1

loading...

Monday, November 26, 2018

MAKALAH EKONOMI SYARI'AH

MAKALAH PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dinyatakan secara eksplisit bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat dilihat dari asek ekonominya, dapat diukur dengan pendapatan nasional (PN) per kapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional (PN), pertumbuhan ekonomi, diukur dengan pertumbuhan PDB, menjadi salah satu target penting yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi.
Oleh karena itu, tidak heran jika pada awal pembangunan ekonomi, umumnya banyak Negara perencanaan pembangunan ekonomi lebih berorientasi pada pertumbuhan, bukan distribusi pendapatan.  Memang untuk Negara seperti Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar, di tambah lagi dengan kenyataan bahwa pada awal pembangunan ( awal era Soeharto) proporsi dari jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan masih sangat besar, pertumbuhan ekonomi sangat penting sebagai prioritas pembangunan jangka pendek. Tingkat pertumbuhan ekonomi harus lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk, agar peningkatan pendapatan per kapita dapat tercapai.
Selain pertumbuhan, proses pembangunan ekonomi juga akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Dari sisi permintaan agregat, perubahan atau yang dimaksud dengan ‘pendalaman’ struktur ekonomi terjadi terutama didorong oleh peningkatan pendapatan. Sedangkan dari  sisi penawaran agregat, faktor-faktor pendorong utama adalah perubahan/kemajuan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), dan penemuan material-material baru untuk produksi. Jadi, secara hipotesis dapat diduga adanya suatu korelasi positif antara pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi. Paling tidak dalam periode jangka panjang partumbuhan yang berkesinambungan membawa perubahan struktur ekonomi lewat efek dari sisi permintaan (peningkatan pendapatan masyarakat) dan pada gilirannya pertumbuhan tersebut menjadi faktor pemicu pertumbuhan ekonomi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Produk Domestik Bruto (PDB) Dan Pendapatan Nasional ?
2.      Bagaimana Pertumbuhan Dalam Perhitungan Dan Teori ?
3.      Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi Sejak Pelita Satu ?
4.      Bagaimana Faktor - Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ?
5.      Bagaimana Perubahan Struktur Ekonomi ?

C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Apa Produk Domestik Bruto (PDB) Dan Pendapatan Nasional
2.      Untuk Mengetahui Bagaimana Pertumbuhan Dalam Perhitungan Dan Teorui
3.      Untuk Mengetahui Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi Sejak Pelita Satu
4.      Untuk Mengetahui Bagaimana Faktor - Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
5.      Untuk Mengetahui Bagaimana Perubahan Struktur Ekonomi

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Produk Domestik Bruto (PDB) Dan Pendapatan Nasional
1.      Produk Domestik Bruto (PDB)
Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian berlangsung dengan baik atau buruk. Indikator dalam menilai perekonomian tersebut harus dapat digunakan untuk mengetahui total pendapatan yang diperoleh semua orang dalam perekonomian. Indikator yang pas dan sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Selain itu, PDB juga mengukur dua hal pada saat bersamaan : total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan PDB dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran.
Pengertian dari PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir (final) yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode. Namun, dalam PDB terdapat beberapa hal yang tidak disertakan seperti nilai dari semua kegiatan yang terjadi di luar pasar, kualitas lingkungan dan distribusi pendapatan. Oleh sebab itu, PDB per kapita yang merupakan besarnya PDB apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk di suatu negara merupakan alat yang lebih baik yang dapat memberitahukan kita apa yang terjadi pada rata – rata penduduk, standar hidup dari warga negaranya.
Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic Product) merupakan statistika perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. Hal yang mendasarinya karena PDB mengukur dua hal pada saat bersamaan : total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan PDB dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran.
Kita dapat menghitung PDB perekonomian dengan menggunakan salah satu dari dua cara : menambahkan semua pengeluaran rumah tangga atau menambahkan semua pendapatan (upah, sewa dan keuntungan) yang dibayar perusahaan. Namun, dalam hal ini yang terpenting adalah tahu mengenai fungsi PDB dalam perekonomian, apa yang dapat diukur dan yang tidak, komponen dan jenis serta hubungan PDB dengan kesejahteraan. Dalam hal pengukuran, PDB mencoba menjadi ukuran yang meliputi banyak hal, termasuk di dalamnya adalah barang – barang yang diproduksi dalam perekonomian dan dijual secara legal di pasaran. PDB juga memasukkan nilai pasar dari jasa perumahan pada perekonomian. PDB meliputi barang yang dapat dihitung (makanan, pakaian, mobil) maupun jasa yang tidak dapat dihitung (potong rambut, pembersihan rumah, kunjungan ke dokter). PDB mengikutsertakan barang dan jasa yang sedang diproduksi. PDB mengukur nilai produksi dalam batas geografis sebuah negara. PDB mengukur nilai produksi yang terjadi sepanjang suatu interval waktu. Biasanya, interval tersebut adalah setahun atau satu kuartal (tiga bulan). PDB mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian selama interval tesebutSedangkan hal – hal yang tidak dapat diukur oleh PDB yaitu PDB mengecualikan banyak barang yang diproduksi dan dijual secara gelap, seperti obat – obatan terlarang. PDB juga tidak mencakup barang – barang yang tidak pernah memasuki pasar karena diproduksi dan dikonsumsi dalam rumah tangga.
Setelah mengetahui apa yang dapat dan tidak diukur dengan PDB, selanjutnya kita harus mengetahui komponen – komponen dari PDB. PDB (yang ditunjukkan sebagai Y) dibagi atas empat komponen : konsumsi (c), investasi (I), belanja negara (G), dan ekspor neto (NX): Y = C + I + G + NX Persamaan ini merupakan persamaan identitas – sebuah persamaan yang pasti benar dilihat dari bagaimana variabel - variabel persamaan tersebut dijabarkan. Komponen tersebut ialah :
a.       Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga.
b.      Investasi (investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa
c.       Belanja pemerintah (government purchases) mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat (federal).
d.      Ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian produk dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga negara (impor).

Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan.
Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
*Rumus GDP*
GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor – impor)
GDP = C + I + G + (X – M)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sector usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri. Rumus ini termasuk rumus pendekatan pengeluaran.


Contoh soal :
Suatu  negara mempunyai pendapatan nasional sebagai berikut :

Konsumsi masyarakat             Rp. 80.000.000
Pendapatan laba usaha            Rp. 40.000.000
Pengeluaran negara                 Rp. 250.000.000        
Pendapatan sewa                    Rp. 25.000.000
Pengeluaran investasi              Rp. 75.000.000
Ekspor                                     Rp. 50.000.000
Impor                                      Rp. 35.000.000
Jawab :
GDP = C + I + G + ( X – M )
GDP = 80.000.000 + 75.000.000 + 250.000.000 + ( 50.000.000 – 35.000.000 )
GDP = 405.000.000 + 15.000.000
GDP = 420.000.000
Berikutnya, ketika kita mempelajari perubahan perekonomian seiring berlalunya waktu, ekonom ingin memisahkan dua pengaruh (perekonomian menghasilkan output barang dan jasa dengan lebih banyak dan barang dan jasa dijual pada harga yang lebih tinggi). Khususnya, mereka ingin suatu ukuran jumlah barang dan jasa keseluruhan yang diproduksi perekonomian yang tidak terpengaruh perubahan harga barang dan jasa tersebut.
Untuk mendapatkan ukuran dari jumlah produksi yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, kita menggunakan GDP riil (real GDP) yang menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap. GDP riil menggunakan harga tahun pokok yang tetap untuk menentukan nilai produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Karena GDP riil tidak dipengaruhi perubahan harga, perubahan GDP riil hanya mencerminkan perubahan jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Jadi, GDP riil merupakan ukuran produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Selain GDP riil, alat ukur yang lain yaitu GDP nominal. GDP nominal mengukur produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga – harga di masa sekarang. GDP nominal dalam perhitungannya dipengaruhi kenaikan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan juga kenaikan harga barang atau jasa tersebut. Dari kedua statistika ini kita dapat mengetahui statistika yang ketiga , deflator GDP, yang mencerminkan harga barang dan jasa namun bukan jumlah yang diproduksi. Deflator GDP mengukur tingkat harga – harga saat ini relatif terhadap tingkat harga – harga di tahun pokok. Deflator GDP merupakan salah satu ukuran yang digunakan oleh para ekonom untuk mengamati rata – rata tingkat harga dalam perekonomian.
Pada bahasan yang terakhir, yaitu hubungan GDP dengan kesejahteraan dapat dijelaskan sebagai berikut. GDP dapat mengukur total pendapatan maupun total pengeluaran perekonomian untuk barang dan jasa. Jadi, GDP per orang (kapita) memberi tahu kita pendapatan dan pengeluaran dari rata – rata seseorang dalam perekonomian. Karena kebanyakan orang lebih memilih pendapatan dan pengeluaran yang lebih tinggi, GDP per orang (kapita) sepertinya merupakan ukuran kesejahteraan rata – rata perorangan yang cukup alamiah. GDP per kapita memberitahukan kita apa yang terjadi pada rata – rata penduduk, namun di belakang rata – rata tersebut terdapat perbedaan yang besar antara berbagai pengalaman yang dialami orang – orang. Pada akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa GDP merupakan ukuran kesejahteraan yang baik untuk berbagai tujuan, namun tidak untuk semua tujuan.
2.      Pendapatan Nasional
A.    Pengertian
Pendapatan nasional adalah merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun. Secara lebih terperinci dapat diartikan sebagai jumlah total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam periode tertentu. Dari pengertian tersebut, beberapa hal yang perlu kita perhatian adalah:
a.       Nilai total barang dan jasa akhir (untuk menghindari adanya penghitungan berganda (double counting), nilai yang dihitung adalah nilai akhir barang dan jasa)
b.       Suatu perekonomian (dapat berarti adanya batasan suatu negara atau penduduk dari suatu negara)
c.        Suatu periode (untuk memperoleh perhitungan yang dapat dibandingkan, harus ditentukan batasan penghitungan tiap periodenya, umumnya selama satu tahun)
B.     Beberapa Konsep Pendapatan Nasional
Terdapat beberapa konsep pendapatan yang perlu kita ketahui yaitu:
1)      Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai total barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian dalam batas wilayah suatu negara pada periode tertentu. Dengan demikian, nilai PDB tidak memperhatikan kewarganegaraan seseorang asalkan berada pada batas wilayah yang sama.
2)      Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross Nasional Product (GNP) adalah nilai total barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara dalam suatu periode tertentu. Nilai PNB dihitung dari hasil nilai barang dan jasa penduduk dengan kewarganegaraan yang sama, tanpa memperhatikan lokasi penduduk tersebut.
3)      Produk Nasional Netto (PNN) atau Net National Product (NNP) adalah jumlah PNB dikurangi penyusutan barang modalNNP = GNP – penyusutan barang modal
Pendapatan Nasional Netto atau Net National Income (NNI) adalah nilai produk nasional netto dikurangi dengan pajak tidak langsung ditambah subsidi NNI = NNP – pajak tidak langsung + subsidi. Pendapatan Perseorangan atau Personal Income (PI) adalah jumlah total pendapatan yang benar-benar sampai ke masyarakat. PI = NNI + transfer payment – (laba ditahan + asuransi + jaminan sosial + pajak perseorangan)
Pendapatan yang Siap Dibelanjakan atau Disposable Income (DI) adalah pendapatan seseorang yang telah dikurangi dengan pajak langsung, sehingga siap untuk dibelanjakan DI = PI – pajak langsung
Contoh soal + penyelesaian :
Diketahui data pendapatan nasional : 
Bunga modal                           Rp.2.000.000,- 
Laba usaha                              Rp.3.000.000,- 
Konsumsi pemerintah             Rp. 3.000.000,- 
Investasi                                  Rp.2.000.000,-
Gaji karyawan                         Rp. 500.000,-
Sewa tanah                              Rp. 1.500.000,-
Ekspor                                     Rp. 7000.000,-
Impor                                     Rp. 5.000.000,- 

Berapakah besarnya Pendapataan Nasional dengan pendekatan penerimaan ?
Jawab :
Rumusnya,  Y = r + w + i + p  (rent/sewa + wage/upah + interest/bunga + profit/laba)
Jadi,  Y = Rp.1.500.000 + Rp.500.000 + Rp.2.000.000 + Rp.3.000.000,-
           Y = Rp.7.000.000,-
C.     Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional
Berikut ini beberapa manfaat perhitungan pendapatan nasional:
1)      Mengetahui tingkat kesejahteraan suatu negara serta mengetahui sektor-sektor yang berperan penting terhadap kesejahteraan negara tersebut
2)      Dapat melakukan perbandingan antara perekonomian suatu negara dengan negara lainnya
3)      Dapat mengetahui perkembangan kondisi perekonomian suatu negara tiap tahunnya, dengan membandingkan pendapatan nasional tiap tahunnya
4)      Membantu merumuskan kebijakan pemerintah

B.     Pertumbuhan Dalam Perhitungan Dan Teori
1.      Pertumbuhan Struktur Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di suatu negara. Kemiskinan merupakan salah satu contoh dari akibat tidak adanya pertumbuhan ekonomi di negara.
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari perubahan atau pertumbuhan pada sisi permintaan agaregat (aggregate demand) dan sisi penawaran agregat (aggregate supply).
2.      Sisi Permintaan Agregat
Dari sisi permintaan agregat, pergeseran kurva AD ke kanan yang mencerminkan permintaan di dalam ekonomi meningkat bisa terjadi karena pendapatan agregat yang terdiri atas permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, dan pemerintahan meningkat. Sisi permintaan agregat (atau penggunaan PDB) terdiri atas empat komponen, yakni konsumsi rumah tangga (C), investasi domestik bruto (atau pembentukan modal tetap dan perubahan stok) dari sektor swasta dan pemerintah (P), konsumsi atau pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor neto, yaitu ekspor barang dan jasa (X) minus impor barang dan jasa (M).
3.      Sisi Penawaran Agregat
Ada dua kelompok teori mengenai pertumbuhan ekonomi dilihat dari sisi penawaran agregat produksi, yakni kelompok teori neoklasik dan kelompok teori modern. Dalam kelompok teori neoklasik, faktor - faktor produksi yang dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan output adalah jumlah tenaga kerja dan kapital.
Sedangkan dalam kelompok teori modern, faktor - faktor produksi yang dianggap sama krusialnya tidak hanya tenaga kerja dan modal, tetapi juga perubahan teknologi (yang terkandung di dalam barang modal), energi, kewirausahaan (entrepreneurship), bahan baku, dan material atau input lainnya di anggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah ketersediaan dan kondisi infrastruktur, hukum serta peraturan (the rule of law), stabilitas politik, kebijakan pemerintah (yang antara lain dicerminkan oleh besarnya pengeluaran pemerintah), birokrasi, dan dasar tukar internasional (terms of trade). Perbedaan yang mendasar dengan kelompok teori neoklasik. Di antaranya adalah yang mencakup tenaga kerja, kapital (barang modal), dan kewirausahaan.
4.      Perubahan Struktur Ekonomi
 Pembangunan ekonomi biasanya di susul kemudian oleh suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Banyak negara berkembang (LDCs) dalam 30 tahun belakangan ini telah mengalami suatu transisi ekonomi, walaupun prosesnya berbeda 1, tegantung terutama pada kondisi awal ekonomi masing - masing. Perubahan struktur ekonomi ini dapat dilihat pada perubahan pangsa output dari setiap sektor di dalam pembentukan PDB.
 Perubahan struktur ekonomi terjadi akibat perubahan dari sejumlah faktor, bisa hanya berasal dari sisi permintaan agregat atau sisi penawaran agregat atau dari kedua sisi pada waktu yang bersamaan. Dari sisi permintaan agregat, faktor yang sangat dominan adalah peingkatan tingkat pendapatan masyrakat yang membuat perubahan dalam selera masyarakat dan komposisi barang - barang yang di konsumsi, sedangkan dari sisi penawaran agregat, faktor – faktor utama adalah perubahan teknologi dan penemuan material – material baru untuk produksi yang semua ini memungkinkan untuk melakukan inovasi atau membuat barang – barang baru. Salah satu contoh aktual adalah dalam penemuan personal computer, handphone, dan alat komunikasi lainnya. Dari sisi penawaran juga di akibatkan oleh relokasi dana investasi dan resources utama lainnya, termasuk teknologi dan tenaga kerja dari satu sektor yang kurang produktif (misalnya pertanian) ke sektor yang lain yang lebih produktif (Industri).
Secara garis besar, sumber – sumber yang mendorong terjadinya suatu proses perubahan struktur ekonomi dapat dibedakan antara, di satu pihak, sisi permintaan agregat, sisi penawaran agregat, dan di pihak lain, antara (Domestik), dan eksternal (Dunia).

C.    Pertumbuhan Ekonomi Sejak Pelita Satu
Sejak kemerdekaan pada tahun 1945, masa orde lama, masa orde baru sampai masa sekarang (masa reformasi) Indonesia telah memperoleh banyak pengalaman politik dan ekonomi. Peralihan dari orde lama dan orde baru telah memberikan iklim politik yang dinamis walaupun akhirnya mengarah ke otoriter namun pada kehidupan ekonomi mengalami perubahan yang lebih baik.
Melihat kondisi pertumbuhan Indonesia selama pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis ekonomi 1997) dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro. Pada tahun 1968 PN per kapita masih sangat rendah, hanya sekitar US$60 Laju pertumbuhan 7%-8% selama 1970-an dan turun ke 3%-4% pada taun 1980-an, hal ini disebabkan oleh faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar internasional menjelang pertengahan 1980-an dan resesi ekonomi dunia pada dekade yang sama. Sejak zaman Orde Baru Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka, maka goncangan eksternal terasa dampaknya terhadap pertumbuhan Indonesia. Perekonomian nasional pada saat itu tergantung pada pamasukan dolar AS dari hasil ekspor komoditi primer yaitu minyak dan pertanian. Tahun 1968 PN Per Kapita US$56,7; 1973 US$126,3; 1978 US$260,3; 1983 US$494,0; 1988 US$467,5; 1993 US$833,1; 1997 US$1088,0; 1998 US$640,0 dan 1999 US$580,0.
Pada saat krisis ekonomi mencapai klimaksnya, yakni tahun 1998, laju pertumbuhan PDB jatuh drastis hingga 13,1%. Namun pada tahun 1999 kembali positif, walaupun sangat kecil yaitu 0,8%, dan tahun 2000 naik hingga 5%. Yang disebabkan pada masa Gusdur, pemerintah, masyarakat, khusunya pelaku bisnis sempat optimis mengenai prospek pertumbuhan Indonesia. Akan tetapi tahun 2001 pertumbuhan ekonomi kembali merosot hingga 3,3% akbat gejolak politik yang sempat memanas kembali, dan tahun 2002 pertumbuhan mengalami sedikit perbaikan menjadi 3,66%. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dinilai sukses menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan agenda demokratisasi. Situasi ini berbeda dengan era Orde Baru di mana ekonomi tumbuh namun demokrasi terabaikan. Biaya yang mahal seperti pelanggaran hak asasi manusia di berbagai tempat, korupsi merajalela, kebocoran anggaran, dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Untuk contoh terbaru, menurut Bara, adalah Rusia selama era pemerintahan Vladimir Putin.
Menurutnya, Rusia hanya mengejar pertumbuhan ekonomi semata namun di sisi lain, peran oposisi terbatasi dan pembunuhan-pembunuhan misterius sering terjadi. Karena itu, menurut Bara, untuk saat ini figur pasangan SBY-Boediono masih menjadi kandidat yang paling pas. ”Platform mereka jelas, yang menekankan pentingnya aspek keadilan dalam pertumbuhan ekonomi, ”Pengamat sosiologi politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito menilai selama satu dekade reformasi, capaian-capaian demokrasi dan demokratisasi telah menjadi fakta historik. Pada aras negara, banyak terobosan yang berarti yang diinisiasi oleh pemerintah dan parlemen untuk meletakkan dasar bagi capaian perubahan sebagaimana mandat reformasi. ”Kemajuan di bidang hak-hak sipil dan politik menunjukkan magnitudo yang luar biasa, jauh dibandingkan era-era sebelumnya. Jaminan itu berwujud dalam regulasi atau kebijakan yang bertujuan untuk memastikan bahwa negara bertanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya sesuai mandat konstitusi kita,”ujarnya.
Dalam hal hubungan sipil-militer, menurut Arie, mengalami pasang surut di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Kemudian di era Megawati, justru mengalami penurunan. ”Nah, di masa pemerintahan SBY, pemerintah mampu mengurangi keterlibatan negara di bidang politik.” Arie menambahkan, agenda reformasi birokrasi juga berjalan dengan baik. Ide-ide pemberantasan korupsi untuk memperkuat good governance, perlu dilanjutkan. Dengan demikian, dukungan masyarakat akan semakin besar. Selain itu, upaya pengentasan kemiskinan meningkat di daerah-daerah. ”Ada rasionalisasi APBD. Anggaran untuk birokrasi menurun, sementara budget untuk kepentingan masyarakat meningkat,” ujar Arie. Dalam hal penguatan hubungan pusat-daerah, Arie menilai bahwa terjadi peningkatan kualitas dalam beberapa tahun belakangan. ”Contohnya, di Aceh tercipta perdamaian. Situasi di Papua membaik, walaupun perlu terus didorong upaya-upaya yang lebih positif,” jelasnya.

D.    Faktor - Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Secara garis besar, terdapat sedikitnya 2 (dua) faktor yang menentukan prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adapun kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal.
1.      Faktor Internal
Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh buruknya fundamental ekonomi nasional, serta lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional pasca peristiwa tersebut menyebabkan banyak investor asing yang enggan (bahkan hingga sampai saat ini) menanamkan modalnya di Indonesia. Kemudian proses pemulihan serta perbaikan ekonomi nasional juga tidak disertai kestabilan politik dan keamanan yang memadai, penyelesaian konflik sosial, serta tidak adanya kepastian hukum.
Padahal faktor-faktor non ekonomi inilah yang merupakan aspek penting dalam menentukan tingkat resiko yang terdapat di dalam suatu Negara untuk menjadi dasar keputusan bagi para pelaku usaha atau investor terutama asing, untuk melakukan usaha atau menginvestasikan modalnya di Negara tersebut.
a)      Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
b)       Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
c)      Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

2.      Faktor Eksternal
Kondisi perdagangan dan perekonomian regional serta dunia merupakan faktor eksternal yang sangat penting untuk mendukung proses pemulihan ekonomi di Indonesia. Mengapa kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia tersebut dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan perekonomian Negara-negara tersebut terutama mitra Indonesia sedang melemah, maka akan berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu dan akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia.
a)      Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
E.     Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang akan membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per-kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia.
Teori perubahan struktual menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh NSB, yang semula lebih bersifat subsistens dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer. Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Chenery (teori transformasi struktual).
Teori Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di perdesaan dan di perkotaan. Dalam teorinya, mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu perekonomian tradisional di perdesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama seperti di model Lewis. Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di NSB, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistens) ke sektor industri sebagai mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah dari 4 faktor berikut :
1.      Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap sektor industri manufaktur.
2.      Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversivikasi) atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor tehadap produk industri manufaktur.
3.      Subsitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan disetiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.
4.      Perubahan teknologi atau efek total dari perubahan koefisien input-output didalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Didalam kelompok negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak negara yang juga mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat dalam tiga dekade terakhir ini, walaupun pola dan prosesnya berbeda antar negara. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan antarnegara dalam sejumlah faktor internal seperti berikut :
1.      Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya sudah memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat/pesat dibandingkan dengan negara  yang hanya memiliki industri-industri ringan.
2.      Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi dan tingkatan pendapatan rill per-kapita. Pasar dalam negeri yang besar merupakan salah satu faktor intensif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya mendukung).
3.      Pola distribusi pendapatan
Faktor ini sangat mendukung faktor pasar diatas. Walaupun tingkat pendapatan rata-rata per-kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya pincang maka kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan industri-industri selain industri-industri yang membuat barang-barang sederhana, seperti makanan, minuman, sepatu, dan pakaian jadi (tekstil).
4.      Karakteristik dan industrialisasi
Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda antarnegara yang menghasilkan pola industrialisasi yang juga berbeda antarnegara.
5.      Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya akan SDA mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversivikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang miskin SDA.
6.      Kebijakan perdagangan luar negeri
Fakta menunjukan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasinya berbeda dibandingkan dengan negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka (outward looking).
  

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahunnya, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Secara garis besar, terdapat sedikitnya 2 (dua) faktor yang menentukan prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.

B.     Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Semoga sedikit uraian kami ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Penulis sangat menyadari, bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan adanya kritikan yang konstruktif dan sistematis dari pembaca yang budiman, guna melahirkan sebuah perbaikan dalam penyusulan makalah selanjutnya yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

Dumairy ,1996: Perekonomian Indonesia,Penerbit Erlangga,Yogyakarta

TH Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia Analisis dan Temuan Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia

TH Tambunan, Tulus. 2002. Perekonomian Indonesia. Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia

No comments:

Post a Comment