1

loading...

Thursday, November 1, 2018

MAKALAH ULUMUL QUR’AN "MAKIYYAH DAN MAHDANIYYAH"

MAKALAH ULUMUL QUR’AN "MAKIYYAH DAN MAHDANIYYAH"

                                                                           BAB  I       
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah      
Ulumul Qur’an adalah salah satu bidang studi mata kuliah yang sangat penting bagi mahasiswa yang ingin mempelajari Qur’an secara mendalam baik dari segi pengertian,sifat-sifat  dan ilmu-ilmu yang ada di dalamnya. namun sudah kita ketahui ilmu yang ada dalam Al-quran, merupakan cerminan ilmu-ilmu yang berkembang di zaman sekarang ini.    Diantara ilmu-ilmu Al-Qur`an yang paling utama adalah ilmu tentang nuzulul qur`an dan wilayahnya, urutannya di Makkah dan Madinah, tentang hukumnya turunnya di Mekkah tetapi mengandung hukum Madinah dan sebaliknya, serupa dengan yang diturunkan di Mekkah, tetapi pada dasarnya termaasuk Madinah dan sebaliknya. Orang yang tidak mengetahuinya dan tidak dapat membedakannya, ia tidak berhak berbicara tentang Al-Qur`an. Pada umumnya pakar `ulum Al-Qur`an membahas permasalahan ini dalam suatu `maudhu yang lazim disebut Makkiyah dan Madaniyah
Istlah makkiyah dan madaniyah Ulumul Qur`an menjadi penting untuk kita pelajari karena dengan kita mengetahuinya maka secara tidak langsung kita dapat memperdalam ilmu tentang Al-Qur`an khususnya pada tahapan-tahapan Al-Qur`a diturunkan.
Oleh sebab itu, pada pembahasan makalah ini, penyusun akan membahas tentang makkiyah dan madaniyah, mulai dari pengertian hingga kita dapat memahami lebih jauh tentang makkiyah dan madaniyah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana  pengertian Makiyyah dan Mahdaniyah?
2.      Bagaimana ayat dan surat  makiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an?
3.      Bagaimana ciri-ciri Makiyah dan Madaniyah?
4.      Apakah hikmah mempelajari Makiyah dan Madaniyah?
C.Saran
1.  Mengetahui Pengertian Makiyah dan Madaniyah.
2.  Mengetahui ayat dan surah Makiyah dan Madaniyah dalam Al-qur’an                           
3.  Mengetahui ciri-ciri Makiyah dan Madaniyah.                                                   
 4.  Mengetahui hikmah mempelajari Makiyah dan Madaniyah.


BAB   II
 PEMBAHASAN
A.    Pengertian Makiyyah dan Mahdaniyyah
Al-qur`an di turunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang di dasarkan pada keimanan kepada Allah SWT dan risalah-risalah-Nya. Dimana tempat turunnya al-Qur’an itu berbeda sehingga hal itu menyebabkan kita membedakan Al-Qur’an dari segi tempat turunnya. Seperti yang kita ketahui, Al-Qur’an berdasarkan tempat turunnya itu dibedakan menjadi 2, yakni Makkiyah dan Madaniyyah.
Orang yang membaca al-Qur’anul Karim akan melihat bahwa ayat-ayat Makkiyah mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat Madaniyah, baik dalam irama maupun maknanya; sekalipun yang kedua ini didasarkan pada yang pertama dalam hukum-hukum dan perundang-undangannya.
Yang dimaksud dengan ilmu Makki dan Madani ialah ilmu yang membahas bagian-bagian dari pada Al-Qur'an Makki dan Madani, baik dari segi makna, cara mengetahui tanda masing-masing, maupun macam-macamnya.
Secara istilah al-makki wa al-madani berarti “suatu ilmu yang membahas tentang tempat dan periode turunnya surah atau ayat Al-qur’an, baik Mekkah ataupun Madinah”. Ayat atau surah yang turun pada periode Mekkah disebut dengan ayat/surah makkiyah dan ayat/surah yang turun pada periode Madinah disebut dengan ayat madaniyah.                              Ilmu al-makkiyah dan al-madaniyyah termasuk dalam kategori ilmu riwayah. Justru itu, ia tidak akan dapat dikuasai dan diketahui kecuali melalui riwayat dari sahabat. Karena hanya merekalah yang menyaksikan turunnya ayat-ayat Alqur;an kepada Nabi, dalam suasana, tempat, dan masa tertentu. Atau boleh juga melalui riwayat tabi’n yang mereka terima dari sahabat.
      Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ayat al-makkiyah dan al-madaniyyah, yaitu sima’i dan qiyasi(analogi). Yang pertama adalah berdasarkan penjelasan para sahabat secara langsung. Hal ini dapat diketahui melalui riwayat yang telah ditulis oleh para ahli hadits, seperti al-kuttub as-sittah.[1]Dan yang terkhir adalah dengan cara membandingkan tanda-tanda al-makki atau al-madani  dengan struktur ayat yang terdapat dalam surah. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang jadi pedoman hidup bagi manusia untuk hidup di dunia. Ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kemudian disebarkan ke umatnya. Al-Quran diturunkan kepada Nabi SAW secara berangsur-angsur kurang lebih selama 23 tahun.                                                                          Secara umum, Al-Qur'an diturunkan di dua kota yaitu kota Mekkah dan kota Madinah. Para ulama kemudian membedakan surat dalam Al-Qur'an menjadi dua, yaitu surat yang masuk golongan surat Makkiyah serta surat yang masuk dalam golongan surat Madaniyah. Istilah Makkiyah diambil dari kata Mekkah, merujuk pada kota Mekkah. Sedangkan istilah Madaniyah diambil dari kata Madinah, merujuk pada kota Medinah.Secara umum surat Makkiyah diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah, sedangkan surat Madaniyah diturunkan sesuah Rasulullah SAW hijrah.
Namun kedua golongan itu tidak hanya dibedakan dari waktu turunnya ayat saja. Ada beberapa perbedaan mencolok antara surat yang masuk kategori Makkiyah dan Madaniyah, mulai dari isi kandungan ayat hingga gaya bahasa yang digunakan.Terdapat ilmu Makki dan ilmu Madani yang digunakan untuk membahas bagian-bagian dari Al-Qur'an itu sendiri, mulai dari makna, tema ayat hingga kalimat yang digunakan. Berikut akan ditampilkan info Islami mengenai pengertian Makkiyah dan Madaniyah beserta ciri-cirinya dan perbedannya didasarkan pada bebarapa aspek.
Pembedaan Makiyyah dan Madaniyah sangat mendapat perhatian dari para ahli ilmu al-qur’an disebabkan karena ayat Makiyah dan Madaniyah menimbulkan konsekuwensi hukum syariah. Apabila ayat hukum itu turun di mekah maka akan terhapus hukumnya oleh ayat-ayat yang diturunkan di madinah.konsekuwensi ini menuntut para ahli untuk berupaya menentukan setepat mungkin masalah Makiyah dan Madaniyah. Maka para ahli ilmu al-Quran berbeda pendapat dalam menentukan definisi Makiyah dan Madaniyah.                 Pertama : pendekatan historis (Mulahadzatu zamanin nuzul) yaitu teori yang berorientasipada sejarah turunnya wahyu. Ulama mendefinisikan Makiyah adalah ayat yang diturunkan di Makkah sekalipun turunnya setelah Hijrah, sedangkan Madaniyah ialah ayat yang turun di kota Madinah.Maka ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah adalah ayat-ayat al-Quran yang diturunkan sebelum hijrah meskipun turunnya ayat tersebut di luar Makkah. [2]
Sedangkan Madaniyah ialah ayat-ayat al-Quran yang turun setelah nabi Muhammad hijrah meskipun turunnya di luar Madinah. Maka ayat yang turun diluar Madinah atau turun di Makkah atau Arafah setelah hijrah disebut Madaniyah.
Seperti contohnya ayat yang turun pada ‘aamul fath ( Hari pembukaan di kota Makkah) QS. An-Nisa 4 : 58, Sesungguhnya ayat ini turun di Makkah tepat di dalam ka’bah pada hari pembukaan kota itu.
 إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا     
Artinya: ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya’ (QS.an-Nisa [4]: 58)
Maka untuk mempermudah memahami Makiyah dan Madaniyah dibuat tiga fase dalam teori ini :                                                                                                                         1.Fase Permulaan(Marhalah Ibtidaiyah), yakni sebelum hijrah Rasul ke kota Madinah.          2.Fase Pertengahan (Marhalah Mutawasittah) , yakni setelah hijrah Rasul.              3.Fase Terakhir(Marhalah Khitamiyah), yakni antara Makkah dan Madaniyah.
Kedua :  pendekata Geografis (Mulahadzatu makanin nuzul) teori ini berorientasi pada tempat turunnya ayat. Maka ayat Makkiyah ialah ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina dan arafat atau Hudaibiyah. Sedangkan Madaniah ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Salwa.                                                                        Ketiga : Pendekatan Obyek (Mulahadzatul Mukhotobin fin nuzul),teori ini berorientasi kepada obyek yang ditunjuk oleh ayat Maka Makiyyah ialah ayat yang ditunjukkan bagi orang-orang Makkah. Sedangkan madaniyah ialah ayat yang ditunjukkan pada orang-orang Madinah.                                                                                                     Surat Makkiyah merupakan surat yang ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasulullah SAW sebelum hijrah ke Madinah atau di kota Mekkah. Surat yang termasuk dalam kategori Makkiyah diturunkan selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, dimulai pada 17 Ramadhan saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun. Biasanya surat Makkiyah ayatnya termasuk pendek sehingga umumnya surat pendek Al-Qur'an juz 30 tergolong surat Makkiyah.[3]                                    Surat madaniyah merupakan surat yang ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasulullah SAW sesudah hijrah ke Madinah atau diturunkan di kota Madinah. Sebuah surat bisa saja sebagian ayatnya termasuk dalam kategori Madaniyah dan sebagian lain masuk dalam kategori Makkiyah. Umumnya ayat pada surat Madaniyah termasuk agak panjang
B.Pengertian Surat dan Ayat dalam Al-Qur’an
Surah-surah Makkiyah dan Madaniyah  adalah sebuah istilah dan ungkapan di bidang jurusan Ulumul Quran dan sebagian dari cabang-cabang kajian Islam dan yang dimaksud darinya adalah dua bagian dari surah-surah Al-Quran yang berkaitan dengan tempat penurunannya. Mekah dan Madinah adalah dua tempat turunnya ayat-ayat al-Quran al-Karim dan mengenal ayat-ayat yang turun di dua kota ini termasuk dari kekhawatiran umat Islam sejak abad-abad permulaan hingga hari ini dan menyebabkan munculnya sebuah ilmu baru dengan nama "Ilmu al-Makki wa al-Madani".                                                                        Sebagian dari surah-surah Al-Quran, seluruh ayatnya adalah Makiyyah (sesuai dengan kriteria pertama dari tiga kriteria yang ada) dan sebagian darinya semua ayatnya merupakan surah-surah Madaniyyah. Namun, sebagian surah-surah itu pada permulaannya turun di Mekah dan pada ujungnya atau pertengahannya turun di Madinah. Dalam kondisi ini, jumlah ayat yang dominan akan dipertimbangkan. tentunya sebagian dari para peneliti Al-Quran berkaitan dengan hal ini akan mempertimbangkan permulaan surah-surah ini dan berdasarkan hal ini mereka memberi nama surah-surah Makkiyah dan Madaniyyah
            Secara lughawi (arti kata),surat mempunyai banyak arti, di antaranya :
a)      Tingkatan atau martabat,
b)      Tanda atau alamat,
c)      Gedung yang tinggi dan indah,
d)     Sesuatu yang sempurna atau lengkap,
e)      Susunan sesuatu atas lainnya yang bertingkat-tingkat.                
Dalam surat al-Qur’an dalam berbagai pengertian sebagaimana disebutkan diatas,jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh memang mengandung beberapa kepentingan yaitu:[4]
1)      Siapa yang membacanya dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan dengan segala isinya, niscaya ia akan mendapatkan tingkatan mulia dalam ilmu pengetahuan.
2)      Surat-surat dalam Al-Qur’an itu sebagai tanda permulaan dan penghabisan untuk tiap-tiap bagian tertentu dari Al-Qur’an.
3)      Surat-surat  di dalam Al-Qur’an itu memang laksana gedung-gedung indah,yang memiliki berbagai aksesoris atau kelengkapan. Akan halnya gedung yang indah,                al-Qur’an mengandung beberapa hal yang lengkap dan sempurna.
4)      Masing-masing surat al-Qur’an itu satu sama lain berhubungan erat, tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lain seakan-akan merupakan tangga yang bertingkat-tingkat.                                          
Intinya Al-Qur’an itu adalah kumpulan surat-surat yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh. Adapun pengertian surat menurut terminologi para ahli ilmu-ilmu Al-Qur’an, seperti dikemukakan para ulama di antaranya :                                                                      
1)      Menurut al-Ja’bari                                                                                                 “Batasan suarat ialah (sebagian) Qur’an yang mencakup beberapa ayat yang mempunyai permulaan dan penghabisan (penutup), dan paling sedikit adalah tiga ayat, yakni surat Al-Kautsar  [108] yang terdiri atas 3 ayat, 9 kata dan 41 huruf,dan surat Al-Nashr [110] yang terdiri atas 3 ayat, 19 kata, dan 79 huruf.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ{١} فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ{٢} إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ{ ٣}
                                                          
Artinya: ”Sungguh, kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhan-mu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)”. [QS. Al-Kausar (108)].
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ {١} وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجً{٢} فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا {٣}
Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha penerima taubat”. (QS. An-Nashr [110] ).
2)      Kata Manna al-Qaththan                                                                                      “Surat ialah sekumpulan ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai tempat bermula dan sekaligus tempat berhenti (berakhir).”                                      
Bagi tiap-tiap surat ada namanya sendiri-sendiri, dan nama-nama itu pada umumnya diambil dari permulaan surat kecuali hanya 35 dari 114 surat Al-Qur’an yang namanya diambil dari pertengahannya. Nama-nama surat ddalam Al-Qur’an itu sendiri paling sedikit menurut sebagian para pakar ilmu-ilmu Al-Qur’an, semuanya resmi berdasarkan tuntunan wahyu ilahi.[5]
1.Beralih kepada pengertian ayat, secara etimologis berarti tanda. Terkadang diartikan juga sebagai pengajaran ,urusan yang mengherankan dan mukjizat disamping juga digunakan untuk pengertian sekumpulan manusia. Adapun pengertian ayat menurut terminologi ahli-ahli tafsir antara lain seperti dikemukakan dibawah ini : Al-Ja’bari mengatakan :
“Batasan ayat adalah (sebagian) Qur’an yang tersusun atas beberapa kata walau dalam bentuk takdir (prakiraan sekalipun) yang mempunyai tempat permulaan dan tempat berhenti yang terhimpunm dalam suatu surat.
1)      Kata Manna’ al-Qaththan                                                                                              “Ayat  ialah suatu jumlah atau bagian (yang terdiri)dari kalam Allah yang terhimpun/bernaung dalam suatu surat.”                                                   
Dalam beberapa definisi surat dan ayat Al-Qur’an diatas, dapat disimpulkan  bahwa     surat dalam konteks  Al-Qur’an pada dasarnya adalah bagian tertentu dari keseluruhan Al-Qur’an  yang membicarakan perihal topik tertentu, sedangkan ayat adalah bagian tertentu dari surat yang membicarakan persoalan tertentu dari surat-surat Al-Qur’an.                        Sistematika penyusunan ayat Al-Qur’anyang memperhatikan surat dan ayat ini ternyata sejalan dengan tradisi penulisan buku-buku ilmiah terutama peraturan perundang-undangan yang pada umumnya atau bahkan semuanya menggunakan judu-judul bagian kedalam bebrapa bab  dan sub bab sampai kemudian kepada pasal dan ayat. Dengan cara demikian orang akan mudah merujuk Al-Qur’an dengan merujuk kepada nama dan nomor surat dan nomor ayat.
1.      Jumlah Surat dan Ayat dalam Al-Qur’an
Pada umumnya , para ulama membagi surat surat al qur’an menjadi dua bagiaan yaitumakiyyah dan madaniyah . Sebagian ulama mengatakan bahwa surat makiyyah ada 94 surat , sedangkan madaniyah 20 surat. Pendapat yang di pakai mushaf utsmani jumlah surat makiyyah 94 surat sedangkan madaniyah 28 surat.
Yang paling mendekati surat makiyyah 82 surat , surat madaniyah 20 surat , surat yang di perselisihkan 12 surat .Di karenakan adanya sebagian surat yang seluruhnya ayat ayat makiyyah dan madaniyyah dan ada sebagian surat yang tergolong makiyyah atau madaniyah, tetapi didalamnya berisi sedikit ayat diantara salah satunya.[6]                                       1) Surat surat makiyyah murni yaitu surat surat makiyyaah yang status ayatnya  semuanya   makiyyaah , tidak ada madaniyah contohnya surat al mudatsir , al qiyamah , dan sebagainya .                                                                                      
    2) Surat surat madaniyah murni yaitu surat surat madaniyah yang status ayatnya semuanyamadaniyah , tidak ada makiyyah contohnya surat al imran , al nisa , dan sebagainya.    3)Surat-surat Makkiyah yang berisi ayat Madaniyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makkiyah, sehingga berstatus Makkiyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyah. Contohnya surat al-A’râf yang hampir keseluruhannyaMakkiyah, kecuali ayat 163-171 termasuk Madaniyah.                        4)Surat-surat Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya kebnyakan ayat-ayatnya adalah Madaniyah, sehingga berstatus Madaniyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Makkiyah. Contohnya surat al-Hajj yang hampir keseluruhannyaMadaniyah, kecuali ayat 51- 55 termasuk Makkiyah.
C.Ciri-Ciri Makiyah dan Madaniyah                                                                    
Ayat-ayat Makkiyah maupun Madaniyyah yang terdapat Al Qur’an memiliki beberapa perbedaan yang menjadi ciri khas. Berikut ini adalah ciri-ciri yang terdapat pada kedua kategori ayat tersebut. Ciri-ciri Makkiyah Diawali dengan yaa ayyuhan-naas (wahai manusia),Kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah swt, masalah surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi).Ciri-ciri Madaniyah.                                                                                                                            Ayat-ayatnya panjang, Diawali dengan yaa ayyuhal-ladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman), Kebanyakan tentang hukum-hukum agama (syariat),orang-orang yang berhijrah    (Muhajirin) dan kaum penolong (Anshar), kaum munafik, serta ahli kitab.Nabi Muhammad saw menerima wahyunya yang pertama di sebuah gua benama Gua Hira. Gua tersebut terletak di pegunungan sekitar kota Mekah. Wahyu yang pertama kali beliau terima adalah lima ayat pertama surat Al ‘Alaq.                                                                          Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 610), yaitu ketika Nabi Muhammad saw berusia 40 tahun. Rasulullah saw menyampaikan Al Qur’an secara langsung kepada para sahabatnya orang-orang Arab asli- sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka. Jika mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka menanyakan langsung kepada Rasulullah saw.Bukhari Muslim meriwayatkan sebuah riwayat dari Ibn-Mas’ud.                                                                     
Ciri-ciri Ayat Makkiyah dan Madaniyyah dalam Al-Quran
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَلَمۡ يَلۡبِسُوۡۤا اِيۡمَانَهُمۡ بِظُلۡمٍ اُولٰۤـئِكَ لَهُمُ الۡاَمۡنُ وَهُمۡ مُّهۡتَدُوۡنَ
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk”. (QS. Al-An’am[6]: 82).
”Ketika ayat ini turun (surat Al-An’am, ayat 82), yang memiliki arti ’Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman’, para sahabat gelisah dan khawatir, kemudian bertanya pada Rasulullah: ”Ya, Rasulullah siapakah di antara kita yang tidak berbuat zalim pada dirinya sendiri?” Nabi menjawab:
            ”Kezaliman di sini tidak seperti yang kamu pahami. Tidakkah kamu pernah mendengar apa yang dikatakan oleh seorang hamba yang saleh, ’Sesungguhnya kemusyrikan adalah benar-benar kezaliman yang besar’ (Luqman (31):13). Jadi yang dimaksud kezaliman adalah kemusyrikan. Ini adalah salah satu cara menafsirkan ayat yang diajarkan oleh Rasulullah, yakni menafsirkan satu ayat dengan ayat yang lain.[7]      
            وَاِذۡ قَالَ لُقۡمٰنُ لِا بۡنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَىَّ لَا تُشۡرِكۡ بِاللّٰهِ ؕ اِنَّ الشِّرۡكَ لَـظُلۡمٌ عَظِيۡمٌ
       Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “wahai anakku! Janganlah engkau persekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Al-Luqman [31]: 13).
Para ulama menetapkan surat-suratMakiyah dan Madaniyah, dan mereka mengambil kesimpulan analogis dari setiap ayat-ayat tersebut yang menjelaskan tentang kekhususan uslub dan topik yang ia miliki, serta menyusun pula undang-undang penentuan Makiyah dan Madaniyah serta keistimewaan maing-masing.
D.Hikmah dan Faedah Mempelajari Makiyah dan Madaniyah
  1. Sebagai alat bantu penafsiran al-Qur’an, sebab pengetahuan tentang tempat turunnya ayat dapat membantu memahami ayat yang nasikh dan mansukh bila ada ayat yang kontradiktif. Dengan tersebut dan penafsirannya yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafaz, bukan sebab yang khusus. Dan dengan itu pula para penafsir dapat membedakan antara ayat pastinya, bahwa ayat Makkiyah dihapus oleh ayat Madaniah yang turun belakanga.
  2. Dengan gaya bahasa Qur’an yang memiliki karakteristik, gaya bahasa Makki dan Madani sangat tepat memanfaatkannya untuk menyeru menuju jalan Allah.
3.      Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah da’wah,baik periode Mekah maupun periode Madinah.[8]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan tentang ayat-ayat Mekkah dan Madinah merupakan bagian yang terpenting dalam Ulumul Qur'an. Hal ini bukan saja merupakan kepentingan kesejarahan melainkan juga untuk memahami dan menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan. Sebagaian surat di dalam al-Qur'an berisi ayat-ayat dari kedua periode tersebut dan dalam beberapa hal muncul perbedaan pendapat dari kalangan para ulama tentang klasifikasi ayat-ayat tertentu.                                Bagaimanapun juga secara keseluruhan memang sudah berhasil disusun suatu pola pemisahan (pembagian) yang sudah mapan, dan telah digunakan secara meluas secara ilmu tafsir, dan dijabarkan dari bukti-bukti internal yang ada dalam teks al-Quran itu sendiri. Definisi Al-Makiyyah dan Madaniyah oleh para ahli tafsir meliputi berdasarkan tempat turunnya suatu ayat, berdasarkan masa turunnya ayat tersebut,menurut objek pembicaraan.         Karakteristik surat dan ayat-ayat Al-Qur'an ini terbagi menjadi dua yaitu karakteristik Makkiyah dan karakteristik Madaniyah. Adapun kegunaan mempelajari ilmu ini antara lain agar dapat membedakan ayat-ayat nasikh dan mansukh, agar dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan tahapan-tahapannya secara umum, mendorong keyakinan yang kuat, agar mengetahui fase-fase dakwah Islamiyah yang telah ditempuh oleh Al-Qur'an secara bertahap, agar dapat mengetahui keadaan lingkungan, situasi, dan kondisi masyarakat pada waktu turun ayat-ayat Al-Qur'an, agar mengetahui gaya bahasanya yang berbeda-beda.
B.     Saran 
            Akhirnya terselesaikannya makalah ini kami selaku pemakalah menyadari dalam penyusunan makalah ini yang membahas tentang kewarganegaraan masih jauh dari kesempurnaan baik dari tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan maupun dari segi penyajian materinya.                                                                                                                           Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing atau dosen yang terlibat dalam penyusunan makalah ini yang bersifat kousteuktif dan bersifat komulatif sangat kami harapkan supaya dalam penugasan makalah yang akan datang lebih baik dan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Shalahuddin Hamid.2006.Study Ulumul Qur’an. Jakarta: PT NusantaraLestariCeriaPratama.

Muhammad Amin.2013Ulumul Qur’an.Jakarta :Raja Grafindo Persada.

Chalik, Chaerudji Abd. 2007. ‘Ulumul Qur’an. Jakarta. Diadit Media 



[1] Shalahuddin Hamid,Study Ulumul Qur’an (Jakarta : PT NusantaraLestariCeriaPratama,2006),hlm.186
[2] Shalahuddin Hamid,Study Ulumul Qur’an (Jakarta : PT NusantaraLestariCeriaPratama,2006),hlm.186-188

[3] Shalahuddin Hamid,Study Ulumul Qur’an (Jakarta : PT NusantaraLestariCeriaPratama,2006),hlm.191           
[4] Shalahuddin Hamid,Study Ulumul Qur’an (Jakarta : PT NusantaraLestariCeriaPratama,2006),hlm.195

[5] Muhammad Amin.,Ulumul Qur’an(Jakarta : Raja Grafindo Persada,2013)hlm.60
[6] Muhammad Amin.,Ulumul Qur’an(Jakarta : Raja Grafindo Persada,2013)hlm.62-70.

[7]  Chaerudji  Chalik Abd. 2007. ‘Ulumul Qur’an. Jakarta. Diadit Media

[8] Shalahuddin Hamid,Study Ulumul Qur’an (Jakarta : PT NusantaraLestariCeriaPratama,2006),hlm.207


No comments:

Post a Comment