Makalah Historiografi Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BIOGRAFI
Perkembangan penulisan biografi dalam sejarah
(historiografi) islam dimulay dengan penulisan riwayat hidup nabi Muhammad saw.
Yang lebih dikenal dengan sirab al-Nabi saw.dan perang-perangnya) atau
disingkat dengan al-sirah wa al-maghazi (riwayat hidup dan perang-perang nya nabi
saw.) saja. Menyusul setelah itu, biografi para sahabat, para tabi’in, dan
tabi’ al-tabi’in terutama mereka yang merawikan hadits. Penulisan biografi para sahabat, para tabi al-tabi’in, terutama
mereka yang merawikan haadits.[1]
Penulisan biografi
Nabi Muhammad saw. (al-sirah al- Nabawiyah),para sahabat, dan para perawi
hadits tersebut dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penulisan sejarah
islam yang pertama. Karena subjek karya biografi itu adalah Nabi saw.,para
sahabat dan para perawi hadits, mereka terlihat dengan jelas bahwa penulisan
biografi itu sangat berhubungan erat dengan jelas bahwa penulisan biografi itu
sangat berhubungan erat dengan kepentingan ilmu hadits.
Salah satu tolok
ukur terpentiing yang berkaitan dengan sahih-tidaknya sebuah hadist adalah
kekuatan hapalan,kejujuran,dan ketakwaan perawinya. Tolok ukur itulah yang
memotivasi para sejarawan pertama menyusun biografi para perawi hadits. Dalam
perkembangan selanjutnya, muncul dan berkembang pula penulisan biografi para
tokoh pemerintahan (politik) dan para ilmuwan. Akan tetapi penulisan biografi
terakhir ini berkembang dengan caranya sendiri.
Dalam tahap pertama,biografi para tokoh atau ulama hanya diselipkan
dalam karya-karya sejarah yangberbentuk sejarah dinasti atau sejarah umum yang
ditukis secara kronologis (hawliyat,berdasarkan urutan tahun). Ketika itu
penulis sejarah mencantumkan tokoh-tokoh yang meninggal dunia pada akhir setiap
tahun yang bersangkutan. Oleh para pengamat historiografi islam,corak sisipan
ini belum dipandang sebagai sebuah karya biografi, tetapi dapat dikatakan
sebagai embrionya. Baru dalam perkembangan selanjutnya,muncul karya-karya
biografi khusus, yang telah memisahkan diri dari penulisan sejarah dinasti atau
sejarah umum itu.
1.
Penulisan al-sirah
Al-sirah secara semantik bearti
perjalanan. Dalam terminologi historiografi,al-sirah bearti perjalanan
hidup,atau biografi. Apabila disebut al-sirah saja, tanpa dikaitkan dengan nama
tokoh tertentu sesudahnya,maka yang dimaksud kan adalah perjalanan hidup atau
biografi nabi muhamad saw. Hal itu karena banyak nya karya al-sirah yang
berhubungan dengan riwayat hidup nabi muhamad saw.Kajian tentang
al-sirah ini terdapat di dalam ilimu-ilmu keislaman lainya,yaitual-tharikh
(sejarah),hadist,dan fiqih.Meskipun demikian,al-sirah,mempunyai kedudukan
tersendiri dan oleh karena itu merupakan ilmu khusus yang berbeda dari
ketiganya.[2]
Ilmu
al-sirah bagi umat islam dinilai sangat penting karena melalui pengetahuan yang
mendetail tentang kehidupan nabi muhamad dengan segala aspeknya,umat islam
dapat mengambil faidah daripadanya berupa
iktibar,nasehat,hukum-hukum,prinsip-prinsip kehidupan,dan nilai-nilai.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh al-qur’an nabi muhamad bagi umat islam adalah
teladan yang harus ditiru oleh karena ituu,faidah yang di ambil dari ilmu
al-sirah itu harus dijadikan petunjuk yang dapat menerangi perjalanan umat
islam. Dalam hal ini,ia disebut dengan fiqh a-sirah.
Para sejarawan
generasi pertama yang menulis al-sirah (riwayat hidup nabi saw). Dan maghazi
(perang-perang nabi saw). Di mekkah dan madinah,dapat dibagi menjadi tiga
peringkat (generasi):
1)
Peringkat
pertama merupakan generasi peralihan dari ilmu hadist ke penulisan sejarah (biografi).
Mereka adalah aban bin ustman bin affan (w.105 h),urwah bin zubayr (w.92 h),
dan syurahbil ibn sa’ad (w.123 h).
2)
Peringkat
kedua adalah generasi ketika penulisan biografi mulai beridri sendiri sebagai
ilmu,terdiri atas abdullah bin abu bakar bin hazm 9w.135 h),ashim bin amr bin
qatadah (w.120 h), dan ibnu sihab al-zuhri (123 h)
3)
Peringkat
ketiga adalah generasi ketika ilmu ini mulai mengalami perkembangan. Para
tokoh-tokohnya adalah musa bin uqbah (141 h),muahamad bin ishaq bin yassar (152
h) dan al-waqidi (207 h). Kecuali ibn sihab al-zuhri yang berasal dari
mekkah,semuanya berasal dari madinah,kota pusat penyebaran hadist.
Banyaknya
penulisan biografi para pengusa ini tidak dapat di lepaskan dari perkembngan
penulisan sejarah dinasti tersebut di atas. Disamping yang tersebut di atas,
masih banyak para sejarawan yang menulis biografi penguasa, seperti al-balua
yang menulis sirah (biografi) ahmad ibn thulun, ibn zawlaq yang menulis tentang
sirah al-ikhsyid, al-shuli yang menulis tentang akhbar al-radhi wa al- muttaqibil,al-bizaq
yang menulis akhbar al- mahdi ibn tumart, muyi al-din ibn abd al-zahiyr dalam
buku nya yang berjudul tasyrif al-ayyam wa al-ushar fisirah al milk al-
mansur,dan badar al-din al-ayni dalam karyanya yang berjudul al-rawdh al-zahir
fisirah al-malik al-zahir.
Sejarawan
muslim yang menulis biografi Nabi muhammad saw. Setelah generasi pertama
tersebut di atas, di antaranya adalah al-qadhi ‘iyadh ibn musa al-yahshibi (w. 544 h/1149 m) yang menulis al-syifa’ bi
ta’rif huquq al-mushthafa, abu al-qasim ‘abd al-rahman ibn ‘abd allah
al-khats’ami al-suhayli (581 h/1185 m) yang menulis al-raudh al-unuf, abu ‘abd
allah syams al-din muhammad ibn abi bakr al-zar’i al-dimasyqi (751 h/1350 m)
yang menulis zad al-ma’ud fi hadi khayr al-ibad, dan abu al-faraj ‘ali ibn
ibrahim nur al-din al-halabi yang menulis insan al-iyun fi sirah al-amin
al-ma’mun.
2.
Al-thabaqat, al- tarajim, al-siyar, dan al-mu’jam
Thabaqah secara semantik bearti lapisan. Dalam historiografi
islam,thabaqat beatikumpulan biografi tokoh berdasarkan pelapisan generasi.
Dewasa ini, al-thabaqat biasanya menghimpun sejumlah tokoh dalam bidang ilmu
tertentu,seperti para ahli fiqih,para qadhi (hakim agama), ahli syair
(sastrawan)dokter,dan lain sebagainya. “Lapisan” disini-kecuali dalam kasus
para sahabat dan tabi’in-lebih menunjukan lapisan geberasi, dan bukan
tingkat-tingkat ketokohan.[3]
Para sejarawan muslim sendiri tidak bersepakat tentang berapa
lama satu generasi berlangsung. Sebagian mereka menyatakan bahwa suatu lapisan
generasi itu adalah dua puluh tahun, sebagian lagi menyatakan empat puluh
tahun, dan sebagian lainya sepuluh tahun.
Menurut Rosenthal, penulisan kumpulan biografi dengan
menggunakan pembagian thabaqat orisinai berasal dari islam. Pembagian thabaqat
pada mulanya ada hubunganya dengan kebutuhan kritik hadits,tepatnya kritik
isnad,karena itu ia bermula dari pembahasan terhadap orang-orang disekitar nabi
muhamad saw.yang disebut sahabat,dan kemudian berlanjut kepada generasi
sesudahnya,yaitu tabi’in,dan seterusnya.karena itu,biogrfi-biografi yang
dihimpun dalam karya-karya thabaqat awalsangat erat hubunganya dengan ilmu
hadits,yaitu biografi para muhadis.akan tetapi dalam
perkembanganya,biografi-biografi para ulama pada umumnya juga dihimpun dalam
karya-karya seperti ini.
Penulisan al-
thabaqat ini berkembang sejak awal penulisan sejarah islam dan bertahan sampai
sekarang .faktor utama yang menyebabkan berkembangnya penulisan kumpulan
biografi dalam historiografi islam adalah perhatian besar ulama islam kepada
ilmu hadits (bagi generasi sahabat dan generasi sesudahnya) yang menentukan
shahih tidaknya sebuah hadits melalui penilaian terhadap perawi hadits itu.
a.
Thabaqat
(kumpulan biografi) sahabat
Setelah
berkembangnya penulisan sirah nabi muhammad saw., penulisan biografi para
sahabat terutama yang menojol dan berhasil dalaam menjalankan kepemimpinan juga
mendapat perhatian. Penulisan ini juga dibutuhkan sebagai petunjuk dalam
menjalankan organisasi sosial islam.
Dalam ilmu kritik
hadits, biografi para sahabat tidak menjadi topik pembahasan, karena dalam
pandangan para ahli kritik hadits para sahabat dipandang sebagai seluruhnya
jujur dan mempunyai otoritas dalam meriwayatkan hadits. Namun,pengethuan
terhadap biografi mereka tetap penting karena mereka adalah generasi pertama
yang menerima hadits langsung dari rasulullah saw.
b.
Thabaqat
al-muhadditsin (biografi perawi hadits)
Dalam menulis
kumpulan biografi para perawi hadits, para sejarawan menggunakan pendekatan
yang berbeda-beda.mereka dapat dikelompokkan menjadi:
1)
Para
sejarawan hanya mengumpulkan biografi para perswi hadits yang di pandang jujur
dan mempunyai otoritas dalam meriwayatkan hadits-hadits nabi saw.
2)
Para
sejarawan yang mengumpulkan biografi para perawi hadits yang di pandang cacat
sehingga nilai hadits yang diriwayakanya di nilai lemah.
3)
Para
sejarawan yang menggabungkan boigrafi para perawi hadits yang jujur dan yang
cacat dalam suatu karya kumpulan biografinya.
4)
Para
sejarawan yang menulis untuk mengetahui gelar atau julukan para perawi hadits.
5)
Para
sejarawan yang hanya menulis bigrafi para perawi hadits yang meriwayatkan
hadits dari seorang syekh tertentu.
6)
Para
sejarawan sekali gus ahli hadits yang menulis kumpulan biografi
syaykh-syaykhnya, seperti ya’qub bin shufyan al-fasawi(w.277 h)
7)
Para
sejarawan yang menulis kumpulan biografi
ilmuan dan perawi hadits yang berasal dari kota tertentu.
c.
Biografi
para penguasa dan pejabat pemerintah
Dalam perkembangan
berikutnya, penulisan sejarah semakin lama semakin berpusat pada orang-orang
yang memegang kekuasaan.oleh karna itu,biografi para khalifah dan para pejabat
tinggi serta orang-orang yang berpengaruh lainnya, juga ikut berkembang.
Apalagi pada masa awal perkembangan islam, masyarakat tampaknya sangat
tergantung pada kepemimpinan seorang tokoh.
d.
Biografi
para ilmuan dan pemikir islam
Pada awal masa
disintegrasi, biografi-biografi para penguasa lokal semakin populer ditulis
oleh sejarahwan. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya,karena para
penguasa semakin lama semakin mementingkan persoalan-persoalan politik, maka
para sejarawan yang masih sangat terikat kepada nilai suci ajaran islam, mulai
engalihkan penulisan biografinya.
B.
AL-Ansab
Sejarawan
lain yang juga mengembangkan penulisan al-ansab ini adalah abu al-yaqzhan
(w.190 h/805 m), nama aslinya suhaym. Dia adalah ahli nasab pertama yang
menyusun suatu kitab tentang nasab bani tamim dan khindif. Karya-karyanya tidak
diketemukan lagi, tetapi isi karya-karyanya dapat diketahui dari karya-karya
penulis sejarah kemudian yang sengaja mengutip karyanya.[4]
Setelah
abad ke-19 m, karya al-ansab ini tidak banyak lagi menyumbang informasi sejarah
bagi perkembangan sejarah politik di dunia islam belahan timur,meskipun
penulisannya terus berlanjut,terutama setelah munculnya persaingan antar bangsa
di dalam daulat abbasiyah (gerakan syu’ubiyyah). Karya tentang al-ansab ini
juga terdafat di maghrib dan spanyol islam. Ilmu al-ansab ini di spanyol-islam
mendapat perhatian besar, bahkan mungkin dapat dikatakan sebagai lebih besar
dari pada ilmu-ilmu keagamaan islam.
Faktor
lain yang mendukung perkembangan penulisan al-ansab di spanyol-islam adalah,
karena sejarah islam di spanyol tidak dapat di pisahkan dari sejarah dinasti
bani umayyah, yang sebagaimana di damaskus, sangat berorientasi kearaban.
Faktor lain yang mendorong berkembangnya penulisan al-ansab di spanyol-islam
adalah, karena sejarah politik di sana sangat diwarnai oleh persaingan etnis,
baik antara arab utara dan arab selatan maupun antara arab dan barbar.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan penulisan al-ansab ini berkembang di masa
klasik islam. Di antaranya adalah:
1)
Tradisi
al-ansab merupakan tradisi yang hidup dan banyak di minati orang arab sejak
sebelum islam.
2)
Lembaga
diwan (adminstrasi pemerintah ) yang diciptakan oleh khalifah ‘umar ibn
al-khatab menetabkan besarnya hadiah kepada kaum muslimin berdasarkan jauh
dekatnya seseorang dengan nabi muhammad dan sahabat-sahabat besar nabi.
3)
Persaingan
politik antara kabilah-kabilah arab di negeri-negeri “baru”.
4)
Munculnya
rasa kefanatikan pengikut ‘ali ibn abi thalib.
5)
Pada
masa bani umayyah karena di dorong oleh tujuan-tujuan politik, pengetahuan dan
penulisan mengeni nasab ini mendapat perhatian dan dukungan dari khalifah.
6)
Munculnya
gerakan syu’ubiyah (secara harfiyah berarti, kebangsaan) dimasa pemerintahan
bani abbas semenjak gerakan syu’ubiyah dan kalangan non arab dengan
berssemangat mengutuk orang-orang arab. Maka orang-orang arab bangkit menantang
untuk menunjukkan kemurnian darah mereka. Untuk maksud-maksud membanggakan diri
ini, baik bagi kelompok-kelompok arab maupun kelompok-kelompok non arab
memerlukan pengetahuan nasab terinci.
A.
Biografi
1.
Ciri
: al-ayyam
2.
Tema : biografi, al-maghazi
3.
Corak
penulisan:
·
hawliyat(
berdasarkan tahun)
·
Tematik(
biografi/tokoh)
·
Khabar
(cerita)
4.
Sumber
: dokumen, catatan-catatan
5.
Sejarawan
dan karyanya:
·
Dr. Muhammad
al-zuhayli “marja’ al-ulum al-islamiyyah: ta’rifuha, tarikhhuba, a’immatuba,
‘ulama’uha, mashadiruba, kutubuha.
·
Al- balwa
“sirah ahmad ibn thulun”
·
Ibn zawlaq
“sirah al-ikhsyid”
·
Al- shuli
“akhbar al-radhi wa al-muttaqi bil-lah
·
Ibn abi
ushaibi’ah “thabaqat al-athibba”
·
Ibn al-mu’tazz
“thabaqat al-syu’ara”
·
Al-zubayri”
thabaqat al-nahwiyyin”
·
Muhammad bin
sa’ad bin muni al-zuhri “at- thabaqat al- kubra
·
Abu ‘abdullah
muhammad bin ismail al-bukhari “tarikh al-shahabah
·
Ya’qub bin
shufyan al-fasawi”al-ma’rifah wa at-tarikh
B.
Al-ansab
1.
Ciri : al-ansab
2.
Tema : biografi
3.
Corak
penulisan:
·
Hawliyat
(berdasarkan tahun)
·
Tematik
( biografi/tokoh)
·
Khabar
( cerita)
4.
Sumber:
Dokumen,catatan,arsif-arsif,
5.
Sejarahwan
dn karyanya:
·
Al-zubair
ibn bakkar ibn ‘abdullah ibn mush’ab al- zubayri “ al-nasab al-kabir dan nasab
quraysy
·
Al-baladzuri
“ansab al-asyraf”
·
Tajuddin
ibn muhammad”ghayat al-ikhtishar fi akhbari al-buyutat al-‘alawiyyah
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perkembangan penulisan biografi dalam sejarah
(historiografi) islam dimulay dengan penulisan riwayat hidup nabi Muhammad saw.
Yang lebih dikenal dengan sirab al-Nabi saw.dan perang-perangnya) atau
disingkat dengan al-sirah wa al-maghazi (riwayat hidup dan perang-perang nya nabi
saw.) saja. Menyusul setelah itu, biografi para sahabat, para tabi’in, dan
tabi’ al-tabi’in terutama mereka yang merawikan hadits. Penulisan biografi para sahabat, para tabi al-tabi’in, terutama
mereka yang merawikan haadits.
Karya tentang
al-ansab ini juga terdafat di maghrib dan spanyol islam. Ilmu al-ansab ini di
spanyol-islam mendapat perhatian besar, bahkan mungkin dapat dikatakan sebagai
lebih besar dari pada ilmu-ilmu keagamaan islam.Sejarawan lain yang juga
mengembangkan penulisan al-ansab ini adalah abu al-yaqzhan (w.190 h/805 m),
nama aslinya suhaym. Dia adalah ahli nasab pertama yang menyusun suatu kitab
tentang nasab bani tamim dan khindif. Karya-karyanya tidak diketemukan lagi,
tetapi isi karya-karyanya dapat diketahui dari karya-karya penulis sejarah
kemudian yang sengaja mengutip karyanya.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Historiografi Islam
(PT. logos Wacana : 1997)
No comments:
Post a Comment