1

loading...

Sunday, January 13, 2019

MAKALAH ETNOGRAFI


MAKALAH ETNOGRAFI 

BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
            Etnografi berasal dari kata Ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dengan raphein yaitu tulisan atau uraian. Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat- istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian warga sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985).
            Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangan sebelum tahun 1800 an. Etnografi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah- rempah ke indonesia. Koentjaniraningrat, 1989:1 : “mereka mencatat semua fenomena menarik yang di jumpai selama perjalanannya, antara lain berisi tentang adat- istiadat, susunan masyarakat, bahasa tersebut”.
            Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk memahami cara orang- orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari- hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Etnografi ?
2. Apa itu Keragka Etnografi ?
3. Apa saja Objek Etnografi ?
4. jelaskan Sejarah Lahirnya metode Etnografi ?
5. Apa itu Etnografi Modern atau Etnografi Baru?
6. Apa saja Jenis- jenis Etnografi ?
C.  Tujuan Masalah
1. untuk mengetahui apa itu etnografi
2. untuk mengetahui unsur-unsur kebudayaan dalam etnografi
3.untuk mengetahui kerangka etnografi
4. untuk mengetahui objek etnografi dan lain sebaigainya
BAB II
PEMBAHASAN

      A.    Pengertian Etnografi
  Istilah etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, etnografi adalah deskripsi tentang bangsa- bangsa. Beberapa pendapat para ahli, antropologi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut.
1.      Menurut pendapat Spradley dalam Yad Mulyadi (1999), etnografiadalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan suatu kebudayaan.
2.      Menurut pendapat Spindler dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan antropologi di lapangan.
3.      Menurut pendapat koentjaraningrat (1985), isi karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa.
 Etnografi ditinjau secara harfiah, berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku   bangsa, yang ditulis oleh seorang  antropolog atash hasil penelitian lapangan (field work ) selama sekian bulan, atau sekian tahun.  
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etnografi bukan sekedar mengumpulkan data tentang orang atau kebudayaan, melainkan menggalinya lebih dalam lagi. Ciri –ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi ini sifatnya yang holistic-integratif, thick description, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native’points of view (bersifat holistic atau menyeluruh ). Artinya kajian etnografi tidak hanya mengarahkan perhatiannya pada salah satu variable tertentu saja.
Jadi, etnografi adalah upaya untuk mendiskripsikan kebudayaan. Kebudayaan baik implisit maupun secara eksplisit terungkap melalui bahasa. Bahasa merupakan alat utama untuk menyebarkan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang ditulis dalam bentuk linguistic. Sehingga, dalam studi etnografi ethnolinguistik berfungsi untuk menggali kebudayaan.

      B.     Kerangka Etnografi
Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komuninitas dari suatu daerah geografi ekologi atau suatu wilayah administratif tertentu yang menjadi pokok deskripsi sebuah buku etnografi, biasanya dibagi ke dalam bab- bab tentang unsur- unsur kebudayaan menurut suatu tata urut yang sudah baku. Susunan kata urut itu kita sebut saja “Kerangka Etnografi.”[1]
Untuk memerinci unsur- unsur bagian dari suatu kebudayaan, sebaiknya dipakai daftar unsur- unsur kebudayaan universal yang telah di uraikan dalam Bab 5, yaitu:(1) bahasa,(2) sistem teknologi,(3) sistem ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) kesenian, dan (7) sistem religi.  Karena unsur- unsur kebudayaan itu bersifat universal maka dapat di perkirakan bahwa kebudayaan suku bangsa yang menjadi pokok perhatian ahli antropologi pasti juga mengandung aktivitas adat- istiadat, pranata- pranata sosial, dan benda- benda kebudayaan yang dapat di golongkan ke dalam salah satu dari ketujuh unsur universal tadi. Unsur kebudayaan menyangkut tentang organisasi sosial. Unsur kebudayaan sebagai bahan deskripsi kebudayaan, antara lain berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut, sistem pemerintahan, pembagian kerja, ataupun mencerminkan suatu birokrasi.
Penulisan deskripsi kebudayaan yang menyangkut sistem pengetahuan adalah hal- hal yang berkaitan dengan upaya penduduk untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaannya, termasuk dalam hal ini adalah bagaimana penduduk berupaya melakukan adaptasi terhadap lingkungan alam sekitarnya.
Deskripsi tentang kesenian yang ada dalam kehidupan masyarakat mencakup tentang berbagai bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat/ suku bangsa tersebut. Meringkas kembali yang terurai sebelumnya, maka sebuah karangan tentang kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun menurut kerangka etnografi akan terdiri dari bab- bab seperti terdaftar di bawah ini.
1.      Lokasi, lingkungan alam dan demografi
2.      Asal mula dan sejarah suku bangsa
3.      Bahasa
4.      Sistem teknologi
5.      Sistem mata pencaharian
6.      Organisasi sosial
7.      Sistem pengetahuan
8.      Kesenian
9.      Sistem religi
                   1). Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi
Dalam menguraikan lokasi atau tempat tinggal dan penyebaran suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi etnografi perlu dijelaskan ciri-ciri geogafinya, yaitu iklimnya ( tropis, mediteran, iklim sedang atau iklim kutub ), sifat daerahnya (pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, jenis kepulauan, daerah rawa, hutan tropis, sabana, stepa, gurun, dan sebagainya), suhu dan curah hujannya.
Bahan keterangan geografi dan geologi tersebut sebaiknya dilengkapi dengan peta- peta yang memenuhi syarat ilmiah.[2] Suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan data demografi, yaitu data mengenai jumlah penduduk yang diperinci dalam jumlah wanita dan jumlah pria, dan sedapat mungkin juga menurut tingkat umur dengan interval lima tahun, data mengenai laju kelahiran dan laju kematian, serta data mengenai orang yang pindah keluar- masuk desa. 
                   2). Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa
Sebuah etnografi ada baiknya juga dilengkapi dengan keterangan mengenai asal mula dan sejarah suku bangsa yang  menjadi pokok deskripsinya. Keterangan mengenai asal mula suku bangsa yang bersangkutan biasanya harus dicari dengan mempergunakan  tulisan para ahli prehistori yang pernah melakukan penggalian dan analisis benda- benda kebudayaan prehistori yang mereka temukan didaerah sekitar lokasi penelitian ahli antropologi tadi.
 Seorang antropologi yang meneliti masyarakat  suku bugis misalnya, akan mencari keterangan mengenai asal mula suku bangsa bugis dalam tulisan- tulisan para ahli prehistori tentang daerah sulawesi selatan. Apabila tulisan tersebut tidak ada, ataupun ada, kurang dapat memberi bahan keterangan tentang asal mula suku bangsa bugis, maka ia akan terpaksa harus mencari bahan keterangan lain, yaitu mengenai dongeng- dongeng suci atau mitologi suku bangsa Bugis. Hal itu termasuk folklore, khususnya kesusastraan rakyat suku bangsa Bugis.[3]
      C.    Objek Etnografi
Objek etnografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur ekplisit dan implisit. Penelitian tentang unsur- unsur budaya yang ekplisit  dapat dilakukan dengan mudah karena unsur-unsur kebudayaan yang seperti itu relatif terungkap oleh partisipan secara sadar. Sebaliknya, penelitian berhubungan dengan unsur- unsur kebudayaan yang implisit, yang tercipta dan dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, maka data dan makna harus disimpulkan secara hati- hati berdasarkan peraturan dan tingkah laku para partisipan. Hal inilah yang membuat etnografer perlu terlibat dalam kehidupan masyarakat yang diteliti dengan berperan sebagai pengamat berpartisipasi ( participant- observer).
Menulis tentang masyarakat, penulisannya mengacu pada studi deskriptif. Dalam perkembangannya etnografi tidak hanya merupakan paparan saja, tanpa insprestasi. Ronger M. Keesiig ( 1989: 250) mendefinisikannya sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Jadi bisa disimpulkan bahwa enografi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan  dalam kurun waktu yang sama.
Awalnya, etnografi digunakan dalam antropologi, metode ini kemudian diadopsi dan dipergunakan secara meluas di hampir semua bentuk organisasi, komunitas dan dsiplin ilmu. Etnografer kontemporer meneliti dunia pendidikan, kesehatan masyarakat, pembangunan pedesaan dan perkotaan, dunia penerjemahan dan bidang lain dalam kehidupan manusia. Menurut Creswell (2008: 473), penelitian etnografi dapat dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang atau pola ‘kaidah- kaidah’ (rules) yang mendasari susuatu yang dialami atau dimilki ( Shared ) oleh sekelompok orang secara bersama, tingkah laku, baik bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat dan keyakinan. Dalam konteks pendidikan, penelitian etnografi dapat dilakukan memahami pola hubungan antar guru di sebuah sekolah, proses pengajaran dengan menggunakan metode tau media tertentu ( seperti pengajaran kosa kata dengan metode total physical Response), atau prosedur kegiatan tertentu.   

      D.    Sejarah Lahirnya Metode Etnografi
Penelitian etnografi mulai populer sejak tahun 70-an ( John Van Maanen, 1996 ). Sebagai sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang antropologi, etnografi digunakan oleh dua disiplin ilmu yang saling terkait, yaitu sosiolinguistik dan antropologi bahasa. Perbedaan keduanya berakar dari sejarahnya.
      E.     Etnografi Modern dan Etnografi Baru
1.      Etnografi Modern
Metode etnografi modern seperti yang umum dijalankan orang pada masa kini., baru muncul pada dasawarsa 1915/1925, dipelopori oleh dua ahli antropologi sosial inggris, A.R. Radcliffe-Brown dan B.  Malinowski. Ciri penting yang membedakan mereka dari para etnografer awal adalah bahwa mereka tidak terlalu memandang penting hal ihwal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat.
      Tujuan utama penelitian etnografi, menurut Malinowski, adalah “to grasp the native’s point of view, his relation to life, to realize his vision his world.”( menangkap sudut pandang native tersebut, hubungannya dengan kehidupan, ,menyadari visinya dan dunianya ). Sementara Radcliffe- Elrown menjabarkan tujuan etnografi sebagai suatu untuk membangun “a complex network of sosial relations, atau “social structure.
2.      Etnografi Baru
Berbeda dari etnografi modern yang dipelopri oleh Radcliffe-brown dan Malinowski, yang memusatkan perhatian pada organisasi internal suatu masyarakat dan membandingkan system sosial. Dalam rangka untuk mendapatkan kaida- kaidah umum tentang masyarakat, maka etnografi baru ini memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.
Jadi singkatnya, budaya itu ada di dalam pikiran manusia, dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang fenomena material. Tugas etnografi adalah menemukan dan menggambarkan organisasi tersebut.
      F.     Jenis- jenis etnografi
Menurut Oreswell (2008: 475), penelitian etnografi memiliki beragam bemtuk. Jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan sebagai berikut:
1.      Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan dilapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view).
2.      Studi Kasus
Studi kasus didefinisikan sebagai “an in-depth exploration a bounded system (e. g. An activity, event, prosess, or individual ) based on extensive “(creswell), 2008: 476). Artinya, hasil penelitian yang di peroleh hanya berlalu baci objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan pada objek lain.
3.      Etnografi Kritis
Merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk membantu dan memberdayakan kelompok- kelompok msyarakat yang termarjinalisasi. Penelitiannya, ingin memberikan bantuan melawan ketidakadilan dan penindasan.
     G.    Etnografi dan kebudyan

(a.)
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama            aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana dikemukakan oleh B.Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah “memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai kehidupannya”. Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-mana tidakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Sistem makna ini  merupakan kebudayaan mereka: dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan.
Dengan membatasi definisi kebudayaan sebagai pengetahuan yang dimiliki bersama, kita tidak menghilangkan perhatian kita pada tingkah laku, adat, objek, atau emosi. Kita sekedar mengubah dari penekanan pada berbagai fenomena menjadi penekanan pada makna berbagai fenomena. Konsep kebudayaan ini banyak memiliki persamaan dengan pandangan interaksionisme simbolik, suatu teori berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan makna. Interksionisme simbolik berakar pada karya-karya ahli sosiologi seperti Cooley, Mead, dan Thomas. H.Blumer mengidentifikasikan tiga premis sebagai landasan utama teori ini (1969). Premis pertama, “manusia melakukan berbagai ha atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka.” (1969:2). Premis kedua yang mendasari interksionisme simbolik adalah bahwa “makna berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain.” (1969:2). Premis ketiga adalah, bahwa “makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi orang tersebut.” (1969:2).
(b.)  Kebudayaan, sebagai pengetahuan yang dipelajari orang sebagai anggota suatu kelompok, tidak dapat diamati secara langsung. Sebagai contoh, dalam studinya mengenai penerjun paying, Richard Reed (1973). Di mana pun, orang mempelajari kebudayaan mereka dengan mengamati orang lain, mendengarkan mereka, dan kemudian membuat kesimpulan. Etnografer pun melakukan proses yang sama, yaitu dengan memahami hal yang dilihat dan didengarkan untuk menyimpulkan hal yang diketahui orang. Elizabeth Marshall dapat menyimpulkan bahwa “tsau si” berarti “wanita” karena Tsetchwe mengatakan kata-kata itu segera setelah dia menyentuh dadanya sendiri. Apabila kita berada dalam situasi yang baru maka kita harus membuat kesimpulan semacam itu mengenai sesuatu yang diketahui orang.
Dalam melakukan kerja lapangan, etnografer membuat kesimpulan budaya dari tiga sumber: (1) dari yang dikatakan orang, (2) dari cara orang bertindak, (3) dari berbagai artefak yang digunakan orang. Kadang kala, pengetahuan budaya disampaikan secara langsung dengan bahasa sehingga kita dapat membuat kesimpulan secara mudah. Berbagai perintah terhadap anak-anak, seperti “cucilah tanganmu sebelum engkau makan” dan “jangan berenang setelah makan, engkau akan terkena kram”, menunjukan ekspresi pengetahuan budaya yang eksplisit itu. Etnografi selalu menggunakan hal yang dikatakan oleh orang dalam upaya untuk mendeskripsikan kebudayaan orang tersebut. Kebudayaan yang implisit maupun yang eksplisit, terungkap melalui perkataan, baik dalam komentar sederhana maupun dalam wawancara panjang. Karena bahasa merupakan alat utama untuk menyebarkan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya, kebanyakan kebudayaan dituliskan dalam bentuk linguistik.
Etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografis, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistematik mempelajari kebudayaan itu.
Tujuan antropologi sosial, yaitu untuk mendeskripsikan dan menerangkan keteraturan serta berbagai versi tingkah laku sosial. Deksripsi suatu kebudayaan di suatu sisi menggambarkan perbedaan-perbedaan, dan di sisi lain menerangkannya. Penjelasan atas perbedaan kebudayaan sebagian tergantung pada penyusunan perbandingan lintas-budaya. Tetapi, tugas ini pada gilirannya pula tergantung pada studi etnografis yang tepat. Banyak ilmu sosial memiliki tujuan yang lebih terbatas. Dalam studi tingkah laku mana pun, etnografi mempunyai peranan yang penting. Kita dapat mengidentifikasikan beberapa sumbangnya yang khas. Etnografi sendiri berupaya mendokumentasikan berbagai realitas alternative dan mendeskripsikan realitas itu dalam batasan realitas itu sendiri. Studi mengenai ketercerabutan budaya dilakukan dengan mengambil focus pada kelompok budaya Indian, Chicano, kulit hitam dan berbagai kelompok budaya lainnya. Etnografi sendiri tidak lepas dari ikatan-budaya. Namun, etnografi member deskripsi yang mengungkapkan berbagai model penjelasan yang diciptakan manusia. Etnografi dapat berperan sebagai penuntun untuk menunjukkan sifat dasar ikatan-budaya dari teori-teori ilmu sosial. Etnografi mengatakan kepada semua peneliti perilaku manusia, bahwa “Sebelum Anda menerapkan teori Anda pada orang yang Anda pelajari, terlebih dahulu temukanlah bagaimana orang-orang itu mendifinisikan dunia”.[4]
BAB III
PENUTUP

        A.    KESIMPULAN

Istilah etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, etnografi adalah deskripsi tentang bangsa- bangsa. Beberapa pendapat para ahli, antropologi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut.
            unsur- unsur bagian dari suatu kebudayaan, sebaiknya dipakai daftar unsur- unsur kebudayaan universal yang telah di uraikan dalam Bab 5, yaitu:(1) bahasa,(2) sistem teknologi,(3) sistem ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) kesenian, dan (7) sistem religi. 
            Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah memahami suatu pandagan hidup dari susut pandang penduduk asli. Etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik pengetahuan, yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi dan berbagai macam deskripsi kebudayaan.
            Selain menggunakan metode observasi partisipasi dan wawancara, studi etnografi juga dapat dilakukan melalui fieldwork sendiri dalam waktu yang cukup lama.
     B.     SARAN
Setelah  mengetahui betapa pentingnya kita mengetahui etnografi dan berbagai keutamaanya hendaknya kita sebagai sebagai bangsa memahami kerangka etnografi sangat berkaitan dengan kebudayaan, deskripsinya dan etnografi  berhubungan dengan antropologi dan sehingga sampai sekarang adanya etnografi  Modern atau etnografi Baru di indonesia.

DAFTAR PUSTAKA


Koentjaraningrat. 2009. Pengantar  ilmu Antropologi. Jakarta:  PT. Rineka Cipta.
Spradley, James.P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta
http:/www. Google.com./search=UTF Makalah-etnografi.html
Spradley, J.1980. participant Observation.  New york: Holt, Rinehart and Winston
Rangkuman Materi Sosiologi Kelas X SMa “Sosiologi dan Fungsinya
http:/www. Google.com./search=FDF Makalah-etnografi baru.html 


[1] Koentjaraningrat,2009. Pengantar ilmu antropologi, (Jakarta: Rineka cipta )hlm.225
[2] Koentjaraningrat,2009. Pengantar ilmu antropologi, (Jakarta: Rineka cipta )hlm.257
[3] Koentjaraningrat,2009. Pengantar ilmu antropologi, (Jakarta: Rineka cipta )hlm.258-259
[4] Rangkuman Materi Sosiologi Kelas X SMa “Sosiologi dan Fungsinya


No comments:

Post a Comment