MAKALAH MOBILITAS SOSIAL, FAKTOR, DAMPAK MOBILITAS SOSIAL, PERUBAHAN SOSIAL, FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas.
Setiap orang pasti mempuyai keinginan suatu kehidupan
yang berkecukupan, bahkan kalau mungkin berlebihan.
Keinginan-keinginan itu adalah normal. Semua orang pasti menginginkan status
dan kedudukan yang lebih tinggi dari yang pernah di capai oleh orang tua
mereka. Seperti halnya ketika kita bertanya pada anak-anak tentang apa yang
mereka cita-citakan mereka pasti akan mengatakan apa yang mereka cita-citakan
dan pastinya cita-cita tersebut berada di atas status atau kedudukan orang tua
dari anak tersebut, dimana kedudukan atau status yang di inginkan adalah yang
berkonotasi yang baik.
Di dalam masyarakat apa yang di cita-citakan, keinginan ataupun
impian dari seseorang untuk masa depan meraka tidak selalu belhasil atau gagal,
namun ada juga yang berhasil. Dalam peruses perjalan hidup seseorang tidaklah
selalu mulus akan ada banyak hambatan dalam mencapai keberhasilan tetapi
seseorang yang bersungguh-sungguh dalam berusaha dan doa maka akan
mendapatkan kemudahan dalam mencapai keberhasila. Dapat kita lihat sama
halnya dengan mobilitas sosial yang didalam tedapat dampak dan keuntunggannya,
adanya konsekuensi yang harus di tanggung dan manfaat yang bisa di ambil, dalam
segala hal pasti aka nada tahapan-tahpan yang harus di tempuh.
Pada masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena
keinginan untuk pencapaian status sosial yang lebih tinggi maupun pencapaian
penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan pendorong masyarakat
untuk melakukan mobilitas sosial demi tercapainya kesejahterahan hiudp. Namun
pada kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya
bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial
turun tanpa direncanakan yang dapat menurunkan status dan penghasilan
seseorang. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas dan menjabarkan
tentang Mobilitas Sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mobilitas
sosial?
2. Apa faktor mobilitas
sosial?
3. Apa dampak dari mobilitas
sosial?
4. Apa yang dimaksud dengan
perubahan sosial?
5. Apa faktor terjadinya
perubahan sosial?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui
pengertian mobilitas sosial.
2. Untuk mengetahui faktor
mobilitas sosial.
3. Untuk mengetahui dampak
dari mobiliotas sosial.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud
dengan perubahan sosial.
5.
Untuk mengetahui faktor terjadinya perubahan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mobilitas
Sosial
Mobilitas sosial atau gerakan
masyarakat, mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu dari kata movere yang
artinya memindahkan atau berpindah, sedangkan dalam bahasa inggris mobilitas
berasal dari kata mobility yang artinya gerakan. Sosial sendiri dalam kehidupan
kita sehari-hari sering kita hubungkan atau kita kaitkan dengan manusia dan
masyarakat sehingga sosial dapat di artikan masyarakat. Mobilitas sosial adalah
suatu gerakan atau pola-pola yang mengatur organisasi
suatu kelompok sosial.
Pengertian
Mobilitas Sosial Menurut Beberapa Ahli.
Beberapa ahli berpendapat tentang
mobilitas sosial. Menurut Kimbal Yoeng, ia mengatakan bahwa mobilitas sosial
adalah pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Kemudian menurut Henry Clay Smith, mobilitas sosial (gerakan sosial) ialah
gerakan dalam suatu setruktur sosial (hubungan antar individu dengan
kelompoknya). Dapat dilihat jaga pengertian mobilitas sosial menurut Haditono,
Haditono mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mobilitas sosial ialah
perpindahan seorang atau kelompok orang dari kedudukannya yang satu ke
kedudukan yang lain. Dimana kedudukan yang dimaksud kedudukan yang dapat
berarti situasi tempat, serta dapat juga berarti status.
Adanya pendapat dari Paul B. Horton
dan Charter L. Hunt mengatakan bahwa mobilitas sosial adalah gerak perpindahan
dari suatu kelas sosial kekelas sosial lainnya. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa mobilitas sosial dapat di artikan suatu gerakan atau perpindahan
individu dari suatu kedudukan ke kedudukan yang lainnya dalam
masyarakat. Dimana kedudukan yang baru dapat menjadi kedudukan yang lebih tinggi
atau lebih rendah.
B. Faktor Mobilitas Sosial
1. Faktor Fendorong dan Penghambat Mobilitas
Sosial
Faktor
penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor struktural,
yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus
diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur ini
meliputi, struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan faktor penunjang dan
penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua faktor individu, dalam hal ini
termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap
mobilitas, dan faktor kemujuran.
a.
Faktor
Struktural
Faktor struktural adalah jumlah
relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk
memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah
sebagai berikut :
b.
Struktur
Pekerjaan
Secara kasar aktivitas ekonomi
dibedakan dalam dua sektor, yaitu sektor formal dan sektor informal. Kedua
sektor tersebut tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, di mana sektor
fomal memiliki sejumlah kedudukan mulai dari rendah sampai kedudukan yang
tinggi sedangkan sektor informal lebih banyak memiliki kedudukan yang rendah
dan sedikit berstatus tinggi. Perbedaan aktivitas ekonomi ini jelas akan
mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat yang terlibat di dalamnya. .
c.
Ekonomi Ganda
Dilihat dari sudut ekonomi, suatu
masyarakat dapat ditandai atas dasar jiwa sosial, bentuk-bentuk organisasi dan
teknik-teknik yang mendukungnya. Ketiga unsur itu saling berkaitan dan
menentukan ciri khas dari masyarakat yang bersangkutan, maksudnya adalah bahwa
jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik yang unggul akan menetukan gaya dan
wajah masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu ketiga unsur ini, dalam
kaitan satu dengan yang lainnya dapat disebut sebagai sistem sosial, gaya
sosial, atau iklim sosial masyarakat yang bersangkutan.
2. Penunjang
dan Pengambat Mobilitas
Anak-anak yang berasal dari kelas
sosial menengah pada umumnya memiliki pengalaman belajar yang lebih menunjang
mobilitas naik daripada pengalaman anak-anak kelas sosial rendah. Para sarjana
teori konflik berpandangan bahwa ijazah, tes, rekomendasi, “jaringan hubungan
antar teman (merupakan jaringan hubungan antara teman-teman dekat dalam suatu
jenis profesi atau dunia usaha. Mereka saling tukar-menukar informasi dan
rekomendasi menyangkut kesempatan kerja, sehingga menyulitkan bagi orang-orang
luar” untuk dapat menerobosnya), dan deskriminasi terang-terangan terhadap
kelompok ras maupun kelompok etnik minoritas, serta orang-orang dari kelas
sosial rendah untuk melakukan mobilitas naik.
Di lain pihak, fakor penghambat
tersebut juga menutup kemungkinan terjadinya mobilitas menurun bagi kelompok
orang dari kelas sosial atas. Di samping faktor penghambat, terdapat pula
faktor penunjang mobilitas yang bersifat struktural, sebagai misal adanya
undang-undang anti deskriminasi, munculnya lembaga-lembaga latihan kerja baik
yang dibiayai oleh pemerintah atau LSM-LSM, merupakan faktor penunjang penting
untuk terjadinya mobilitas naik bagi banyak orang dari status sosial rendah.
a.
Faktor Individu
Perbedaan Kemampuan individu
memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan
dalam mobilitas sosial.
Perbedaan Perilaku yang
dimaksudkan dengan perilaku penunjang mobilitas adalah suatu pandangan atau
orientasi sikap individu terhadap mobilitas. Perbedaan orientasi sikap individu
terhadap mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu pendidikan,
kesenjangan nilai, kebiasaan kerja, pola penundaan kesenangan, kemampuan “cara
bermain”, dan pola kesenjangan nilai.
b.
Pendidikan
Pendidikan merupakan tangga
mobilitas yang utama. Walaupun kadar penting tidaknya pendidikan pada semua
jenjang pekerjaan tidaklah sama. Untuk jabatan-jabatan karir seperti dokter,
guru, ahli hukum, dan sebagainya, peran pendidikan sangatlah menunjang. Tetapi
latar belakang pendidikan seseorang mungkin tidak diperlukan untuk karir-karir
sebagai olahragawan, seniman penghibur, dan lain-lain. Namun yang pasti peran
pendidikan disini lebih menekankan pada upaya untuk mengembangkan kemampuan
seseorang untuk menyalurkan dan memanfatkan informasi sebagaimana yang
diperlukan.
c.
Kebiasaan Kerja
Kebiasaan kerja seseorang merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan dan masa depan
seseorang. Meskipun kerja keraslah tidaklah menjamin terjadinya mobilitas naik,
namun tidaknlah banyak orang yang dapat mengalami mobilitas naik tanpa adanya
kerja keras.
d.
Pola Penundaan
Kesenangan
Berakit-rakit ke hulu,
berenang-renang ke tepian-bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Ini
merupakan suatu pepatah yang menggambarkan pola penundaan kesenangan. Sebagai
contoh: para siswa yang lebih tekun membaca buku dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya, daripada bermain atau membuang waktu. Kunci daripada pola
penundaan kesenangan adalah adanya perencanaan untuk masa depan dan adanya
keinginan yang kuat untuk merealisasikan rencana tersebut.
e.
Kemampuan “Cara
Bermain”
“Cara bermain” dan atau seni “penampilan diri”
mempunyai peran penting dalam mobilitas naik. Bagaimana menjadi orang yang
sangat disenangi dan dapat diterima oleh lingkungannya; bagaimana menjadi orang
yang dapat bekerjasama dengan orang lain. Ini semua mungkin merupakan faktor
penting yang mempengaruhi keberhasilan penampilan diri secara positif bukanlah
berarti meremehkan kemampuan, namun justru melalui penampilan diri
merupakan sarana/media yang dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan kemampuan.
f.
Pola Kesenjangan
Nilai
Pola
kesenjangan nilai merupakan suatu perilaku dimana seseorang mempercayai segenap
nilai yang diakui, tetapi tidak melakukan upaya untuk mencapai sasarannya atau
mengakui kesalahan pribadi sebagai penyebab kegagalannya dalam mencapai
sasaran. Orang semacam ini mereka yang tidak
menyadari bahwa pola perilakunya tidak searah dengan tujuannya. Sebagai contoh:
hampir semua orang tua menginginkan anak-anaknya mempunyai prestasi yang baik
di sekolah, tetapi mereka mengabaikan nasihat-nasihat guru dan tidak menekankan
agar anak-anaknya belajar dengan baik di rumah.
3. Faktor Keberuntungan/Kemujuran
Banyak
orang yang benar-benar bekerja keras dan memenuhi semua persyaratan untuk
menjadi orang yang berhasil, namun tetap mengalami kegagalan; sebaliknya,
keberhasilan kadangkala justru jatuh pada orang lain yang jauh persyaratan.
Faktor keberuntungan/kemujuran ini jelas tidak mungkin dapat diukur dan
merupakan alasan umum bagi suatu kegagalan, namun faktor ini tetap tidak dapat
dipungkiri sebagai salah satu faktor dapat mobilitas.
Dari hal-hal
yang di jelaskan di bagian atas, lebih banyak berkisar tentang determinan
(faktor penentu mobilitas naik). Pada dasarnya semua
faktor penentu mobilitas naik adalah juga sebagai faktor penentu mobilitas
menurun.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial.Ada
beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor
penghambat itu antara lain sebagai berikut : Kemiskinan Faktor ekonomi
dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status
sosial tertentu merupakan hal sangat sulit.Diskriminasi Kelas Sistem kelas
terturup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya pembatasab
keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih
berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk
dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut
Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih
menjadi presiden Afrika Selatan.Perbedaan Ras dan Agama Dalam sistem kelas
tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas.
Dalam
agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya
berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.Perbedaan jenis kelamin (Gender)
Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi
lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala
mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam
masyarakat. Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang
sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses
mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang
berlaku. Perbedaan Kepentingan Adanya perbedaan kepentingan antarindividu
dalam sutu struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling
bersaing untuk memperebutkan sesuatu.
C. Dampak Mobilitas Sosial
Adapun dampak yang ditimbulkan dari mobilitas
sosial adalah:
1.
Dampak Positif
Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan
berprestasi agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi.
2. Dampak Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal
itu bisa berupa konflik. Dalam masyarakat banyak ragam konflik yang mungkin
terjadi akibat dari terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya konflik antar
kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain sebagainya. Sehingga akan
berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar kelompok.
D. Perubahan Sosial
Menurut Jocobus Ranjabar, perubahan sosial adalah proses dimana
terjadi perubahan struktur masyarakat yang berjalan dengan perubahan kebudayaan
dan fungsi suatu sistem sosial.
Perubahan sosial menurut
Gillin merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, baik karena
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideologi maupun karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia memang tidak bisa lepas dari
yang namanya perubahan. Sekalipun pada masyarakat yang primitif. Sedikit banyak
pada masyarakat tersebut mengalami perubahan baik disadari oleh masing-masing
individu atau tidak.
Orang-orang desa sudah mengenal perdagangan, alat-alat transport
modern, bahkan dapat mengikuti berita-berita mengenai daerah lain, melalui
televisi, dll.
Secara garis besar, perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor yang
berasal dari dalam masyarakat dan luar masyarakat itu sendiri. Diantara faktor
dari dalam masyarakat yaitu perubahan pada kondisi ekonomi, sosial, dan
perkembangan IPTEK. Adapun yang berasal dari luar masyarakat biasanya yang
terjadi diluar perencanaan manusia seperti bencana alam.
E. Faktor Perubahan Sosial
1. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial
a. Penemuan-penemuan
baru
Adanya penemuan teknologi baru
dalam bidang elektronik, seperti radio, TV, dll. Penemuan ini akan mempengaruhi
bidang media massa. Informasi yang sebelumnya menggunakan koran, sekarang bisa
menggunakan radio, TV, dan internet. Penemuan baru kapal terbang untuk perang,
membawa pengaruh untuk metode perang.
b.
Struktur sosial (perbedaan posisi
dan fungsi dalam masyarakat)
Salah satu cara yang berguna untuk meninjau penyebab perubahan
sosial adalah dengan memperhatikan struktur-struktur masyarakat dalam
melaksanakan aktivitas sebagai keseluruhan satuan atau sistem sosial.
c.
Inovasi
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap
baru oleh seseorang. Kebaruan inovasi itu diukur secara subyektif, menurut
pandangan individu yang menangkapnya. Jika suatu ide dianggap baru oleh
seseorang, maka itu adalah inovasi.
Semua inovasi mempunyai komponen ide, inovasi ada yang tidak
mempunyai wujud fisik, msalnya ideologi. Ada yang mempunyai wujud fisik,
seperti traktor, baygon, dll.
d.
Perubahan lingkungan hidup
Tidak seorangpun yang tidak mengatakan bahwa manusia tidak
terpengaruh oleh lingkungan hidup. Terjadi perubahan lingkungan hidup biasanya
karena bencana alam, seperti angin tofan, banjir, tsunami di Aceh, yang mana
menyebabkan masyarakatnya berpindah tempat dari tempat asal mereka tinggal ke
tempat yang di tuju. Sehingga mata pencaharian mereka pun berpindah, yang
asalnya nelayan menjadi petani atau buruh pabrik.
Satu contoh mahasiswa
yang kuliah di UINSA SURABAYA, yang merupakan penduduk urban, sedikit banyak
mahasiswa tersebut mengalami perubahan, baik itu gaya berpakaian, gaya
berbicara, dan sebagainya.
e.
Ukuran penduduk dan komposisi
penduduk
Berbicara mengenai
penduduk, maka tidak bisa lepas dari urbanisasi, dimana urbanisasi menimbulkan
kekosongan tenaga kerja di pedesaan, dan kepadatan tenaga kerja di perkotaan. Bila mana
suatu daerah telah dipadati penduduk, seperti halnya di Surabaya, maka terdapat
perubahan. Misalnya, kadar keramahtamahan berkurang, struktur kelembagaan akan
menjadi rumit, dll.
Komposisi penduduk di dunia terutama di Indonesia semakin
meningkat karena tingkat kelahiran semakin meningkat dan kematian rendah. Hal
ini mengakibatkan dibeberapa negara harus membuat peraturan tentang mempunyai
anak dua sudah cukup seperti halnya di negara China dan Indonesia yang
pemerintahannya menerapkan program KB, guna mencegah agar penduduknya
tidak mengalami pembludakan. Digunakannya program tersebut merupakan
perubahan.
2.
Faktor-faktor yang menghambat
perubahan sosial
a.
Kurangnya hubungan antara masyarakat
satu dengan yang lain
Kurangnya hubungan antara masyarakat satu dengan yang lain akan
berakibat ketidaktahuan masyarakat ini terhadap perkembangan-perkembangan
sosial yang dialami oleh masyarakat lainnya. Masyarakat seperti ini juga
disebut masyarakat yang ketinggalan zaman. Masyarakat seperti ini bisanya
dialami oleh masyarakat yang terisolasi kehidupan sosialnya, baik secara
geografis (terpencil), atau secara kultural (karena tidak mau mengadopsi
budaya lain).
b.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang
terlambat
Perkembangan ilmu
pengetahuan yang terlambat biasanya juga terjadi pada daerah yang terisolasi,
atau juga karena kebodohan masyarakat yang bersifat struktural (proses
pembodohan) yang dilakukan oleh kelompok penjajah pada suatu daerah.
c.
Sikap masyarakat yang tradisional
Sikap masyarakat yang
tradisional biasanya terjadi pada masyarakat yang konservatif, kaum konservatif
merupakan kaum yang terlalu mengagung-agungkan kebudayaan masa lampau, yang
bersifat adiluhung, mulia, patut, layak, sehingga kebudayaan ini harus
dipertahankan mati-matian. Siapapun yang hendak melakukan perubahan akan
dianggap oleh mereka sebagai bentuk penyimpangan.
d.
Prasangka terhadap hal-hal baru
atau asing (sikap tertutup)
Pada saat Elly M Setiadi
dan Usman Kolip (penulis buku) mengadakan penelitian di desa Ngradin, kecamatan
Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ada kehidupan masyarakat yang masih
enggan mengenakan pakaian celana panjang, tidak mau membayar pajak kepada
negara, dan tidak mau menyekolahkan anak-anaknya. Hal ini
dilatarbelakangi oleh image masyarakat setempat bahwa melakukan
hal-hal tersebut adalah mengikuti pola penjajah Belanda. Oleh karena itu mereka
tidak mau melakukan hal-hal tersebut. Segala sesuatu yang berbau modern selalu
dikatakan sebagai warisan dari penjajah Belanda yang pernah menjajahnya.
e.
Hambatan-hanbatan yang bersifat
ideologis
Ideologi merupakan harga mati bagi komunitas tertentu. seperti
ideologi agama dan ideologi bangsa. Misalnya dalam norma-norma Islam ada
sebagian umat Islam yang berpegang teguh bahwa “bunga pinjaman” adalah haram.,
sementara dalam konsep pemikiran ekonomi modern, bahwa pinjam-meminjam uang
dikategorikan sebagai pinjaman modal usaha. Akan masuk akal jika uang yang
dianggap modal dipinjamkan ke orang lain harus diikuti dengan pembayaran bunga
modal, sebab bila uang yang dipinjam seseorang ini diputar untuk dijadikan
modal usaha tentu akan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian bunga modal
akan terhitung sebagai keuntungan dalam melakukan usaha atas modal tersebut
seandainya uang tersebut diputar sendiri.
Akan tetapi tidak semudah itu dapat diterima oleh ideologi Islam
yang tetap berpegang teguh pada pemahaman bahwa bunga pinjaman itu haram.
f.
Masyarakat yang bersifat apatis
Pandangan dari masyarakat
yang bersifat apatis yaitu nilai hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak
mungkin diperbaiki, sehingga diubah dalam bentuk apapun mereka selalu
beranggapan mustahil mengubah kehidupannya.
Mereka beranggapan bahwa proses jalannya kehidupan ini seperti
wayang, dimana baik buruknya mereka tidak lepas dari bagaimana dalang
memainkannya. Mereka beranggapan bahwa kehidupan ini merupakan proses ilahiyah,
sehingga apapun bentuknya harus diterima sebagai sebuah kenyataan yang tidak
bisa diingkari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mobilitas
sosial dapat di artikan suatu gerakan atau perpindahan individu dari
suatu kedudukan ke kedudukan yang lainnya dalam masyarakat. Dimana kedudukan
yang baru dapat menjadi kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah.Secara singkat Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial
merupakan modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia yang
terjadi karena sebab-sebab intern maupun ekstern.
2.
Faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal,
pertama faktor struktural, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari
kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor
struktur ini meliputi, struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan faktor penunjang
dan penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua faktor individu, dalam hal ini
termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap
mobilitas, dan faktor kemujuran.
3.
Adapun dampak yang
ditimbulkan dari mobilitas sosial adalah: dampak positif (bisa memberikan motivasi bagi
masyarakat untuk maju dan berprestasi agar dapat memperoleh status
yang lebih tinggi) dan dampak negatif (setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal
itu bisa berupa konflik).
4.
Menurut Jocobus Ranjabar, perubahan
sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur masyarakat yang berjalan
dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu sistem sosial.
5. Faktor-faktor
yang menyebabkan perubahan sosial : penemuan-penemuan
baru, struktur sosial (perbedaan posisi dan
fungsi dalam masyarakat), inovasi, perubahan lingkungan hidup dan ukuran penduduk dan komposisi
penduduk.
6.
Faktor-faktor yang menghambat perubahan
sosial : kurangnya hubungan antara masyarakat satu dengan yang lain, perkembangan
ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang tradisional, prasangka
terhadap hal-hal baru atau asing (sikap tertutup), hambatan-hanbatan yang
bersifat ideologis dan masyarakat yang bersifat apatis.
B. Kritik dan Saran
Demikian pembahasan makalah yang dapat kami susun. Pemakalah
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan.
Karenanya, sudilah kiranya pembaca budiman berkenan memberikan saran guna
perbaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amal Taufiq dkk. 2013. Pengantar
Sosiologi, Surabaya: CV. Mitra Media Nusantara.
Elly M Setiadi. 2011. Usman
Kolip, Pengantar Sosiologi, Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP.
Jocobus Ranjabar. 2001. Perubahan
Sosial Dalam Teori Makro Pendekatan Realitas Sosial. Bandung:
Alfabeta.
Paul B. Horton ; Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi.
Edisi Ke-6. Jilid 2.
Soerjono Soekanto. 1986. Sosiologi Sebuah Pengantar. Edisi ke-2. Jakarta : Rajawali Pers.
No comments:
Post a Comment