti penunjuk atau makna.Jadi ilmu
dalalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan tentang makna.
Secara
terminologis ilmu dalalah sebagai salah satu cabang lingustik yang telah
berdiri sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik
pada tataran mufradat (kosa kata) maupun pada tataran tarakib
(struktur]
“Dalalah” (دلَالَةٌ) atau “dalalah” secara umum adalah:
الدلالة هي
فهم امر من امر آخر
“Memahami
sesuatu atas sesuatu yang lain”.
Kata sesuatu
yang disebutkan pertama disebut”madlul” (مَدْلُوْلٌ) (yang ditunjuk).Dalam hubunganya dengan hukum, yang disebut madlul itu adalah “hukum” itu sendiri.Kata sesuatu yang disebut kedua kalinya disebut “dalil” (دَلِيْلٌ) (yang menjadi petunjuk).
Ahmad Mukhtar ‘Umar mendefinisikan ‘ilm ad-dalalah sebagai berikut :
Ahmad Mukhtar ‘Umar mendefinisikan ‘ilm ad-dalalah sebagai berikut :
دراسة المعنى
أو العلم الذي يدرس المعنى أو ذلك الفرع من علم اللغة الذي يتناول نظرية المعنى أو
ذلك الفرع الذي يدرس الشروط الواجب توافرها فى الرمز حتى يكون قادرا على حمل
المعنى
“Kajian tentang makna, atau ilmu
yang membahas tentang makna, atau cabang linguistik yang mengkaji teori makna,
atau cabang linguistik yang mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
mengungkap lambang-lambang bunyi sehingga mempunyai makna
Dalalah
adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain, sesuatu yang pertama disebut
al-madlul, dan segala sesuatu yang kedua disebutal-dalil (Petunjuk, penerang
atau yang memberi dalil).
B.Sejarah Munculnya Ilmu Dalalah
Istilah ilmu dalalah muncul
belakangan setelah munculnya istilah semantik, yang ditulis pertama kali oleh
seorang ahli bahasa berkebangsaan Perancis yaitu Breal dalam bukunya Essai de
semantique tahun 1897.Sebenarnya kajian tentang makna telah lama dilakukan oleh
para ahli bahasa Arab, tetapi baru akhir abad 19 menjadi ilmu tersendiri,
sebagaimana yang ada sekarang.Sejauh mana kajian keislaman mempunyai perhatian
terhadap kajian tentang makna ini?
Persoalan-persoalan pokok dalam Ilmu
Dalalah pada mulanya hanya membahas makna atau makna-makna kata dan
perkembangan makna tersebut, sehingga lebih tepat disebut ilmu ad- dalalah
al-mu’jamy, misalnya kata عين dapat berarti mata air, mata-mata atau bola
mata, mata uang, mata angin, mata duitan, mata kai, mata keranjang, mata hati,
mata buaya, mata pena, mata hari mata pelajaran, cendra mata, air mata, kaca
mata dan sebagainya.Kata بيت dapat pula berarti sebuah rumah atau sebait
puisi. Satu kata seringkali mempunyai arti lebih dari satu, misalnya yang satu
makna hakiki yang lainnya makna majazi , seperti kata nikah, dapat berarti akad
nikah ( makna hakiki) atau bersenggama (makna majazi). Misalnya pada ayat:
ولاتنكحوا ما
نكح اباءكم من النساء إلا ماقد سلف
Kata nikah dalam ayat tersebut dapat
dipahami dari sisi makna hakiki atau majazi atau kedua-duanya.Tidak sedikit
pula dijumpai dalam bahasa Arab, kata yang terdiri dari huruf-huruf tertentu
dan dapat dibaca dengan beragam bacaan (berbeda harakat) sehingga mempunyai
makna yang berbeda pula, misalnya kata ملك dapat dibaca malikun (seorang raja), mulkun
(sebuah kerajaan) milkun (milik) malaka (memiliki atau menguasai).Untuk
menentukan makna sebuah kata, diperlukan pengetahuan tentang konteks di mana
kata itu diungkapkan atau disusun.Untuk menyingkap makna, dengan hanya terfokus
pada kata perkata saja, ternyata belum cukup.Oleh karena itu, pembahasan
diperluas lagi dengan kajian terhadap struktur (tarkib) kalimat.Susunan
(tarkib) kalimat mempunyai pengaruh terhadap makna yang ditimbulkan oleh
kalimat tersebut. Dalam hal tarkib, meskipun
kata-kata yang digunakan sama, makna akan berbeda ketika struktur kalimatnya
berbeda.
C.
Sejarah Berkembangnya Ilmu Dalalah
1.
Masa Klasik
Secara
historis, sejarah kajian makna sudah ada sejak zaman Yunani kuno, dan Aristoteles (384-322 SM) adalah orang
pertama yang menggunakan istilah makna, lewat batasan pengertian kata sebagai
satuan terkecil yang mengandung makna. Selain Aristoteles, Plato juga
membicarakan makna. Dalam cratylus ia mengungkapkan bahwa bunyi-bunyi bahasa
secara implisit mengandung makna-makna tertentu. Di India, para ahli bahasa
India semenjak dulu telah membahas kajian tentang pemahaman karakteristik kosa
kata dan kalimat. Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan mereka telah membahas
yang diantarnya kajian semantik tentang perkembangan bahasa baik hubungan
antara lafadz dan makna.
Adapun di dunia Arab, kajian tentng makna sudah banyak dilakukan oleh para linguis Arab. Perhatian mereka terlihat pada berbagai kegiatan, antara lain;
Adapun di dunia Arab, kajian tentng makna sudah banyak dilakukan oleh para linguis Arab. Perhatian mereka terlihat pada berbagai kegiatan, antara lain;
1.
Pencatatan makna-makna
yang asing dalam Al-Qur’an
2.
Pembicaraan
mengenai kemukjizatan Al-Qur’an
3.
Penyusunan
kamus
4.
Pemberian
harokat pada mushaf Al-Qur’an
Perhatian terhadap ilmu dalalah ini telah mengantarkan
kepada perkembangan kamus dalam bahasa Arab, dan karena itu pembahasan tentang
perkamusan dalam bahasa Arab sangat erat dengan ilmu dalalah, hal ini dapat
dipahami karena salah satu fungsiperkamusan adalah memberikan pemaknaan
terhadap suatu kata atau kalimat, sedangkan pemaknaan itu sendiri merupakan
bagian dari ilmu dalalah, dengan demikian kajian tentang ilmu dalalah dimulai
sejak timbulnya kajian perkamusan yaitu sekitar pertengahan abad kedua
hijriyah, yang diprakarsai oleh Al-Kholil Ibnu Ahmad Al- Farohidi dengan
kitabnya Al-‘Ain.
2.
Masa Modern
Kegiatan para ilmuan di masa klasik
dalam mengkaji makna belum bisa dikatakan sebagai kajian semantik, sebagi ilmu
yang berdiri sendiri, akan tetapi kajian mereka itu merupakan embrio dari
semantik. Baru di akhir abad ke-19, istilah “semantik” di
Barat, sebagai ilmu yang berdiri sendiri ini dikembangkan oleh ilmuan Prancis,
Michael Breal. Kajian semantik menjadi lebih terarah dan sistematis setelah
tampilanya Ferdinand de Saussure dengan karyanya “Course de Linguistique Generale” (1916), Iadijuluki
sebagai bapak linguistik moderen.Setelah de Saussure ada juga ilmuan yang
dianggap cukup memberikan corak, warna dan arah baru dalam kajian bahasa yaitu
Leonard Bloomfield dalam bukunya “Language”.Tokoh lain yang berjasa dalam perkembangan linguistik khususnya semantik
adalah Noam Chomsky, seorang tokoh aliran tata bahasa transformasi. Ia
menyatakan bahwa makna merupakan unsur pokok dalam analisis bahasa.
D.Objek
Kajian Ilmu Dalalah
Sebagai disiplin ilmu yang mengkaji
masalah makna, maka yang menjadi obyek kajian ilmu dalalah adalah:
1.
Aspek makna
kata (al-ma’na al-mu’jami)
2.
Aspek bentuk
kata (sighah sharfiyyah)
3.
Aspek struktur kalimat
4.
Aspek
ungkapan yang terkait erat dengan budaya penutur dan terkadang tidak dapat
diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa lain.[13]
5.
Aspek intonasi (suara).
Adapun ruang
lingkup kajian ‘ilm al-dalalah dari segi yang lain adalah :
1. al-Dal (penunjuk, pemakna) lafadz dan al-madlul
(yang ditunjuk, dimaknai, makna) serta hubungan simbolik di antara keduanya.
Lafadz dalam bahasa Arab dapat
dikategorikan dalam 4 macam:
a.
Monosemi (al-tabayyun)
yaitu, satu lafadz menunjukkan satu makna.
b.
Hiponimi (al-isytimal)
yaitu, satu lafadz yang menunjukkan makna umum yang mencangkup beberapa arti
yang menjadi turunanya. Dalam pengertian lain disebutkan,
hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya
tercangkup dalam makna bentuk ujaran lain.
c.
Sinonimi (al-taroduf)
yaitu, beberapa lafadz yang menunjukkan satu makna meskipun tidak sama persis.
Dalam pengertian lain disebutkan pula, sinonimi adalah hubungan semantik yang
menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran
lain.
d.
Polisemi (ta’addud
al-makna) yaitu, satu lafadz yang mengandung lebih dari satu makna; jika
dua makna itu tidak saling berlawanan, maka disebut al-musytarok al-lafdzi dan
jika saling berlawanan, maka disebut al-tadhadh (antonimi).
2. Perkembangan
makna, sebab dan kaedahnya, dan hubungan kontekstual dan situasional dalam
kehidupan, ilmu dan seni. Perubahan makna kata disebabkan oleh
a. Faktor kebahasaan
b. Faktor kesejarahan
c. Sebab Sosial
d. Faktor psikologis
e. Pengaruh bahasa asing
f. Karena kebutuhan akan kata-kata baru.
3.Majaz (kiasan) berikut aplikasi semantik dan hubungan stilisiknya.
Majaz
dibedakan dari gaya. Arti majazi diperoleh jika denotasi kata atau ungkapan
dialihkan dan mencangkupi juga denotasi lain bersamaan dengan tautan pikiran
lain.
Adapun tujuan pokok dalam penelitian
semantik adalah agar pendegar memahami dengan baik makna yang dimaksud dari
perkataan/pembicaraan lawan bicara atau ungkapan-ungkapan yang dibacanya dan
juga untuk menghindari pengguna bahasa Arab dari kesalahan semantik menyangkut
pemilihan dan penggunaan kosa-kata yang tepat sesuai dengan struktur dan
konteks kalimat. Termasuk juga kesalahan
penggunaan istilah dan idiom dan ungkapan kinayah, isti’arah dan majaz
E.
Beberapa
Pemikiran Tentang Dalalah Di Kalangan Ahli Bahasa Arab
1.
Ibnu Jinny (322-392 H)
Dia adalah
Abu al-Fath Utsman bin Jinny yang lebih dikenal dengan Ibnu Jinny. Seorang ahli
nahwu besar, lahir dan dibesarkan di Mosul.Ia belajar pada al-Akhfasy, juga Abu
Ali al-Farisi yang amat besar jasanya dalam membentuk kepakarannya dalam bidang
sastra dan tatabahasa Arab, yaki nahwu dan sharaf. Ia dikenal dekat dengan
al-Mutanabbi, bahkan sebagai orang pertama yang mensyarahi diwan al-mutanabbi.
Teori yang dikemukakannya antara lain:
a)
Isytiqaq
Kabir
Isytiqaq ada
dua macam, shaghir dan kabir. Yang pertama (isytiqaq shaghir) dikaji dalam ilmu
sharaf , misalnya isim fa’il atau isim maf’ul yang diambil dari masdarnya
seperti قائل dan مقول dari kata قول . Yang kedua (isytiqaq kabir)
dikaji dalam fiqh lughah. Menurut Ibnu Jinni, kata-kata dalam bahasa Arab yang
berasal dari tiga huruf yang sama meskipun urutan hurufnya berbeda memiliki
makna umum yang sama. Misalnya kata-kata berikut ini :جبر– جرب- بجر- – ربج - برج – رجب
mempunyai makna umum yang sama yakni القوة والشدة (kekuatan dan kekerasan ).
mempunyai makna umum yang sama yakni القوة والشدة (kekuatan dan kekerasan ).
b)
Tashaqub
al-alfaz litashaqub al-ma’ani (
تصاقب الألفاظ لتصاقب المعاني )
Intinya adalah bahwa kata yang
hurufnya berdekatan (tidak sama persis) maka maknanya juga berdekatan,
misalnya: هزّ ؛ أزّ yang artinya القلق ؛
الإزعاج yakni mengejutkan dan kegelisahan, قطف ؛ قطع juga
mempunya arti yang berdekatan yakni memotong dan memetik. Maka dalam memahami esensi makna kata perkata dapat dilakukan penelusuran
terhadap kata-kata lain yang huruf-hurufnya sama atau berdekatan
c) Dalalah oleh Ibnu Jinni dibagi menjadi tiga, yaitu:
1)
Dalalah lafziyyah, yaitu makna yang ditimbulkan oleh
lafal atau suara dari kata tersebut, misalnya ضرب menunjukkan
suara pukulan (tentunya untuk kata-kata yang berasal dari peniruazn suara, atau
intonasi untuk kata yang bukan berasal dari peniruan suara).
2) Dalalah shinaiyyah, yaitu makna yang dipengaruhi oleh bentuk kata atau shigah, dalam bentuk
madly menunjukkan adanya perbuatan dan waktu perbuatan tersebut . Perbedaan
antara kata صابر danصبور , yang pertama berarti orang yang sabar, yang kedua berarti
orang yang sangat sabar. Perbedaan makna ini disebabkan oleh perbedaan shighah.
3)
Dalalah ma’nawiyyah, yaitu makna terjadinya pemukulan
oleh pemukul terhadap terpukul, yakni penyampaian gagasan (fikrah) melalui
simbol bahasa.
2. ‘Abd
al-Qahir al-Jurjani dan teori an-nazm (w. 471 H)
Ia
dilahirkan di Jurjan, suatu kota terkenal di Tibristan awal abad 15 H. Sejak
kecil ia sudah mencintai ilmu. Ia mempelajari nahwu, sastra dan fiqh. Ia
berguru, antara lain, pada Sibawaih, al-Jahiz, al-Mubarrad, Ibnu Duraid. Ia
dikenal sebagai salah satu muassis ilmu balaghah, banyak menulis tentang
balaghah. Di antara karyanya yang terkenal adalah Dalail al-I’jaz dan Asrar
al-Balaghah Lafal adalah wadah bagi makna, maka lafal akan mengikuti makna.
Jika suatu makna itu muncul pertama kali pada diri seseorang, maka begitu pula
ia akan muncul pertama kali dalam ucapan.
إن الألفاظ إذا كانت أوعية للمعاني فإنها لا محالة تتبع المعاني في مواقعها. فإذا وجب لمعنى أن يكون أولا في النفس وجب اللفظ الدال عليه أن يكون مثله أولا في النطق
إن الألفاظ إذا كانت أوعية للمعاني فإنها لا محالة تتبع المعاني في مواقعها. فإذا وجب لمعنى أن يكون أولا في النفس وجب اللفظ الدال عليه أن يكون مثله أولا في النطق
Jika lafal
merupakan wadah bagi makna, maka sudah barang tentu lafal akan mengikuti makna
pada posisinya masing-masing. Jika posisi makna yang ada dalam diri seseorang
berada pada posisi pertama, maka demikian pula halnya lafal yang diungkapkan
untuk menunjukkan makna tersebut juga pertama diucapkannya .
Sebagai contoh terkait dengan perbedaan susunan kata pada kalimat-kalimat berikut ini (kata-kata أنا؛ زيد ؛ ضرب ) letaknya berbeda pada masing-masing kalimat, hal itu menyebabkan perbedaan makna, seperti berikut ini: ما ضربت زيداSaya tidak memukul Zaid, (tetapi mungkin ada orang lain yang memukulnya, dan mungkin juga tak ada sama sekali yang memukulnya).
Sebagai contoh terkait dengan perbedaan susunan kata pada kalimat-kalimat berikut ini (kata-kata أنا؛ زيد ؛ ضرب ) letaknya berbeda pada masing-masing kalimat, hal itu menyebabkan perbedaan makna, seperti berikut ini: ما ضربت زيداSaya tidak memukul Zaid, (tetapi mungkin ada orang lain yang memukulnya, dan mungkin juga tak ada sama sekali yang memukulnya).
ما زيدا ضربت:
Saya tidak memukul Zaid, (tapi saya memang memukul selain dia )
ما أنا ضربت زيدا: Saya tidak memukul Zaid.(Kenyataannya, Zaid telah dipukul seseorang tapi bukan saya yang memukulnya).
ما أنا ضربت زيدا: Saya tidak memukul Zaid.(Kenyataannya, Zaid telah dipukul seseorang tapi bukan saya yang memukulnya).
أجاءك رجل
: Kalimat di samping menanyakan tentang peristiwa (datangnya) seseoran
أرجل جاءك؟: Kalimat di samping menanyakan tentang seseorang (laki-laki atau perempuan) yang datang.
أرجل جاءك؟: Kalimat di samping menanyakan tentang seseorang (laki-laki atau perempuan) yang datang.
Dengan kata lain, teori nazm ini
menegaskan bahwa perbedaan struktur kalimat akan membawa perubahan makna,
karena lafal itu wadah bagi makna, berbeda wadah, berbeda makna pula. Oleh karena itu, perubahan struktur lafal (kalimat) akan membawa perubahan
makna. Teori yang dikemukakannya terkait erat dengan nahwu tetapi tidak hanya
berhenti pada struktur luar (البناء الخارجي), melainkan masuk ke dimensi
yang lebih dalam lagi, yakni makna yang ada di balik struktur tersebut (البناء
الباطني).
3. Al-Jahiz (159-255 H)
Dia adalah
Abu Utsman ‘Amr bin Bahr, lahir dan wafat di Basrah salah seorang sastrawan
besar di masa Abbasi. Di antara karangannya adalah kitab al-hayawan .Makna
(gagasan) yang ada dalam benak orang itu, menurut al-Jahiz, amat sangat
tersembunyi dan makna itu berbeda dengan lafal.Makna terhampar luas tanpa
batas, sementara tanda-tanda yang menunjukkan makna itu sangat terbatas.
Artinya, bahwa makna yang disampaikan oleh penulis atau pembicara tidak dapat
dijamin sama dengan makna yang diterima oleh pembaca atau pendengar. Ada banyak
faktor yang menjadikan terjadinya perbedaan itu.
Menurutnya
al-Jahiz, ada lima macam tanda yang menunjukkan makna, yaitu:
a.
Lafal(اللفظ) , yakni apa
yang diucapkan oleh seseorang
b.
Isyarat (الإشارة), misalnya
dengan tangan, kepala, mata dan sebagainya;
c.
Tulisan(الخط), berbagai
macam model tulisan dibuat adalah untuk menyampaikan makna.
d.
‘Aqd (العقد)(tanda yang
menunjukkan keagungan) seperti pada surat ar-Rahman:
الرحمن علم القرآن خلق الإنسان علمه البيان
الرحمن علم القرآن خلق الإنسان علمه البيان
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmu dalalah adalah kajian tentang
makna, atau ilmu yang membahas tentang makna, atau cabang linguistik yang
mengkaji teori makna, atau cabang linguistik yang mengkaji untuk mengungkap
lambang-lambang bunyi sehingga mempunyai makna.
Dalalah
adalah memahami sesuatu terhadap sesuatu yang lain. Sesuatu yang pertama
disebut al-madlul artinya yang ditunjuk atau yang dimaknai, dan sesuatu
yang kedua disebut al-dal artinya yang menunjuk atau yang memaknai.
Semantik atau ilmu dalalah telah ada
sejak zaman Yunani kuno meskipun belum disebut secara jelas dan tegas sebagai
ilmu yang berdiri sendiri.Pada akhir abad ke-19, semantik menjadi disiplin ilmu
yang berdiri sendiri sebagai cabang linguistik dan yang mempeloporinya adalah
Michael Breal kemudian disempurnakan oleh Ferdinand de Saussure. Adapun obyek kajian ilmu dalalah adalah: makna kata, bentuk kata, struktur
kalimat, ungkapan yang terkait erat
dengan budaya penutur dan intonasi.
B. Saran
Setelah
disusun makalah ini,diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya di mata
kuliah ilmu al-lughah al-‘am ini.Disamping itu juga kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kami menerima kritik
maupun saran yang membangun agar dalam tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
al-Araby, al-Jabiri M.Abid Binyat
al-‘Aql, Dirasah Tahliliyyah Naqdiyyah
li Nuzim al-Ma’rifah fi as-Saqafah al-‘Arabiyyah. (Bairut: al-Markaz as-Saqafi al-Arabi, 1991)
Baihaqi A. K
,Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir
Logika, (Darul Ulum Press)
Dayah, Fayaz al, Ilmu al Dilalah al ‘Araby Baina al Nazariyah wa al Tathbiqi,
(Damsyiq : Dar al Fikr1996)
Mu’in, M
Taib Thahir Abd Ilmu Mantik ( logika).,
(Jakarta : PT Bumi Restu, 1987)
Sambas,
Syukriadi, Mantik Kaidah Berpikir
Islami (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1996)
Umar, Ahmad
Mukhtar, Ilm ad- dalalah.
(Kairo: Alam al-Kutub, 1993)
Wallace, L.
1990. Metode Logika Ilmu Sosial.
Terjemah: Yayasan Solidaritas Agama. Koordinator: Lailil Kadar. (Jakarta: Bumi Aksara)
Zajuli, Masnal , Qadhaya
al Ma’na fi al Lughah al Arabiyah min Khilali al Isytirak, (Jakarta :
Quantum, 2000
No comments:
Post a Comment