1

loading...

Saturday, May 11, 2019

MAKALAH PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK ANAK


MAKALAH  Behavioristik Anak


BAB II
PEMBAHASAN


     A.    Perkembangan Behavioristik Anak
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Ciri dari teori behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori behavioris. Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk memahami materi dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi. Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas teori psikologi daya dan teori mental state. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja.[1]
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
            Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak
Behaviorisme  adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar bahwa semua yang dilakukan manusia termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau pikiran.  Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori belajar tingkah laku,  belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.  Seseorang telah dikatakan sudah mengalami proses belajar jika telah mampu bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus yang berupa proses dan materi pembelajaran dengan respon atau tanggapan yang diberikan oleh pebelajar.
Misalnya seorang pelajar belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia belum bias atau tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial dimasyarakat,seperti ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemilu, kerja bakti, ronda dll.
                         Adapun ciri-ciri teori belajar behavioristik adalah:
1)      Mementingkan penagruh lingkungan
2)      Mementingkan bagian bagian
3)      Mementingkan peranan reaksi
4)      Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5)      Mementingkan sebab sebab di waktu yang lain
6)      Mementingkan pembentukan kebiasaan[2]

        B.     Perkembangan Fisik dan Motorik Anak
a.       Fisik
Fisik merupakan suatu sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Perkembangan fisik merupakan hal yang mendasar bagi kemajuan perkembagan berikutnya. Ketika fisik berkembang dengan baik memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan ketrampilan fisiknya, dan ekplorasi lingkungannya dengan tanpa bantuan orang lain.
 Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu
1)      Sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi.
2)      Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik.
3)      Kalenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis
4)      Struktur fisik atau tubuh yang meliputi berat, tinggi, dan proporsi.
Perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh  seperti pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain. Perubahan-perubahan dalam cara individu dalam menggunakan tubuhnya seperti perkembangan keterampilan motorik, serta perubahan dalam kemampuan fisik seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan, dan sebagainya. Ketika perkembangan fisik berkembang dengan baik maka perkembangan tingkah laku seorang anak tidak  akan mengalami hambatan atau kendala didalam pertumbuhan dan  perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal itu sangat penting, karena pertumbuhan atau perkembangan fisik anak secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Secara langsung, pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan atau perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a.       Tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun.
b.      Tahap anak-anak hingga masa prapubertas usia 3 hingga 10 tahun, tahap pubertas usia 10 hingga 14 tahun,
c.       Tahap remaja usia 12 tahun keatas.
Berdasarkan tahapan ini, anak usia sekolah (SD-SMP) dimasukkan dalam tahap prapubertas dan pubertas awal, sedangkan anak SMP hingga SMA dimasukan dalam tahap remaja.
b.      Motorik
Motorik yaitu segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik, yang menentukan adalah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaanya. perkembangan motorik merupakan perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat.
Perkembangan motorik dibagi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus.
a)      Motorik kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan si kecil. Contoh perkembangan motorik kasar yaitu kemampuan berguling, telungkup, duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga, melompat, dan sebagainya.
b)      Motoric halus.
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu. Misalnya, kemampuan menggengggam benda, memindahkan benda dari tangan, mencorat-coret, menggunting, menyusun balok, dan lain sebagainya.
Perkembangan motorik dapat didefinisikan sebagai perubahan kompetensi atau kemampuan gerak dari mulai masa bayi (infancy) sampai dewasa (adulthood) serta melibatkan berbagai aspek perilaku yang ada pada manusia ini mempengaruhi perkembangan motorik dan perkembangan motorik itu sendiri mempengaruhi kemampuan dan perilaku manusia
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik adalah suatu perubahan kemampuan gerak dari bayi hingga dewasa yang memperlihatkan interaksi positif dari otak, saraf, dan otot.
Pada usia sekolah, perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Anak-anak terlihat sudah mampu mengontrol dan mengoordinasi gerakan anggota tubuhnya seperti tangan dan kaki dengan baik.
Partisipasi diberbagai cabang olah raga, dapat memberikan konsekuensi positif dan negatif bagi anak-anak. Disatu sisi, partisipasi anak-anak dalam bidang dapat memberikan latihan dan kesempatan untuk belajar bersaing,  meningkatkan harga diri (self-esteem), dan memperluas pergaulan dan persahabatan dengan teman-teman sebaya. Namun disisi lain, olah raga juga menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak. Mereka mengalami banyak tekanan untuk berprestasi dan menang, cedera fisik, harus bolos dari tugas akademis, berusaha mencapai harapan-harapan yang tidak realistis untuk menjadi atlit yang sukses, demikian merupakan contoh dari perkembangan motoric yang berpengaruh pada behaviornya.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan motorik anak di antaranya adalah sebagai berikut:
1)      Kesehatan yang kurang baik dapat menghambat anak menikmati yang ia lakukan.
2)      Lingkungan yang tidak mendukung, karena lingkungan yang demikian tidak memberikan kesempatan dan tidak merangsang anak memperoleh kesempatan untuk menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin.
3)      Bimbingan yang kurang tepat, baik dari guru maupun orang tua, terutama bimbingan dalam belajar dan berperilaku secara social
4)      Keputusan yang kurang tepat dan tidak terencana mengakibatkan anak tidak akan mengerti apa yang seharusnya dilakukan dan diinginkan darinya oleh orang tua maupun guru.

5)      Tidak diberikan kebebasan pada anak untuk mengekspresikan dirinya.
6)      Harapan-harapan yang realistis, sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak memperoleh kesempatan yang wajar untuk meraih kesuksesan, sehingga demikian dapat mendorong konsep diri yang baik.
Berdasakan beberapa pendapat di atas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motorik, dapat disimpulkan bahwa ada dua hal yang dapat mempengarhuinya yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu.[3]
                                                                                  
C.      Dinamika Perkembangan Fisik dan Motorik Anak
Perkembangan fisik anak tidak lepas dari asupan makanan yang bergizi, sehingga tiap tahapan perkembangan fisik anak tidak terganggu dan berjalan sesuai dengan umur yang ada. Berkembanganya kemampuan fisik dan motorik dimasa anak usia dini berdampak pada pembentukan citra diri anak, penyesuaian emosional, dan bagaimana cara mereka nyaman dirumah serta dengan teman-temannya. Serta kemajuan anak yang tepat pada kemampuan motorik halus dan kasar mengembangkan sistem tindakan yang lebih kompleks.
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola atau atletik.
 Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan ataupun tingkah laku. Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak.
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan psikologis yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung pada priode tertentu. Pertumbuhan itu meliputi perubahan progresif yang bersifat internal maupun eksternal. Perubahan internal antara lain, meliputiperubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya besar dan berat jantung dan paru-paru serta bertambah sempurnannya sistem kelenjar endoktrin atau kelamin dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkaran tubuh perbandingan ukuran panjang dan lebar.
Adapun yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembagan motorik,  unsur-unsur yang menentukan ialah otot,saraf, dan otak.
 Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaktif positif”,  artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya.
 Selain  mengandalkan kekuatan otot,  rupanya kesempurnaan otak juga turut menetukan keadaan. Dari penjelasan di atas menggambarkan perkembangan fisik adalah suatu proses perubahan psikologis yang bersifat progresif dan kontinu dan berlangsung pada priode tertentu. Pertumbuhan itu meliputi perubahan progresif yang bersifat internal maupun eksternal. Sedangkan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh
Perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam perilaku gerak yang memperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya. Perkembangan motorik merupakan perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lain.
Perkembangan motorik lebih memperhatikan pada gerak yang dihasilkan. Perkembangan motorik juga lebih menekankan pada proses gerak. Beberapa pakar berpendapat bahwa perkembangan motorik juga dapat didefinisikan sebagai perubahan kompetensi atau kemampuan gerak dari mulai masa bayi sampai masa dewasa serta melibatkan berbagai aspek periolaku manusia.[4]



[1] Oemar Hamalik,  Kurikulum dan Pembelajaran,  (Jakarta:  Bumi Aksara,  2017) hlm  43
[2] Zulkifli. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) hlm 31
[3] Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009) hlm 61-65.
[4] Suyadi. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Pedagogia, 2010) hlm 57
                        

No comments:

Post a Comment