1

loading...

Thursday, October 31, 2019

MAKALAH DIFABEL MACAM-MACAM KONSEP PARADIGMA ABK DAN LAYANAN PENDIDIKAN


MAKALAH DIFABEL MACAM-MACAM KONSEP PARADIGMA ABK DAN LAYANAN PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki arti yang lebih luas dibandingkan pengertian Anak Luar Biasa. ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. Oleh karena itu memerlukan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu anak berkebutuhan khusus permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan khusus temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan dalam perkembangan dan belajar karena kondisi dan situasi lingkungan. Anak berkebutuhan khusus temporer apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi permanen. Secara umum faktor yang menyebabkan hambatan belajar ada tiga, yaitu (1) faktor lingkungan (2) faktor internal/ diri sendiri (3) kombinasi diantara keduanya.
Berikut ini akan dibahas mengenai anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan ABK Temporer?
2.      Apakah yang dimaksud dengan ABK permanen?
3.      Apakah yang dimaksud dengan ABK CIBI(cerdas istimewa dan bakat istimewa)?
4.      Bagaimanakah pendidikan ABK di Negara maju dan berkembang?
C.    Tujuan
1.      Dapat mengerti yang dimaksud dengan ABK Temporer.
2.      Untuk mengetahui apa itu ABK permanen.
3.      Dapat mengetahui apa ABK CIBI.
4.      Dapat mengetahui bagaimana pendidikan ABK di Negara maju dan berkembang.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Anak Berkebutuhan Khusus Temporer
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanen. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus. Di sekolah biasa banyak anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang bersifat temporer, dan mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan yang disebut pendidikan skebutuhan khusus.
Contoh lain, anak baru masuk kelas I Sekolah Dasar yang mengalami kehidupan dua bahasa antara pada saat di rumah dan di sekolah. Hal ini dapat menyebabkan munculnya kesulitan dalam belajar membaca dalam bahasa Indonesia. Anak seperti ini dapat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus sementara (temporer). Oleh karena itu ia memerlukan layanan pendidikan yang disesuikan. Apabila hambatan belajar membaca seperti itu tidak mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi anak ini akan menjadi anak berkebutuhan khusus permanen. Anak akan sulit memahami dan membedakan bahasa yang ia pelajari. Ini akan menyebabkan anak berkesulitan dalam berbahasa dengan sifat permanen.
B.     Anak Berkebutuhan Khusus Permanen
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gannguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik), gangguan iteraksi-komunikasi, gangguan emosi, sosial dan tingkah laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanent sama artinya dengan anak penyandang kecacatan. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi:

1.      Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Secara umum tunanetra dikelompokkan menjadi buta dan kurang lihat. Sebagian ahli mengelompokkannya menjadi kurang lihat (low vision), buta (blind), dan buta total (totally blind). Anak yang memiliki kerusakan ringan pada penglihatannya (seperti myopia dan hypermetropia ringan) masih dapat dikoreksi dengan bantuan kacamata dan bisa mengikuti pendidikan seperti anak lainnya, sehingga tidak dikelompokkan pada tunanetra.
2.      Anak dengan Gangguan Pendengaran dan / Wicara (Tunarungu)
Anak dengan gangguan pendengaran sering disebut tunarungu. Istilah tunarungu dirasa lebih halus daripada tuli. Klasifikasi tunarungu:
a.    Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)   Tunarungu ringan (mild hearing loss) anatara 27-40 dB.
Siswa yang mengalami kondisi ini sulit mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang strategis.
2)      Tunarungu sedang (moderate hearing loss) anatara 41-55 dB.
Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan (face to face), tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu dengar serta terapi bicara.
3)      Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss) antara 56-70dB. Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia perlu menggunakan hearing aid.
4)      Tunarungu berat (severe hearing loss) antara 71-90dB.
Ia hanya dapat mendengar suara – suara yang keras dari jarak dekat. Siswa tersebut membutuhkan pendidikan khusus secara intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.
5)      Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)
Pada kondisi ini mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90dB. Mungkin ia masih mendengar suara yang keras, tetapi ia lebih menyadari suara melalui getarannya (vibrations) daripada pola suara.
3.      Anak dengan Kelainan Kecerdasan di bawah Rata-rata (Tunagrahita)
Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata – rata sering disebut dengan istilah tunagrahita. Klasifikasi tunagrahita yang dikemukakan oleh AAMD (Halaman, 1982:43) sebagai berikut:
a.    Mild mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70 – 55 ringan)
b.    Moderate mental retardation (tunagrahita IQ-nya 55 – 40 sedang)
c.    Severe mental retardation (tunagrahita IQ-nya 40 – 25 berat)
d.   Profound mental retardation (tunagrahita IQ-nya 25 ke bawah) (sangat berat).
4.      Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa).
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak (tulang, sendi, otot). Pengertian anak Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tunadaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatanya terganggu sehingga mengalami kelainan di dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ciri-ciri anak tunadaksa dapat dilukiskan sebagai berikut:
a.       Jari tangan kaku dan tidak dapat mengenggam.
b.      Ada bagian anggota gerak yang tidak sempurna/lebih kecil dari biasa.
c.       Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, bergetar)
d.      Terdapat cacat pada anggota gerak
e.       Anggota gerak layu, kaku, lemah/
5.      Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku).
Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku) memiliki ciri-ciri, diantaranya:
a.       Cenderung membangkang.
b.      Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
c.       Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
d.      Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
e.       Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah, sering bolos, jarang masuk sekolah.
6.      Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik (specific learning disability)
Menurut Federal law atau hukum federal (IDEA, 1997): Istilah “kesulitan belajar spesifik” menerangkan semua anak yang mengalami gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan dimana gangguan yang terjadi dapat termanifestasikan menjadi kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau mengerjakan perhitungan matematika. Menurut Association for Children and Adult with Learning Disability (ACALD) “Kesulitan belajar spesifik” adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari faktor neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi dan /atau kemampuan verbal dan/atau non verbal.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar spesifik meupakan kelainan sistem saraf yang dialami oleh seseorang yang mengakibatkan pola pertumbuhan yang tidak seimbang dan kelemahan pada proses syaraf, sehingga akan mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyelesaikan tugas akademik dan pembelajaran. Kesulitan-kesulitan tersbut seperti kesulitan berfikir, membaca, berhitung, berbicara.
7.      Anak Lamban Belajar (slow learner)
Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan untuk belajar dan  menyesuaikan diri, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar antara lain karena masalah tingkat konsentrasinya yang rendah, daya ingat yang lemah, kognisi, serta masalah sosial dan emosional.
8.      Anak Autis
Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain (Sarwindah, 2002). Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisme adalah gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan definisi autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.
.     Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi. Gejala-gejala anak autis tampak sejak lahir, biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:
a.    Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai
b.    Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan isyarat
c.    Penggunaan bahasa yang berulang
d.   Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan fokus
e.    Sensitifitas berlebihan /kurang sensitif
f.     Terdapat bakat-bakat dibidang membaca, aritmatika, menggambar, mengeja, olahraga, komputer
C.    Pengertian Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI)
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan  bakat istimewa (gifted) adalah anak yang secara significant  mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam bidang kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan  olahraga. Anak berkebutuhan khusus atau gifted adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak mampuan mental, emosi atau fisik. Anak Cerdas Istimewa Bakat istimewa adalah anak yang memiliki kemampuan   intelektual tinggi (gifted) serta menunjukan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak satu dengan anak yang lain (talented)
            “Anak berbakat merupakan satu interaksi di antara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai” Ciri-ciri anak cerdas istimewa dan bakat istimewa : seorang anak cerdas istimewa dapat mempunyai beberapa dari ciri-ciri berikut ini:
1.      Sangat peka dan waspada.
2.      Belajar dengan mudah dan cepat.
3.      Mampu berkonsentrasi
4.      Sangat logis
5.      Cepat berespon secara verbal dengan tepat
6.      Lancar berbahasa
7.      Mempunyai daya ingat yang baik
8.      Mempunyai pengetahuan umum yang luas
9.      Mempunyai minat yang luas dan mendalam
10.  Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan
11.  Cermat atau teliti dalam mengamati.
12.  Kemampuan membaca yang baik.
13.  Lebih menyukai kegiatan verbal daripada kegiatan tertulis.
14.  Mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dengan sangat cepat.
15.  Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah.
16.  Menunjukkan cara pemecahan masalah yang tidak lazim.
17.  Mempunyai pendapat dan pandangan yang sangat kuat terhadap suatu hal.
18.  Mempunyai rasa humor.
19.  Mempunyai daya imajinasi yang hidup dan orisinil
20.  Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
21.  Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
22.  Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar
23.  Tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak yang berusia lebih tua darinya
24.  Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan lebih baik daripada jika berkomunikasi dengan anak sebayanya
25.  Bisa belajar sendiri dalam bidang-bidang yang diminati
26.  Berfokus pada minatnya sendiri, bukan pada apa yang diajarkan
27.  Mempunyai keterampilan social.
28.  Mudah bosan pada hal-hal yang dianggapnya rutin
29.  Menunjukkan kepemimpinan yang tinggi
30.  Kadang-kadang tingkah lakunya tidak disukai orang lain.
Penyebab anak memiliki cerdas istimewa dan bakat istimewa :
a.       Hereditas
Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua atau keturunan meliputi kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang.
b.      Lingkungan
Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya tersebut.
D.    Pendidikan defabel di Negara maju
1.         Fasilitas prima
Hal paling menonjol dari pelaksanaan sistem jaminan sosial bagi difabel di negara maju seperti Jerman adalah aksesibilitas fasilitas publik. Meski tak semua kategori cacat fisik dapat terakomodasi, tetapi hampir semua infrastruktur publik di Jerman menyediakan aksesibilitas bagi difabel. Sarana transportasi umum, misalnya, pintu bus atau kereta dibuat lebar dan sejajar halte, ini memudahkan kursi roda masuk. Di dalam kereta terdapat tulisan imbauan untuk mengutamakan tempat duduk bagi difabel dan pemberitahuan suara menjelang setiap pemberhentian kereta. Pemerintah Jerman juga membebaskan biaya sekolah anak-anak berkebutuhan khusus. Fasilitas sekolahnya pun asyik. Foerderschule, sekolah khusus anak-anak penyandang cacat fisik di Cologne, misalnya, menyediakan mobil antar-jemput, makan siang, dokter anak, ahli gizi, serta fasilitas terapi dan olahraga bagi murid.
2.         Stigma dan keterbatasan
Serupa dengan yang dihadapi difabel di Indonesia, para difabel di Jerman juga bermasalah dengan stigma dan kesulitan akses lapangan kerja. Menurut Prof Mathilde Niehaus dari Unit of Labour and Vocational Rehabilitation Universitas Cologne, Pemerintah Jerman sudah menetapkan peraturan bahwa setiap perusahaan harus menyediakan kuota bagi tenaga kerja difabel. Bahkan sanksi berupa denda akan dikenakan jika perusahaan tak memenuhi kuota itu
3.         Dari dan untuk difabel
Model konseling ini unik karena baik pemberi maupun peserta konseling adalah difabel. Peer-counseling khususnya ditujukan bagi difabel yang memasuki usia nonproduktif, untuk proses penyesuaian diri yang berkelanjutan. Masih dengan konsep dari ”difabel untuk difabel”, ZSL menerbitkan buku city guide Kota Cologne. Buku ini berisi panduan tempat dan sarana transportasi yang aksesibel sesuai dengan kategori cacat tubuh di Cologne. Harapan ZSL, buku ini bisa meningkatkan kemampuan difabel untuk ”berdiri sendiri”.
4.         Pertukaran kebudayaan
Selain kegiatan akademis dan observasi lapangan, DAAD pun menjadwalkan kegiatan kultural untuk memperkenalkan budaya dan kehidupan sosial Jerman kepada peserta Study Visit.
E.     Pendidikan ABK di Negara Berkembang
Kita lihat contoh di yang dekat saja yaitu Negara kita Indonesia, Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundang-undangkan yang pertama mengenai pendidikan. Mengenai anak- anak yang mempunyai kelainan fisik atau mental , undang – undang itu menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan ( pasal 6 ayat 2 ) dan untuk itu anak –anak tersebut ( pasal 8) yang mengatakan semua anak – anak yang sudah berumur 6 tahun dan 8 tahun berhak dan diwajibkan belajar disekolah sedikitnya 6 tahun dengan ini berlakunya undang – undang tersebut maka sekolah – sekolah baru yang khusus bagi anak – anak penyandang cacat.Termasuk untuk anak tuna daksa dan tuna laras, sekolah ini disebut sekolah luar biasa.
Berdasarkan urutan sejarah berdirinyaSLB pertama untuk masing – masing katagorikecacatan SLB itu dikelompokan menjadi :
a.       SLB bagian A untuk anaktuna netra
b.      SLB bagian B untuk anak tuna rungu
c.       SLB bagian C untuk anak tuna Grahta
d.      SLB bagian D untuk anak tuna daksa
e.       SLB bagian E untuk anak tuna laras
f.       SLB bagian Funtuk anak tuna ganda
Konsep pendidikan terpadu diperkenalkan di indonesia pada tahun1978 yang bertujuankhusus untuk anak tuna netra.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Konsep-konsep paradigm ABK seperti abk temporer Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Dan ABK permanen.
B.     Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah diatas, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus, 2014.
Kompas. Difabel di Negara Maju, 2010

No comments:

Post a Comment