1

loading...

Senin, 14 Januari 2019

MAKALAH ETNOGRAFI


MAKALAH ETNOGRAFI 

BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
            Etnografi berasal dari kata Ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dengan raphein yaitu tulisan atau uraian. Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat- istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian warga sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985).
            Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangan sebelum tahun 1800 an. Etnografi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah- rempah ke indonesia. Koentjaniraningrat, 1989:1 : “mereka mencatat semua fenomena menarik yang di jumpai selama perjalanannya, antara lain berisi tentang adat- istiadat, susunan masyarakat, bahasa tersebut”.
            Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk memahami cara orang- orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari- hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Etnografi ?
2. Apa itu Keragka Etnografi ?
3. Apa saja Objek Etnografi ?
4. jelaskan Sejarah Lahirnya metode Etnografi ?
5. Apa itu Etnografi Modern atau Etnografi Baru?
6. Apa saja Jenis- jenis Etnografi ?
C.  Tujuan Masalah
1. untuk mengetahui apa itu etnografi
2. untuk mengetahui unsur-unsur kebudayaan dalam etnografi
3.untuk mengetahui kerangka etnografi
4. untuk mengetahui objek etnografi dan lain sebaigainya
BAB II
PEMBAHASAN

      A.    Pengertian Etnografi
  Istilah etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, etnografi adalah deskripsi tentang bangsa- bangsa. Beberapa pendapat para ahli, antropologi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut.
1.      Menurut pendapat Spradley dalam Yad Mulyadi (1999), etnografiadalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan suatu kebudayaan.
2.      Menurut pendapat Spindler dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan antropologi di lapangan.
3.      Menurut pendapat koentjaraningrat (1985), isi karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa.
 Etnografi ditinjau secara harfiah, berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku   bangsa, yang ditulis oleh seorang  antropolog atash hasil penelitian lapangan (field work ) selama sekian bulan, atau sekian tahun.  
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etnografi bukan sekedar mengumpulkan data tentang orang atau kebudayaan, melainkan menggalinya lebih dalam lagi. Ciri –ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi ini sifatnya yang holistic-integratif, thick description, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native’points of view (bersifat holistic atau menyeluruh ). Artinya kajian etnografi tidak hanya mengarahkan perhatiannya pada salah satu variable tertentu saja.
Jadi, etnografi adalah upaya untuk mendiskripsikan kebudayaan. Kebudayaan baik implisit maupun secara eksplisit terungkap melalui bahasa. Bahasa merupakan alat utama untuk menyebarkan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang ditulis dalam bentuk linguistic. Sehingga, dalam studi etnografi ethnolinguistik berfungsi untuk menggali kebudayaan.

      B.     Kerangka Etnografi
Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komuninitas dari suatu daerah geografi ekologi atau suatu wilayah administratif tertentu yang menjadi pokok deskripsi sebuah buku etnografi, biasanya dibagi ke dalam bab- bab tentang unsur- unsur kebudayaan menurut suatu tata urut yang sudah baku. Susunan kata urut itu kita sebut saja “Kerangka Etnografi.”[1]
Untuk memerinci unsur- unsur bagian dari suatu kebudayaan, sebaiknya dipakai daftar unsur- unsur kebudayaan universal yang telah di uraikan dalam Bab 5, yaitu:(1) bahasa,(2) sistem teknologi,(3) sistem ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) kesenian, dan (7) sistem religi.  Karena unsur- unsur kebudayaan itu bersifat universal maka dapat di perkirakan bahwa kebudayaan suku bangsa yang menjadi pokok perhatian ahli antropologi pasti juga mengandung aktivitas adat- istiadat, pranata- pranata sosial, dan benda- benda kebudayaan yang dapat di golongkan ke dalam salah satu dari ketujuh unsur universal tadi. Unsur kebudayaan menyangkut tentang organisasi sosial. Unsur kebudayaan sebagai bahan deskripsi kebudayaan, antara lain berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut, sistem pemerintahan, pembagian kerja, ataupun mencerminkan suatu birokrasi.
Penulisan deskripsi kebudayaan yang menyangkut sistem pengetahuan adalah hal- hal yang berkaitan dengan upaya penduduk untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaannya, termasuk dalam hal ini adalah bagaimana penduduk berupaya melakukan adaptasi terhadap lingkungan alam sekitarnya.
Deskripsi tentang kesenian yang ada dalam kehidupan masyarakat mencakup tentang berbagai bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat/ suku bangsa tersebut. Meringkas kembali yang terurai sebelumnya, maka sebuah karangan tentang kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun menurut kerangka etnografi akan terdiri dari bab- bab seperti terdaftar di bawah ini.
1.      Lokasi, lingkungan alam dan demografi
2.      Asal mula dan sejarah suku bangsa
3.      Bahasa
4.      Sistem teknologi
5.      Sistem mata pencaharian
6.      Organisasi sosial
7.      Sistem pengetahuan
8.      Kesenian
9.      Sistem religi
                   1). Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi
Dalam menguraikan lokasi atau tempat tinggal dan penyebaran suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi etnografi perlu dijelaskan ciri-ciri geogafinya, yaitu iklimnya ( tropis, mediteran, iklim sedang atau iklim kutub ), sifat daerahnya (pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, jenis kepulauan, daerah rawa, hutan tropis, sabana, stepa, gurun, dan sebagainya), suhu dan curah hujannya.
Bahan keterangan geografi dan geologi tersebut sebaiknya dilengkapi dengan peta- peta yang memenuhi syarat ilmiah.[2] Suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan data demografi, yaitu data mengenai jumlah penduduk yang diperinci dalam jumlah wanita dan jumlah pria, dan sedapat mungkin juga menurut tingkat umur dengan interval lima tahun, data mengenai laju kelahiran dan laju kematian, serta data mengenai orang yang pindah keluar- masuk desa. 
                   2). Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa
Sebuah etnografi ada baiknya juga dilengkapi dengan keterangan mengenai asal mula dan sejarah suku bangsa yang  menjadi pokok deskripsinya. Keterangan mengenai asal mula suku bangsa yang bersangkutan biasanya harus dicari dengan mempergunakan  tulisan para ahli prehistori yang pernah melakukan penggalian dan analisis benda- benda kebudayaan prehistori yang mereka temukan didaerah sekitar lokasi penelitian ahli antropologi tadi.
 Seorang antropologi yang meneliti masyarakat  suku bugis misalnya, akan mencari keterangan mengenai asal mula suku bangsa bugis dalam tulisan- tulisan para ahli prehistori tentang daerah sulawesi selatan. Apabila tulisan tersebut tidak ada, ataupun ada, kurang dapat memberi bahan keterangan tentang asal mula suku bangsa bugis, maka ia akan terpaksa harus mencari bahan keterangan lain, yaitu mengenai dongeng- dongeng suci atau mitologi suku bangsa Bugis. Hal itu termasuk folklore, khususnya kesusastraan rakyat suku bangsa Bugis.[3]
      C.    Objek Etnografi
Objek etnografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur ekplisit dan implisit. Penelitian tentang unsur- unsur budaya yang ekplisit  dapat dilakukan dengan mudah karena unsur-unsur kebudayaan yang seperti itu relatif terungkap oleh partisipan secara sadar. Sebaliknya, penelitian berhubungan dengan unsur- unsur kebudayaan yang implisit, yang tercipta dan dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, maka data dan makna harus disimpulkan secara hati- hati berdasarkan peraturan dan tingkah laku para partisipan. Hal inilah yang membuat etnografer perlu terlibat dalam kehidupan masyarakat yang diteliti dengan berperan sebagai pengamat berpartisipasi ( participant- observer).
Menulis tentang masyarakat, penulisannya mengacu pada studi deskriptif. Dalam perkembangannya etnografi tidak hanya merupakan paparan saja, tanpa insprestasi. Ronger M. Keesiig ( 1989: 250) mendefinisikannya sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Jadi bisa disimpulkan bahwa enografi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan  dalam kurun waktu yang sama.
Awalnya, etnografi digunakan dalam antropologi, metode ini kemudian diadopsi dan dipergunakan secara meluas di hampir semua bentuk organisasi, komunitas dan dsiplin ilmu. Etnografer kontemporer meneliti dunia pendidikan, kesehatan masyarakat, pembangunan pedesaan dan perkotaan, dunia penerjemahan dan bidang lain dalam kehidupan manusia. Menurut Creswell (2008: 473), penelitian etnografi dapat dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang atau pola ‘kaidah- kaidah’ (rules) yang mendasari susuatu yang dialami atau dimilki ( Shared ) oleh sekelompok orang secara bersama, tingkah laku, baik bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat dan keyakinan. Dalam konteks pendidikan, penelitian etnografi dapat dilakukan memahami pola hubungan antar guru di sebuah sekolah, proses pengajaran dengan menggunakan metode tau media tertentu ( seperti pengajaran kosa kata dengan metode total physical Response), atau prosedur kegiatan tertentu.   

      D.    Sejarah Lahirnya Metode Etnografi
Penelitian etnografi mulai populer sejak tahun 70-an ( John Van Maanen, 1996 ). Sebagai sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang antropologi, etnografi digunakan oleh dua disiplin ilmu yang saling terkait, yaitu sosiolinguistik dan antropologi bahasa. Perbedaan keduanya berakar dari sejarahnya.
      E.     Etnografi Modern dan Etnografi Baru
1.      Etnografi Modern
Metode etnografi modern seperti yang umum dijalankan orang pada masa kini., baru muncul pada dasawarsa 1915/1925, dipelopori oleh dua ahli antropologi sosial inggris, A.R. Radcliffe-Brown dan B.  Malinowski. Ciri penting yang membedakan mereka dari para etnografer awal adalah bahwa mereka tidak terlalu memandang penting hal ihwal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat.
      Tujuan utama penelitian etnografi, menurut Malinowski, adalah “to grasp the native’s point of view, his relation to life, to realize his vision his world.”( menangkap sudut pandang native tersebut, hubungannya dengan kehidupan, ,menyadari visinya dan dunianya ). Sementara Radcliffe- Elrown menjabarkan tujuan etnografi sebagai suatu untuk membangun “a complex network of sosial relations, atau “social structure.
2.      Etnografi Baru
Berbeda dari etnografi modern yang dipelopri oleh Radcliffe-brown dan Malinowski, yang memusatkan perhatian pada organisasi internal suatu masyarakat dan membandingkan system sosial. Dalam rangka untuk mendapatkan kaida- kaidah umum tentang masyarakat, maka etnografi baru ini memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.
Jadi singkatnya, budaya itu ada di dalam pikiran manusia, dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang fenomena material. Tugas etnografi adalah menemukan dan menggambarkan organisasi tersebut.
      F.     Jenis- jenis etnografi
Menurut Oreswell (2008: 475), penelitian etnografi memiliki beragam bemtuk. Jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan sebagai berikut:
1.      Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan dilapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view).
2.      Studi Kasus
Studi kasus didefinisikan sebagai “an in-depth exploration a bounded system (e. g. An activity, event, prosess, or individual ) based on extensive “(creswell), 2008: 476). Artinya, hasil penelitian yang di peroleh hanya berlalu baci objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan pada objek lain.
3.      Etnografi Kritis
Merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk membantu dan memberdayakan kelompok- kelompok msyarakat yang termarjinalisasi. Penelitiannya, ingin memberikan bantuan melawan ketidakadilan dan penindasan.
     G.    Etnografi dan kebudyan

(a.)
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama            aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana dikemukakan oleh B.Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah “memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai kehidupannya”. Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-mana tidakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Sistem makna ini  merupakan kebudayaan mereka: dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan.
Dengan membatasi definisi kebudayaan sebagai pengetahuan yang dimiliki bersama, kita tidak menghilangkan perhatian kita pada tingkah laku, adat, objek, atau emosi. Kita sekedar mengubah dari penekanan pada berbagai fenomena menjadi penekanan pada makna berbagai fenomena. Konsep kebudayaan ini banyak memiliki persamaan dengan pandangan interaksionisme simbolik, suatu teori berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan makna. Interksionisme simbolik berakar pada karya-karya ahli sosiologi seperti Cooley, Mead, dan Thomas. H.Blumer mengidentifikasikan tiga premis sebagai landasan utama teori ini (1969). Premis pertama, “manusia melakukan berbagai ha atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka.” (1969:2). Premis kedua yang mendasari interksionisme simbolik adalah bahwa “makna berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain.” (1969:2). Premis ketiga adalah, bahwa “makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi orang tersebut.” (1969:2).
(b.)  Kebudayaan, sebagai pengetahuan yang dipelajari orang sebagai anggota suatu kelompok, tidak dapat diamati secara langsung. Sebagai contoh, dalam studinya mengenai penerjun paying, Richard Reed (1973). Di mana pun, orang mempelajari kebudayaan mereka dengan mengamati orang lain, mendengarkan mereka, dan kemudian membuat kesimpulan. Etnografer pun melakukan proses yang sama, yaitu dengan memahami hal yang dilihat dan didengarkan untuk menyimpulkan hal yang diketahui orang. Elizabeth Marshall dapat menyimpulkan bahwa “tsau si” berarti “wanita” karena Tsetchwe mengatakan kata-kata itu segera setelah dia menyentuh dadanya sendiri. Apabila kita berada dalam situasi yang baru maka kita harus membuat kesimpulan semacam itu mengenai sesuatu yang diketahui orang.
Dalam melakukan kerja lapangan, etnografer membuat kesimpulan budaya dari tiga sumber: (1) dari yang dikatakan orang, (2) dari cara orang bertindak, (3) dari berbagai artefak yang digunakan orang. Kadang kala, pengetahuan budaya disampaikan secara langsung dengan bahasa sehingga kita dapat membuat kesimpulan secara mudah. Berbagai perintah terhadap anak-anak, seperti “cucilah tanganmu sebelum engkau makan” dan “jangan berenang setelah makan, engkau akan terkena kram”, menunjukan ekspresi pengetahuan budaya yang eksplisit itu. Etnografi selalu menggunakan hal yang dikatakan oleh orang dalam upaya untuk mendeskripsikan kebudayaan orang tersebut. Kebudayaan yang implisit maupun yang eksplisit, terungkap melalui perkataan, baik dalam komentar sederhana maupun dalam wawancara panjang. Karena bahasa merupakan alat utama untuk menyebarkan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya, kebanyakan kebudayaan dituliskan dalam bentuk linguistik.
Etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografis, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistematik mempelajari kebudayaan itu.
Tujuan antropologi sosial, yaitu untuk mendeskripsikan dan menerangkan keteraturan serta berbagai versi tingkah laku sosial. Deksripsi suatu kebudayaan di suatu sisi menggambarkan perbedaan-perbedaan, dan di sisi lain menerangkannya. Penjelasan atas perbedaan kebudayaan sebagian tergantung pada penyusunan perbandingan lintas-budaya. Tetapi, tugas ini pada gilirannya pula tergantung pada studi etnografis yang tepat. Banyak ilmu sosial memiliki tujuan yang lebih terbatas. Dalam studi tingkah laku mana pun, etnografi mempunyai peranan yang penting. Kita dapat mengidentifikasikan beberapa sumbangnya yang khas. Etnografi sendiri berupaya mendokumentasikan berbagai realitas alternative dan mendeskripsikan realitas itu dalam batasan realitas itu sendiri. Studi mengenai ketercerabutan budaya dilakukan dengan mengambil focus pada kelompok budaya Indian, Chicano, kulit hitam dan berbagai kelompok budaya lainnya. Etnografi sendiri tidak lepas dari ikatan-budaya. Namun, etnografi member deskripsi yang mengungkapkan berbagai model penjelasan yang diciptakan manusia. Etnografi dapat berperan sebagai penuntun untuk menunjukkan sifat dasar ikatan-budaya dari teori-teori ilmu sosial. Etnografi mengatakan kepada semua peneliti perilaku manusia, bahwa “Sebelum Anda menerapkan teori Anda pada orang yang Anda pelajari, terlebih dahulu temukanlah bagaimana orang-orang itu mendifinisikan dunia”.[4]
BAB III
PENUTUP

        A.    KESIMPULAN

Istilah etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, etnografi adalah deskripsi tentang bangsa- bangsa. Beberapa pendapat para ahli, antropologi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut.
            unsur- unsur bagian dari suatu kebudayaan, sebaiknya dipakai daftar unsur- unsur kebudayaan universal yang telah di uraikan dalam Bab 5, yaitu:(1) bahasa,(2) sistem teknologi,(3) sistem ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) kesenian, dan (7) sistem religi. 
            Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah memahami suatu pandagan hidup dari susut pandang penduduk asli. Etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik pengetahuan, yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi dan berbagai macam deskripsi kebudayaan.
            Selain menggunakan metode observasi partisipasi dan wawancara, studi etnografi juga dapat dilakukan melalui fieldwork sendiri dalam waktu yang cukup lama.
     B.     SARAN
Setelah  mengetahui betapa pentingnya kita mengetahui etnografi dan berbagai keutamaanya hendaknya kita sebagai sebagai bangsa memahami kerangka etnografi sangat berkaitan dengan kebudayaan, deskripsinya dan etnografi  berhubungan dengan antropologi dan sehingga sampai sekarang adanya etnografi  Modern atau etnografi Baru di indonesia.

DAFTAR PUSTAKA


Koentjaraningrat. 2009. Pengantar  ilmu Antropologi. Jakarta:  PT. Rineka Cipta.
Spradley, James.P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta
http:/www. Google.com./search=UTF Makalah-etnografi.html
Spradley, J.1980. participant Observation.  New york: Holt, Rinehart and Winston
Rangkuman Materi Sosiologi Kelas X SMa “Sosiologi dan Fungsinya
http:/www. Google.com./search=FDF Makalah-etnografi baru.html 


[1] Koentjaraningrat,2009. Pengantar ilmu antropologi, (Jakarta: Rineka cipta )hlm.225
[2] Koentjaraningrat,2009. Pengantar ilmu antropologi, (Jakarta: Rineka cipta )hlm.257
[3] Koentjaraningrat,2009. Pengantar ilmu antropologi, (Jakarta: Rineka cipta )hlm.258-259
[4] Rangkuman Materi Sosiologi Kelas X SMa “Sosiologi dan Fungsinya


MAKALAH PSIKOLOGI HALUSINASI


MAKALAH PSIKOLOGI HALUSINASI 

BAB I

PENDAHULUAN

          A.      Latar Belakang
Halusinasi merupakan gangguan orintasi realita, karena terganggunya fungsi otak: kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.[1]
            Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi akan mengakibatkan kemampuan menilai terganggu, sedangkan gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial akan mengakibatkan terganggunya kemampuan berespon yakni  perilaku non verbal (Ekspresi,gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Memperhatikan perilaku klien seperti ini tentu akan menjadi suatu hal yang perlu direspon oleh Perawat profesional, paling tidak mengeliminir masalah-masalah yang ada sehingga keadaan seorang pasien tidak berkembang menjadi lebih berat ( perilaku agresif / perilaku kekerasan).
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama. Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).

         B.     Tujuan penulisan
Mahasiswa mampu memahami konsep teoritis dan asuhan keperawatan jiwa dengan halusinasi
       C.    Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2.      Jelaskan klasifikasi halusinasi?
3.      Jelaskan tanda-gejala dari halusinasi?
4.      Jelaskan etiologi halusinasi?
5.      Jelaskan rentang respon halusinasi?
BAB II
PEMBAHASAN

       A.    Pengertian Halusinasi
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik.
Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera. (Sundeen's, 2004).  Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat simulus.[2]
       B.     Klasifikasi
Berikut adalah klasifikasi halusinasi:
a.       Halusinasi penglihatan ( visual, optik ) :
tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola cahaya ) atau berbentuk ( orang, binatang  atau barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak
b.      Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) :
suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik
c.       Halusinasi pencium (olfaktorik) :
mencium sesuatu bau
d.      Halusinasi pengecap (gustatorik) :
merasa/mengecap sesuatu
e.        Halusinasi peraba (taktil) :
merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya
f.       Halusinasi kinestetik :
merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau “phantom limb”).
g.      Halusinasi viseral :
perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
h.      Halusinasi hipnagogik :
terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah
i.        Halusinasi hipnopompik :
seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun samasekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.
j.        Halusinasi histerik :
timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.
      C.    Tanda- gejala halusinasi
Perilaku yang berkaitan  dengan halusinasi adalah sebagai berikut :[3]
a.       Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.
b.      Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal yang lambat.
c.       Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain.
d.      Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata.
e.       Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
f.       Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
g.       Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan takut.
h.      Sulit berhubungan dengan orang lain.
i.        Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
j.        Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
k.       Tampak tremor dan berkeringat, perilaku
       D.    Etiologi Halusinasi
a.       Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupaun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi :[4  ]
1)      Faktor Perkembangan
Jika tugas perkemabangan mengalami hambatan dan hubungan intrapersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan
2)          Faktor Sosiokultural
Berbagi faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarknya.
3)      Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase ( DMP ).
4)      Faktor Psikologis
Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta adanay peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan menagkibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas
5)      Faktor GenetikGen
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b.      Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaiutu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkunagan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi seringg menjasi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik
1.      Rentang Respon Halusinasi
a.       Tahap I ( Non – psikotik )
Pada tahap ini, halusinasi mamapu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat orientasi sedang. Secara unum pada tahap ini merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
1)      Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
2)      Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilagkan kecemasan
3)      Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.
Prilaku yang muncul :
1)      Tersenyum atau tertawa sendiri
2)      Menggerakkan bibir tanpa suara
3)      Pergerakan mata yang cepat
4)      Respon verbal rambat, diam, dan berkonsentrasi
b.      Tahap II ( Non – psikotik )
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum hausinasi yang ada dapat menyebabkan antipati.
Karakteristik :
1)      Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut
2)      Mulai merasa kehilangan kontrol
3)      Menarik diri dari orang lain
Prilaku yang muncul :
1)      Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan TD
2)      Perhatian terhadap lingkunagn menurun
3)      Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
4)      Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinai dan realita
c.       Tahap III ( Psikotik )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol didinya sendiri, tingkat kecemasnan berat, dan halusiansi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
1)      Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
2)      Isi halusinasi menjadi atraktif
3)      Klien menjasi kesepian bila pengalaman sensorinya berakhir
Prilaku yang muncul :
1)      Klien menuruti perintah halusinasi
2)      Sulit berhubungan dengan orang lain
3)      Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
4)      Tidak mampu emngikuti perintah yang nyata
5)      Klien tampak temor dan berkeringat
d.      Tahap IV ( Psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
Prilaku yang muncul :
1)      Risiko tinggi mencederai
2)      Agitasi / kataton
3)      Tidak mampu merespons rangsang yang ada

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik.
Berikut adalah klasifikasi halusinasi:
·         Halusinasi penglihatan ( visual, optik ) :
·         Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) :
·         Halusinasi pencium (olfaktorik) :
·         Halusinasi pengecap (gustatorik) :
·          Halusinasi peraba (taktil) :
·         Halusinasi kinestetik :
·         Halusinasi viseral :
·         Halusinasi hipnagogik :
·         Halusinasi hipnopompik :
·         Halusinasi histerik :

B.  Saran
Sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus halusinasi yang terjadi dan kita harus mampu membedakan resiko halusinasi tersebut dan bagaimana cara penanganannya

DAFTAR PUSTAKA
Isaacs, Ann. 2002. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anonim. (2010). Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi. Diunduh pada 16
Caroline. (2008). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi
Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di RS Jiwa
Soeharto Heerdjan Jakarta. Tesis. Tidak Dipublikasikan.
Chaery, I. (2009). TAK: Persepsi Sensori. Skripsi. Diunduh pada 16 Oktober 2012
dari http://www.schizophrenia.com