1

loading...

Sunday, January 6, 2019

MAKALAH ALIRAN YAMAN


MAKALAH ALIRAN YAMAN

BAB II
PEMBAHASAN
A      ALIRAN YAMAN
Yaman adalah sebuah negeri yang terletak di bagian selatan jazirah arab,karena ituseringjuga disebut sebagai arab selatan. Berbeda dengan arab bagian utara,negeri yaman pernah mengalami kemajuan peradaban. Pada masa kebangkitan islam pertama,penduduk yaman dapat dikatakan sebagai sedikit lebih berperadaban dari pada penduduk arab utara. Kalau penduduk arab utara ketika itu belum memperhatikan pentingnya tulis-menulis,maka penduduk yaman sejak lama sudah menulis peristiwa-peristiwa yang mereka alami. Mereka juga sudah mengenal kalender sejak tahun 115 SM.[1]
Berita penting yang di peroleh dari tulisan-tulisan yang di temukan di tempat-tempat peribadatan mereka sebelum islam,yang terpentig di antaranya adalah berita tentang runtuhnya bendungan ma’arib yang menimbulkan banjir besar di negeri itu dan memaksa penduduknya hijrah ke hijaz,thihamah,nejd,irak dan sriya. Berita lainya adalah sepert tentang  kerajaan saba’ dan ratu bilqis nya,yang berhubungan dengan nabi sulaiman,tentang kerajaan Himyar,tentang penaklukan Abbasiyah (ethopia) atas yaman,tentang serbuan yaman (atas nama Abbasiyah) ke mekkah dan tentara gajah pada tahun 571 M,dan tentang peperangan yang Sayf ibn Yazn al-himyari berhasil mengusir orang-orang habasiyah dari negeri yaman atas bantuan persia.
 Akan tetapi,berita-berita itu terutama yang berkembang di massa islam,di dalamnya bercampur antara yang faktual (historis) dan yang bersifat dongeng dan legenda. Menurut perkiraan muhamad ahmad Tarhini,munculnya legenda dan dongeng dalam berita-berita itu adalah di karenakan tingginya fanatisme ke daerahan orang-orang yaman pada abad pertama dan ke dua hijrah. Dengan legenda-legenda itu,mereka ingin memperlihatkan bahwa arab selatan lebih unggul dari pada arab utara,karena dengan munculnya nabi muhamad saw.
Di hijaz orang-orang arab utara ketika itu merasa lebih unggul dari pada orang-orang arab selatan. Riwayat-riwayat tentang yaman di masa silam kebayakan dalam bentuk hikayat (al-qashash,cerira),sebagai mana al-ayyam di kalangan arab utara. Isinya adalah cerita-cerita khayal dang dongeng-dongeng kesukuan. Dia merupakan kelanjutan dari corak sejarah ssebelum islam.
 Penulisanya dapat di juluki tukang hikayat (narator) dan kitab-kitab nya dapat dikatakan riwayat-riwayat sejarah (novel sejarah). Oleh karena itu,para sejarawan tidak menilai hikayat-hikayat itu sebagai memiliki nilai hstoris. Para penulis hikayat-hikayat yang banyak di kutip oleh sejarahwan muslim berikutnya yang terpenting di antara merek adalah :ka’b al-ahbar,wahb ibn munabih,dan ubayd ibn sariyah mereka bertiga ini di pandang sebagai tokoh aliran yaman.
1.      Ka’b al-Ahbar (w.32 H)[2]
     Nama lengkapnya adalah Abbu ishaq-Ka’b al-Ahbar. Dia adalah seorang yang sangat terkenal dari suku Dzu Ru’ain Himyar. Dia melewati masa mudanya sebagai pemeluk agama yahudi dan memeluk agama islam pada masa pemerintahan khalifah umar ibn khaththab, sebagian menyebutkan pada masa pemerintahan khalifah Abu bakr al-shiddiq. Riwayat yang dikutip Al-waqidi dari yunus ibn maysarah ibn hulasy terdapat petunjuk bahwa ketika ‘Ali ibn abi Thalib mengunjungi yaman, Ka’b datang kepadnya untuk mendengarkan pembeciraanya. Ia memohon kepada Ali untuk menceritakan pribadi nabi muhamad saw. Setelah menderngarkan apa yang disampaikan ali itu,dia berkata “semua itu persis apa yang terdapat di dalam kitab suci kami. Saya percaya dan masuk islam.”
     Yang jelas,pada masa pemeritahan umar ibn al-khatab dia datang dan menetap di kota Madinah untuk beberapa lama. Di madinh dia bergaul dengan para sahabat nabi,meriwayatkan berita-berita yang bersumber dari kitab-kitab Isra’iliyat (agama yahudi),di samping belajar hadist-hadist nabi saw. Di akhir hayatnya,dia menjaadi seorang ulama yang cemerlang. Kemudian dia pindah di syria dan tinggal di hamash sampai meninggal dunia pada tahun 32H,pada masa pemerintahan usman ibn affan.
     Sebagai seorang bekas penganut agama yahudi,dia di nilai sebagai sangat menguasai kitab-kitab yahudi dan dapat membedakan antara yang benar dan yang bathil. Riwayat-riwayatnya tentang hadist terdapat di dalam sunnan abu dawud,sunnan a-tarmizi dan sunnan al-nasa’i. Kisah-kisah para nabi banyak bersumber darinya.
     Dia dinilai oleh sejarawan klasik islam sebagai seorang sejarawan yang banyak memasukkan keterangan mitologi  dalam karyanya. Oleh karena itu, para sejarawan yang sangat berhati-hati dalam mengutip suatu riwayat, seperti ibn qutaybah al-dinawari, tidak memasukkan riwayat-riwayat yang datang daripadanya. Namun, di dalam karya sejarah al-thabri,seorang sejarawan besar muslim, terdapat sedikit riwayat yang berasal dari kaa’ab al-ahbar itu.
2.      Wahb ibn munnabih (34H-10 atau 141H/729 atau732M)[3]
     Wahb ibn munabbih lahir pada tahun 34H. Dia adalah seorang narator yang terkenal tentang asal-usul yaman dan jabtanya setingkat dengan qadhi. Dia banyak mempengaruhi sejarah penulisan arab dalam banyak hal. Pertama dia adalah seseorang yang memperkenalkan kandungan kitab-kitab suci yahudi dan asal mula tahmud dalam sejarah islam. Kedua,dia adalah seorang penduduk yaman yang berdarah persia.
      Dia sangat dalam melangkah materi cerita rakyat (folklore) yaman yang legendaris yang ditransmisikanya untuk keperluan ahli tafsir dalam penafsiran al-qur’an dan penulis-penulis maghazi. Dia meskipun demikian,adalah seorang perintis penyusunan al-maghazi,sebagaimana yang dikembangkan oleh aliran madinah,dalam penulisan sejarah,yaitu pada abad pertama hijrah. Di samping itu,diantara jasanya dalam lapangan sejarah adalah:
1)      Meriwayatkan sejarah bangsa arab sebelum islam,
2)      Meriwayatkan bangsa-bangsa bukan arab,terutama yang bersumber dari kitab-kitab suci yahudi dan nasrani,
3)      Menciptakan kerangka sejarah para nabi,mulai dari nabi adam sampai nabi muhamad saw. Dan
4)      Memasukan unsur kisah ke dalam lapangan sejarah.

               Dia meninggalkan beberapa tulisan yang berkenaan dengan sejarah arab sebelum islam. Ibn Sa’ad menyebutkan bahwa dia adalah pengarang buku yang berjudul Ahadist al-Anbiya’wa al-Ibad wa Ahadist bani isra’il (Berita tentang nabi-nabi,orang-orang saleh,dan Bani israil) ibn al-nadim menyebutkan bahwa dia adalah pengarang buku yang berjudul al-mubtada’ ibn qutaybah menyebutkan beberapa karanganya,yaitu Qashas al-anbiya (kisah para nabi),Mubtada’ al-khalq (awal penciptaan),al-mabda’ dan al-mubtada’:sebagaimana disebut di atas,yaqut menyebutkan bahwa,di samping al-mubtada’,wahb ibn munabbih juga menulis karya lain yang berjudul kitab al-muluk al-mutawajjab mim himyar wa akbbarubun wa Ghayr Dzalik (kitab tentang raja-raja bermahkota dari himyar,sejarah mereka,dan lain-lain).
                Karya-karyanya tidak di jumpai lagi,tetapi bagian-bagian tertentu dari padanya dapat di jumpai di dalam karya-karya sejarawan yang datang sesudahnya,seperti ibn qutaybah,ibn ishaq,ibn hisyam al-thabari,dan lain sebagainya.

3.      Abid ibn syariyyah al-jurhumi
     Dia adalah orang yang berusia sangat panjang. Sebagian sejarawan menyebutkan bahwa dia hidup selama 300tahun dan sebagian lagi menyatakan bahwa usianya sampai 220tahun. Yang jelas dia hidup di masa,pra islam dan masa islam. Dia tidak mendapatkan penghargaan di negeri nya. Menurut ibn hisyam,dia pernah ikut perang Dahis. Sejarah tentang abid juga di ceritakan dalam bukunya al-tijan mim muluk himyar wa al-yaman (mahkota raja-raja himyar dan yaman).[4]
      Muawiyah ibn abi sufyan,khalifah pertama daulah bani umayah,pernah memanggilnya dari san’a ke ibu kota,damaskus,untuk menyelidiki serta memeriksa tentang ilmu bahasa,ilmu alam,dan geografisnya.selama masa pemerintahan muawiyah, abid dihormati sebagai pakar sejarah dunia.[5]
      Mu’awiyah merasa sangat puas dengan ide-idenya dan menyuruh wakilnya untuk menulis sejrah detail tentang abid.atas dasar kepercayaan itulah abid hidup bbersama khalifah bani umayah sampai khalifah abd al-malik ibn marwan. Ibn al-nadim telah menulis di dalam kitabnya al-fibrist bahwa abid pernah menulis sebuah buku,yaitu kitab al-amtsal (cerita alegoris) dan kitab al-muluk wa akhbar al-madhi (raja-raja dan sejarah masa silam). Menurut ibn al-nadim yang mengaku pernah melihat kitab al-amtsal itu,tebal kitab itu adalah 50 halaman.
     Karya ini di transmisikan secara lisan oleh zayib ibn kayyis al-namery, abd al-wudd al-jurhumi dan alaqah ibn karim al-kilabi. Transmitter terakhir adalah anggota suku al-kilab.Pada masa yazid ibn mu’awiyah ia seorang informan yang di hormati bangsa arab terdahulu. Sebagai kritikus menyatakan bhawa karyanya yang terakhir  itu lebih dekat kepada hikyat dari pada karya sejarah.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Yaman adalah sebuah negeri yang terletak di bagian selatan jazirah arab,karena ituseringjuga disebut sebagai arab selatan. Berbeda dengan arab bagian utara,negeri yaman pernah mengalami kemajuan peradaban. Pada masa kebangkitan islam pertama,penduduk yaman dapat dikatakan sebagai sedikit lebih berperadaban dari pada penduduk arab utara. Kalau penduduk arab utara ketika itu belum memperhatikan pentingnya tulis-menulis,maka penduduk yaman sejak lama sudah menulis peristiwa-peristiwa yang mereka alami. Mereka juga sudah mengenal kalender sejak tahun 115 SM.
Para penulis hikayat-hikayat yang banyak di kutip oleh sejarahwan muslim berikutnya yang terpenting di antara merek adalah :ka’b al-ahbar,wahb ibn munabih,dan ubayd ibn sariyah mereka bertiga ini di pandang sebagai tokoh aliran yaman.

  
Aliran Yaman
1.      Ciri                       : al-ayyam, al-ansab
2.      Tema                    :biografi, al-maghazi
3.      Sumber                 :lisan, hadist
4.      Sejarawan/            :
 dan karyanya      
·         ka’b al-ahbar
“ al-mubtada”
·         wahb ibn munabih
 “al-muluk al kutawajjah mim himyar wa akhrahum wa ghayr dzalik”
·         abid ibn syariyah al-jurhumi




DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Historiografi Islam (PT. logos Wacana : 1997)






[1] Badri Yatim, Historiografi islam, Logos Wacana, 1997. Hlm 48-50
[2] Badri Yatim, Historiografi islam, Logos Wacana, 1997. Hlm 50
[3] Badri Yatim, Historiografi islam, Logos Wacana, 1997. Hlm 51
[4] Badri Yatim, Historiografi islam, Logos Wacana, 1997. Hlm 53


No comments:

Post a Comment