MAKALAH ETIKA GURU "KOMPETENSI GURU"
A.
PEMBAHASAN
a)
36 LANGKAH BELAJAR MENGAJAR EMOSIONAL QUESTION CARA NABI MUHAMMAD
SAW
Perubahan keadaan manusia dan dunia
yang telah diwujudkan oleh Nabi Muhammad saw menjadi objek studi dan penelitian
dari para cendekiawan dan para pakar yang memiliki perhatian khusus dalam
membangun peradaban dan sejarah bangsa-bangsa sepanjang masa. Mereka bukan
hanya dari orang-orang Islam yang memang sedari awal telah menyadari pentingnya
mengkaji pribadi sukses dan mulia sang Nabinya, tetapi juga berasal dari para pemeluk
agama lain dari semua jenis aliran pemikiran dan kewarganegaraan di muka bumi.
Mereka mengakui bahwa capain dari pendidikan dan pengajaran Nabi Muhammad saw
merupakan fakta perubahan terbesar yang dicapai dalam sejarah peradaban
manusia.[1]
Dengan melihat keberhasilan Nabi
Muhammad saw sebagai seorang pendidik dan pengajar yang sukses, seharusnya umat
Muslim khususnya umat Muslim di Indonesia dapat menjadikan Nabi Muhammad saw
sebagai guru besar dalam membangun kualitas pendidikan. Sehingga dengan berpedoman
pada ajaran Nabi Muhammad saw yang telah terbukti hasil gemilangnya dalam
kancah pendidikan, diharapkan dapat melahirkan sebuah generasi yang berilmu,
berintelektual dan berakhlak, dan bermoral Islami.
Dengan
melihat kenyataan pada kondisi pendidikan di Indonesia baik dari segi sistem
pendidikan, kualitas para pendidik, proses belajar mengajar, dan hasil dari
proses pendidikan itu sendiri masih banyak menimbulkan masalah. Misalnya masih
banyak guru yang kurang profesional dalam mendidik dan mengajar, tidak
meratanya pendidikan, tujuan pendidikan yang lebih mementingkan kecerdasan
rasio, dan lain sebagainya. Sehingga perlu dikaji ulang tentang proses
pelaksanaan pendidikan tersebut agar tercapai tujuan pendidikan itu.
1.
Mengharap ridha Allah ( Karakterristik)
Ilmu
dan amal yang ikhlas semata untuk Allah. Banyaknya ilmu yang berguna dan
bermanfaat bagi umat bisa hilang begitusaja dikarenakan tidak ada keikhlasan
pada diri seorang guru, tidak berjalan di atas jalan yang benar, serta tidak
benar-benar bertujuan memberikan manfaat bagi saudaranya. Tujuan mereka lebih
cenderung berorientasi pada pangkat dan jabatan.
2.
Jujur dan Amanah
a.
Jujur
adalah kesesuaian sikap antara perkataan dan perbuatan yang sebenarnya. Apa
yang diucapkan memang itulah yang sesungguhnya dan apa yang diperbuat itulah
yang sebenarnya.[2] Kejujuran
sangat erat kaitannya dengan hati nurani. Kata hati nurani adalah sesuatu yang
murni dan suci. Hati nurani selalu mengajak kita kepada kebaikan dan kejujuran.
Namun, kadang, kita enggan mengikuti hati nurani. Bila kita melakukan sesuatu
yang tidak sesuai hati nurani, maka itulah yang disebut dusta. Apabila kita
katakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan, itulah yang dinamakan
bohong. Dusta atau bohong merupakan lawan kata jujur.
Jujur
itu penting. Berani jujur itu hebat. Sebagai makhluk sosial, kita memerlukan
kehidupan yang harmonis, baik, dan seimbang. Agar tidak ada yang dirugikan,
dizalimi dan dicurangi, kita harus jujur. Jadi, untuk kehidupan yang lebih baik
kuncinya adalah kejujuran. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi.
b.
Amanah artinya
terpercaya (dapat dipercaya). Amanah juga berarti pesan yang
dititipkan dapat disampaikan kepada orang yang berhak. Amanah yang
wajib ditunaikan oleh setiap orang adalah hak-hak Allah Swt.,
seperti salat , zakat, puasa, berbuat baik kepada sesama, dan yang
lainnya.
Amanah berkaitan
erat dengan tanggung jawab. Orang yang menjaga amanahbiasanya disebut
orang yang bertanggung jawab. Sebaliknya, orang yang tidak
menjagaamanah disebut orang yang tidak bertanggung jawab.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
menjaga amanah itu penting. Kalau kalian setuju dengan pernyataan
ini, mulai sekarang kalian harus berlatih untuk menjagaamanah. Kalian harus
berlatih untuk bertanggung jawab. Untuk berlatih tidak sulit. Mulailah dari
menjaga amanah yang kecil-kecil, seperti bertanggung jawab saat piket
kebersihan. Kalian belajar dan sekolah dengan sungguh-sungguh. Itu juga bagian
dari menjaga amanah. Melaksanakan ibadah salat juga bagian dari
menjaga amanah dari Allah Swt.
Ternyata, tanpa
disadari kalian sudah mulai berlatih menjaga amanah. Siapa tahu kelak di
antara kalian ada yang mendapat amanah untuk menjadi seorang
pemimpin. Jika kalian berlatih mulai dari sekarang, pada saat menjadi pemimpin
tentu tidak sulit untuk menjaga amanah.
a)
Kenapa
kamu menggembor-gemborkan kewajiban, mendorong untuk melakukannya, tetapi
ketika hal itu wajib bagimu, kamu malah tidak melakukannya. Kenapa juga kamu
melarang-larang keburukan, tetapi ketika hal itu tidak boleh bagimu, kamu malah
melakukannya. Jadi, sepantasnyalah bagi seseorang yang menyuruh
kepada kebajikan untuk lebih dulu memberi contoh dan bagi seseorang yang
melarang untuk keburukan, untuk lebih dahulu menghindarinya.
b)
Ucapan
dan tindakan yang kompatibel lebih cepat direspek oleh murid daripada ucapan
dan tindakan yang konfrontatif. Seorang guru sangatlah dibutuhkan untuk
menuntun jalan kehidupan, karena memang seorang guru adalah suri tauladan yang
pantas ditiru. Darinya pula murid mendapat akhlak, adab, dan
keilmuannya. Kewajiban guru adalah bertakwa kepada Allah, karena
dipundaknya terpikul amanat yang berat yaitu memberi materi pelajaran yang
berguna bagi muridnya dan memberikan contoh tindakan yang sesuai dengan
ucapannya, sehingga ilmu yang dipelajari dari guru dapat melekat erat dalam
diri murid.
4.
Adil dan Amanah
a. Adil artinya
meletakkan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya ialah tidak memihak antara yang
satu dengan yang lain. Menurut istilah, adil adalah menetapkan suatu kebenaran
terhadap dua masalah atau beberapa masalah, untuk dipecahkan sesuai dengan
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama.
b. artinya bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya,
niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Karena itulah Nabi Muhammad SAW oleh penduduk Mekkah diberi gelar “Al-Amin”
yang artinya terpercaya jauh sebelum beliau diangkat jadi Nabi.
5.
Berakhlakkul karimah
istilah dari akhlak asalnya dari bahasa arab
yang artinya adalah budi pekerti, tingkah laku atau tabiat, perangai, serta
kebiasaan. Sementara karimah ialah artinya mulia, terpuji, dan baik. Maka yang
dimaksud dari akhlaqul karimah adalah budi pekerti maupun sebuah [3]
perangai yang mulia. Sebuah akhlak ini memiliki tujuan supaya setiap orang akan
bertingkah laku maupun bertabiat sesuai pada adat istiadatnya yang baik serta
sesuai dalam ajaran agama Islam.
6.
Rendah Hati
adalah
orang yang memiliki sifat baik hati, suka menolong dan juga peduli
terhadap sesamanya. Ungkapan rendah hatibiasanya merujuk pada sifat
seseorang. rendah hatiberlawanan dengan idiom
besar kepala yang memilikiarti angkuh dan sombong.
7.
Berani
Mempunyai
hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya,
kesulitan, dsb.; tidak takut (gentar, kecut): Kita
harus berani mempertahankan kebenaran
8.
Menciptakan suasa keakraban
Rasa senang
dalam belajar adalah masalah suasana hati. Ini diperoleh melalui perlakukan
guru dan orang tua melalui dorongan dan motivasi mereka. Sebenarnya yang
diperlukan oleh siswa dalam belajar adalah rasa percaya diri. Maka tugas orang
tua dan guru tentu saja menumbuhkan rasa percaya diri mereka.. Dari pengalaman
hidup, kita sering menemukan begitu banyak anak yang ragu-ragu atas apa yang
mereka pelajari, sehingga mereka perlu didorong dan diberi semangat lewat kata
– kata dan perlakuan.
Jika anak
merasa kurang percaya diri, maka anak perlu dibantu. Coba menemukan hal hal
positif pada dirinya dan pujilah dia agar rasa percaya dirinya bisa datang.
Komentar -komentar positif dapat membangkitkan percaya diri mereka. Orang
belajar memang tergantung pada faktor fisik (suasana lingkungan), faktor
emosional (suasana hati) dan faktor sosiologi atau lingkungan teman, guru,
orang tua dan budaya sekitar.
Rasa senang
dalam belajar dapat tercipta jika terjalin keakraban antara guru dan siswa.
Keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan belajar bagi
siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai, lebih bisa
mengungkapkan idenya sehingga lebih kreatif, anak akan lebih termotivasi ikut
belajar sehingga siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran. Anak tidak akan
merasa sungkan bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat
siswa cepat mengerti adalah dengan cara bertanya.
Menciptakan
suasana akrab dengan siswa bukanlah hal yang sulit. Guru perlu menciptakan
suasana bahwa pada saat belajar, guru dan siswa sedang belajar. Bahwa pada saat
itu mereka juga didengar ide, pendapat dan kreatifitasnya, guru akan menjadi
pengarah dan fasilitator mereka dalam belajar. Dan guru perlu bersikap adil
terhadap siapapun, artinya siswa perlu diperhatikan sesuai porsinya. Misalnya
anak yang pintar perlu diarahkan untuk lebih memperhatikan temannya yang kurang
pintar. Anak yang nakal perlu diaktifkan untuk lebih berperan dalam proses
belajar misalnya dengan menunjuk anak tersebut untuk membantu menertibkan teman
– temannya. Guru menegur dan marah juga harus pada tempatnya dan ada alasannya.
Dan salah satu cara untuk menciptakan suasana akrab dengan anak adalah berusaha
untuk mengenal mereka satu persatu.
9.
Sabar dan mengendalikan nafsu
Hawa nafsu
mengandung aspek positif. Dia mendorong manusia berbuat terbaik: misalnya
berkeluarga untuk meneruskan keturunan, mencapai prestasi maksimal dalam
berbagai lapangan kehidupan. Dengan bimbingan akal dan kalbunya, manusia dapat
menjadi lebih unggul daripada malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu yang
dapat menggodanya.
10.
Baik dalam tutur kata
Merupakan
suatu kaidah normatif penggunaan bahasa yang menjadi pedoman umum yang
disepakati oleh masyarakat pengguna bahasa bahwa cara yang demikian itu diakui
sebagai bahasa yang sopan, hormat, dan sesuai dengan tata nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Seseorang yang terampil berbicara pasti mempertimbangkan apa
yang akan dikatakan sebelum berbicara. Tidaklah salah jika pepatah mengatakan
bahwa bahasa adalah cermin pribadi seseorang. Ungkapan tersebut menunjukkan
bahwa kepribadian seseorang dapat dinilai dari tutur katanya dalam berbahasa.
Bagi orang banyak, tutur kata yang baik, lemah-lembut, sopan-santun, akan
mencitrakan seseorang sebagai pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur.
Sebaliknya, tutur kata yang kasar dan buruk akan menimbulkan citra buruk pula
pada pribadi orang tersebut. Atas dasar hal itu, etika tutur bahasa Indonesia
memiliki peranan penting dalam pembelajaran di sekolah yang juga memberi
kontribusi pada kurikulum pendidikan karakter siswa.
11.
Tidak Egois
Egois merupakan sifat tercela yang harus dijauhi
oleh setiap manusia. Egois adalah sifat yang menilai sesuatu hal berdasarkan
kepentingan dirinya sendiri sehingga tidak memikirkan atau menanggapi
kepentingan orang lain. Lebih tepatnya hanya mementingkan dirinya sendiri,
tidak menghiraukan orang lain, tidak menerima pendapat orang lain serta tidak
menerima saran dan kritik orang lain.
Rasulullah Saw bersabda :
إِذَا
رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ
كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ بِنَفْسِكَ
Artinya : “Jika engkau melihat kikir ditaati,
hawa nafsu diikuti, dan kekaguman
pemilik pendapat, jagalah dirimu.” (HR Abu Daud)
Sebagai umat Islam, kita harus menjauhi sifat
egois. hal ini karena sifat egois akan
merugikan diri sendiri dan juga merugikan orang lain, bahkan lingkungan
sekitar.
12. Penanaman Aqidah (Kewajiban pdd)
Inilah yang pertama harus dilakukan oleh Orang
Tua terhadap anaknya; yaitu menanamkan keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa dan
memiliki sifat-sifat yang mulia (Asmaul Husna). Hal ini pernah di contohkan
oleh Lukmannul Hakim dan di abadikan dalam Al-Qur’an:
“dan (ingatlah) ketika Lukmanul Hakim berkata
kepada anaknya, “Hai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) itu adalah benar-benar kedzoliman yang besar” (Qs.
Lukman: 13).
Beriktu ini
langkah langkah praktis atau contoh-contoh ketika mananamkan Tauhid dan Aqidah
terhadap Anak:
a.
Menanamkan Tauhid ini bisa dimulai sejak anak
dalam kandungan, yaitu dengan membiasakan anak (bayi) mendengarkan alunan
Ayat-ayat suci Al-Qur’an, ceramah-ceramah agama kalimah-kalimah thoibiyah dan
ucapan-ucapan yang sopan, santun serta lemah lembut.
b.
Setelah anak bisa bicara atau bercakap,
ajarkanlah ia untuk bisa mengucapkan kata-kata Allah Bismillah, Alhamdulillah,
Astagfirullah, dan sebagainya.
c.
Tegurlah dan berilah peringatan dengan segera
apabila anak mengucapa kata-kata yang tidak baik.
d.
Jelaskan bahwa diri kita tumbuhan, hewan dan
semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan serta kepunyaan Allah yang Maha
kuasa.
e.
Sampaikanlah kisah-kisah para nabi, rasul dan
prang-orang yang saleh; baik secara lisan, atau bisa juga berupa buku-buku
kisah yang bergambar (banyak tersedia di toko-toko buku), atau berupa VCD,
jelaskanlah hikmah atau pelajaran yang bisa diambil dari tiap kisah tersebut.
f.Hindarkanlah
anak dari cerita-cerita dan tontonan (film/sinetron) takhayul, khufarat dan
bid’ah, misalnya cerita-cerita mengenai hantu, mistik, kesakitan, zodiac atau
ramalan binatang, dan sebagainnya.
g.
Bawalah anak-anak ke tempat-tempat yang bisa
memperkuat aqidah dan tauhid; misalnya ke masjid, madrasah, atau tempat-tempat
rekreasi yang kondusif seperti taman, pegunungan, pantai, peneropongan bintang,
museum, dan sejenisnnya. Beriah penjelasan kepada anak misalnnya betapa
kuasannya Allah menciptakan tumbuhan-tumbuhan, binatang, gunung, lautan,
bintang, matahari, bulan, dan sebagainnya. [4]
13. Memberikan Tausiah
Tidak sedikit urgensi nasehat dan bimbingan
dalam pengajaran, maka jadikanlah nasehat sebagai sesuatu yang sangat
signifikan. Nasehat merupakan ajuran syara', sebelum ia menjadi sebuah anjuran
dalam pendidikan. Menuntun murid ke arah jalan yang benar, dan menyuruhnya berlaku
baik, serta meluruskannya jika ia menyimpang dari jalan yang benar. Nasehat
yang diberikan secara individu menjadi mudah diterima dan direspek oleh
murid.
14. Ramah dalam mendidik
Bersikap ramah terhadap murid yang bodoh (belum
mengerti), dapat menjadikan ia kuat (tidak minder). Mengevaluasi kesalahan yang
terjadi pada murid. Apakah kesalahan disebabkan oleh tidak mengetahui atau
bukan. Cara mengobati kesalahan yang terjadi pada anak murid, yaitu dengan cara
memanggilnya dan mengajarinya tentang apa yang harus dilakukan dan ditinggalkan
serta akibatnya.
15. Bijaksana dalam menuturkan Kejelekan
Membicarakan kesalahan tidaklah untuk
menyebutkan nama sang pelaku, tetapi sekedar peringatan dan menjelaskan
kejelekan dari tindakan dan ucapan yang dilontarkan agar memahami kesalahan
yang dilakukannya. Tidak menyebutkan nama ketika sedang membicarakan suatu
kesalahan, meskipun pelaku telah diketahui oleh sebagian orang. Jika sang
pelaku memang sengaja dan ia pun tahu, maka seorang guru harus berusaha mecari solusi
yang lebih tepat untuk mendidik pelaku tersebut. Kebijaksanaan seorang guru
tercermin, bagaimana ia mengobati suatu kesalahan dengan tanpa menyebutkan nama
sang pelaku.
16. Mengucapkan salam sebelum dan sesudah
Mengawali mengucapkan alam ketika bertemu
dengan anak murid. Ucapan salam menjadi sebab untuk mendatangkan ampunan dari
Allah serta memperbanyak amak kebaikan. Ucapan salam menjadi sebab tersebarnya
kecintaan antara guru dan murid. Mengucapkan salam, ketika masuk menjumpai anak
murid dan kelaur meninggalkannya. [5]
17. Memberikan sangsi yang bijaksana
Bertahap dalam memberlakukan sanksi terhadap
murid yang melakukan kesalahan, serta tidak langsung memukul kecuali dalam
kondisi yang mendesak. Tidak terlalu keras dan tidak mengena wajah. Tujuan
memukul hanya sekedar memberi pelajaran dan bukan untuk melampiaskan api
kemarahan atau dendam
18. Memberikan Penghargaan
Sebuah hadiah besar pengaruhnya terhadap murid
yaitu sebagai motivasi dan dorongan untuk lebih giat mencari ilmu. Menjadikan
hadiah sekedar media dan bukan tujuan akhir. Hadiah doa merupakan hal yang
terpuji. Apalagi doa itu sesuai dengan tindakan murid, maka hal itu justru
lebih baik. Hadiah pujian kepada anak murid adalah metode yang bagus dan
merupakan motivasi yang baik untuk menambah minat murid dalam mencari
ilmu.
B.
Kesimpulan
1.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
seorang guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu dalam
bidangnya, mau mengamalkan ilmunya
dengan sungguh-sungguh, penuh keikhlasan dan menjadikan peserta didik menjadi
lebih baik sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
2.
Saran
Mengajar merupakan bagian dari tugas
keagamaan disamping juga tugas kemanusiaan yang harus diemban oleh siapapun,
setiap muslim diberi tugas untuk menyampaikan ilmu walaupun hanya satu disiplin
ilmu saja. Menjadi seorang guru atau pendidik yang profesional seharusnya
mentaati semua kode etik yang ada dan
mempunyai kompetensi yang dapat di terapkan dalam standar nasional pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Husna
Amalia. 2009. Fathanah (Cerdas). Jakarta Timur: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Sitiatava
Rizema Putra. 2014. Prinsip Mengajar Berdasar Sifat-Sifat Nabi.
Jogjakarta: Dsiva Press.
Bakri,
Ahamad Abdurraziq. 2008. Tafsir Ath-Thabari, Jakarta: Pustaka Azzam
Hasan,
Abdul Halim. 2006. Tafsir Al-Ahkam. Jakarta: Kencana
Abdul
Hayyie al-Kattani dkk. 2002.Bagaimana Mencintai Rasulullah SAW,Jakarta:
GEMA INSANI PRESS.