MAKALAH PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dinyatakan secara eksplisit bahwa
pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan
nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat
dilihat dari asek ekonominya, dapat diukur dengan pendapatan nasional (PN) per
kapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional (PN), pertumbuhan ekonomi,
diukur dengan pertumbuhan PDB, menjadi salah satu target penting yang harus
dicapai dalam pembangunan ekonomi.
Oleh karena itu, tidak heran jika
pada awal pembangunan ekonomi, umumnya banyak Negara perencanaan pembangunan
ekonomi lebih berorientasi pada pertumbuhan, bukan distribusi pendapatan.
Memang untuk Negara seperti Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar,
di tambah lagi dengan kenyataan bahwa pada awal pembangunan ( awal era
Soeharto) proporsi dari jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
masih sangat besar, pertumbuhan ekonomi sangat penting sebagai prioritas
pembangunan jangka pendek. Tingkat
pertumbuhan ekonomi harus lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk, agar
peningkatan pendapatan per kapita dapat tercapai.
Selain
pertumbuhan, proses pembangunan ekonomi juga akan membawa dengan sendirinya
suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Dari sisi
permintaan agregat, perubahan atau yang dimaksud dengan ‘pendalaman’ struktur
ekonomi terjadi terutama didorong oleh peningkatan pendapatan. Sedangkan dari sisi
penawaran agregat, faktor-faktor pendorong utama adalah perubahan/kemajuan
teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), dan penemuan material-material
baru untuk produksi. Jadi, secara hipotesis dapat diduga adanya suatu korelasi
positif antara pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi. Paling tidak dalam
periode jangka panjang partumbuhan yang berkesinambungan membawa perubahan
struktur ekonomi lewat efek dari sisi permintaan (peningkatan pendapatan masyarakat)
dan pada gilirannya pertumbuhan tersebut menjadi faktor pemicu pertumbuhan
ekonomi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Produk Domestik Bruto (PDB) Dan Pendapatan
Nasional ?
2. Bagaimana Pertumbuhan Dalam
Perhitungan Dan Teori ?
3. Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi
Sejak Pelita Satu ?
4. Bagaimana Faktor - Faktor
Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ?
5. Bagaimana Perubahan Struktur
Ekonomi ?
C.
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Apa Produk Domestik Bruto (PDB) Dan
Pendapatan Nasional
2. Untuk Mengetahui Bagaimana
Pertumbuhan Dalam Perhitungan Dan Teorui
3. Untuk Mengetahui Bagaimana
Pertumbuhan Ekonomi Sejak Pelita Satu
4. Untuk Mengetahui Bagaimana
Faktor - Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
5. Untuk Mengetahui Bagaimana
Perubahan Struktur Ekonomi
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Produk Domestik Bruto (PDB) Dan
Pendapatan Nasional
1.
Produk Domestik Bruto (PDB)
Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator
yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian berlangsung dengan baik atau
buruk. Indikator dalam menilai perekonomian tersebut harus dapat digunakan
untuk mengetahui total pendapatan yang diperoleh semua orang dalam
perekonomian. Indikator yang pas dan sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut
adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Selain
itu, PDB juga mengukur dua hal pada saat bersamaan : total pendapatan semua
orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan
jasa hasil dari perekonomian. Alasan PDB dapat melakukan pengukuran total
pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara
keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran.
Pengertian dari PDB adalah nilai pasar dari semua barang
dan jasa akhir (final) yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode.
Namun, dalam PDB terdapat beberapa hal yang tidak disertakan seperti nilai dari
semua kegiatan yang terjadi di luar pasar, kualitas lingkungan dan distribusi
pendapatan. Oleh sebab itu, PDB per kapita yang merupakan besarnya PDB apabila
dibandingkan dengan jumlah penduduk di suatu negara merupakan alat yang lebih
baik yang dapat memberitahukan kita apa yang terjadi pada rata – rata penduduk,
standar hidup dari warga negaranya.
Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic Product)
merupakan statistika perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap
sebagai ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. Hal yang
mendasarinya karena PDB mengukur dua hal pada saat bersamaan : total pendapatan
semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli
barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan PDB dapat melakukan pengukuran
total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara
keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran.
Kita dapat menghitung PDB perekonomian dengan menggunakan
salah satu dari dua cara : menambahkan semua pengeluaran rumah tangga atau
menambahkan semua pendapatan (upah, sewa dan keuntungan) yang dibayar
perusahaan. Namun, dalam hal ini yang terpenting adalah tahu mengenai fungsi
PDB dalam perekonomian, apa yang dapat diukur dan yang tidak, komponen dan
jenis serta hubungan PDB dengan kesejahteraan. Dalam hal
pengukuran, PDB mencoba menjadi ukuran yang meliputi banyak hal, termasuk di
dalamnya adalah barang – barang yang diproduksi dalam perekonomian dan dijual
secara legal di pasaran. PDB juga memasukkan nilai pasar dari jasa perumahan
pada perekonomian. PDB meliputi barang yang dapat dihitung (makanan, pakaian,
mobil) maupun jasa yang tidak dapat dihitung (potong rambut, pembersihan rumah,
kunjungan ke dokter). PDB mengikutsertakan barang dan jasa yang sedang
diproduksi. PDB mengukur nilai produksi dalam batas geografis sebuah negara.
PDB mengukur nilai produksi yang terjadi sepanjang suatu interval waktu. Biasanya,
interval tersebut adalah setahun atau satu kuartal (tiga bulan). PDB mengukur
aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian selama interval tesebutSedangkan
hal – hal yang tidak dapat diukur oleh PDB yaitu PDB mengecualikan banyak
barang yang diproduksi dan dijual secara gelap, seperti obat – obatan
terlarang. PDB juga tidak mencakup barang – barang yang tidak pernah
memasuki pasar karena diproduksi dan dikonsumsi dalam rumah tangga.
Setelah mengetahui apa yang dapat dan tidak diukur dengan
PDB, selanjutnya kita harus mengetahui komponen – komponen dari PDB. PDB (yang
ditunjukkan sebagai Y) dibagi atas empat komponen : konsumsi (c), investasi
(I), belanja negara (G), dan ekspor neto (NX): Y = C + I + G + NX Persamaan ini
merupakan persamaan identitas – sebuah persamaan yang pasti benar dilihat dari
bagaimana variabel - variabel persamaan tersebut dijabarkan. Komponen tersebut
ialah :
a. Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan
jasa oleh rumah tangga.
b. Investasi (investment) adalah pembelian barang yang
nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa
c. Belanja pemerintah (government purchases) mencakup
pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat
(federal).
d. Ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian produk
dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri
oleh warga negara (impor).
Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga
hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi diwilayah yang bersangkutan.
Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang
modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan
dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
*Rumus GDP*
GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah +
(ekspor – impor)
GDP = C + I + G + (X – M)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sector usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar
negeri. Rumus ini termasuk rumus pendekatan pengeluaran.
Contoh soal :
Suatu
negara mempunyai pendapatan nasional sebagai berikut :
Konsumsi
masyarakat
Rp. 80.000.000
Pendapatan laba
usaha Rp.
40.000.000
Pengeluaran
negara
Rp. 250.000.000
Pendapatan sewa
Rp. 25.000.000
Pengeluaran
investasi
Rp. 75.000.000
Ekspor
Rp. 50.000.000
Impor
Rp. 35.000.000
Jawab :
GDP = C + I + G + ( X – M )
GDP = 80.000.000 + 75.000.000 + 250.000.000 + ( 50.000.000 – 35.000.000 )
GDP = 405.000.000 + 15.000.000
GDP = 420.000.000
Berikutnya, ketika kita mempelajari perubahan perekonomian seiring
berlalunya waktu, ekonom ingin memisahkan dua pengaruh (perekonomian
menghasilkan output barang dan jasa dengan lebih banyak dan barang dan jasa
dijual pada harga yang lebih tinggi). Khususnya, mereka
ingin suatu ukuran jumlah barang dan jasa keseluruhan yang diproduksi
perekonomian yang tidak terpengaruh perubahan harga barang dan jasa tersebut.
Untuk mendapatkan ukuran dari jumlah produksi yang tidak dipengaruhi oleh
perubahan harga, kita menggunakan GDP riil (real GDP) yang menilai produksi
barang dan jasa pada harga tetap. GDP
riil menggunakan harga tahun pokok yang tetap untuk menentukan nilai produksi
barang dan jasa dalam perekonomian. Karena GDP riil tidak dipengaruhi perubahan
harga, perubahan GDP riil hanya mencerminkan perubahan jumlah barang dan jasa
yang diproduksi. Jadi, GDP riil merupakan ukuran produksi barang dan jasa dalam
perekonomian. Selain GDP riil, alat ukur yang lain yaitu GDP nominal.
GDP nominal mengukur produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga – harga
di masa sekarang. GDP nominal dalam perhitungannya dipengaruhi kenaikan jumlah
barang atau jasa yang diproduksi dan juga kenaikan harga barang atau jasa
tersebut. Dari kedua statistika ini kita dapat mengetahui statistika yang
ketiga , deflator GDP, yang mencerminkan harga barang dan jasa namun bukan
jumlah yang diproduksi. Deflator GDP mengukur tingkat harga – harga saat ini
relatif terhadap tingkat harga – harga di tahun pokok. Deflator GDP merupakan
salah satu ukuran yang digunakan oleh para ekonom untuk
mengamati rata – rata tingkat harga dalam perekonomian.
Pada bahasan yang terakhir, yaitu hubungan GDP dengan
kesejahteraan dapat dijelaskan sebagai berikut. GDP dapat mengukur total pendapatan
maupun total pengeluaran perekonomian untuk barang dan jasa. Jadi, GDP per
orang (kapita) memberi tahu kita pendapatan dan pengeluaran dari rata – rata
seseorang dalam perekonomian. Karena kebanyakan orang lebih memilih pendapatan
dan pengeluaran yang lebih tinggi, GDP per orang (kapita) sepertinya merupakan
ukuran kesejahteraan rata – rata perorangan yang cukup alamiah. GDP
per kapita memberitahukan kita apa yang terjadi pada rata – rata penduduk,
namun di belakang rata – rata tersebut terdapat perbedaan yang besar antara
berbagai pengalaman yang dialami orang – orang. Pada akhirnya, kita dapat
menyimpulkan bahwa GDP merupakan ukuran kesejahteraan yang baik untuk berbagai
tujuan, namun tidak untuk semua tujuan.
2.
Pendapatan Nasional
A.
Pengertian
Pendapatan nasional adalah merupakan jumlah seluruh
pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun. Secara lebih terperinci dapat diartikan sebagai jumlah
total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam
periode tertentu. Dari pengertian tersebut, beberapa hal yang perlu kita
perhatian adalah:
a. Nilai total barang dan jasa akhir (untuk menghindari
adanya penghitungan berganda (double counting), nilai yang dihitung adalah
nilai akhir barang dan jasa)
b. Suatu perekonomian (dapat berarti adanya batasan suatu
negara atau penduduk dari suatu negara)
c.
Suatu
periode (untuk memperoleh perhitungan yang dapat dibandingkan, harus ditentukan
batasan penghitungan tiap periodenya, umumnya selama satu tahun)
B.
Beberapa Konsep Pendapatan Nasional
Terdapat beberapa konsep pendapatan yang perlu kita ketahui yaitu:
1)
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic
Product (GDP) adalah nilai total barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perekonomian dalam batas wilayah suatu negara pada periode tertentu. Dengan
demikian, nilai PDB tidak memperhatikan kewarganegaraan seseorang asalkan
berada pada batas wilayah yang sama.
2)
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross Nasional
Product (GNP) adalah nilai total barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk
suatu negara dalam suatu periode tertentu. Nilai PNB dihitung dari hasil nilai
barang dan jasa penduduk dengan kewarganegaraan yang sama, tanpa memperhatikan
lokasi penduduk tersebut.
3)
Produk Nasional Netto (PNN) atau Net National
Product (NNP) adalah jumlah PNB dikurangi penyusutan barang modalNNP = GNP –
penyusutan barang modal
Pendapatan Nasional Netto atau Net National Income
(NNI) adalah nilai produk nasional netto dikurangi dengan pajak tidak langsung
ditambah subsidi NNI = NNP – pajak tidak langsung + subsidi. Pendapatan
Perseorangan atau Personal Income (PI) adalah jumlah total pendapatan yang
benar-benar sampai ke masyarakat. PI = NNI + transfer payment – (laba ditahan +
asuransi + jaminan sosial + pajak perseorangan)
Pendapatan yang Siap Dibelanjakan atau Disposable
Income (DI) adalah pendapatan seseorang yang telah dikurangi dengan pajak
langsung, sehingga siap untuk dibelanjakan DI = PI – pajak langsung
Contoh soal +
penyelesaian :
Diketahui data pendapatan
nasional :
Bunga modal Rp.2.000.000,-
Laba usaha Rp.3.000.000,-
Konsumsi
pemerintah Rp.
3.000.000,-
Investasi Rp.2.000.000,-
Gaji karyawan Rp. 500.000,-
Sewa tanah Rp. 1.500.000,-
Ekspor Rp.
7000.000,-
Impor Rp. 5.000.000,-
Berapakah besarnya Pendapataan Nasional dengan pendekatan
penerimaan ?
Jawab :
Rumusnya, Y = r + w + i + p (rent/sewa +
wage/upah + interest/bunga + profit/laba)
Jadi, Y = Rp.1.500.000 + Rp.500.000 + Rp.2.000.000 +
Rp.3.000.000,-
Y = Rp.7.000.000,-
Y = Rp.7.000.000,-
C.
Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional
Berikut ini beberapa manfaat perhitungan pendapatan nasional:
1)
Mengetahui tingkat kesejahteraan suatu negara serta mengetahui
sektor-sektor yang berperan penting terhadap kesejahteraan negara tersebut
2)
Dapat melakukan perbandingan antara perekonomian
suatu negara dengan negara lainnya
3)
Dapat mengetahui perkembangan kondisi perekonomian
suatu negara tiap tahunnya, dengan membandingkan pendapatan nasional tiap
tahunnya
4)
Membantu merumuskan kebijakan pemerintah
B.
Pertumbuhan Dalam Perhitungan Dan Teori
1. Pertumbuhan Struktur Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang
berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di
suatu negara. Kemiskinan merupakan salah satu contoh dari akibat tidak adanya
pertumbuhan ekonomi di negara.
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari perubahan atau
pertumbuhan pada sisi permintaan agaregat (aggregate demand) dan
sisi penawaran agregat (aggregate supply).
2. Sisi
Permintaan Agregat
Dari sisi permintaan agregat, pergeseran kurva AD ke
kanan yang mencerminkan permintaan di dalam ekonomi meningkat bisa terjadi
karena pendapatan agregat yang terdiri atas permintaan masyarakat (konsumen),
perusahaan, dan pemerintahan meningkat. Sisi permintaan agregat (atau
penggunaan PDB) terdiri atas empat komponen, yakni konsumsi rumah tangga (C),
investasi domestik bruto (atau pembentukan modal tetap dan perubahan stok) dari
sektor swasta dan pemerintah (P), konsumsi
atau pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor neto, yaitu ekspor barang dan jasa
(X) minus impor barang dan jasa (M).
3. Sisi
Penawaran Agregat
Ada dua kelompok teori mengenai pertumbuhan ekonomi dilihat
dari sisi penawaran agregat produksi, yakni kelompok teori neoklasik dan
kelompok teori modern. Dalam kelompok teori neoklasik, faktor - faktor produksi
yang dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan output adalah jumlah
tenaga kerja dan kapital.
Sedangkan dalam kelompok teori modern, faktor - faktor
produksi yang dianggap sama krusialnya tidak hanya tenaga kerja dan modal,
tetapi juga perubahan teknologi (yang terkandung di dalam barang modal),
energi, kewirausahaan (entrepreneurship), bahan baku, dan material
atau input lainnya di anggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
adalah ketersediaan dan kondisi infrastruktur, hukum serta peraturan (the
rule of law), stabilitas politik, kebijakan pemerintah (yang antara lain
dicerminkan oleh besarnya pengeluaran pemerintah), birokrasi, dan dasar tukar
internasional (terms of trade). Perbedaan yang mendasar dengan
kelompok teori neoklasik. Di antaranya adalah yang mencakup tenaga kerja,
kapital (barang modal), dan kewirausahaan.
4. Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan
ekonomi biasanya di susul kemudian oleh suatu perubahan mendasar dalam struktur
ekonomi. Banyak negara berkembang (LDCs) dalam 30 tahun belakangan ini telah
mengalami suatu transisi ekonomi, walaupun prosesnya berbeda 1, tegantung
terutama pada kondisi awal ekonomi masing - masing. Perubahan struktur ekonomi
ini dapat dilihat pada perubahan pangsa output dari setiap sektor di dalam
pembentukan PDB.
Perubahan struktur ekonomi terjadi akibat perubahan
dari sejumlah faktor, bisa hanya berasal dari sisi permintaan agregat atau sisi
penawaran agregat atau dari kedua sisi pada waktu yang bersamaan. Dari sisi
permintaan agregat, faktor yang sangat dominan adalah peingkatan tingkat
pendapatan masyrakat yang membuat perubahan dalam selera masyarakat dan
komposisi barang - barang yang di konsumsi, sedangkan dari sisi penawaran
agregat, faktor – faktor utama adalah perubahan teknologi dan penemuan material
– material baru untuk produksi yang semua ini memungkinkan untuk melakukan
inovasi atau membuat barang – barang baru. Salah satu contoh aktual adalah
dalam penemuan personal computer, handphone, dan alat
komunikasi lainnya. Dari sisi penawaran juga di akibatkan oleh relokasi dana
investasi dan resources utama lainnya, termasuk teknologi dan
tenaga kerja dari satu sektor yang kurang produktif (misalnya pertanian) ke
sektor yang lain yang lebih produktif (Industri).
Secara garis besar, sumber – sumber yang mendorong
terjadinya suatu proses perubahan struktur ekonomi dapat dibedakan antara, di
satu pihak, sisi permintaan agregat, sisi penawaran agregat, dan di pihak lain,
antara (Domestik), dan eksternal (Dunia).
C.
Pertumbuhan Ekonomi Sejak Pelita Satu
Sejak
kemerdekaan pada tahun 1945, masa orde lama, masa orde baru sampai masa
sekarang (masa reformasi) Indonesia telah memperoleh banyak pengalaman politik
dan ekonomi. Peralihan dari orde lama dan orde baru telah memberikan iklim
politik yang dinamis walaupun akhirnya mengarah ke otoriter namun pada
kehidupan ekonomi mengalami perubahan yang lebih baik.
Melihat
kondisi pertumbuhan Indonesia selama pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis
ekonomi 1997) dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses
pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro. Pada
tahun 1968 PN per kapita masih sangat rendah, hanya sekitar US$60 Laju
pertumbuhan 7%-8% selama 1970-an dan turun ke 3%-4% pada taun 1980-an, hal ini
disebabkan oleh faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak mentah di
pasar internasional menjelang pertengahan 1980-an dan resesi ekonomi dunia pada
dekade yang sama. Sejak zaman Orde Baru Indonesia menganut sistem ekonomi
terbuka, maka goncangan eksternal terasa dampaknya terhadap pertumbuhan
Indonesia. Perekonomian nasional pada saat itu tergantung pada pamasukan dolar
AS dari hasil ekspor komoditi primer yaitu minyak dan pertanian. Tahun 1968 PN
Per Kapita US$56,7; 1973 US$126,3; 1978 US$260,3; 1983 US$494,0; 1988 US$467,5;
1993 US$833,1; 1997 US$1088,0; 1998 US$640,0 dan 1999 US$580,0.
Pada
saat krisis ekonomi mencapai klimaksnya, yakni tahun 1998, laju pertumbuhan PDB
jatuh drastis hingga 13,1%. Namun pada tahun 1999 kembali positif, walaupun
sangat kecil yaitu 0,8%, dan tahun 2000 naik hingga 5%. Yang disebabkan pada
masa Gusdur, pemerintah, masyarakat, khusunya pelaku bisnis sempat optimis
mengenai prospek pertumbuhan Indonesia. Akan tetapi tahun 2001 pertumbuhan
ekonomi kembali merosot hingga 3,3% akbat gejolak politik yang sempat memanas
kembali, dan tahun 2002 pertumbuhan mengalami sedikit perbaikan menjadi 3,66%.
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dinilai sukses menyeimbangkan
pertumbuhan ekonomi dengan agenda demokratisasi. Situasi ini berbeda dengan era
Orde Baru di mana ekonomi tumbuh namun demokrasi terabaikan. Biaya yang mahal
seperti pelanggaran hak asasi manusia di berbagai tempat, korupsi merajalela,
kebocoran anggaran, dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Untuk contoh
terbaru, menurut Bara, adalah Rusia selama era pemerintahan Vladimir Putin.
Menurutnya,
Rusia hanya mengejar pertumbuhan ekonomi semata namun di sisi lain, peran
oposisi terbatasi dan pembunuhan-pembunuhan misterius sering terjadi. Karena
itu, menurut Bara, untuk saat ini figur pasangan SBY-Boediono masih menjadi
kandidat yang paling pas. ”Platform mereka jelas, yang menekankan pentingnya
aspek keadilan dalam pertumbuhan ekonomi, ”Pengamat sosiologi politik dari
Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito menilai selama satu dekade reformasi,
capaian-capaian demokrasi dan demokratisasi telah menjadi fakta historik. Pada
aras negara, banyak terobosan yang berarti yang diinisiasi oleh pemerintah dan
parlemen untuk meletakkan dasar bagi capaian perubahan sebagaimana mandat reformasi.
”Kemajuan di bidang hak-hak sipil dan politik menunjukkan magnitudo yang luar
biasa, jauh dibandingkan era-era sebelumnya. Jaminan itu berwujud dalam
regulasi atau kebijakan yang bertujuan untuk memastikan bahwa negara
bertanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya sesuai mandat konstitusi
kita,”ujarnya.
Dalam
hal hubungan sipil-militer, menurut Arie, mengalami pasang surut di masa
pemerintahan Abdurrahman Wahid. Kemudian di era Megawati, justru mengalami
penurunan. ”Nah, di masa pemerintahan SBY, pemerintah mampu mengurangi
keterlibatan negara di bidang politik.” Arie menambahkan, agenda reformasi
birokrasi juga berjalan dengan baik. Ide-ide pemberantasan korupsi untuk
memperkuat good governance, perlu dilanjutkan. Dengan demikian, dukungan
masyarakat akan semakin besar. Selain itu, upaya pengentasan kemiskinan
meningkat di daerah-daerah. ”Ada rasionalisasi APBD. Anggaran untuk birokrasi
menurun, sementara budget untuk kepentingan masyarakat meningkat,” ujar Arie.
Dalam hal penguatan hubungan pusat-daerah, Arie menilai bahwa terjadi
peningkatan kualitas dalam beberapa tahun belakangan. ”Contohnya, di Aceh
tercipta perdamaian. Situasi di Papua membaik, walaupun perlu terus didorong
upaya-upaya yang lebih positif,” jelasnya.
D.
Faktor - Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Secara
garis besar, terdapat sedikitnya 2 (dua) faktor yang menentukan prospek
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adapun kedua faktor tersebut adalah
faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh
buruknya fundamental ekonomi nasional, serta lambatnya proses pemulihan ekonomi
nasional pasca peristiwa tersebut menyebabkan banyak investor asing yang enggan
(bahkan hingga sampai saat ini) menanamkan modalnya di Indonesia. Kemudian
proses pemulihan serta perbaikan ekonomi nasional juga tidak disertai
kestabilan politik dan keamanan yang memadai, penyelesaian konflik sosial,
serta tidak adanya kepastian hukum.
Padahal faktor-faktor non ekonomi inilah yang merupakan
aspek penting dalam menentukan tingkat resiko yang terdapat di dalam suatu
Negara untuk menjadi dasar keputusan bagi para pelaku usaha atau investor
terutama asing, untuk melakukan usaha atau menginvestasikan modalnya di Negara
tersebut.
a) Faktor Sumber Daya Manusia
Sama
halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan,
cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.
b) Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian
besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber
daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
c) Faktor Budaya
Faktor
budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat
mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur,
ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan
diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
2. Faktor Eksternal
Kondisi perdagangan dan perekonomian regional serta dunia
merupakan faktor eksternal yang sangat penting untuk mendukung proses pemulihan
ekonomi di Indonesia. Mengapa kondisi perdagangan dan perekonomian regional
atau dunia tersebut dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan
perekonomian Negara-negara tersebut terutama mitra Indonesia sedang melemah,
maka akan berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu
dan akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia.
a) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan
proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia
digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas
dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada
akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
E.
Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan
ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian
sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to
scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan
produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Ada
kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang akan membuat
semakin tinggi pendapatan masyarakat per-kapita, semakin cepat perubahan
struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain mendukung proses
tersebut, seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia.
Teori
perubahan struktual menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi
ekonomi yang dialami oleh NSB, yang semula lebih bersifat subsistens dan
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang
lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer. Ada dua teori utama
yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni dari
Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Chenery (teori transformasi struktual).
Teori
Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di
perdesaan dan di perkotaan. Dalam teorinya, mengasumsikan bahwa perekonomian suatu
negara pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu perekonomian tradisional di
perdesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di
perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Kerangka
pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama seperti di model
Lewis. Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development,
memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di
NSB, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistens) ke
sektor industri sebagai mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Kenaikan
produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah dari
4 faktor berikut :
1. Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan
langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari
kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap sektor
industri manufaktur.
2. Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversivikasi) atau
efek total dari kenaikan jumlah ekspor tehadap produk industri manufaktur.
3. Subsitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi
permintaan disetiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap
output industri manufaktur.
4. Perubahan teknologi atau efek total dari perubahan
koefisien input-output didalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat
pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Didalam
kelompok negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak negara yang juga
mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat dalam tiga dekade terakhir ini,
walaupun pola dan prosesnya berbeda antar negara.
Variasi ini disebabkan oleh perbedaan antarnegara dalam sejumlah faktor
internal seperti berikut :
1. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis
ekonomi)
Suatu negara yang pada awal pembangunan
ekonomi/industrialisasinya sudah memiliki industri-industri dasar yang relatif
kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat/pesat dibandingkan
dengan negara yang hanya memiliki industri-industri ringan.
2. Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antara
jumlah populasi dan tingkatan pendapatan rill per-kapita. Pasar dalam negeri
yang besar merupakan salah satu faktor intensif bagi pertumbuhan kegiatan
ekonomi, termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi
dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya mendukung).
3. Pola distribusi pendapatan
Faktor ini sangat mendukung faktor pasar diatas. Walaupun
tingkat pendapatan rata-rata per-kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya
pincang maka kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi
pertumbuhan industri-industri selain industri-industri yang membuat
barang-barang sederhana, seperti makanan, minuman, sepatu, dan pakaian jadi
(tekstil).
4. Karakteristik dan industrialisasi
Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan
industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan
industri, dan insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda
antarnegara yang menghasilkan pola industrialisasi yang juga berbeda
antarnegara.
5. Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya akan SDA
mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan
industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversivikasi ekonomi (perubahan
struktur) daripada negara yang miskin SDA.
6. Kebijakan perdagangan luar negeri
Fakta menunjukan bahwa di negara yang menerapkan
kebijakan ekonomi tertutup (inward looking), pola dan hasil
industrialisasinya berbeda dibandingkan dengan negara yang menerapkan kebijakan
ekonomi terbuka (outward looking).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu
keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah penduduk bertambah
setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga
bertambah setiap tahunnya, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Secara
garis besar, terdapat sedikitnya 2 (dua) faktor yang menentukan prospek
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Pembangunan
ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian
sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to
scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan
produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
B.
Saran
Demikian makalah yang dapat kami
sampaikan. Semoga sedikit uraian kami ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Penulis sangat menyadari, bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan adanya
kritikan yang konstruktif dan sistematis dari pembaca yang budiman, guna
melahirkan sebuah perbaikan dalam penyusulan makalah selanjutnya yang lebih
baik
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy ,1996: Perekonomian Indonesia,Penerbit
Erlangga,Yogyakarta
TH Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian
Indonesia Analisis dan Temuan Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia
TH Tambunan, Tulus. 2002. Perekonomian
Indonesia. Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia
No comments:
Post a Comment