MAKALAH DIFABEL MACAM-MACAM KONSEP PARADIGMA ABK DAN LAYANAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki arti
yang lebih luas dibandingkan pengertian Anak Luar Biasa. ABK adalah anak yang
dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan
perkembangan. Oleh karena itu memerlukan pelayanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan
khusus meliputi dua kategori yaitu anak berkebutuhan khusus permanen, yaitu
akibat dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan khusus temporer, yaitu
mereka yang mengalami hambatan dalam perkembangan dan belajar karena kondisi
dan situasi lingkungan. Anak berkebutuhan khusus temporer apabila tidak
mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa
menjadi permanen. Secara umum faktor yang menyebabkan hambatan belajar ada
tiga, yaitu (1) faktor lingkungan (2) faktor internal/ diri sendiri (3)
kombinasi diantara keduanya.
Berikut ini akan dibahas mengenai anak
berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan ABK Temporer?
2.
Apakah yang dimaksud dengan ABK permanen?
3.
Apakah yang dimaksud dengan ABK CIBI(cerdas
istimewa dan bakat istimewa)?
4.
Bagaimanakah pendidikan ABK di Negara maju
dan berkembang?
C. Tujuan
1.
Dapat mengerti yang dimaksud dengan ABK
Temporer.
2.
Untuk mengetahui apa itu ABK permanen.
3.
Dapat mengetahui apa ABK CIBI.
4.
Dapat mengetahui bagaimana pendidikan ABK di
Negara maju dan berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anak Berkebutuhan Khusus Temporer
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat
sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan
perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang
mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak
dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi
apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi
permanen. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus,
yaitu pendidikan yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak
ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus. Di sekolah biasa banyak anak-anak
yang mempunyai kebutuhan khusus yang bersifat temporer, dan mereka memerlukan
pendidikan yang disesuaikan yang disebut pendidikan skebutuhan khusus.
Contoh lain, anak baru masuk kelas I Sekolah
Dasar yang mengalami kehidupan dua bahasa antara pada saat di rumah dan di
sekolah. Hal ini dapat menyebabkan munculnya kesulitan dalam belajar membaca
dalam bahasa Indonesia. Anak seperti ini dapat dikategorikan sebagai anak
berkebutuhan khusus sementara (temporer). Oleh karena itu ia memerlukan layanan
pendidikan yang disesuikan. Apabila hambatan belajar membaca seperti itu tidak
mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi anak ini akan menjadi anak
berkebutuhan khusus permanen. Anak akan sulit memahami dan membedakan bahasa
yang ia pelajari. Ini akan menyebabkan anak berkesulitan dalam berbahasa dengan
sifat permanen.
B. Anak Berkebutuhan Khusus Permanen
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat
permanen adalah anak-anak yang mengalami
hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat
langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi
penglihatan, pendengaran, gannguan perkembangan kecerdasan dan kognisi,
gangguan gerak (motorik), gangguan iteraksi-komunikasi, gangguan emosi, sosial
dan tingkah laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang bersifat
permanent sama artinya dengan anak penyandang kecacatan. Anak berkebutuhan
khusus permanen meliputi:
1.
Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Secara umum tunanetra dikelompokkan menjadi
buta dan kurang lihat. Sebagian ahli mengelompokkannya menjadi kurang lihat
(low vision), buta (blind), dan buta total (totally blind). Anak yang memiliki
kerusakan ringan pada penglihatannya
(seperti myopia dan hypermetropia ringan) masih dapat
dikoreksi dengan bantuan kacamata dan bisa mengikuti pendidikan seperti anak
lainnya, sehingga tidak dikelompokkan pada tunanetra.
2.
Anak dengan Gangguan Pendengaran dan / Wicara
(Tunarungu)
Anak dengan gangguan pendengaran sering
disebut tunarungu. Istilah tunarungu dirasa lebih halus daripada tuli.
Klasifikasi tunarungu:
a. Berdasarkan tingkat
kehilangan pendengaran, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Tunarungu ringan (mild hearing
loss) anatara 27-40 dB.
Siswa yang mengalami kondisi ini sulit
mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang strategis.
2) Tunarungu
sedang (moderate hearing loss) anatara 41-55 dB.
Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara
berhadapan (face to face), tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia
membutuhkan alat bantu dengar serta terapi bicara.
3) Tunarungu
agak berat (moderately severe hearing loss) antara 56-70dB. Ia hanya dapat
mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia perlu menggunakan hearing
aid.
4) Tunarungu
berat (severe hearing loss) antara 71-90dB.
Ia hanya dapat mendengar suara – suara yang
keras dari jarak dekat. Siswa tersebut membutuhkan pendidikan khusus secara
intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk mengembangkan kemampuan bicara
dan bahasanya.
5) Tunarungu
berat sekali (profound hearing loss)
Pada kondisi ini mengalami kehilangan
pendengaran lebih dari 90dB. Mungkin ia masih mendengar suara yang keras,
tetapi ia lebih menyadari suara melalui getarannya (vibrations) daripada pola
suara.
3.
Anak dengan Kelainan Kecerdasan di bawah
Rata-rata (Tunagrahita)
Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata
– rata sering disebut dengan istilah tunagrahita. Klasifikasi tunagrahita yang
dikemukakan oleh AAMD (Halaman, 1982:43) sebagai berikut:
a. Mild mental
retardation (tunagrahita IQ-nya 70 – 55 ringan)
b. Moderate mental
retardation (tunagrahita IQ-nya 55 – 40 sedang)
c. Severe mental
retardation (tunagrahita IQ-nya 40 – 25 berat)
d. Profound mental
retardation (tunagrahita IQ-nya 25 ke bawah) (sangat berat).
4.
Anak dengan gangguan anggota gerak
(tunadaksa).
Tunadaksa adalah anak yang mengalami
kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak (tulang, sendi,
otot). Pengertian anak Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya
dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tunadaksa diartikan
sebagai seseorang yang fisik dan kesehatanya terganggu sehingga mengalami
kelainan di dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ciri-ciri anak
tunadaksa dapat dilukiskan sebagai berikut:
a. Jari
tangan kaku dan tidak dapat mengenggam.
b. Ada bagian
anggota gerak yang tidak sempurna/lebih kecil dari biasa.
c. Kesulitan
dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, bergetar)
d. Terdapat
cacat pada anggota gerak
e. Anggota
gerak layu, kaku, lemah/
5.
Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan
emosi dan prilaku).
Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan
emosi dan prilaku) memiliki ciri-ciri, diantaranya:
a. Cenderung
membangkang.
b. Mudah
terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
c. Sering
melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
d. Sering
bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
e. Cenderung
prestasi belajar dan motivasi rendah, sering bolos, jarang masuk sekolah.
6.
Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik
(specific learning disability)
Menurut Federal law atau hukum federal (IDEA,
1997): Istilah “kesulitan belajar spesifik” menerangkan semua anak yang
mengalami gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan
pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan dimana gangguan yang
terjadi dapat termanifestasikan menjadi kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengar,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau mengerjakan perhitungan
matematika. Menurut Association for Children and Adult with Learning
Disability (ACALD) “Kesulitan belajar spesifik” adalah suatu kondisi
kronis yang diduga bersumber dari faktor neurologis yang secara selektif
mengganggu perkembangan, integrasi dan /atau kemampuan verbal dan/atau non
verbal.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka
dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar spesifik meupakan kelainan sistem
saraf yang dialami oleh seseorang yang mengakibatkan pola pertumbuhan yang
tidak seimbang dan kelemahan pada proses syaraf, sehingga akan mengakibatkan
seseorang kesulitan dalam menyelesaikan tugas akademik dan pembelajaran.
Kesulitan-kesulitan tersbut seperti kesulitan berfikir, membaca,
berhitung, berbicara.
7.
Anak Lamban Belajar (slow learner)
Anak lamban belajar adalah anak yang
mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi
intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan untuk
belajar dan menyesuaikan diri, sehingga memerlukan pelayanan
pendidikan khusus. Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban
belajar antara lain karena masalah tingkat konsentrasinya yang rendah, daya
ingat yang lemah, kognisi, serta masalah sosial dan emosional.
8.
Anak Autis
Autisme adalah gangguan yang parah pada
kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun
pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang
lain (Sarwindah, 2002). Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisme adalah gangguan
perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan
kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga
sulit untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai
anggota masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan definisi autisme adalah
gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan
dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi
perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan
emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku,
strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal,
maupun jenis makanan.
. Istilah
autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak
yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri yang menonjol
pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang
melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik
perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi. Gejala-gejala anak autis
tampak sejak lahir, biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:
a. Tidak bermain
dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai
b. Terlambat
bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan isyarat
c. Penggunaan bahasa
yang berulang
d. Minat yang terbatas dan
abnormal dalam intensitas dan fokus
e. Sensitifitas
berlebihan /kurang sensitif
f. Terdapat
bakat-bakat dibidang membaca, aritmatika, menggambar, mengeja, olahraga,
komputer
C. Pengertian Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa
(CIBI)
Anak yang memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa (gifted) adalah anak yang secara
significant mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata
dalam bidang kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni
dan olahraga. Anak berkebutuhan khusus atau gifted adalah
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukan pada ketidak mampuan mental, emosi atau fisik. Anak
Cerdas Istimewa Bakat istimewa adalah anak yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi (gifted) serta menunjukan penonjolan
kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak satu dengan anak yang
lain (talented)
“Anak
berbakat merupakan satu interaksi di antara tiga sifat dasar manusia yang
menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan
rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang
tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan
gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang
bernilai” Ciri-ciri anak cerdas istimewa dan bakat istimewa : seorang anak
cerdas istimewa dapat mempunyai beberapa dari ciri-ciri berikut ini:
1.
Sangat peka dan waspada.
2.
Belajar dengan mudah dan cepat.
3.
Mampu berkonsentrasi
4.
Sangat logis
5.
Cepat berespon secara verbal dengan tepat
6.
Lancar berbahasa
7.
Mempunyai daya ingat yang baik
8.
Mempunyai pengetahuan umum yang luas
9.
Mempunyai minat yang luas dan mendalam
10. Memiliki
rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan
11. Cermat
atau teliti dalam mengamati.
12. Kemampuan
membaca yang baik.
13. Lebih
menyukai kegiatan verbal daripada kegiatan tertulis.
14. Mempunyai
kemampuan untuk mengatasi masalah dengan sangat cepat.
15. Memiliki
kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah.
16. Menunjukkan
cara pemecahan masalah yang tidak lazim.
17. Mempunyai
pendapat dan pandangan yang sangat kuat terhadap suatu hal.
18. Mempunyai
rasa humor.
19. Mempunyai
daya imajinasi yang hidup dan orisinil
20. Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
21. Mempunyai
tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
22. Tidak memerlukan
dorongan (motivasi) dari luar
23. Tertarik
pada topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak yang berusia lebih tua darinya
24. Dapat
berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan lebih baik daripada
jika berkomunikasi dengan anak sebayanya
25. Bisa belajar
sendiri dalam bidang-bidang yang diminati
26. Berfokus
pada minatnya sendiri, bukan pada apa yang diajarkan
27. Mempunyai
keterampilan social.
28. Mudah
bosan pada hal-hal yang dianggapnya rutin
29. Menunjukkan
kepemimpinan yang tinggi
30. Kadang-kadang
tingkah lakunya tidak disukai orang lain.
Penyebab anak memiliki cerdas istimewa dan
bakat istimewa :
a.
Hereditas
Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari
orang tua atau keturunan meliputi kecerdasan, kreatif produktif,
kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah
ditentukan adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan
tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U. Branfenbrenner dan Scarr
Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai
faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang.
b.
Lingkungan
Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar
dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai
bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian
dari lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga
tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan
mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam mencapai ataupun
memaksimalkan bakatnya tersebut.
D. Pendidikan defabel di Negara maju
1.
Fasilitas prima
Hal paling menonjol dari pelaksanaan sistem
jaminan sosial bagi difabel di negara maju seperti Jerman adalah aksesibilitas
fasilitas publik. Meski tak semua kategori cacat fisik dapat terakomodasi,
tetapi hampir semua infrastruktur publik di Jerman menyediakan aksesibilitas
bagi difabel. Sarana transportasi umum, misalnya, pintu bus atau kereta dibuat
lebar dan sejajar halte, ini memudahkan kursi roda masuk. Di dalam kereta
terdapat tulisan imbauan untuk mengutamakan tempat duduk bagi difabel dan
pemberitahuan suara menjelang setiap pemberhentian kereta. Pemerintah Jerman
juga membebaskan biaya sekolah anak-anak berkebutuhan khusus. Fasilitas
sekolahnya pun asyik. Foerderschule, sekolah khusus anak-anak penyandang cacat
fisik di Cologne, misalnya, menyediakan mobil antar-jemput, makan siang, dokter
anak, ahli gizi, serta fasilitas terapi dan olahraga bagi murid.
2.
Stigma dan keterbatasan
Serupa dengan yang dihadapi difabel di
Indonesia, para difabel di Jerman juga bermasalah dengan stigma dan kesulitan
akses lapangan kerja. Menurut Prof Mathilde Niehaus dari Unit of Labour and
Vocational Rehabilitation Universitas Cologne, Pemerintah Jerman sudah
menetapkan peraturan bahwa setiap perusahaan harus menyediakan kuota bagi
tenaga kerja difabel. Bahkan sanksi berupa denda akan dikenakan jika perusahaan
tak memenuhi kuota itu
3.
Dari dan untuk difabel
Model konseling ini unik karena baik pemberi
maupun peserta konseling adalah difabel. Peer-counseling khususnya ditujukan
bagi difabel yang memasuki usia nonproduktif, untuk proses penyesuaian diri
yang berkelanjutan. Masih dengan konsep dari ”difabel untuk difabel”, ZSL
menerbitkan buku city guide Kota Cologne. Buku ini berisi panduan tempat dan
sarana transportasi yang aksesibel sesuai dengan kategori cacat tubuh di
Cologne. Harapan ZSL, buku ini bisa meningkatkan kemampuan difabel untuk
”berdiri sendiri”.
4.
Pertukaran kebudayaan
Selain kegiatan akademis dan observasi
lapangan, DAAD pun menjadwalkan kegiatan kultural untuk memperkenalkan budaya
dan kehidupan sosial Jerman kepada peserta Study Visit.
E. Pendidikan ABK di Negara Berkembang
Kita lihat contoh di yang dekat saja yaitu
Negara kita Indonesia, Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah
RI mengundang-undangkan yang pertama mengenai pendidikan. Mengenai anak- anak
yang mempunyai kelainan fisik atau mental , undang – undang itu menyebutkan
pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan
( pasal 6 ayat 2 ) dan untuk itu anak –anak tersebut ( pasal 8) yang mengatakan
semua anak – anak yang sudah berumur 6 tahun dan 8 tahun berhak dan diwajibkan
belajar disekolah sedikitnya 6 tahun dengan ini berlakunya undang – undang
tersebut maka sekolah – sekolah baru yang khusus bagi anak – anak penyandang
cacat.Termasuk untuk anak tuna daksa dan tuna laras, sekolah ini disebut
sekolah luar biasa.
Berdasarkan urutan sejarah berdirinyaSLB
pertama untuk masing – masing katagorikecacatan SLB itu dikelompokan menjadi :
a.
SLB bagian A untuk anaktuna netra
b.
SLB bagian B untuk anak tuna rungu
c.
SLB bagian C untuk anak tuna Grahta
d.
SLB bagian D untuk anak tuna daksa
e.
SLB bagian E untuk anak tuna laras
f.
SLB bagian Funtuk anak tuna ganda
Konsep pendidikan terpadu diperkenalkan di
indonesia pada tahun1978 yang bertujuankhusus untuk anak tuna netra.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep-konsep paradigm ABK seperti abk
temporer Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah
anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi
karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Dan ABK
permanen.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih
banyak kesalahan dalam penulisan makalah diatas, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Klasifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus, 2014.
Kompas. Difabel di Negara Maju, 2010
No comments:
Post a Comment