1

loading...

Sunday, January 6, 2019

Makalah Historiografi Islam


Makalah Historiografi Islam

BAB II
PEMBAHASAN
A.    BIOGRAFI
            Perkembangan  penulisan biografi dalam sejarah (historiografi) islam dimulay dengan penulisan riwayat hidup nabi Muhammad saw. Yang lebih dikenal dengan sirab al-Nabi saw.dan perang-perangnya) atau disingkat dengan al-sirah wa al-maghazi  (riwayat hidup dan perang-perang nya nabi saw.) saja. Menyusul setelah itu, biografi para sahabat, para tabi’in, dan tabi’ al-tabi’in terutama mereka yang merawikan hadits. Penulisan biografi  para sahabat, para tabi al-tabi’in, terutama mereka yang merawikan haadits.[1]
            Penulisan biografi Nabi Muhammad saw. (al-sirah al- Nabawiyah),para sahabat, dan para perawi hadits tersebut dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penulisan sejarah islam yang pertama. Karena subjek karya biografi itu adalah Nabi saw.,para sahabat dan para perawi hadits, mereka terlihat dengan jelas bahwa penulisan biografi itu sangat berhubungan erat dengan jelas bahwa penulisan biografi itu sangat berhubungan erat dengan kepentingan ilmu hadits.
            Salah satu tolok ukur terpentiing yang berkaitan dengan sahih-tidaknya sebuah hadist adalah kekuatan hapalan,kejujuran,dan ketakwaan perawinya. Tolok ukur itulah yang memotivasi para sejarawan pertama menyusun biografi para perawi hadits. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul dan berkembang pula penulisan biografi para tokoh pemerintahan (politik) dan para ilmuwan. Akan tetapi penulisan biografi terakhir ini berkembang dengan caranya sendiri.
            Dalam tahap pertama,biografi para tokoh atau ulama hanya diselipkan dalam karya-karya sejarah yangberbentuk sejarah dinasti atau sejarah umum yang ditukis secara kronologis (hawliyat,berdasarkan urutan tahun). Ketika itu penulis sejarah mencantumkan tokoh-tokoh yang meninggal dunia pada akhir setiap tahun yang bersangkutan. Oleh para pengamat historiografi islam,corak sisipan ini belum dipandang sebagai sebuah karya biografi, tetapi dapat dikatakan sebagai embrionya. Baru dalam perkembangan selanjutnya,muncul karya-karya biografi khusus, yang telah memisahkan diri dari penulisan sejarah dinasti atau sejarah umum itu.

1.      Penulisan al-sirah
            Al-sirah secara semantik bearti perjalanan. Dalam terminologi historiografi,al-sirah bearti perjalanan hidup,atau biografi. Apabila disebut al-sirah saja, tanpa dikaitkan dengan nama tokoh tertentu sesudahnya,maka yang dimaksud kan adalah perjalanan hidup atau biografi nabi muhamad saw. Hal itu karena banyak nya karya al-sirah yang berhubungan dengan riwayat hidup nabi muhamad saw.Kajian tentang al-sirah ini terdapat di dalam ilimu-ilmu keislaman lainya,yaitual-tharikh (sejarah),hadist,dan fiqih.Meskipun demikian,al-sirah,mempunyai kedudukan tersendiri dan oleh karena itu merupakan ilmu khusus yang berbeda dari ketiganya.[2]
            Ilmu al-sirah bagi umat islam dinilai sangat penting karena melalui pengetahuan yang mendetail tentang kehidupan nabi muhamad dengan segala aspeknya,umat islam dapat mengambil faidah daripadanya berupa iktibar,nasehat,hukum-hukum,prinsip-prinsip kehidupan,dan nilai-nilai. Sebagaimana yang dinyatakan oleh al-qur’an nabi muhamad bagi umat islam adalah teladan yang harus ditiru oleh karena ituu,faidah yang di ambil dari ilmu al-sirah itu harus dijadikan petunjuk yang dapat menerangi perjalanan umat islam. Dalam hal ini,ia disebut dengan fiqh a-sirah.
            Para sejarawan generasi pertama yang menulis al-sirah (riwayat hidup nabi saw). Dan maghazi (perang-perang nabi saw). Di mekkah dan madinah,dapat dibagi menjadi tiga peringkat (generasi):
1)     Peringkat pertama merupakan generasi peralihan dari ilmu hadist ke penulisan sejarah (biografi). Mereka adalah aban bin ustman bin affan (w.105 h),urwah bin zubayr (w.92 h), dan syurahbil ibn sa’ad (w.123 h).
2)     Peringkat kedua adalah generasi ketika penulisan biografi mulai beridri sendiri sebagai ilmu,terdiri atas abdullah bin abu bakar bin hazm 9w.135 h),ashim bin amr bin qatadah (w.120 h), dan ibnu sihab al-zuhri (123 h)
3)     Peringkat ketiga adalah generasi ketika ilmu ini mulai mengalami perkembangan. Para tokoh-tokohnya adalah musa bin uqbah (141 h),muahamad bin ishaq bin yassar (152 h) dan al-waqidi (207 h). Kecuali ibn sihab al-zuhri yang berasal dari mekkah,semuanya berasal dari madinah,kota pusat penyebaran hadist.
               Banyaknya penulisan biografi para pengusa ini tidak dapat di lepaskan dari perkembngan penulisan sejarah dinasti tersebut di atas. Disamping yang tersebut di atas, masih banyak para sejarawan yang menulis biografi penguasa, seperti al-balua yang menulis sirah (biografi) ahmad ibn thulun, ibn zawlaq yang menulis tentang sirah al-ikhsyid, al-shuli yang menulis tentang akhbar al-radhi wa al- muttaqibil,al-bizaq yang menulis akhbar al- mahdi ibn tumart, muyi al-din ibn abd al-zahiyr dalam buku nya yang berjudul tasyrif al-ayyam wa al-ushar fisirah al milk al- mansur,dan badar al-din al-ayni dalam karyanya yang berjudul al-rawdh al-zahir fisirah al-malik al-zahir.
               Sejarawan muslim yang menulis biografi Nabi muhammad saw. Setelah generasi pertama tersebut di atas, di antaranya adalah al-qadhi ‘iyadh ibn musa al-yahshibi  (w. 544 h/1149 m) yang menulis al-syifa’ bi ta’rif huquq al-mushthafa, abu al-qasim ‘abd al-rahman ibn ‘abd allah al-khats’ami al-suhayli (581 h/1185 m) yang menulis al-raudh al-unuf, abu ‘abd allah syams al-din muhammad ibn abi bakr al-zar’i al-dimasyqi (751 h/1350 m) yang menulis zad al-ma’ud fi hadi khayr al-ibad, dan abu al-faraj ‘ali ibn ibrahim nur al-din al-halabi yang menulis insan al-iyun fi sirah al-amin al-ma’mun.
2.      Al-thabaqat, al- tarajim, al-siyar, dan al-mu’jam
           Thabaqah secara semantik bearti lapisan. Dalam historiografi islam,thabaqat beatikumpulan biografi tokoh berdasarkan pelapisan generasi. Dewasa ini, al-thabaqat biasanya menghimpun sejumlah tokoh dalam bidang ilmu tertentu,seperti para ahli fiqih,para qadhi (hakim agama), ahli syair (sastrawan)dokter,dan lain sebagainya. “Lapisan” disini-kecuali dalam kasus para sahabat dan tabi’in-lebih menunjukan lapisan geberasi, dan bukan tingkat-tingkat ketokohan.[3]
           Para sejarawan muslim sendiri tidak bersepakat tentang berapa lama satu generasi berlangsung. Sebagian mereka menyatakan bahwa suatu lapisan generasi itu adalah dua puluh tahun, sebagian lagi menyatakan empat puluh tahun, dan sebagian lainya sepuluh tahun.
           Menurut Rosenthal, penulisan kumpulan biografi dengan menggunakan pembagian thabaqat orisinai berasal dari islam. Pembagian thabaqat pada mulanya ada hubunganya dengan kebutuhan kritik hadits,tepatnya kritik isnad,karena itu ia bermula dari pembahasan terhadap orang-orang disekitar nabi muhamad saw.yang disebut sahabat,dan kemudian berlanjut kepada generasi sesudahnya,yaitu tabi’in,dan seterusnya.karena itu,biogrfi-biografi yang dihimpun dalam karya-karya thabaqat awalsangat erat hubunganya dengan ilmu hadits,yaitu biografi para muhadis.akan tetapi dalam perkembanganya,biografi-biografi para ulama pada umumnya juga dihimpun dalam karya-karya seperti ini.
            Penulisan al- thabaqat ini berkembang sejak awal penulisan sejarah islam dan bertahan sampai sekarang .faktor utama yang menyebabkan berkembangnya penulisan kumpulan biografi dalam historiografi islam adalah perhatian besar ulama islam kepada ilmu hadits (bagi generasi sahabat dan generasi sesudahnya) yang menentukan shahih tidaknya sebuah hadits melalui penilaian terhadap perawi hadits itu.
a.      Thabaqat (kumpulan biografi) sahabat
            Setelah berkembangnya penulisan sirah nabi muhammad saw., penulisan biografi para sahabat terutama yang menojol dan berhasil dalaam menjalankan kepemimpinan juga mendapat perhatian. Penulisan ini juga dibutuhkan sebagai petunjuk dalam menjalankan organisasi sosial islam.
            Dalam ilmu kritik hadits, biografi para sahabat tidak menjadi topik pembahasan, karena dalam pandangan para ahli kritik hadits para sahabat dipandang sebagai seluruhnya jujur dan mempunyai otoritas dalam meriwayatkan hadits. Namun,pengethuan terhadap biografi mereka tetap penting karena mereka adalah generasi pertama yang menerima hadits langsung dari rasulullah saw.
b.      Thabaqat al-muhadditsin (biografi perawi hadits)
            Dalam menulis kumpulan biografi para perawi hadits, para sejarawan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda.mereka dapat dikelompokkan menjadi:
1)      Para sejarawan hanya mengumpulkan biografi para perswi hadits yang di pandang jujur dan mempunyai otoritas dalam meriwayatkan hadits-hadits nabi saw.
2)      Para sejarawan yang mengumpulkan biografi para perawi hadits yang di pandang cacat sehingga nilai hadits yang diriwayakanya di nilai lemah.
3)      Para sejarawan yang menggabungkan boigrafi para perawi hadits yang jujur dan yang cacat dalam suatu karya kumpulan biografinya.
4)      Para sejarawan yang menulis untuk mengetahui gelar atau julukan para perawi hadits.
5)      Para sejarawan yang hanya menulis bigrafi para perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari seorang syekh tertentu.
6)      Para sejarawan sekali gus ahli hadits yang menulis kumpulan biografi syaykh-syaykhnya, seperti ya’qub bin shufyan al-fasawi(w.277 h)
7)      Para sejarawan yang menulis kumpulan biografi  ilmuan dan perawi hadits yang berasal dari kota tertentu.
c.       Biografi para penguasa dan pejabat pemerintah
            Dalam perkembangan berikutnya, penulisan sejarah semakin lama semakin berpusat pada orang-orang yang memegang kekuasaan.oleh karna itu,biografi para khalifah dan para pejabat tinggi serta orang-orang yang berpengaruh lainnya, juga ikut berkembang. Apalagi pada masa awal perkembangan islam, masyarakat tampaknya sangat tergantung pada kepemimpinan seorang tokoh.
d.      Biografi para ilmuan dan pemikir islam
            Pada awal masa disintegrasi, biografi-biografi para penguasa lokal semakin populer ditulis oleh sejarahwan. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya,karena para penguasa semakin lama semakin mementingkan persoalan-persoalan politik, maka para sejarawan yang masih sangat terikat kepada nilai suci ajaran islam, mulai engalihkan penulisan biografinya.


B.     AL-Ansab
                Sejarawan lain yang juga mengembangkan penulisan al-ansab ini adalah abu al-yaqzhan (w.190 h/805 m), nama aslinya suhaym. Dia adalah ahli nasab pertama yang menyusun suatu kitab tentang nasab bani tamim dan khindif. Karya-karyanya tidak diketemukan lagi, tetapi isi karya-karyanya dapat diketahui dari karya-karya penulis sejarah kemudian yang sengaja mengutip karyanya.[4]
                Setelah abad ke-19 m, karya al-ansab ini tidak banyak lagi menyumbang informasi sejarah bagi perkembangan sejarah politik di dunia islam belahan timur,meskipun penulisannya terus berlanjut,terutama setelah munculnya persaingan antar bangsa di dalam daulat abbasiyah (gerakan syu’ubiyyah). Karya tentang al-ansab ini juga terdafat di maghrib dan spanyol islam. Ilmu al-ansab ini di spanyol-islam mendapat perhatian besar, bahkan mungkin dapat dikatakan sebagai lebih besar dari pada ilmu-ilmu keagamaan islam.
                Faktor lain yang mendukung perkembangan penulisan al-ansab di spanyol-islam adalah, karena sejarah islam di spanyol tidak dapat di pisahkan dari sejarah dinasti bani umayyah, yang sebagaimana di damaskus, sangat berorientasi kearaban. Faktor lain yang mendorong berkembangnya penulisan al-ansab di spanyol-islam adalah, karena sejarah politik di sana sangat diwarnai oleh persaingan etnis, baik antara arab utara dan arab selatan maupun antara arab dan barbar.
                Ada beberapa faktor yang menyebabkan penulisan al-ansab ini berkembang di masa klasik islam. Di antaranya adalah:
1)      Tradisi al-ansab merupakan tradisi yang hidup dan banyak di minati orang arab sejak sebelum islam.
2)      Lembaga diwan (adminstrasi pemerintah ) yang diciptakan oleh khalifah ‘umar ibn al-khatab menetabkan besarnya hadiah kepada kaum muslimin berdasarkan jauh dekatnya seseorang dengan nabi muhammad dan sahabat-sahabat besar nabi.
3)      Persaingan politik antara kabilah-kabilah arab di negeri-negeri “baru”.
4)      Munculnya rasa kefanatikan pengikut ‘ali ibn abi thalib.
5)      Pada masa bani umayyah karena di dorong oleh tujuan-tujuan politik, pengetahuan dan penulisan mengeni nasab ini mendapat perhatian dan dukungan dari khalifah.
6)      Munculnya gerakan syu’ubiyah (secara harfiyah berarti, kebangsaan) dimasa pemerintahan bani abbas semenjak gerakan syu’ubiyah dan kalangan non arab dengan berssemangat mengutuk orang-orang arab. Maka orang-orang arab bangkit menantang untuk menunjukkan kemurnian darah mereka. Untuk maksud-maksud membanggakan diri ini, baik bagi kelompok-kelompok arab maupun kelompok-kelompok non arab memerlukan pengetahuan nasab terinci.


A.    Biografi
1.      Ciri      : al-ayyam
2.      Tema   : biografi, al-maghazi
3.      Corak penulisan:
·      hawliyat( berdasarkan tahun)
·      Tematik( biografi/tokoh)
·      Khabar (cerita)
4.      Sumber : dokumen, catatan-catatan
5.      Sejarawan dan karyanya:
·        Dr. Muhammad al-zuhayli “marja’ al-ulum al-islamiyyah: ta’rifuha, tarikhhuba, a’immatuba, ‘ulama’uha, mashadiruba, kutubuha.
·        Al- balwa “sirah ahmad ibn thulun”
·        Ibn zawlaq “sirah al-ikhsyid”
·        Al- shuli “akhbar al-radhi wa al-muttaqi bil-lah
·        Ibn abi ushaibi’ah “thabaqat al-athibba”
·        Ibn al-mu’tazz “thabaqat al-syu’ara”
·        Al-zubayri” thabaqat al-nahwiyyin”
·        Muhammad bin sa’ad bin muni al-zuhri “at- thabaqat al- kubra
·        Abu ‘abdullah muhammad bin ismail al-bukhari “tarikh al-shahabah
·        Ya’qub bin shufyan al-fasawi”al-ma’rifah wa at-tarikh

B.     Al-ansab
1.   Ciri              : al-ansab
2.   Tema           : biografi
3.   Corak penulisan:
·         Hawliyat (berdasarkan tahun)
·         Tematik ( biografi/tokoh)
·         Khabar ( cerita)
4.   Sumber: Dokumen,catatan,arsif-arsif,
5.   Sejarahwan dn karyanya:
·         Al-zubair ibn bakkar ibn ‘abdullah ibn mush’ab al- zubayri “ al-nasab al-kabir dan nasab quraysy
·         Al-baladzuri “ansab al-asyraf”
·         Tajuddin ibn muhammad”ghayat al-ikhtishar fi akhbari al-buyutat al-‘alawiyyah

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
          Perkembangan  penulisan biografi dalam sejarah (historiografi) islam dimulay dengan penulisan riwayat hidup nabi Muhammad saw. Yang lebih dikenal dengan sirab al-Nabi saw.dan perang-perangnya) atau disingkat dengan al-sirah wa al-maghazi  (riwayat hidup dan perang-perang nya nabi saw.) saja. Menyusul setelah itu, biografi para sahabat, para tabi’in, dan tabi’ al-tabi’in terutama mereka yang merawikan hadits. Penulisan biografi  para sahabat, para tabi al-tabi’in, terutama mereka yang merawikan haadits.
          Karya tentang al-ansab ini juga terdafat di maghrib dan spanyol islam. Ilmu al-ansab ini di spanyol-islam mendapat perhatian besar, bahkan mungkin dapat dikatakan sebagai lebih besar dari pada ilmu-ilmu keagamaan islam.Sejarawan lain yang juga mengembangkan penulisan al-ansab ini adalah abu al-yaqzhan (w.190 h/805 m), nama aslinya suhaym. Dia adalah ahli nasab pertama yang menyusun suatu kitab tentang nasab bani tamim dan khindif. Karya-karyanya tidak diketemukan lagi, tetapi isi karya-karyanya dapat diketahui dari karya-karya penulis sejarah kemudian yang sengaja mengutip karyanya.



DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Historiografi Islam (PT. logos Wacana : 1997)




[1] Badri Yatim, Historiografi islam, Logos Wacana, 1997. Hlm 195-196
[2] Badri Yatim, Historiografi islam, Logos Wacana, 1997. Hlm 196-202
[3] Badri Yatim, Historiografi islam, Logos Wacana, 1997. Hlm 202 - 212
[4] Badri Yatim, Historiografi islam, Logos Wacana, 1997. Hlm 212

No comments:

Post a Comment