1

loading...

Friday, November 23, 2018

MAKALAH FIQIH

MAKALAH FIQIH SHALAT JENAZAH



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan Zaman dan teknologi, banyak manusia yang tertipu oleh daya tarik dunia ini yang sesungguhnya dunia ini hanya tempat persinggahan kita yang sementara sedangkan tempat kita yang abadi dan kekal adalah di akhirat kelak. Banyak orang yang tidak percaya akan adanya akhirat sehingga menyepelekan masalah yang satu ini, ada pula yang dikarenakan perkembangan zaman hingga banyak orang melupakan akan akhirat sehingga kondisi seperti ini akan terjadi terus menerus dan turun menurun yang mengakibatkan rusaknya akidah-akidah Islam yang tidak lain yang merusaknya adalah orang Islam itu sendiri. Lain juga akan banyak generasi muda yang sebenarnya orang Islam tetapi tidak tahu bagaimana caranya mengurus jenazah. Bahkan ada yang tidak tahu bagaimana caranya sholat dan mengaji. Naudzubillahiminzalik. Permasalahan seperti diatas harus ditanggulangi sedalam mungkin dan mendapat perhatian khusus dari keluarga dan masyarakat.
B.     Rumusan
1.      Pengertian sholat jenazah,?
2.      Apa saja syarat-syarat sholat jenazah.?
3.      Rukun sholat jenazah.?
4.      Tata cara sholat,mengurus,menguburkan jenazah.?

BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Pengertian Sholat Jenazah
.           Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia, maka didak ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut.[1]
     B.     Syarat-syarat Sholat Jenazah
a.      Shalat jenazah sama halnya dengan sholat fardu/sunnah dalam hal diwajibkan menutupi aurat, suci dari hadasbesar/kecil, suci badan, suci pakaian dan tempatnya dan harus menghadap kiblat.
b.      Jenazah harus sudah dimandikan / disucikan dan dikafankan, jenazah diletakkan disebelah kiblat /didepan orang yang mensholatkan, kecuali kalau sholat dilakukan dikubur /shalat ghaib.[2  ]
      C.    Rukun Sholat Jenazah
a.       Berdiri Tegak
b.      Niat
c.       Takbir 4 kali termasuk takbiratulihram
d.      Membaca surah Al-Fatihah
e.       Membaca Sholawat
f.       Membaca doa
g.      Memberi salam yang pertama[3]
    D.    Tata Cara Sholat Jenazah
a.       Lafazh niat sholat jenazah
b.      Setelah Takbir pertama membaca surah Al-Fatiha
c.       Setelah takbir ke dua membaca sholawat kepada Nabi saw.(Allahumma Shalli’Alaa Muhammad)
d.      Setelah takbir ketiga membaca (Allahumagh firlahu warhamhu wa’aafihi wa’fuanhu.)
e.       Setelah takbir keempat membaca (Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinaa ba’dahu waghfirlana walahu.)
f.       Salam kekanan dan kekiri.[4]
     E.     Tata Cara Mengurus Jenazah
Jika ada orang muslim yang meninggal dunia yang segera harus dilakukan adalah segera mengurus / merawat jenazah dan mengurus harta peninggalannya. Adapun kewajiban terhadap jenazah ada 4 macam yaitu:
·           Memandikan Jenazah
Kewajiban yang pertama-tama adalah memandikannya, yang melakukan adalah keluarga terdekat, yaitu suami, atau istri, termasuk muhrim. Apabila dari keluarga yang terdekat tidak ada yang mampu, baru diserahkan kepada orang lain yang dapat dipercaya, sehingga dapat menjaga aib atau keganjilan-keganjilan yang ada pada si mayat. Untuk jenazah laki-laki, maka yang memandikan juga laki-laki, jika mayat perempuan yang memandikan juga perempuan.[5]
Syarat-syarat jenazah yang akan dimandikan antara lain:
1.      Jenazah oarang Islam.
2.      Anggota badannya masih utuh.
3.      Bukan karena mati syahid (mati dalam peperangan tidak dimandikan dan tidak dishalatkan)
Memandikan mayat, hukumnya fardhu kifayah. Memandikan mayat dengan cara sebagai berikut:
1)      Meletakkan mayat diatas dipan, siram dengan air sabun dan gosok-gosok sambil mengurut-urut perutnya agar kotoran keluar. Untuk membersihkan najis dari kubul dan dubur, sebaiknya mayat itu didudukkan sambil menekan dan memijit sedikit perutnya, agar sisa najis di dubur dan kubulnya keluar.
2)      Membersihkan segala kotoraan dari mulut, hidung dan telinga hingga bersih.
3)      Untuk membersihkan belakang mayat dimiringkan kekiri dan kanan hingga seluruh badan menjadi bersih.Siraman air yang terakhir dicampur dengan kapur barus agar steril dari kuman-kuman dan demikian pula perintah Rasulullah kepada para shahabiyat yang memandikan jenazah puteri beliau (tepatnya cucu perempuan beliau bernama Umaimah binti Zaenab RA), beliau bersabda:“Siramlah di akhir pencucian dengan air yang dicampur dengan kapur barus atau sedikit campur kapur barus” (H.R. Muslim dari Ummu Athiyyah Radiyallahu Anha)
4)      Selesai dimandikan dubur mayat disumbat dengan kapas untuk menjaga agar kotoran yang mungkin masih ada dalam perutnya tidak keluar lagi.[6]
5)      Setelah selesai dimandikan, tubuh mayat dikeringkan dengan handuk lalu dibaringkan di atas kain kafannya.[7]
      F.     Tata Cara menguburkan Jenazah
Telah disepakati kaum muslimin bahwa menguburkan jenazah merupakan fardhu kifayah. Adapun yang wajib dilakukan, paling sedikit dengan membaringkannnya dalam sebuah lubang lalu menutup kembali lubng tersebut dengan tanah,sehingga tidak terlihat lagi jasadnya,tidak tercium baunya,dan terhindar dari binatang buas dan sebagainya.Akan tetapi yang lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a)      Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah yang diperkirakan tidak akan tercium bau busuk dan aman bagi jenazah dari binatang buas.[8]
b)      Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad) , yaitu liang yang bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat,dan setelah jenazah dibaringkan disana,liang tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di tegakkan,kemudian di timbun dengan tanah.Akan tetapi jika tanah kuburan itu kurang keras,dan dikhawatirkan dapat longsor boleh juga menguburkan jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah lubang kemudian menutupinya dengan papan,ranting dan dedaunan seperti di atas.
c)      Ketika memasukkan mayit kedalam kubur,sebaiknya membaca Bismillah wa ‘ala millati Rasulillah atau Bismillah wa ‘alasunnati Rasulillah.Kemudian meletakannya dengan tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan dan wajahnya menghadap kiblat.Disamping itu,para ulama menganjurkan agar kepala si mayitdi letakkan diatas bantal dari tanah liat atau batu,kemudian ikatan-ikatan kafannya dilepaskan,dan bagian dari kafannya di pipinya dibuka sedikit agar pipinya itu menempel danga tanah. Dianjurkan pula bagi yang menghadiri penguburan,menebarkan sedikit tanah kearah kepala si mayit setelah dibaringkan kedalam kuburannya sebanyak 3 kali,sambil mengucapkan bagian dari ayat al-qur’an,pada kali pertama : Minha Khalaqnakum. pada yang kedua : wa fihanu’idukum (artinya : dan kepada tanah Kami mengembalikanmu); dan pada yang ketiga: wa minha nukhrijukum taratan ukhra(artinya :dan dari tanah pula kami mengeluarkanmu lagi).
d)     Selesai penguburannya,yaitu ketika lubang telah ditimbuni kembali dengan tanah,hendaknya mereka yang hadir mendo’akan bagi mayit tersebut dan memohon ampunan baginya dari Allah SWT.Sebagian ulama terutama dari kalangan madzhab Syafi’i,menganjurkan agar dibacakan talqin(do’a yang biasa di baca di atas kuburan guna menuntun si mayit untuk menjawab pertanyaan malaikat).
      G.    Dalil / Hadist Sholat Jenazah
Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa menghadiri jenazah sampai jenazah itu disalati, maka ia mendapatkan satu qirath. Dan barang siapa menghadirinya sampai jenazah itu dikuburkan, maka ia mendapatkan dua qirath. Ada yang bertanya: Apakah dua qirath itu? Rasulullah saw. bersabda: Sama dengan dua gunung yang besar.” (HR Abu Hurairah)
     H.    Hikmah Sholat Jenazah
a.       Dari abu hurairah ia berkata: Barangsiapa menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth. Apa yang dimaksud dua qiroth itu? Rasulullah menjawab. Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar.
b.      Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata “Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum muslim yang mencapai 100 orang lalu semuanya memberi syafaat (mendoakan kebaikan untuknya) maka syafaat doa mereka akan diperkenankan.
c.       Dari malik bin Hubairah ia berkata bahwa Tidaklah seorang muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum muslim melainkan doa mereka akan dikabulkan.

BAB III
PENUTUP  
       A.    Kesimpulan
Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia, maka didak ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut.
Apabila ada seorang muslim yang meninggal dunia maka kewajiban muslim yang lainnya adalah memandikannya, mengafaninya, dan menshalatkannya.
Adapun cara menguburkan jenazah adalah sebagai berikut:
·           Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah.
·           Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad).
·           Ketika memasukkan mayit kedalam kubur,sebaiknya membaca Bismillah wa ‘ala millati Rasulillah atau Bismillah wa ‘alasunnati Rasulillah.Kemudian meletakannya dengan tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan dan wajahnya menghadap kiblat.
B.     Saran
Kita sebagai sesama umat islam harus tetap saling membantu mengurus jenazah orang lain walaupun orang itu pernah mempunyai salah kepada kita ataupun menyakiti hati kita karena sesungguhnya mengurus jenazah itu adalah surah Rasul dan hendaknya kita mengikhlaskan semua hutang yang pernah dipinjam oleh orang yang meninggal dunia tersebut kepada kita serta memohonkan ampun bagi si mayit agar amal kebaikannya dapat diterima disisi-Nya.


[1] Mustafa kamal fasha,fiqih islam sesuai dengan putusan majelis tarjih.hlm.94.
[2] Moh Rifa’i,risalah tuntunan shalat lengkap,cet II ,Semarang:karya toha putra,2014.hal.73.
[3] Ibid.hal.73.
[4] Atho mudzhar,pendidikan Agama islam,cetakan IV,Jakarta:Direktorat pembinaan pendidikan agama islam,1992.hlm 78.
[5] Ibid.hal.37.
[6] Ali Hasan dan safi’i,pendidikan pengamalan ibadah,cetakan II:jakarta.direktor jendral pembinaan agama islam,1993.hal.181
[7] Ibid.hal.118.
[8] Ibid.hal.39.

No comments:

Post a Comment