1

loading...

Thursday, November 8, 2018

MAKALAH MOBILITAS SOSIAL, FAKTOR, DAMPAK MOBILITAS SOSIAL, PERUBAHAN SOSIAL, FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL

MAKALAH MOBILITAS SOSIAL, FAKTOR, DAMPAK MOBILITAS SOSIAL, PERUBAHAN SOSIAL, FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Setiap orang pasti mempuyai keinginan suatu kehidupan yang  berkecukupan, bahkan kalau mungkin berlebihan. Keinginan-keinginan itu adalah normal. Semua orang pasti menginginkan status dan kedudukan yang lebih tinggi dari yang pernah di capai oleh orang tua mereka. Seperti halnya ketika kita bertanya pada anak-anak tentang apa yang mereka cita-citakan mereka pasti akan mengatakan apa yang mereka cita-citakan dan pastinya cita-cita tersebut berada di atas status atau kedudukan orang tua dari anak tersebut, dimana kedudukan atau status yang di inginkan adalah yang berkonotasi yang baik.
Di dalam masyarakat apa yang di cita-citakan, keinginan ataupun impian dari seseorang untuk masa depan meraka tidak selalu belhasil atau gagal, namun ada juga yang berhasil. Dalam peruses perjalan hidup seseorang tidaklah selalu mulus akan ada banyak hambatan dalam mencapai keberhasilan tetapi seseorang yang bersungguh-sungguh dalam berusaha dan doa  maka akan mendapatkan kemudahan dalam mencapai keberhasila. Dapat kita lihat sama halnya dengan mobilitas sosial yang didalam tedapat dampak dan keuntunggannya, adanya konsekuensi yang harus di tanggung dan manfaat yang bisa di ambil, dalam segala hal pasti aka nada tahapan-tahpan yang harus di tempuh.
Pada masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena keinginan untuk pencapaian status sosial yang lebih tinggi maupun pencapaian penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan pendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial demi tercapainya kesejahterahan hiudp. Namun pada kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial turun tanpa direncanakan yang dapat menurunkan status dan penghasilan seseorang. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas dan menjabarkan tentang Mobilitas Sosial.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mobilitas sosial?
2.      Apa faktor mobilitas sosial?
3.      Apa dampak dari mobilitas sosial?
4.      Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial?
5.      Apa faktor terjadinya perubahan sosial?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian mobilitas sosial.
2.      Untuk mengetahui faktor mobilitas sosial.
3.      Untuk mengetahui dampak dari mobiliotas sosial.
4.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perubahan sosial.
5.      Untuk mengetahui faktor terjadinya perubahan sosial.



















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial atau gerakan masyarakat, mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu dari kata movere yang artinya memindahkan atau berpindah, sedangkan dalam bahasa inggris mobilitas berasal dari kata mobility yang artinya gerakan. Sosial sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari sering kita hubungkan atau kita kaitkan dengan manusia dan masyarakat sehingga sosial dapat di artikan masyarakat. Mobilitas sosial adalah suatu  gerakan atau  pola-pola yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Pengertian Mobilitas Sosial Menurut Beberapa Ahli.
Beberapa ahli berpendapat tentang mobilitas sosial. Menurut Kimbal Yoeng, ia mengatakan bahwa mobilitas sosial adalah pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Kemudian menurut Henry Clay Smith, mobilitas sosial (gerakan sosial) ialah gerakan dalam suatu setruktur sosial (hubungan antar individu dengan kelompoknya). Dapat dilihat jaga pengertian mobilitas sosial menurut Haditono, Haditono mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mobilitas sosial ialah perpindahan seorang atau kelompok orang dari kedudukannya yang satu ke kedudukan yang lain. Dimana kedudukan yang dimaksud kedudukan yang dapat berarti situasi tempat, serta dapat juga berarti status.
Adanya pendapat dari Paul B. Horton dan Charter L. Hunt mengatakan bahwa mobilitas sosial adalah gerak perpindahan dari suatu kelas sosial kekelas sosial lainnya. Sehingga dapat di simpulkan bahwa mobilitas sosial dapat di artikan suatu gerakan atau perpindahan individu  dari suatu kedudukan ke kedudukan yang lainnya dalam masyarakat. Dimana kedudukan yang baru dapat menjadi kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah.

B.     Faktor Mobilitas Sosial
1.      Faktor Fendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor struktural, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur ini meliputi, struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan faktor penunjang dan penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua faktor individu, dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap mobilitas, dan faktor kemujuran.
a.       Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
b.      Struktur Pekerjaan
Secara kasar aktivitas ekonomi dibedakan dalam dua sektor, yaitu sektor formal dan sektor informal. Kedua sektor tersebut tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, di mana sektor fomal memiliki sejumlah kedudukan mulai dari rendah sampai kedudukan yang tinggi sedangkan sektor informal lebih banyak memiliki kedudukan yang rendah dan sedikit berstatus tinggi. Perbedaan aktivitas ekonomi ini jelas akan mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat yang terlibat di dalamnya. .
c.       Ekonomi Ganda
Dilihat dari sudut ekonomi, suatu masyarakat dapat ditandai atas dasar jiwa sosial, bentuk-bentuk organisasi dan teknik-teknik yang mendukungnya. Ketiga unsur itu saling berkaitan dan menentukan ciri khas dari masyarakat yang bersangkutan, maksudnya adalah bahwa jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik yang unggul akan menetukan gaya dan wajah masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu ketiga unsur ini, dalam kaitan satu dengan yang lainnya dapat disebut sebagai sistem sosial, gaya sosial, atau iklim sosial masyarakat yang bersangkutan.
2.      Penunjang dan Pengambat Mobilitas
Anak-anak yang berasal dari kelas sosial menengah pada umumnya memiliki pengalaman belajar yang lebih menunjang mobilitas naik daripada pengalaman anak-anak kelas sosial rendah. Para sarjana teori konflik berpandangan bahwa ijazah, tes, rekomendasi, “jaringan hubungan antar teman (merupakan jaringan hubungan antara teman-teman dekat dalam suatu jenis profesi atau dunia usaha. Mereka saling tukar-menukar informasi dan rekomendasi menyangkut kesempatan kerja, sehingga menyulitkan bagi orang-orang luar” untuk dapat menerobosnya), dan deskriminasi terang-terangan terhadap kelompok ras maupun kelompok etnik minoritas, serta orang-orang dari kelas sosial rendah untuk melakukan mobilitas naik.
Di lain pihak, fakor penghambat tersebut juga menutup kemungkinan terjadinya mobilitas menurun bagi kelompok orang dari kelas sosial atas. Di samping faktor penghambat, terdapat pula faktor penunjang mobilitas yang bersifat struktural, sebagai misal adanya undang-undang anti deskriminasi, munculnya lembaga-lembaga latihan kerja baik yang dibiayai oleh pemerintah atau LSM-LSM, merupakan faktor penunjang penting untuk terjadinya mobilitas naik bagi banyak orang dari status sosial rendah.
a.       Faktor Individu
Perbedaan Kemampuan individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial. 
Perbedaan Perilaku yang dimaksudkan dengan perilaku penunjang mobilitas adalah suatu pandangan atau orientasi sikap individu terhadap mobilitas. Perbedaan orientasi sikap individu terhadap mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu pendidikan, kesenjangan nilai, kebiasaan kerja, pola penundaan kesenangan, kemampuan “cara bermain”, dan pola kesenjangan nilai.
b.      Pendidikan
Pendidikan merupakan tangga mobilitas yang utama. Walaupun kadar penting tidaknya pendidikan pada semua jenjang pekerjaan tidaklah sama. Untuk jabatan-jabatan karir seperti dokter, guru, ahli hukum, dan sebagainya, peran pendidikan sangatlah menunjang. Tetapi latar belakang pendidikan seseorang mungkin tidak diperlukan untuk karir-karir sebagai olahragawan, seniman penghibur, dan lain-lain. Namun yang pasti peran pendidikan disini lebih menekankan pada upaya untuk mengembangkan kemampuan seseorang untuk menyalurkan dan memanfatkan informasi sebagaimana yang diperlukan.
c.       Kebiasaan Kerja
Kebiasaan kerja seseorang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan dan masa depan seseorang. Meskipun kerja keraslah tidaklah menjamin terjadinya mobilitas naik, namun tidaknlah banyak orang yang dapat mengalami mobilitas naik tanpa adanya kerja keras.
d.      Pola Penundaan Kesenangan
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian-bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Ini merupakan suatu pepatah yang menggambarkan pola penundaan kesenangan. Sebagai contoh: para siswa yang lebih tekun membaca buku dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, daripada bermain atau membuang waktu. Kunci daripada pola penundaan kesenangan adalah adanya perencanaan untuk masa depan dan adanya keinginan yang kuat untuk merealisasikan rencana tersebut.
e.       Kemampuan “Cara Bermain”
 “Cara bermain” dan atau seni “penampilan diri” mempunyai peran penting dalam mobilitas naik. Bagaimana menjadi orang yang sangat disenangi dan dapat diterima oleh lingkungannya; bagaimana menjadi orang yang dapat bekerjasama dengan orang lain. Ini semua mungkin merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan penampilan diri secara positif bukanlah berarti meremehkan kemampuan,  namun justru melalui penampilan diri merupakan sarana/media yang dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan kemampuan.

f.       Pola Kesenjangan Nilai
Pola kesenjangan nilai merupakan suatu perilaku dimana seseorang mempercayai segenap nilai yang diakui, tetapi tidak melakukan upaya untuk mencapai sasarannya atau mengakui kesalahan pribadi sebagai penyebab kegagalannya dalam mencapai sasaran. Orang semacam ini mereka yang tidak menyadari bahwa pola perilakunya tidak searah dengan tujuannya. Sebagai contoh: hampir semua orang tua menginginkan anak-anaknya mempunyai prestasi yang baik di sekolah, tetapi mereka mengabaikan nasihat-nasihat guru dan tidak menekankan agar anak-anaknya belajar dengan baik di rumah.
3.      Faktor Keberuntungan/Kemujuran
Banyak orang yang benar-benar bekerja keras dan memenuhi semua persyaratan untuk menjadi orang yang berhasil, namun tetap mengalami kegagalan; sebaliknya, keberhasilan kadangkala justru jatuh pada orang lain yang jauh persyaratan. Faktor keberuntungan/kemujuran ini jelas tidak mungkin dapat diukur dan merupakan alasan umum bagi suatu kegagalan, namun faktor ini tetap tidak dapat dipungkiri sebagai salah satu faktor dapat mobilitas.
Dari hal-hal yang di jelaskan di bagian atas, lebih banyak berkisar tentang determinan (faktor penentu mobilitas naik). Pada dasarnya semua faktor penentu mobilitas naik adalah juga sebagai faktor penentu mobilitas menurun.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial.Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut : Kemiskinan Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit.Diskriminasi Kelas Sistem kelas terturup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan. seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.Perbedaan Ras dan Agama Dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas.
Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.Perbedaan jenis kelamin (Gender) Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat. Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku. Perbedaan Kepentingan Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu. 

C.    Dampak Mobilitas Sosial
Adapun dampak yang ditimbulkan dari mobilitas sosial adalah:  
1.      Dampak Positif
Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi  agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi.
2.      Dampak Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu bisa berupa konflik. Dalam masyarakat banyak ragam konflik yang mungkin terjadi akibat dari terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya konflik antar kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain sebagainya. Sehingga akan berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar kelompok.


D.    Perubahan Sosial
Menurut Jocobus Ranjabar, perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur masyarakat yang berjalan dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu sistem sosial.
Perubahan sosial menurut Gillin merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia memang tidak bisa lepas dari yang namanya perubahan. Sekalipun pada masyarakat yang primitif. Sedikit banyak pada masyarakat tersebut mengalami perubahan baik disadari oleh masing-masing individu atau tidak.
Orang-orang desa sudah mengenal perdagangan, alat-alat transport modern, bahkan dapat mengikuti berita-berita mengenai daerah lain, melalui televisi, dll.
Secara garis besar, perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam masyarakat dan luar masyarakat itu sendiri. Diantara faktor dari dalam masyarakat yaitu perubahan pada kondisi ekonomi, sosial, dan perkembangan IPTEK. Adapun yang berasal dari luar masyarakat biasanya yang terjadi diluar perencanaan manusia seperti bencana alam.

E.     Faktor Perubahan Sosial
1.      Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial
a.       Penemuan-penemuan baru
Adanya penemuan teknologi baru dalam bidang elektronik, seperti radio, TV, dll. Penemuan ini akan mempengaruhi bidang media massa. Informasi yang sebelumnya menggunakan koran, sekarang bisa menggunakan radio, TV, dan internet. Penemuan baru kapal terbang untuk perang, membawa pengaruh untuk metode perang.
b.      Struktur sosial (perbedaan posisi dan fungsi dalam masyarakat)
Salah satu cara yang berguna untuk meninjau penyebab perubahan sosial adalah dengan memperhatikan struktur-struktur masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sebagai keseluruhan satuan atau sistem sosial.
c.       Inovasi
Inovasi adalah gagasan,  tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Kebaruan inovasi itu diukur secara subyektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang, maka itu adalah inovasi.
Semua inovasi mempunyai komponen ide, inovasi ada yang tidak mempunyai wujud fisik, msalnya ideologi. Ada yang mempunyai wujud fisik, seperti traktor, baygon, dll.
d.      Perubahan lingkungan hidup
Tidak seorangpun yang tidak mengatakan bahwa manusia tidak terpengaruh oleh lingkungan hidup. Terjadi perubahan lingkungan hidup biasanya karena bencana alam, seperti angin tofan, banjir, tsunami di Aceh, yang mana menyebabkan masyarakatnya berpindah tempat dari tempat asal mereka tinggal ke tempat yang di tuju. Sehingga mata pencaharian mereka pun berpindah, yang asalnya nelayan menjadi petani atau buruh pabrik.
Satu contoh mahasiswa yang kuliah di UINSA SURABAYA, yang merupakan penduduk urban, sedikit banyak mahasiswa tersebut mengalami perubahan, baik itu gaya berpakaian, gaya berbicara, dan sebagainya.
e.       Ukuran penduduk dan komposisi penduduk
Berbicara mengenai penduduk, maka tidak bisa lepas dari urbanisasi, dimana urbanisasi menimbulkan kekosongan tenaga kerja di pedesaan, dan kepadatan tenaga kerja di perkotaan. Bila mana suatu daerah telah dipadati penduduk, seperti halnya di Surabaya, maka terdapat perubahan. Misalnya, kadar keramahtamahan berkurang, struktur kelembagaan akan menjadi rumit, dll.
Komposisi penduduk di dunia terutama di Indonesia semakin meningkat karena tingkat kelahiran semakin meningkat dan kematian rendah. Hal ini mengakibatkan dibeberapa negara harus membuat peraturan tentang mempunyai anak dua sudah cukup seperti halnya di negara China dan Indonesia yang pemerintahannya menerapkan program KB, guna mencegah agar penduduknya tidak  mengalami pembludakan. Digunakannya program tersebut merupakan perubahan.
2.      Faktor-faktor yang menghambat perubahan sosial
a.       Kurangnya hubungan antara masyarakat satu dengan yang lain
Kurangnya hubungan antara masyarakat satu dengan yang lain akan berakibat ketidaktahuan masyarakat ini terhadap perkembangan-perkembangan sosial yang dialami oleh masyarakat lainnya. Masyarakat seperti ini juga disebut masyarakat yang ketinggalan zaman. Masyarakat seperti ini bisanya dialami oleh masyarakat yang terisolasi kehidupan sosialnya, baik secara geografis (terpencil), atau secara  kultural (karena tidak mau mengadopsi budaya lain).
b.      Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat biasanya juga terjadi pada daerah yang terisolasi, atau juga karena kebodohan masyarakat yang bersifat struktural (proses pembodohan) yang dilakukan oleh kelompok penjajah pada suatu daerah.
c.       Sikap masyarakat yang tradisional
Sikap masyarakat yang tradisional biasanya terjadi pada masyarakat yang konservatif, kaum konservatif merupakan kaum yang terlalu mengagung-agungkan kebudayaan masa lampau, yang bersifat adiluhung, mulia, patut, layak, sehingga kebudayaan ini harus dipertahankan mati-matian. Siapapun yang hendak melakukan perubahan akan dianggap oleh mereka sebagai bentuk penyimpangan.
d.      Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing (sikap tertutup)
Pada saat Elly M Setiadi dan Usman Kolip (penulis buku) mengadakan penelitian di desa Ngradin, kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ada kehidupan masyarakat yang masih enggan mengenakan pakaian celana panjang, tidak mau membayar pajak kepada negara, dan tidak mau menyekolahkan anak-anaknya. Hal ini dilatarbelakangi oleh image masyarakat setempat bahwa melakukan hal-hal tersebut adalah mengikuti pola penjajah Belanda. Oleh karena itu mereka tidak mau melakukan hal-hal tersebut. Segala sesuatu yang berbau modern selalu dikatakan sebagai warisan dari penjajah Belanda yang pernah menjajahnya.
e.       Hambatan-hanbatan yang bersifat ideologis
Ideologi merupakan harga mati bagi komunitas tertentu. seperti ideologi agama dan ideologi bangsa. Misalnya dalam norma-norma Islam ada sebagian umat Islam yang berpegang teguh bahwa “bunga pinjaman” adalah haram., sementara dalam konsep pemikiran ekonomi modern, bahwa pinjam-meminjam uang dikategorikan sebagai pinjaman modal usaha. Akan masuk akal jika uang yang dianggap modal dipinjamkan ke orang lain harus diikuti dengan pembayaran bunga modal, sebab bila uang yang dipinjam seseorang ini diputar untuk dijadikan modal usaha tentu akan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian bunga modal akan terhitung sebagai keuntungan dalam melakukan usaha atas modal tersebut seandainya uang tersebut diputar sendiri.
Akan tetapi tidak semudah itu dapat diterima oleh ideologi Islam yang tetap berpegang teguh pada pemahaman bahwa bunga pinjaman itu haram.
f.       Masyarakat yang bersifat apatis
Pandangan dari masyarakat yang bersifat apatis yaitu nilai hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki, sehingga diubah dalam bentuk apapun mereka selalu beranggapan mustahil mengubah kehidupannya.
Mereka beranggapan bahwa proses jalannya kehidupan ini seperti wayang, dimana baik buruknya mereka tidak lepas dari bagaimana dalang memainkannya. Mereka beranggapan bahwa kehidupan ini merupakan proses ilahiyah, sehingga apapun bentuknya harus diterima sebagai sebuah kenyataan yang tidak bisa diingkari.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Mobilitas sosial dapat di artikan suatu gerakan atau perpindahan individu  dari suatu kedudukan ke kedudukan yang lainnya dalam masyarakat. Dimana kedudukan yang baru dapat menjadi kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah.Secara singkat Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab intern maupun ekstern.
2.      Faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor struktural, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur ini meliputi, struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan faktor penunjang dan penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua faktor individu, dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap mobilitas, dan faktor kemujuran.
3.      Adapun dampak yang ditimbulkan dari mobilitas sosial adalah:  dampak positif (bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi  agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi) dan dampak negatif (setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu bisa berupa konflik).
4.      Menurut Jocobus Ranjabar, perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur masyarakat yang berjalan dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu sistem sosial.
5.      Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial : penemuan-penemuan baru, struktur sosial (perbedaan posisi dan fungsi dalam masyarakat), inovasi, perubahan lingkungan hidup dan ukuran penduduk dan komposisi penduduk.
6.      Faktor-faktor yang menghambat perubahan sosial : kurangnya hubungan antara masyarakat satu dengan yang lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang tradisional, prasangka terhadap hal-hal baru atau asing (sikap tertutup), hambatan-hanbatan yang bersifat ideologis dan masyarakat yang bersifat apatis.

B.     Kritik dan Saran
Demikian pembahasan makalah yang dapat kami susun. Pemakalah menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan. Karenanya, sudilah kiranya pembaca budiman berkenan memberikan saran guna perbaikan makalah ini kedepannya. 

DAFTAR PUSTAKA

Amal Taufiq dkk. 2013. Pengantar Sosiologi, Surabaya: CV. Mitra Media Nusantara.
Elly M Setiadi. 2011. Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
Jocobus Ranjabar. 2001. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro Pendekatan Realitas Sosial. Bandung: Alfabeta.
Paul B. Horton ; Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi. Edisi Ke-6. Jilid 2.
Soerjono Soekanto. 1986.  Sosiologi Sebuah Pengantar. Edisi ke-2. Jakarta : Rajawali Pers.

No comments:

Post a Comment