MAKALAH BILANGAN PRIMA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembelajaran matematika telah kita ketahui ada macam-macam
bentuk bilangan. Seperti bilangan genap, ganjil, bulat asli, real dan salah
satunya yakni bilangan prima. Sejak sekolah dasar tentu kita telah mengetahui
apa itu bilangan prima. Bilangan prima yakni bilangan yang hanya mempunyai dua
fakor yakni satu dan dirinya sendiri. Bagi sebagian orang tentu belum banyak
yang tau tentang manfaat dan keuntngan apa saja yang dapat dihasilkan dengan
operasi pada bilangan prima, bagaimana sejarah bilangan prima dari awal, sifat
sifat bilangan prima, cara menentukan bilangan prima dll. Dengan makalah ini
akan dibahas lebih lanjut tentang bilangan prima.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah bilangan prima dan apa manfaatnya?
2.
Apa definisi bilangan prima, komposit dan faktorisasi prima?
3.
Bagaimana sifat-sifat bilangan prima?
4.
Bagaimana dengan perumusan bilangan prima yang gagal?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1.
Dapat mengetahui sejarah bilangan prima dan manfaatnya.
2.
Dapat mengetahui define bilangan prima, komposit dan faktorisasi.
3.
Dapat mengetahui sifat-sifat bilangan prima.
4.
Dapat mengetahui perumusan bilangan prima yang gagal.
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bilangan Prima
Bilangan prima telah dipelajari selama ribuan tahun. Buku
“Elements” karya Euclid diterbitkan sekitar 300 tahun sebelum masehi yang
menjadi bukti beberapa hasil terkait bilangan prima. Pada bagian IX dari
“Elements”, Euclid menulis kemungkinan terdapat begitu banyak bilangan prima,
mendekati tak hingga. Euclid juga memberi bukti teori dasar dari Aritmatika,
dimana setiap bilangan bulat dapat ditulis sebagai hasil perkalian bilangan
prima secara unik.
Pada buku “Elements”, Euclid menyelesaikan masalah tentang
bagaimana menciptakan angka sempurna, dimana bilangan bulat positif setara
dengan jumlah dari pembagi positif, menggunakan bilangan prima Marsenne.
Bilangan prima Marsenne merupakan bilangan prima yang dapat dihitung lewat
persamaan 2n – 1. Bilangan Marsenne termasuk angka terbesar yang pernah terungkap.
Pada tahun 200 sebelum masehi, Eratosthenes membuat algoritma
untuk menghitung bilangan prima, yang dikenal juga sebagai Saringan
Eratosthenes. Algoritma merupakan salah satu algoritma yang pertama kali
ditulis. Eratosthenes meletakkan angka pada kotak dan mencoret berbagai angka
yang tergolong kelipatan dan akar kuadrat sehingga angka tersisa merupakan
bilangan prima.
Namun saat Dark Ages, dimana intelektual dan sains
mengalami tekanan, tidak ada lagi karya berikutnya yang membahas bilangan
prima. Pada abad ke 17, ahli matematika seperti Fermat, Euler, dan Gauss mulai
memeriksa pola yang muncul pada bilangan prima. Konjektur dan teori yang dibuat
para ahli matematika disaat itu menciptakan revolusi dari matematika, dan
beberapa diantaranya masih dibuktikan hingga saat ini.
2.2 Manfaat Bilangan Prima
Saat ini bilangan prima dapat dimanfaatkan pada RSA dan El-Gamel
yaitu suatu usaha penggunaan sandi rahasia untuk kepentingan pengamanan
(Semantical Security). Dalam El-Gamel, dibutuhkan sebuah grup Zp *, yaitu grup
dengan Z adalah himpunan bilangan prima dan operasi *. Kemudian El-gamel tidak
hanya membutuhkan grup tetapi juga subgrup dari Zp* dengan generatornya diambil
dari Grup Zp*. Hal tersebut diperlukan karena pengamanan dengan hanya
menggunakan Plain Group, membuat kode keamanan El-Gamel menjadi kurang
terjamin. Implikasi kebermanfaatan bilangan prima sekarang ini, digunakan untuk
kode-kode rahasia kartu ATM suatu bank.
2.3 Definisi Bilangan Prima
Bilangan prima adalah bilangan bulat positif (bilangan asli) yang
lebih dari satu yang mempunyai hanya dua faktor atau yang mempunyai tepat
dua pembagi, yaitu satu dan dirinya sendiri. Berikut suatu tabel yang
menunjukan banyaknya pembagi atau faktor dari bilangan.
1
1
|
2
2
3
5
7
11
13
17
19
23
29
31
37
|
3
4
9
25
|
4
6
8
10
14
15
21
22
26
27
33
34
35
|
5
15
|
6
12
18
20
28
32
|
7
|
8
24
30
|
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk kolom pertama
hanya bilangan 1 yang mempunyai 1 faktor. Pada kolom kedua terlihat bahwa semua
bilangan yang ada pada kolom tersebut hanya mempunyai 2 faktor. Setiap bilangan
yang ada pada kolom ketiga mempunyai 3 faktor.
Kolom keempat mempunyai 4 faktor, kolom kelima mempunyai 5 faktor,
kolom keenam mempunyai 6 faktor, dan kolom kedelapan mempunyai 8 faktor.
Sementara untuk kolom ketujuh tidak ada bilangan yang mempunyai 7 faktor.
Sebarang bilangan bulat positif yang mempunyai tepat dua pembagi
positif berbeda disebut bilangan prima. Sebarang bilangan bulat yang lebih
besar dari 1 yang mempunyai faktor positif selain 1 dan dirinya sendiri disebut
bilangan komposit. Contoh : bilangan 4,6, dan 16 adalah bilangan komposit
karena bilangan-bilangan itu mempunyai suatu faktor selain 1 dan dirinya
sendiri. Bilangan 1 hanya mempunyai 1 faktor sehingga 1 bukan bilangan prima
dan juga bukan bilangan komposit.
Bilangan prima tersebut hanya satu yang merupakan bilanga genap,
yaitu 2. Karena bilangan genap selanjutnya merupakan bilangan
kelipatan 2, sehingga bilangan genap selain 2 adalah bilangan
komposit.
a.
Faktorisasi Prima
Suatu
faktorisasi yang memuat hanya bilangan-bilangan prima disebut faktorisasi
prima. Untuk menentukan faktorisasi prima dari suatu bilangan komposit yang
diberikan, pertama kita tulis kembali bilangan tersebut sebagai suatu hasil
kali dua bilangan-bilangan yang lebih kecil, kemudian pemfaktoran
bilangan-bilangan yang lebih kecil sampai seluruh faktor-faktor adalah bilangan-bilangan
prima.
Contoh :
Perhatikan bilangan 260
260 = 2.2.5.13 = 22.5.13
Prosedur
untuk mencari faktorisasi prima dari suatu bilangan juga dapat menggunakan
pohon faktor.
b.
Lima Sifat Bilangan Prima
1.
Sifat 1 (teorema dasar aritmatika)
Setiap bilangan
komposit dapat di tulis juga sebagai hasil kali bilangan prima dalam satu dan
hanya satu cara. Sifat ini merupakan dasar untuk menemukan faktorisasi prima
dari suatu bilangan. Contoh : bilangan 260. Untuk menemukan faktor prima dari
bilangan 260, maka kita mulai membagi bilangan 260 dengan bilangan prima
terkecil yaitu 2, lalu kita periksa apakah 2 adalah pembagi bilangan itu. Jika
tidak maka kita coba dengan bilangan prima yang lebih besar berikutnyadan kita
periksa keterbagiannya oleh bilangan prima ini.
2.
Sifat 2
Jika faktorisasi prima
suatu bilangan n adalah n = P1q1. P2q2 .
P3q3 . . . Pnqn, maka
banyaknya pembagi n dalam (q1+1) (q2+1) . . . (qn
+ 1).
Contoh : tentukan semua pembagi 912
Jawaban : Faktorisasi prima dari 912 adalah 24 .
3 .19 . Ada 5 . 2 . 2 . Atau 20 pembagi. Pembagi-pembagi 24 adalah
1,2,4,8 dan 16. Pembagi-pembagi 3 adalah 1 dan 3. Pembagi-pembagi 19 adalah 1
dan 19. Dengan demikian pembagi-pembagi 912 adalah 1 , 2, 4, 8, 16, 3, 6, 12,
24, 48, 19, 38, 76, 152, 304, 57, 114, 228, 456, dan 912.
3.
Sifat 3
Misalkn d ≠ 0 dan n ≠
0. jika d adalah faktor n, maka ⁿ/d adalah faktor dari n. contoh :
Misalkan p adalah faktor prima terkecil dari bilangan n. Dengan menggunakan
sifat 3, ⁿ⁄p adalah suatu faktor dari n. karena p adalah faktor terkecil dari
n, kita peroleh p ≤ n⁄p jika p ≤ n⁄p
maka p2 ≤ n.
4.
Sifat 4
Jika n adalah suatu
bilangan komposit maka n mempunyai suatu faktor prima p sedemikian sehingga p2
≤ n. Sifat 4 ini dapat digunakan untuk menentukan suatu bilangan yang
diberikan termasuk bilangan prima atau bilangan komposit.
Contoh : bilangan 109.
Jika 109 adalah bilangan komposit, maka 109 harus mempunyai suatu faktor prima
p sedemikian sehingga p2 ≤ 109. Bilangan-bilangan prima yang
dikuadratkan tidak melewati 109 adalah 2, 3, 5, dan 7. Kita tahu bahwa 2, 3, 5
dan 7 masing-masing bukan merupakan faktor dari 109. Dengan demikian 109 adalah
bilangan prima.
5.
Sifat 5
Jika n suatu bilangan
bulat lebih besar dari 1 dan tidak dapat dibagi oleh sebarang bilangan prima p maka
n adalah bilangan prima. Salah satu cara untuk menemukan seluruh bilangan prima
yang lebih kecil dari suatu bilangan bulat yang diberikan adalah dengan
menggunakan saringan Eratoshenes : Jika semua bilangan asli
lebih besar 1 ditempatkan pada suatu “saringan” maka bilangan yang bukan
bilangan prima diberi tanda silang (artinya jatuh melalui lobang saringan).
Bilangan-bilangan yang tersisa adalah bilangan-bilangan prima.
Berikut contoh
bagaimana saringan Eratosthenes bekerja. Buat kotak 10 x 10 berisi bilangan 1 –
100. Selanjutnya kita akan mencoret angka kelipatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan
10 karena 10 merupakan akar kuadrat dari 100. Saat seluruh angka kelipatan
dicoret, kita mesti mencoret angka kelipatan yang tersisa dari bilangan
berikutnya. Setelah proses pencoretan angka kelipatan mencapai kelipatan 100
(berarti 50), angka yang tersisa akan menjadi bilangan prima. Saringan ini akan
membuat kita mampu memperoleh sejumlah angka bilangan prima.
Tabel Saringan
Eratosthenes
1
11
21
31
41
51
61
71
81
91
|
2
12
22
32
42
52
62
72
82
92
|
3
13
23
33
43
53
63
73
83
93
|
4
14
24
34
44
54
64
74
84
94
|
5
15
25
35
45
55
65
75
85
95
|
6
16
26
36
46
56
66
76
86
96
|
7
17
27
37
47
57
67
77
87
97
|
8
18
28
38
48
58
68
78
88
98
|
9
19
29
39
49
59
69
79
89
99
|
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
|
Prosedur
berikut mengilustrasi proses penyaringan ini:
1.
Pada tabel 2 dibawah, berilah tanda silang bilangan 1 karena 1
bukan bilangan prima.
2.
Lingkari bilangan 2 karena 2 bilangan prima.
3.
Silanglah bilangan-bilangan kelipatan 2 karena bilangan-bilangan
itu bukan bilangan prima.
4.
Lingkari bilangan 3 karena 3 bilangan prima.
5.
Silanglah bilangan-bilangan kelipatan 3 karena bilangan-bilangan
itu bukan bilangan prima.
6.
Lingkari bilangan 5 dan 7, silang bilangan kelipatannya.
Berdasarkan data pada tabel tersebut, berhentilah pada langkah
ke-6 karena 7 adalah bilangan prima terbesar yang kuadratnya kurang dari 100.
Semua bilangan tersisa yang didaftar dan yang tidak disilang
adalah bilangan prima.
2.4 Perumusan Bilangan Prima Yang Gagal
Di bawah ini akan diberikan beberapa perumusan yang gagal
menghasilkan bilangan prima secara keseluruhan.
1.
F(n) = n2 – n + 41
Pernah diduga bahwa fungsi F(n) = n2 – n + 41 menghasilkan bilangan
prima untuk n bilangan asli. Bisa dicheck untuk n = 1, 2, 3, 4, dst. Tetapi
ternyata rumus ini gagal ketika n = 41. Karena F(41) = 412 – 41 + 41. F(41) =
412. Yang bukan merupakan bilangan prima. Sekarang bagaimana dengan rumus ini.
F(n) = n2 + n + 41. Coba temukan, untuk n berapakah dia tidak prima.
2.
G(n) = 22n + 1 (baca :
(dua pangkat dua pangkat n) tambah 1)
Ini adalah hasil pekerjaan Fermat. Fermat pernah menduga bahwa
rumus tersebut adalah menghasilkan bilangan prima. Untuk n = 0, 1, 2, 3, 4 ini
merupakan benar bilangan prima. Tetapi pertumbuhan bilangannya sangat besar.
Sehingga membuat orang malas menguji kebenaran bilangan itu untuk n yang
selanjutnya. Tetapi pada tahun 1732 Leonhard Euler membuktikan bahwa untuk n =
5, G(5) = 4.294.967.297 bukan merupakan bilangan prima. Karena nilai itu sama
dengan 641 x 6.700.417. kemudian pada tahun 1880, F. Landry menunjukkan bahwa
untuk n = 6 juga bukan merupakan bilangan prima. Dan pada awal tahun 1970 untuk
n = 7 juga bukan merupakan bilangan prima. Dan dengan menggunakan computer
ternyata yang merupakan bilangan prima hanya lima angka pertama saja. Meskipun
gagal, tetapi usaha fermat sangat hebat.
3.
2p-1 Terkaan arsenne
2p – 1. Dinyatakan oleh Marin Marsenne dari Perancis. Dia
menyatakan bahwa untuk p bilangan prima maka bentuk 2p – 1 merupakan bilangan
prima. Marsenne tahu bahwa untuk p = 11 akan didapatkan 2047. Yang ternyata
angka tersebut bukan merupakan bilangan prima karena 2047 = 23 x 89, akan
tetapi Marsenne yakin bahwa untuk p > 11, bilangan yang dihasilkan pasti
bilangan prima. Tetapi pada tahun 1903, untuk p = 67 dihasilkan
147.573.952.588.676.412.927 yang bukan merupakan bilangan prima karena bilangan
itu sama dengan perkalian dari 193.707.721 x 761.838.257.287.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bilangan prima adalah bilangan bulat positif (bilangan asli) yang
lebih dari satu yang mempunyai hanya dua faktor atau yang mempunyai tepat
dua pembagi, yaitu satu dan dirinya sendiri. Saat ini bilangan prima dapat
dimanfaatkan pada RSA dan El-Gamel yaitu suatu usaha penggunaan sandi rahasia
untuk kepentingan pengamanan (Semantical Security).
Suatu faktorisasi yang memuat hanya bilangan-bilangan prima
disebut faktorisasi prima. Untuk menentukan faktorisasi prima dari suatu
bilangan komposit yang diberikan, pertama kita tulis kembali bilangan tersebut
sebagai suatu hasil kali dua bilangan-bilangan yang lebih kecil, kemudian
pemfaktoran bilangan-bilangan yang lebih kecil sampai seluruh faktor-faktor
adalah bilangan-bilangan prima.
http://www.bglconline.com/2014/07/penerapan-bilangan-prima/ diakses pada 29 Desember 2018. Pukul
14.05
Burton, D.M. 1980. Elementary
Number Theory. Boston: Allyn & Bacon.
No comments:
Post a Comment