1

loading...

Friday, November 23, 2018

MAKALAH CIVIC EDUCATION PENGARUH KEHARMONISAN DAN EKONOMI KELUARGATERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS Xl SMA 3 BENGKULU

MAKALAH CIVIC EDUCATION KONSEP DEMOKRASI 

PENGARUH KEHARMONISAN DAN EKONOMI KELUARGATERHADAP

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS Xl SMA 3 BENGKULU


 BAB I

PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Latar belakang saya memilih pengaruh keharmonisan ekonomi keluarga terhadap perestasi belajar siswa sebagai tema pembahasan dalam tugas penelitian saya adalah karena saya menemukan banyak remaja yang tergolong bermasalah dan meakukan penyimpangan. saya mengetahui bahwa kebanyakan dari remaja tersebut berasal dari keluarga yang kondisinya kurang harmonis. Disamping untuk memenuhi saya sangat tertarik untuk mendalami dan meneliti masalah ini. Tentunya agar mengetahui lebih banyak lagi informasi yang berdasarkan fakta dan dapat berguna di kemudian hari.
Dan agar kita mengetahui sebab-akibat dan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya. Juga untuk membuktikan kebenaran persepsi masyarakat atas cap buruk yang melekat pada remaja melalui kumpulan pendapat masyarakat umum maupun menurut ilmu pengetahuan sosial. Sehingga kita bisa lebih peka dan cerdas dalam memandang,menilai dan mengatasi suatu hal khususnya dalam masalah seperti ini.
Didalam kehidupan rumah tangga, tentu dibutuhkan yang namanya keharmonisan. Rumah tangga yang selalu terjaga keharmonisan tentu akan senantiasa awet dan langgeng hubungannya. Namun berbeda dengan hubungan rumah tangga yang tidak harmonis, setiap hari pasti ada suatu hal yang perlu dipertengkarkan.

   B.     Rumusan
1.      Mengapa tingkat keharmonisan keluarga sangat penting? 
2.      Mengapa remaja “Broken Home” cenderung memiliki karakter buruk?
3.      Siapa saja yang harus terlibat dalam menyelesaikan masalah ini? 
4.      Bagaimana contoh keluarga yang bisa disebut sebagai keluarga “Broken Home” ?
5.      Bagaimana cara menghindari/mencegah hal ini terjadi ?
     C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tingkat keharmonisan keluarga.
2.      Untuk mengetahui remaja “Broken Home” cenderung memiliki karakter buruk.
3.      Untuk mengetahui siapa saja yang harus terlibat dalam menyelesaikan masalah ini.
4.      Untuk mengetahui contoh keluarga yang bisa disebut sebagai keluarga “Broken Home”.
5.      Untuk mengetahui  cara menghindari/mencegah hal ini terjadi .

     D.    Manfaat
Dalam suatu penelitian diharapkan mampu menghasilkan suatu yang bermanfaat bagi semua pihak, yang berkepentingan sehingga penelitian ini mengharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
1.      Dapat digunakan sebagai motivasi keluarga untuk meningkatkan kualitas keharmonisan keluarga sehingga dapat menciptakan suasana aman dan nyaman.
2.      Dapat digunakan sebagai motivasi keluarga untuk meningkatkan kualitas pendapatan keluarga sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
3.      Dapat digunakan sebagai motivasi keluarga untuk meningkatkan kualitas keharmonisan dan kualitas pendapatan keluaga.
    E.     Devenisi Istilah
Dalam kehidupan rumah tangga atau sering disebut keluarga tentu akan merasakan berbagai macam hal yang mungkin belum dirasakan sebelumnya. Suasana baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Didalam kehidupan rumah tangga, tentu dibutuhkan yang namanya keharmonisan. Rumah tangga yang selalu terjaga keharmonisan tentu akan senantiasa awet dan langgeng hubungannya. Namun berbeda dengan hubungan rumah tangga yang tidak harmonis, setiap hari pasti ada suatu hal yang perlu dipertengkarkan.
Penyebab ketidak harmonisan keluarga pun bermacam-macam. Bisa karena tidak cocok nya setelah menikah dan punya keturunan. Bisa juga karena masalah ekonomi, masalah kasih sayang dan perhatian yang kurang, dan lain sebagainya. Untuk membuat kehidupan rumah tangga tetap harmonis, tentunya harus tetap menjaga komunikasi, kasih sayang, perhatian, dan juga rasa saling pengertian. Jika rumah tangga bisa hidup harmonis, pasti akan merasakan manfaatnya yang sungguh luar biasa yang mungkin belum dirasakan sebelumnya. Baik itu bermanfaat untuk kesehatan, kecantikan, dan tentunya kelanggengan.
Keluarga merupakan lingkungan dimana anak mengenal dunianya, walau sementara hanya sebatas anggota keluarga saja. Namun dari keluarga inilah seorang anak akan terbentuk perilakunya yang akan dibawa hingga dewasa dan bahkan sampai mati. Oleh karena itu keluarga harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tercipta kondisi yang aman, tenang, nyaman dalam keluarga yang akan membentuk perilaku yang baik setiap anggota keluarga. Sering kita temui keluarga merupakan jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dalam kehidupan sosial dimana ia sebagai orang dewasa kelak akan melakukan peranya. Dalam kebudayaan masayrakat jiwa seseorang akan dipandang dewasa ketika ia menika. Apabilah seseorang belum menika masayrakat harus memandangnya sebatas pemudi.
Keluarga dapat dipersatukan tampa ikatan pernikahan orang yang dipersatukan oleh ikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan anak, ikatan ini  mempunyai dasar hukum karena didasarkan suka sama suka atau saling mencintai . apabila terdapat kesadara atar keduanya untuk merawat dan membesarkan anak maka hubungan ini akan berlangsung selama tidak terjadi perpecahan. Namun kebanyakan yang terjadi wanita ditinggal bersama anak-anaknya dan bahkan laki-laki pergi bersama wanita lain, dengan alasan telah jenuh atau bertengkar. Keadaan tersebut sanggat merugikan pihak wanita dan berpengaruh bagi perkembangan anak karena selain tidak mendapat harta warisa, wanita tersebut harus membesarkan anak sendirian walaupun kadang-kadang mendapat bantuan dari lelakinya. Selain itu wanita dipandang rendah oleh masyrakat sekitarnya dan dipandang sebagai wanita murahan.
BAB II
  LANDASAN TEORI
A.   Prestasi Belajar
Pengertian Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Menurut Gagne dan Berliner dalam Anni (2004: 2) menyatakan bahwah belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalamannya.
Menurut Witherington dalam Purwanto (2004: 84) mengemukakan: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebisaan, kepandaian atau suatu pengertian.” Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) ”belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Unsur-unsur belajar Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Menurut Gagne dalam Anni (2006: 4), beberapa unsur – unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan suatu perubahan perilaku antara lain:
a)         Pembelajaran Dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajaran memiliki organ pengideraan yang digunakan untuk menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.
b)        Rangsangan (stimulus) Peristiwa yang merangsang penginderaan yang digunakan pembelajar disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya.
c)         Memori Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.
d)        Respon Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.
     Pengertian prestasi belajar “Prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai”.  Menurut Rusyan (1994: 21), “prestasi belajar merupakan hasil dari rencana dan pelaksanaan proses belajar, sehingga diperlukan informasi-informasi yang mendukung disertai dengan data yang obyektif dan memadai”. 11 Menurut Suryabrata (2002: 233 ), “prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal) individu”. Menurut Tulus Tu’u (2004: 75) menyatakan bahwa “prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan – ulangan atau ujian yang ditempuhnya”. Dari beberapa pengertian diatas maka prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah. Prestasi belajar akuntansi merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa kompetensi keahlian akuntansi setelah menerima materi akuntansi yang disampaikan guru dalam aktifitas belajar di sekolah.
Dalam kegiatan belajar mengajar, banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor itu terdiri dari faktor intern dan ekstern siswa. Belajar akuntansi berbeda dengan pelajaran yang lain, karena didalam pelajaran akuntansi dibutuhkan keseriusan, ketelitian, keuletan, dan keterampilan dalam mengerjakan latihan soal. Prestasi belajar akuntansi merupakan hasil yang telah dicapai siswa pada pelajaran akuntansi dengan cara guru melakukan ulangan harian. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar akuntansi merupakan hasil belajar akuntansi yang diperoleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai ulangan harian siswa.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda, hal ini menimbulkan prestasi yang dicapai masing-masing individu tidak sama. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (2003: 54) faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Faktor internal (faktor dari dalam siswa) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang sedang belajar, yang meliputi:
a.    Faktor Jasmaniah Kondisi jasmaniah umumnya sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Proses belajar seseorang akan tergantung jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak yang terpenuhi gizinya. Mereka cepat lelah, mengantuk dan sulit menerima pelajaran.
b.    Faktor Psikologis Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang telah bersifat psikologis. Beberapa faktor psikologis yang utama antara lain: minat, intelegensi, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan.
c.    Faktor kelelahan Kelelahan meliputi kelelahan jasmani, ini dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Agar siswa dapat menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
2.    Faktor eksternal (faktor dari luar) Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
a.         Lingkungan keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b.         Lingkungan sekolah Faktor-faktor sekolah yang mempengaruhi belajar, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Yaitu guru, peralatan belajar, laboratorium, gedung.
c.         Lingkungan masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pada uraian ini membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar siswa. Yaitu teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat.
 B.  Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga
Pengertian orang tua / keluarga Dalam kamus besar bahasa Indonesia orang tua berarti ayah dan ibu kandung atau dua orang yang sudah tua (cerdik, pandai, ahli). Menurut Nasution (1989: 1) yang dimaksud dengan orang tua adalah ”setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam penghidupan seharihari lazim disebut ibu bapak”.
Sedangkan keluarga adalah kelompok sosial terkecil, dan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang didapat anak. Ayah ibu dan saudara-saudara serta keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama pula untuk mengajar pada anak-anak,mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk mengajarkan anak-anak untuk hidup sebagaimana ia hidup dengan orang lain sampai anak-anak memasuki bangku sekolah. Orang tua akan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Bagaimana orang tua mendidik anaknya menentukan perkembangan anak-anaknya.
Menurut Ahmadi (1997: 242) ”keluarga adalah 14 suatu kesatuan sosial terkecil yang terdiri atas suami, istri dan anak-anak (jika ada) yang didahului oleh suatu perkawinan”. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang dijiwai dengan rasa kasih sayang dan tanggung jawab.
Kondisi sosial ekonomi orang tua/keluarga Kondisi sosial ekonomi orang tua merupakan perpaduan antara kondisi sosial dan ekonomi orang tua masing-masing murid. Menurut Soekanto (1998: 233)” kondisi sosial adalah keadaan sosial berkenaan dengan perilaku interpersonal atau yang berkaitan dengan proses sosial. Atau berkenaan dengan masyarakat ”. Suatu proses sosial akan terjadi apabila ada interaksi sosial. Menurut Gerungan (2009: 31) interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, dan dalam keluarga, interaksi sosial didasarkan atas rasa kasih sayang antara anggota keluarga, yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, belajar bekerja sama dan bantu membantu. Kondisi sosial keluarga akan diwarnai oleh bagaimana interaksi sosial yang terjadi diantara anggota keluarga dan interaksi dengan masyarakat lingkungannya. Interaksi sosial di dalam keluarga biasanya didasarkan atas rasa`kasih sayang dan tanggung jawab yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, bekerja sama, saling membantu dan saling memperdulikan termasuk terhadap masa depan anggota keluarga. 15 Berikut ini beberapa faktor sosial orang tua yang dapat mempengaruhi perkembangan anak (Gerungan, 2009; 199):
a)         Keutuhan keluarga Yang dimaksud dengan keutuhan keluarga adalah keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa keluarga terdiri dariayah, ibu, dan anak. Apabila salah satu unsur keluarga diatas tidak ada, maka struktur keluarga tidak utuh. Ketidak utuhan keluarga berpengaruh negatif terhadap perkembangan sosial anak. Pengaruh negatif itu bisa mempengaruhi kecakapan-kecakapan anak disekolah. Dalam penilaian kaum psikologi, anak-anak dari keluarga utuh memperoleh nilai psikologis yang lebih baik dari pada anak-anak dari keluarag utuh dalam hal fleksibilitas, penyesuaian diri, pengertian akan orang-orang dan situasi diluarnya, dan dalam hal pengendalian diri.
b)        Sikap dan kebiasaan orang tua Umumnya sikap mendidik yang otoriter, overprotective, sikap penolakan orang tua terhadap anak-anak dapat menjadi suatu kendala bagi perkembangan sosial anak.
c)         Status anak Yang dimaksud dengan status anak adalah status anak sebagai anak sulung, anak bungsu atau anak tunggal. Selain itu status anak sebagai anak tiri juga mempengaruhi interaksi sosial keluarga. Kondisi ekonomi orang tua adalah kenyataan yang terlihat atau terasakan oleh indra manusia tentang keadaan orang tua dan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhannya Menurut Suradjiman (1996: 102) ”kondisi ekonomi adalah kenyataan yang terlihat atau yang terasakan oleh indera manusia tentang keadaan orang tua dan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhannya”.      Permasalahan keluarga yang utama adalah usaha keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan sehingga dapat mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan jasmani (material) dan kebutuhan rohani (spiritual). 16 Menurut Maslow dalam Anni (2004: 124) kebutuhan manusia dikelompokkan menjadi :
1)        Kebutuhan perjuangan Peduli pada keberadaan diri : mampu makan,   minum, dan hidup pada saat sekarang.
2)         Kebutuhan keamanan Hari esok adalah pasti: memiliki sesuatu yang teratur dan dapat diprediksi pada diri sendiri, keluarga dan kelompok.
3)        Kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki Diterima sebagai anggota kelompok : mengetahui bahwa anak lain menyadari pada dirinya dan ingin anak menjadi miliknya anak lain.
4)         Kebutuhan penghargaan Diakui sebagai individu unik yang memiliki kemampuan tertentu dan karakteristik yang dapat dihargai : individu yang khas dan berbeda.
5)        Kebutuhan pengetahuan Memiliki akses terhadap informasi dan adat istiadat : mengetahui cara-cara mengerjakan sesuatu ; ingin mengetahui tentang makna suatu benda, peristiwa dan simbol.
6)        Kebutuhan untuk memahami Pengetahuan hubungan, sistem dan proses yang diungkapkan dalam teori yang luas, integrasi pengetahuan kedalam struktur yang luas.
7)        Kebutuhan keindahan Apresiasi terhadap keteraturan dan keseimbangan hidup, rasa, keindahan dan kecintaan terhadap semua anak. Kondisi ekonomi berperan penting dalam pendidikan anak. Menurut Gerungan (2009: 196), peranan kondisi ekonomi dalam pendidikan anak memegang satu posisi yang sangat penting.
Dengan adanya perekonomian yang cukup memadai, lingkungan material yang dihadapi anak dalam keluarganya jelas lebih luas, maka ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas juga untuk mengembangkan kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan tanpa adanya sarana dan prasarana itu. 17 Kondisi sosial ekonomi orang tua / keluarga dapat dilihat dari beberapa hal seperti:
1)        Pendidikan orang tua Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang (UU RI No.20 Tahun 2003, tentang SPN). Menurut Dalyono (2007: 5) menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagai mahluk individu dan sekaligus mahluk sosial maka pendidikan menyediakan pemenuhan kepentingan individu dan masyarakat yang saling melengkapi satu sama lain. Dengan pendidikan, perubahan dan perkembangan individu semakin dewasa memberi cara dan sasaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara langsung membawa perubahan dan perkembangan masyarakat kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan orang tua dalam mendewasakan anak dipengaruhi adanya pendidikan orang tua yang tinggi, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan normal dan dapat melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar dengan baik.
2)        Pendapatan orang tua Menurut Sumardi dalam Sumarto (2006: 14) ”pendapatan adalah jumlah penghasilan riil seluruh anggota keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam keluarga”.
Pendapatan adalah semua penerimaan baik tunai maupun bukan tunai yang merupakan dari penjualan barang atau jasa dalam waktu tertentu. Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan berupa uang dan pendapatan berupa barang atau jasa. Pendapatan yang diterima seseorang akan membawa orang tersebut dalam pengakuan tingkatan status sosial dalam masyarakat, dimana akan ada penghargaan dan kehormatan khusus atas pendapatan dan kepemilikan suatu harta yang perlu dihargai baik yang berupa uang, benda-benda yang bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan maupun ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) serta pengukuhan kemapanan kehidupan ekonominya. Tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan memiliki keterkaitan yang erat. Tingkat pendapatan orang tua akan berpengaruh terhadap proses pendidikan anak-anaknya, karena tingkat pendapatan orang tua berperan dalam mendukung pembiayaan pendidikan, penyediaan sarana dan prasarana bagi kelancaran pendidikan anak-anaknya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa seorang dapat berhasil dalam pendidikanya walaupun dia berasal dari keluarga yang kondisi sosialnya rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan bermacam-macam, seperti jenis pekerjaan atau jabatan, tingkat pendidikan dan masa kerja.
3)        Tingkat pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan hidup Secara alamiah manusia tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan manusia tidak terbatas baik secara jumlah maupun jenisnya dan keinginan yang dimiliki sangat terbatas, sehingga menimbulkan masalah bagaimana cara pemenuhan yang harus dilakukan Semakin tinggi kemampuan ekonomi seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya dan mencapai keinginannya.
Begitu pula dengan keluarga yang tingkat pendapatanya semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan orang tua dalam memenuhi berbagai kebutuhan anak. Orang tua atau keluarga dikatakan sejahtera apabila di dalam keluarga tersebut terpenuhi semua kebutuhannya, keselamatannya, ketentramannya, dan kemakmurannya baik lahir maupun batin. Menurut P.A Samuelson dalam Sumarto bahwa tingkat pengeluaran keluarga dipengaruhi oleh :
1) Tingkat pendapatan
2) Jumlah anggota keluarga
3) Lingkungan sosial ekonomi
d. Jumlah tanggungan orang tua / keluarga Semakin banyak jumlah tanggungan orang tua maka berarti dana yang dibutuhkan akan semakin banyak untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini berdampak pada alokasi dana yang diberikan untuk 20 pembiayaan pendidikan bagi anak-anak, apabila tanggungan keluarga banyak maka dana yang dalokasikan untuk pendidikan anak akan semakin sedikit karena dana itu bukan hanya untuk pendidikan anak tetapi juga harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain.
Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soekanto (2001) ”sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya”. Menurut Soekanto (2001:237) menyatakan bahwa komponen pokok kedudukan sosial ekonomi meliputi:
a. Ukuran kekayaan
b. Ukuran kekuasaan
c. Ukuran kehormatan
d. Ukuran ilmu pengetahuan Pada dasarnya tingkat sosial ekonomi masyarakat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Golongan atas Terdiri dari kelompok orang kaya yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan secara berlebihan dan berlimpah ruah.
2. Golongan menengah 21 Terdiri dari kelompok yang berkecukupan yang sudah bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (primer) terdiri dari pangan, sandang, papan.
3. Golongan bawah Terdiri dari kelompok orang miskin yang masih belum bisa memenuhi kebutuhan primer Menurut Abdulsyani dalam Khudriatun (2005: 20) berpendapat bahwa faktor yang dapat menentukan stratifikasi sosial ekonomi adalah :
a.    Memiliki kekayaan yang bernilai ekonomis
b. Status bahan dasar fungsi dalam pekerjaan
c. Kesalehan dalam beragama
d. Latar belakang rasial dan lamanya seseorang tinggal disuatu tempat
e. Status dasar keturunan
f. Status dasar jenis kelamin dan umur. Selanjutnya menurut Surjono dalam Khudriatun (2005:21) faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan sosial ekonomi adalah :
a. Tingkat pendapatan
b. Gaya hidup
c. Jumlah, susunan, umur anggota keluarga
d. Status sosial
e. Keadaan harga barang yang dapat dibeli
f. Psikologi Berdasarkan beberapa uraian teori diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan peneliti untuk parameter tingkat kondisi sosial ekonomi orang tua dalam penelitian ini adalah:
a. Tingkat pendidikan orang tua
b. Tingkat pendapatan atau penghasilan
c. Pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan
 d. Kecerdasan Emosional ialah didefiniskan bermacam-macam menurut Anita E.Woolfok dalam Melandy, Widiastuti dan Aziza (2007: 5) bahwa “menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu: kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru ataupun lingkungan pada umumnya”. Menurut Munandar dalam Amin (2003: 1) “kecerdasan adalah kemampuan untuk berfikir abstrak, kemampuan untuk mengungkap hubungan-hubungan dan belajar, kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi baru”. Selanjutnya menurut Efendi (2005: 81), “kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu”. Dari beberapa pendapat tentang kecerdasan, pada intinya kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki masing-masing individu dalam mencermati hal-hal yang terjadi, kemampuan menyelesaikan masalah dan menyikapinya , serta kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara tepat. Tingkat kecerdasan antar satu orang dengan orang yang lain berbeda-beda. Ini dikarenakan ada faktor yang mempengaruhinya. Menurut Djaali (2007: 74)
faktor yang mempengaruhi kecerdasan antara lain:
1. Faktor pembawaan Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa seseorang sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.  
2. Faktor Minat dan pembawaan yang khas Dalam diri manusia terdapat atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang dimintai oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor pembentukan Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Faktor pembentukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah, dan pembentukan tidak disengaja, misalnya pengaruh alam sekitar.
4. Faktor kematangan Tiap organ dalam diri manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
5. Faktor kebebasan Manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Pengertian kecerdasan emosional Emosi adalah luapan perasaan dalam tubuh kita akibat respon terhadap peristiwa yang terjadi. menurut kamus besar bahasa Indonesia emosi adalah keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis ( seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberaniaan yang bersifat subyektif). Menurut Cooper dan Sawaf dalam Efendi (2005: 176) “kata emosi bisa secara sederhana didefinisikan secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan”. Semua emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-ansur oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movere kata kerja bahasa latin yang berarti “menggerakkan, bergerak” ditambah awalan “e- “untuk memberi arti “bergerak menjauhi”, menyiratkan bahwa 24 kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Golleman, 2002: 7) Menurut Djaali (2007: 38).
 emosi dapat timbul karena disebabkan beberapa faktor, yaitu:
 1. Rangsangan yang menimbulkan emosi Emosi timbul dari rangsangan (stimulus). Rangsangan dapat timbul dari dorongan, keinginan atau minat yang terhalang, baik disebabkan oleh tidak atau kurangnya kemampuan individu untuk memenuhi atau menyenangkan.
2.   Perubahan fisik dan fisiologis Perubahan fisik dan fisiologis dapat dipengaruhi oleh Rangsangan yang menimbulkan emosi. Jenis perubahan secara fisik dapat diamati pada diri seseorang selama tingkah lakunya dipengaruhi oleh emosi. Adapun secara fisiologis, perubahan tidak tampak dari luar, biasanya dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes dari para ahli ilmu jiwa. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan emosi, menerima dan membangun emosi dengan baik, memahami emosi dan pengetahuan emosional sehingga dapat meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual. Salovey dan Mayer sebagai pencetus istilah kecerdasan emosional mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional merupakan himpunan bagian dari keterampilan sosial yang melibatkan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Menurut menurut Cooper dan Sawaf (2002: xv) “
  kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi”. 25 Selanjutnya dalam Working With Emotional Intelligence (1999: 512).
Kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar dalam menggunakan emosi. “Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada kepintaran seseorang, melainkan pada sesuatu yang dahulu yang disebut karakteristik pribadi” (Shapiro 2003: 4). Efendi (2005: 183) mengatakan bahwa ”kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi.
Arti penting IQ, EQ dan SQ Kecerdasan yang paling utama dimiliki manusia adalah Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Kecerdasan Intelektual atau IQ adalah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat berpikir. Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi.Dalam dunia pendidikan, tingkat kecerdasan seseorang biasanya diukur oleh tingkat IQ 26 (Intelegence Quotient).
Semakin tinggi IQ seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kecerdasan orang tersebut. Pemahaman seperti itu diyakini semua pihak bahwa siapa saja yang ber IQ tinggi, kelak bakal sukses hidupnya ketimbang orang yang IQ nya rata-rata. Padahal kecerdasan orang tidak hanya diukur oleh IQ semata. Bukti telah banyak menunjukkan bahwa pengangguran banyak dialami oleh sarjana yang hanya memiliki kecerdasan akademis. Namun sebaliknya kesuksesan bisa diraih oleh mereka yang tidak sekolah atau kuliah. Hasil penelitian Daniel Goleman menyebutkan bahwa IQ hanya memberi kontribusi 20% saja dari kesuksesan hidup seseorang. Selebihnya bergantung pada kecerdasan emosi (EQ) dan sosial yang bersangkutan. Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, kesulitan bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Sebaliknya, anak-anak yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja, seperti kenakalan, tawuran, narkoba, minuman keras, perilaku seks bebas dan sebagainya.
Oleh karena itu, penting sekali mengajari anak-anak ketrampilan mengendalikan emosi. Karena dengan kemampuan tersebut anak-anak akan lebih mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul selama dalam proses menuju manusia dewasa sehingga mereka akan lebih mampu mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam kehidupan modern yang semakin kompleks. Mengingat begitu pentingnya emosi dalam sikap dan tindakan seseorang, maka untuk mengembangkan kecerdasan emosi perlu diajarkan ketrampilan emosi sejak dini. Dengan demikian Emotional Quotient (EQ) sama pentingnya dengan intelegence quotient (IQ). EQ memberi kesadaran mengenai perasaan, mencintai diri 27 sendiri dan juga perasaan milik orang lain. EQ memberi rasa empati, cinta, motifasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. Sebagaimana dinyatakan Goleman, ”EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara efektif. Jika bagian-bagian otak yang merasa telah rusak, maka kita dapat berpikir efektif”.
Selain IQ dan EQ, ada “Q” ketiga yang terdapat dalam diri manusia, yaitu SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna-makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi. Untuk menumbuhkan kecerdasan siswa bisa dilakukan dengan menajamkan kualitas kecerdasan spiritual siswa melalui nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini. Seperti kejujuran, keadilan, kebajikan, kebersamaan, kesetiakawanan sosial dan lainnya. Sedangkan guru harus berusaha menjadi teladan bagi siwa, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan pendidikan SQ melalui kegiatan yang diikuti, tapi juga bisa meneladani sosok guru mereka.
Komponen kecerdasan emosional Goleman (2002: 513-514) mengemukakan bahwa ada lima aspek kecerdasan emosional, yaitu:
a. Pengenalan Diri atau Kesadaran diri Pengenalan Diri atau Kesadaran diri yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu dalam pengambilan keputusan bagi diri sendiri. Memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri serta memiliki kepercayaan diri yang kuat. Ditambahkan oleh 28 Goleman bahwa kesadaran diri memungkinkan pikiran rasional memberikan informasi penting untuk menyingkirkan suasana hati yang tidak menyenangkan. Pada saat yang bersamaan, kesadaran diri bisa membantu mengelola diri sendiri dan hubungan antarpersonal serta menyadari emosi dan pikiran sendiri. Semakin tinggi kesadaran, semakin pandai dalam menangani perilaku negatif diri sendiri. Ada beberapa cara untuk mengembangkan kekuatan dan kelemahan dalam pengenalan diri yaitu, introspeksi diri, mengendalikan diri, membangun kepercayaan diri, mengenal dan mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh teladan, dan berfikir positif dan optimis tentang diri sendiri. b. Pengendalian diri atau Pengaturan diri Pengendalian diri atau Pengaturan diri yaitu kemampuan seseorang menangani emosinya sendiri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Orang dengan kecakapan ini mampu mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsive dan emosi-emosi yang menekan mereka, tetap teguh, tetap positif, dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat, serta berfikir dengan jernih dan tetap fokus kendati dalam tekanan.
c. Motivasi diri Motivasi diri yaitu kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta mampu bertahan mengahadapi kegagalan dan frustrasi. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberikan perhatian, untuk memotifasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri dan untuk bereaksi. Kendati diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
d. Empati Empati yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya, dan mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe orang. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkanapa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
 e. Keterampilan sosial Keterampilan sosial yaitu kemampuan untuk mengendalikan emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan cermat, dapat berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan permasalahan dan bekerja sama dengan tim. 29 Keterampilan sosial merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Oarngorang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain, mereka adalah bintang-bintang pergaulan. Indikator kecerdasan emosional Yang menjadi indikator kecerdasan emosional adalah :
a. Pengenalan diri atau kesadaran diri
b. Pengendalian diri atau pengaturan diri
c. Motivasi
d. Empati keterampilan sosial
C.   Keharmonisan Keluarga
Dalam kehidupan rumah tangga atau sering disebut keluarga tentu akan merasakan berbagai macam hal yang mungkin belum dirasakan sebelumnya. Suasana baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Didalam kehidupan rumah tangga, tentu dibutuhkan yang namanya keharmonisan. Rumah tangga yang selalu terjaga keharmonisan tentu akan senantiasa awet dan langgeng hubungannya. Namun berbeda dengan hubungan rumah tangga yang tidak harmonis, setiap hari pasti ada suatu hal yang perlu dipertengkarkan dan akan berdampak kepada banyak orang terutama didalamkeluarga itu sendiri yang meliputi anak-anak yang akan menjadi korban dari itu semuanya.
Penyebab ketidak harmonisan keluarga pun bermacam-macam. Bisa karena tidak cocok nya setelah menikah dan punya keturunan. Bisa juga karena masalah ekonomi, masalah kasih sayang dan perhatian yang kurang, dan lain sebagainya. Untuk membuat kehidupan rumah tangga tetap harmonis, tentunya harus tetap menjaga komunikasi, kasih sayang, perhatian, dan juga rasa saling pengertian. Jika rumah tangga bisa hidup harmonis, pasti akan merasakan manfaatnya yang sungguh luar biasa yang mungkin belum dirasakan sebelumnya. Baik itu bermanfaat untuk kesehatan, kecantikan, dan tentunya kelanggengan.
Keluarga merupakan lingkungan dimana anak mengenal dunianya, walau sementara hanya sebatas anggota keluarga saja. Namun dari keluarga inilah seorang anak akan terbentuk perilakunya yang akan dibawa hingga dewasa dan bahkan sampai mati. Oleh karena itu keluarga harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tercipta kondisi yang aman, tenang, nyaman dalam keluarga yang akan membentuk perilaku yang baik setiap anggota keluarga. Sering kita temui keluarga merupakan jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dalam kehidupan sosial dimana ia sebagai orang dewasa kelak akan melakukan peranya. Dalam kebudayaan masayrakat jiwa seseorang akan dipandang dewasa ketika ia menika. Apabilah seseorang belum menika masayrakat harus memandangnya sebatas pemudi.
Keluarga dapat dipersatukan tampa ikatan pernikahan orang yang dipersatukan oleh ikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan anak, ikatan ini  mempunyai dasar hukum karena didasarkan suka sama suka atau saling mencintai . apabila terdapat kesadara atar keduanya untuk merawat dan membesarkan anak maka hubungan ini akan berlangsung selama tidak terjadi perpecahan.

No comments:

Post a Comment