MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN DAKWAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penulis
menganalisis tema pada mata kuliah ilmu dakwah.Salah satu temanya adalah
‘Sejarah Perkembangan Ilmu Dakwah “.Hal ini penting karena Aktivitas dakwah
sebenarnya telah ada sejak adanya upaya menyampaikan dan mengajak manusia ke
jalan Allah, namun kajian akademik keilmuannya masih tertinggal dibandingkan
dengan panjangnya sejarah dakwah yang ada.
Ilmu
dakwah dimaksudkan sebagai seperangkat keilmuan yang mempelajari tentang
bagaimana dakwah atau proses pembumian islam dilakukan. Dalam hal ini, maka
ilmu dakwah sebenarnya lebih dekat ke arah sebagai bagian dari ilmu- ilmu
social.Salah satu hal yang masih perlu penyempurnaan adalah menyangkut factor
akar sejarah yang jelas. Meskipun ilmu dakwah memiliki akar sejarah yang jelas,
akan tetapi belum direkontruksi secara siestematis dengan tujuan akar
kesejarahan tersebut mampu menjadi perspektif historis bagi ilmu dakwah
tersebut. Di sinilah letak arti penting tulisan ini,yang diharapkan dengan
tertorehkannya sejarah ilmu dakwah, maka dari kilasan sejarah tersebut akan
mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang empat syarat
berikutnya,sehingga secara sepintas memang langsung terlihat akan posisi
keilmuan dakwah[1].
1.2.Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian sejarah ilmu dakwah ?
2.Bagaimana urgensi sejarah ilmu
dakwah ?
3. Bagaimana sejarah pemikiran dakwah ?
4. Bagaimanaperkembangan ilmu dakwah di
Indonesia ?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian sejarah ilmu dakwah
2. Untuk
mengetahui urgensisejarah ilmu dakwah
3. Untuk
mengetahui sejarah pemikiran dakwah
4.Untuk
mengetahuiperkembangan ilmu dakwah di Indonesia
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Ilmu Dakwah
Sejarah dakwah berasal dari dua kata,yaitu
“sejarah” dan “dakwah”. Sejarah berasal dari bahasa arab “syajarah” yang
berarti pohon. Salah satu alasan terpilihnya kata yang bermakna pohon ini,
barangkali karena sejarah mengandung konotasi genealogi, yaitu pohon keluarga,
yang menunjuk kepada asal usul sesuatu marga. Sedangkan “dakwah” secara
etimologis berasal dari kata da’a,yad’u,da’watan. Kata da’a mengandung arti :
menyeru,memanggil, dan mengajak.”dakwah” artinya seruan,panggilan, dan ajakan.
Dakwah islam dapat dipahami sebagai seruan,panggilan, dan ajakan kepada islam.
Dengan demikian,”sejarah dakwah” dapat diartikan sebagai peristiwa masa lampau
umat manusia dalam upaya mereka menyeru,memanggil dan mengajak umat manusia
kepada islam serta bagaimana reaksi umat yang diseur dan perubahan-perubahan
apa yang terjadi setelah dakwah digulirkan, baik langsung maupun tidak langsung[2].
Dakwah sebagai aktivitas muncul semenjak islam
dihadirkan Allah swt. Atas manusia.Sementara ilmu dakwah akhirnya muncul dan
berkembang, sehubungan dengan semakin berkembangnya area dakwah sebagai
aktivitas yang harus dihadapi.Jadi, memang kemunculan dakwah sebagai ilmu
bukanlah berangkat dari konsep ilmu murni dalam perspektif pengetahuan
modern.Jika kemudian, dakwah sebagai aktivitas (praktik), dan harus membutukan
ilmu sebagai pijakan, tentu bukanlah hal yang salah. Sehingga dalam hal
ini,menjadi penting untuk membicarakan tahap-tahap khusus perkembaangan
pemikiran dakwah, dan kemudian pentahapan sejarah perkembangan ilmu dakwah.
2.2. Urgensi Sejarah Ilmu Dakwah
Dengan
banyaknya dakwah yang disampaikan dengan bil hal (perbuatan), bil lisan
(perkataan), bil qalam (tulisan-tulisan), bil kitabah (buku), dan lain-lain.
Maka sangatlah penting bagi kita untuk mengembangkan ilmu dakwah itu sendiri
yang memiliki fungsi mengubah lingkungan yang menanamkan nilai-nilai keadilan,
persamaan, persatuan, perdamaian, kebaikan, dan keindahan. Dan juga dalam
misi mengemban amar ma‟ruf dan nahi mungkar[3].
Mengingat fungsi dan peran dakwah yang
demikian penting dan menentukan, maka dakwah dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya harus dipahami secara tepat dan benar, sejalan dengan ketentuan
al-Qur’an, sunnah rasul, dan, siroh nabawiyah yang berisikan petunjuk bagaimana
dakwah itu dilakukan, sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang istiqomah dan
tangguh dalam menyeru manusia kepada Agama Allah. Serta mampu melahirkan
tatanan hidup masyarakat yang Islami.Disinilah letak perlunya seorang da’i untuk
mengetahui dan mempelajari Ilmu Dakwah. Yakni Ilmu yang berisikan kumpulan
kaidah-kaidah dan pokok-pokok ajaran yang digunakan untuk menyampaikan Islam,
mengajarkan ajaran Islam serta mengamalkannya dalam kehidupan nyata, juga
tununan dan cara-cara bagaimana seharusnya seorangn da’i menarik perhatian
orang lain untuk menganut, menyetujui, dan melaksanakan ajaran agama Islam.
Maka dengan mempelajari ilmu Dakwah seorang da’i diharapkan mengetahui hakekat
konsep dakwah Islam yang semestinya; mengetahui ayat-ayat atau hadits Nabi SAW
yang bertemakan dakwah; mengetahui berbagai metode dakwah dan perkembangannya;
menjalankan kegiatan dakwah dengan memperhatikan metode dan tehnik dakwah yang
tepat untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Dan tentunya dengan
mengetahui ilmu dakwah seseorang da’i akan lebih mudah dalam melakukan
dakwah yang efektif dengan tujuan utama demi mewujudkan kebahagiaan dunia dan
akhirat melalui penyebaran dan pengamalan ajaran agama islam.
2.3. Sejarah
Pemikiran Dakwah
Perkembangan
pemikiran dakwah perlu dikemukakan
terlebih dahulu,karena hal ini juga memiliki pengaruh besar terhadap proses
terbentuknya ilmu dakwah. Disamping itu, agar nantinya juga tampak nyata adanya
perbedaan antara pemikiran dakwah dengan ilmu dakwah[4].
Sejarah
perkembangan pemikiran dakwah islam, sebagaimana dikemukakan oleh Syukriadi
Sambas dapat dikategorikan menjadi beberapa periode, yakni : periode nubuwat,
periode Khulafa, Tabi’in, Tabi’ al-tabi’in, dan modern.
Periode
pertamaadalah periode Nubuwat, dimana semua nabi memang mengemban tugas
memanggil, menyeru, dan mengajak manusia kepada agama Allah swt. Pada periode
ini materi seruan menyangkut tauhidullahyang menyebabkan manusia memiliki dua
fungsi ganda :khalifatullah dan ‘abidullah. Selain itu, pesan utama tentang
perjalanan hidup manusia, al-mabda’ (asal kehadiran manusia), al-wasath(
keadaan manusia di alam kesadaran
duniawi) dan al-ma’ad( tempat kembali mempertanggungjawabkan tugas
kefitriannya.
Periode kedua,
Khulafa’ al-Rasyidin.Kesinambungan aktivitas dakwah mulai merambah ke persoalan
teoretis keilmuan pada masa ini.Pemikirah dakwah yang berekembang pada periode
ini adalah metode al-naqldan al-‘aqlsecara seimbang yang diorientasikan kepada
gerakan futurat di semenanjung Arabia. Pada masa ini, sifat islam masih
menekankan pada praktik amaliah dari ajaran keagamaan.
Periode
ketiga,masa taba’i dengan rijal al-dakwah utama Said bin Musyyahab,Hasan
al-Bashri, Umar bin Abd al-Aziz dan Abu Hanafiah. Keempat tokoh ini menekankan
proses ihtisab dengan memulai perbaikan pada diri sendiri, keluarga, kemudian
perbaiki umat, pengembangan dakwah dengan surat,membina perasaan takut kepada
Allah swt.
Periode
keempat, masa tabi’i al-tabi’in pada masa tokoh-tokoh Malik bin Annas, Syafi’i
dan Imam Ahmad. Periode inilah yang disebut periode salaf, yang kemudian
menjadi periode transisi.
Periode
kelima, masa tabi’I al-tabi’in.era dimulainya era khalaf, seekitar 300 tahun
setelah periode nubuwat berakhir. Pada masa inilah sudah terjadi munculnya
aneka corak pemikiran di berbagai bidang kajian keislaman sebagai hasil dari
akumulasi interaksi antara budaya dalam perjalanan aktivitas dakwah sebagai
aktualisasi dari pemikiran filosofis dakwah.
Periode
keenam, era modern.Periode ini ditandai dengan semangat pemikiran untuk
mengembalikan balance of power terhadap hegemoni barat.Pada era ini pulalah
dakwah sebagai ilmu mandiri mulai menggeliat, dan muncul ke permukaan[5].
2.4. Perkembangan Ilmu Dakwah di Indonesia
Di
indonesia, keberadaan Ilmu Dakwah tidak bisa lepas dari lembaga pendidikan yang
mencetak pendakwah, seperti madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi islam.
Sejak islam pertama kali masuk di wilayah Nusantara, pala ulama dan
sultan telah memikirkan upaya menyebarkan islam secara efektif. Untuk itu,
kemudian dilakukan kederisasi melalui pendidikan islam. A. Hasjmi (1974 :
383) menyebut Dayah Cot Kala yang didirikan oleh Muhammad Amin sebagai prguruan
tinggi islam pertama di bangun di rantau Asia tenggara , Muhammad Amin behasil
mengembangkan Dayah Cot Kala dalam mencetak pendakwah yang menyebarkan islan di
penjuru nusantara. Para kiai jawa juga mengemban misi yang sama dengan para
ulama aceh, yakni mencetak pendakwah. Penting dicatat bahwa saat itu
pendakwah lebih populer dari pad\a guru Agama. Sebagai pendakwah, para ulama
banyak menghabiskan waktunya untuk berkelana menyebarkan agama islam. Kita
mendapatkan informasi dakwah Wali Songo dari artefak yang di tinggalkan dan
cerita rakyat secara lisan. Sebelum dakwah menjadi jurusan tersendiri, ia kerap
dijadikan tema dalam perdebatan di media massa ilam maupun forum forum ilmiah,
di padang sumatera barat, kaum modernis membuat sebuah majalah berbahasa melayu
dengan nama Al-munir, majalah yang didirikan oleh Haji Abdullah Ahmad ini
mengedepankan dakwah purifikatif (pemurnian tauhid) dan menyuarakan ide-ide
metode pembaruan islam. Dari majalah Al-Munir tersebut, muncul beberapa majalah
islam lainnya di indonesia. Sebelum kemerdekaan ilmiah tentang dakwah islam
masih dilakukan secara informal.para ulama masih berkunjung untuk membicarakan
masa depan umat islam indonesia. Dalam hal ini, belum ada institusi pendidikan
islam yang memberikan fasilitas untuk mengadakan forum ilmiah tentang dakwah,
setelah perguruan tinggi agama islam (PTAIN) di bentuk oleh pemerintah pada
tanggal 26 september 1951, dakwah menjadi slah satu jurusannya selain jurusan
tarbiyah, setelah PTAIN berganti nama menjadi IAIN dakwah masih menjadi sebuah
jurusan dibawah fakultas ushuluddin pada tahun 1960 hingga 1968. Tahun 1967,
rektor Ar-raniri Aceh dengan di dukung oleh yayasan pembina darusallam dan
mentri kesejahteraan untuk mengusulkan status jurusan dakwah menjadi fakultas
dakwah, usulan ini di penuhi SK. Mentri agama Agama Nomir `13 Tahun 1968,
setelah menjadi sebuah fakultas tersendiri, ilmu dakwah di kembangkan menjadi
leluasa hingga saat ini.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perkembangan ilmu
dakwah mengalami kemajuan pesat pada awal abad ke-20 M. Dimana pertumbuhan ilmu
dakwah sudah mulai dikaji sesuai dengan perkembangan dinamika keilmuan. Pada
periode ini ilmu dakwah sudah mulai dikaji secara spesialisasi dan pembidangan
ilmu, seperti metode dakwah, psikologi dakwah, manajemen dakwah, filsafat
dakwah, komunikasi dakwah, sejarah dakwah, komjunikasi dakwah, dan lain-lain.
Adapun dalam pendekatan kajian dakwah diperlukan
pendekatan keilmuan lainnya untuk menunjang keberhasilan dakwah, seperti
pendekatan edukatif, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan
historis, pendekatan komunikasi, dan lain-lain sesuai dengan situasi dan
kondisi sasaran atau objek dakwah.
3.2. Saran
Dengan
selesainya makalah ini, penulis berharap agar pembaca dapat mengambil sedikit
hikmah dari kandungan yang ada didalamnya. Setiaip karya pasti indah, namun
setiap keindahan itu belum tentu yang terbaaik. Maka penulis mohon maaf bila
terdapat kekurangan dalam penulisan ataupun kandung pokok bahasan. Kritik dan
saran akan kami terima, guna karya yang lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Ali, Moh.
Ilmu Dakwah. Jakarta : Kencana. 2004
Sambas,
Syukriadi.Perkembangan Pemikiran Dakwah. dalam Aep Kusnawan
Nurwahid,
Hidayat,Pengantar Sejarah Dakwah,Jakarta: Prenadamedia
Group.2007
Saputra,
Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada.2012
Rahman, Fazlur.Islam. terj. Ahsin Mohammad.Bandung:
Pustaka.1997
[3]Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah,(Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada,2012),hlm 164
[4] Fazlur Rahman,Islam,terj. Ahsin Mohammad,(Bandung:
Pustaka,1997),bab 1,3-10
No comments:
Post a Comment