1

loading...

Senin, 14 Januari 2019

MAKALAH SISTEM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH SISTEM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM  

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuanketerampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.  Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan.  Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak mereka.
Dunia pendidikan tidaklah sebatas mengetahui ilmu dan memahaminya, akan tetapi dalam dunia pendidikan sangat berhubungan dengan dunia luar yang nyata. Pendidikan terdiri dari berbagai elemen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama, dari hal itu dapat disebut bahwa pendidikan sebagai suatu sistem.
Agama sebagai salah satu kebutuhan rohani yang harus dipenuhi, dan juga menjadi landasan hidup setiap manusia. Begitu juga dengan Pendidikan Agama Islam yang sangat urgen dalam kehidupan kita seorang muslim. Tujuan hidup manusia menurut H. Muhsin An Syadilie yang saya kutip dari penelitian terbarunya adalah “tujuan hidup manusia di dunia. ini adalah untuk beribadah  kepada Allah Swt dalam berbagai aspeknya. Ibadah dalam artian menghambakan dirinya kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh Allah Swt untuk kepentingan manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat”.
Pendidikan agama Islam sebagai suatu sistem tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan baik fisik maupun makhluk hidup yang lain, karena pelajaran tidak hanya didapat dari pelajaran sekolah ataupun lembaga pendidikan formal, namun pendidikan juga membutuhkan pelajaran dari alam atau lingkungan sekitar.
B.            Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Sistem?
2.    Apa pengertian dari PAI?
3.    Apa saja Tujuan Pendidikan Islam?
4.    Pendidikan Agama Islam  Sebagai Suatu Sistem dalam mencapai tujuan Pendidikan Islam.
C.           TujuanPenilitian
1.    Mengetahuipengertian Sistem
2.    Mengetahui pengertian dari PAI
3.    Mengetahui Tujuan Pendidikan Islam
4.    Mengetahui bagaimana Pendidikan Agama Islam  Sebagai Suatu Sistem dalam mencapai Tujuan Pendidikan Islam.
BAB II
 PEMBAHASAN
A.           Pengertian Sistem
Sistem adalah kumpulan unsur-unsur yang bergabung menjadi satu kesatuan dan mempunyai tujuan yang sama. Unsur-unsur dalam sistem tersebut saling berhubungan satu sama lain untuk memudahkan arus informasi agar dicapai suatu tujuan bersama. Di dalam sistem terdapat unsur-unsur penggeraknya sehingga penggerak tersebut saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks.” Sedangkan Campbel menyatakan bahwa sistem itu merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Sistem pendidikan adalah keseluruhan yang terpadu dari satuan kegiatan pendidikan yg berkaiatan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikanSystem juga diartikan sebagai suatu kesatuan komponen yang sama, satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sistem adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dari konsep ini, ada empat ciri utama suatu system. Pertama, suatu system memiliki tujuan tertentu. Kedua, ada komponen sistem ; ketiga, untuk menggerakkan fungsi, adanya fungsi yang menjamin dinamika dan kesatuan kerja sistem. Dan keempat, adanya interaksi antar berbagai Komponen.
Keempat ciri di atas merupakan satu kesatuan yang kemudian dinamakan dengan sistem. Keempatnya merupakan bagian yang saling berintegrasi sebagai satu kesatuan (totalitas) yang satu sama lain tidak bisa berdiri sendiri, saling mengisi dan menguatkan dalam mencapai tujuan.
B.            Pengertian  PAI
Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata “didik” yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an sehingga pengertian pendidikan adalah sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam akhlak dan kecerdasan berpikir.
Pengertian pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang atau instansi pendidikan yang memberikan materi mengenai agama islam kepada orang yang ingin mengetahui lebih dalam tentang agama Islam baik dari segi materi akademis maupun dari segi praktik yang dapat dilakukan sehari hari. Setiap orang di dunia ini pastilah memiliki kepercayaan untuk menyembah Tuhan, akan tetapi ada sebagian orang yang memilih untuk tidak menganut agama apapun yang ada di dunia ini, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan lain sebagainya. Untuk agama Islam sendiri di Indonesia merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduknya, untuk itu pastilah di instansi pendidikan manapun pasti memberikan pelajaran agama Islam di dalamnya.
Pengertian dari pendidikan agama Islam juga dipaparkan oleh beberapa ahli mengenai agama Islam salah satunya adalah Ahmad Tafsir, ia mengatakan bahwa dengan adanya pendidikan agama Islam diharapkan orang orang dapat mengetahui tentang agama Islam dan juga ajaran ajaran yang terkandung di dalamnya. Selain itu ia juga mengatakan bahwa pendidikan agama Islam ini mengharapkan orang yang sudah mengetahui tentang ajarannya dapan mempraktikkannya dan juga mengamalkannya di dalam kehidupan sehari hari karena ajaran dalam agama Islam merupakan ajaran yang baik untuk seluruh manusia.
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam itu adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun rohani kepada anak didik menurut ajaran Islam, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
C.           Tujuan Pendidikan Islam
Di dalam GBPP PAI 1994 sebagaimana dikutip oleh muhaimin disebutkan bahwa secara umum, Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah sama dengan tujuan Manusia diciptakan, yakni untuk berbakti kepada Allah SWT sebenar-benarnya bakti atau dengan kata lain untuk membentuk Manusia yang bertaqwa, berbudi luhur, serta memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama, yang menurut istilah marimba disebut terbentuknya kepribadian muslim.
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), yaitu :
1.    Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama islam.
2.    Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama islam.
3.    Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama islam.
4.    Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Masing-masing dimensi itu membentuk kaitan yang terpadu dalam usaha membentuk manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia, dalam arti bagaimana islam yang diimani kebenarannya itu mampu difahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di dalam GBPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kurikulum 1999, tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu : “agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia”. Rumusan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) ini mengandung pengertian bahwa proses Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasi dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.
Di dalam Peraturan Menteri (PERMEN) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi/Kompetensi Dasar di jelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam di SMA/MA bertujuan untuk:
1.    Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang  Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
2.    Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama  dan berakhlak mulia  yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam (PAI), baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai islam dan tida dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.
D.           Pendidikan Agama Islam  Sebagai Suatu Sistem dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Dari beberapa sumber yang dipelajari, dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 komponen pendidikan yang digunakan yaitu :
1. Tujuan
2. Siswa  
3. Pendidik
4.  Isi/materi
5.  Situasi lingkungan dan
6.  Alat pendidikan
Maka untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana pendidik, sisawa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.
1)   Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan Islam yaitu seperti yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu, melahirkan manusia paripurna, terbaik, insan kamil atau manusia yang bertaqwa yaitu sosok manusia yang memahami peran dan fungsinya dala kehidupan serta mendasarkan semuanya pada ajaran dan hukum Allah juga Rasul-Nya.
2)   Komponen Siswa
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam pendidikan tradisional, siswa dipandang sebagai organisme yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa. Kini makin cepatnya perubahan sosial, dan berkat penemuan teknologi maka komunikasi antar manusia berkembang amat cepat. Siswa di samping sebagai objek pendidikan, ia juga sebagai subjek pendidikan, karena sumber belajar bukan hanya guru, tapi siswa juga dapat menjadi sumber belajar terutama dalam pembelajaran aktif. Sebagai salah satu input di lembaga pendidikan juga sebagai komponen yang turut menentukan keberhasilan sistem pendidikan.
Dalam pendidikan Islam seperti di lingkungan  pesantren, anak didik lebih dikenal sebagai santri. Komponen anak didik ini di jelaskan dalam Alquran surat Ali Imronayat 3 bahwa seorang hamba harus takut apabila meninggalkan anak-anak yang lemah.
3)   Komponen Pendidik
Pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar, dan atau melatih peserta didik. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik sebagai pendidik dan memenuhi beberapa kompetensi sebagai pendidik.
Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang  yang dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan. Sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak pada usia dini meliputi, (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, (4) kompetensi sosial.
Dalam dunia pendidikan Islam, banyak sebutan bagi seorang pendidik, diantaranya ustadz, syekh, ajengan. Ulama-ulama dalam dunia Islam memiliki fungsi ganda, ia adalah pendidik sekaligus seorang konselor bagi masyarakat awam. Ia menjadi seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan ilmu keduniaan maupun akhirat bagi anak-anak didiknya. Selain itu, manusia pun telah memiliki mandat untuk senantiasa berubah, karena ia tidak bisa berubah kecuali oleh mereka sendiri seperti dalam Alquran Alloh telah menegaskan bahwa Ia tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka merubahnya sendiri.
4)   Komponen Materi/isi Pendidikan
Materi/isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, terdapat syarat utama dalam pemilihan beban/materi pendidikan, yaitu: (a) materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan, (b) materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Alloh menerangkan mengenai hal ini dalam alquran Surat Annisa ayat 83.
5)   Komponen Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat. Siswa dengan berbagai potensinya akan berkembang maksimal jika berada dalam sebuah lingkungan yang kondusif. Sesuai dengan pendapat A. Noerhadi Djamal  bahwa lingkungan berpengaruh besar dan menentukan terhadap kelangsungan berkembangnya potensi diri siswa.
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis dan lingkungan sosio-kultural. Dalam hal-hal di mana situasi lingkungan ini berpengaruh secara negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu juga menjadi pembatas pendidikan. Indikator lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut interaksi pelaku, iklim organisasi, dan hubungan antara madrasah dengan masyarakat.
Lingkungan pendidikan dalam pendidikan Islm sangat luas, akan tetapi jika dalam pendidikan formilnya ada sekolah-sekolah terpadu, madrasah-madrasah, pondok pesantren atau boarding school, dan juga balai-balai pelatihan. Dunia pesantren menjadi salah satu lingkungan pendidikan yang sangat kondusif dan efektif, karena peserta didik dididik mulai dari ia bangun tidur hingga tertidur kembali, dalam arti segala hubungan dengan sesama makhluk dan Alloh pun diajarkan tiada henti, baik itu melalui kelas-kelas belajar maupun dengan melihat akhlak pendidiknya.
6)   Komponen Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan pemilihan bahan materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan apakah sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriterium) yang bersumber pada beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.
Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan. Pertama alat pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras yang digunakan seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran.
Alat pendidikan dalam arti perangkat keras adalah sarana pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat mendukung terselenggaranya pembelajaran aktif dan efektif. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) ditentukan bahwa setiap satuan pendidikan  wajib memiliki sarana yang meliputi, perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan, seperti perpustakaan dan laboratorium untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Kitab kuning menjadi tambahan bahan ajar di dunia pesantren.
Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah sebuah sistem karena telah memiliki enam unsur sistem pendidikan yang harus bisa melahirkan manusia paripurna, terbaik, insan kamil atau manusia yang bertaqwa yaitu sosok manusia yang memahami peran dan fungsinya dalam kehidupan serta mendasarkan semuanya pada ajaran dan hukum Allah juga Rasul-Nya.
BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Sistem adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pendidikan Agama Islam itu adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun rohani kepada anak didik menurut ajaran Islam, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Tujuan pendidikan Islam adalah melahirkan manusia paripurna, terbaik, insan kamil atau manusia yang bertaqwa yaitu sosok manusia yang memahami peran dan fungsinya dalam kehidupan serta mendasarkan semuanya pada ajaran dan hukum Allah juga Rasul-Nya.
Pendidikan Agama Islam adalah sebuah sistem karena telah memiliki enam unsur sistem pendidikan (1. Tujuan, 2. Siswa, 3. Pendidik, 4. Isi/materi, 5. Situasi lingkungan dan 6. Alat pendidikan) yang harus bisa melahirkan manusia paripurna, terbaik, insan kamil atau manusia yang bertaqwa yaitu sosok manusia yang memahami peran dan fungsinya dalam kehidupan serta mendasarkan semuanya pada ajaran dan hukum Allah juga Rasul-Nya.
B.            Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa/i atau pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kelengkapan dan kesempurnaan baik dari segi isi maupun dari segi penyusunan. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

A. M. Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta.
Halim Soebahar. 2009.  Matriks Pendidikan Islam. Yogyakarta.
Sri Minarti. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta.

MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM


 MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM  

  BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Aktivitas ini telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lahi, kita mendapatkan bahwa pendidikan telah berproses semenjak Allah menciptakan manusia pertama, Adam yang berada di surga, di mana Dia mengajarkan nama-nama yang para malaikat sendiri pun sama sekali belum mengenalnya.
Semenjak manusia berinteraksi dengan aktivitas pendidikan ini, semenjak itulah manusia telah berasil merelisasikam berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan, pendidikan adalah sesuatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia. Menurut Fuad Ihsan bahwa pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
Belakangan ini ada beberapa kasus  mengenai sekolah atau lembaga pendidikan yang berjalan tanpa adanya sistem yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya banyak dari komponen-komponen itu itu tidak berjalan secara efektif dan efisien. Padahal pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Kegiatan yang disadari dan direncanakan mencakup tiga hal antara lain:  perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengajaran dilakukan dalam waktu yang berkala, baik untuk waktu jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. Misalnya, latihan Pembina Pramuka selama satu minggu.
Apakah suatu pengajaran berjangka waktu lama ataupun singkat, tetap membutuhkan suatu program kerja, yaitu program pengajaran yang secara singkat disebut program pengajaran. Program Pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran di sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia adalah konsep teknologi pendidikan. Khususnya pengajaran sebagai system. Oleh karena ini, pembahasan makalah ini, dimulai dari konsep tentang system, dan pengajaran sebagai suatu system. Oleh karenanya, perlu adanya perencanaan yang baik, sehingga semua komponen, baik yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

B.            Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Pendidikan Islam?
2.      Apa saja proses pembelajaran PAI sebagai sebuah sistem?

C.           Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui apa itu pengertian dari Pendidikan Islam.
2.    Untuk mengetahui apa saja proses pembelajaran PAI sebagai sebuah sistem.

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki ciri Islami, berbeda konsep pendidikan lain yang dikajiannya lebih fokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan Alquran dan hadis. Artinya, kajian pendidikan Islam bukan sekedar menyangkut aspek normatif ajaran Islam, tetapi juga terapannya dalam ragam materi, institusi, budaya, nilai, dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat. Oleh karena itu, pemahaman tentang materi, institusi, kultur, dam sistem pendidikan merupakan satu-kestuab yang holistik, bukan parsial, dalam mengembangkan sumber daya manusia yang beriman, berislam, dan berihsan.[1] Jadi, wajar jika para pakar atau praktisi dalam mendefinisikan pendidikan Islam tidak dapat lepas dari sisi kontruksi peserta didik sebagai subjek dan objek.
Seperti Ramayulis dan samsul Nizar yang mendefinisikan pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang memungkinkan peserta didik dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.[2] Sajjad Husain dan Syed Ali Asraf mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara-cara tertebtu sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan terhadap segala jenis pengetahuan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sadar akan segala nilai etis Islam. Sementara itu, Muhaimin, menekankan pada dua hal. Pertama, aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dan di sememangati oleh nilai-nilai Islam.
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam terutama karya-karya ilmiah berbahasa Arab, terdapat berbagai istilah yang digunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian tentang pendidikan Islam dan untuk diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda. Salah satunya seperti Muhammad S. A. Ibrahimy. Menurutnya, Pendidikan Islam dalam pengertian inti belajar adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seorang manusia untuk memimpin hidupnya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga ia dengan Islam .
Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam didefinisikan dengan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Setelah itu, menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.[3]
B.            Proses Pembelajaran PAI Sebagai Sebuah Sistem
Dari beberapa sumber yang dipelajari, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat komponen pendidikan yang digunakan yaitu : 1. Tujuan, 2.Pendidik 3. Peserta didik, 4. Kurikulum Pendidikan Islam.Maka untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana pendidik, sisawa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.
1.             Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan atau cita-cita sangat penting di dalam aktivitas pendidikan , karena merupakan arah yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, tujuan harus ada sebelum melangkah untuk mengerjakan sesuatu. Jika pendidikan dipandangan sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir.[4] Oleh karena itu, usaha yang tidak mempunyai tujuan tindaklah mempunyai arti apa-apa.
Islam melakukan proses pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh sehingga tidak ada terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun rohani. Dengan pendidikan, kualitas mental seseorang akan meningkatkan dan segala proses yang dijalankan atas dasar fitrah yang diberikan Allah. Berbicara tentang tujuan pendidikan, erat kaitannya dengan tujuan hidup manusia. Hal itu disebabkan pendidikan merupakan alat yang digunakan manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi.
Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia-baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, juga mengerti kewajiban masing-masing, dapat membedakan antara baik dan buruk, maupun menyusun skala prioritas, menghindari perbuatan tercela, mengingatkan Tuhan, dan mengetahui dalam setiap pekerjaan apa yang dilakukan.
Menurut pandangan Islam, tujuan pendidikan Islam sangat diwarnai dan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu sangat dilandasi oleh nilai-nilai Al-quran dan Hadis seperti ysng termaktub dalam rumasan, yaitu menciptakan pribadi-pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah, sekaligus mencapai kebahagian di dunia dan akhirat. Dengan demikian, pendidikan Islam secara fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan insan kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang kondusif.
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menuju ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimana sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam; jika tidak memiliki metode yang tepat, tidak akan berarti apa-apa. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang berakibat terbuangnya waktu dan tenaga. Oleh karena itu, merupakan syarat untuk efisiensi aktivitas kependidikan Islam. Selain itu, metode merupakan hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat guna jika metode yang ditempuh benar-benar tepat.
2.             Pendidik (Guru)
Komponen-komponen pembentukan sistem pendidikan Islam adalah tujuan, pendidik, peserta didik, materi, metode, dan evaluasi. Sementara itu, pendidikan yang profesional menjadi komponen yang paling urgen. Tugasnya merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing, melatih, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat. Pendidil merupakan salah satu komponen manusiawi yang miliki peranan besar dalam membentuk sumber daya manusia, karena peranan seagai pengajar, pendidik, dan pembimbing yang mengarahkan sekaligus menuntun siswa dalam belajar.[5]
Secara leksikal, Guru berarti orang yang pekerjaannya mengajar. Menurt ahli bahasa Belanda, J.E.C Gericke dan T. Roorda, seperti yang dikutip oleh Hadi Supeno, menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat, dan mengajar. Sementara itu, dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdektan artinya dengan guru. Misalnya, teacher yang berarti gutu atau pengajar; educator yang berarti pendidik atau ahli mendidik; dan tutor yang bererti guru pribadi, guru yang mengajar dirumah, atau guru yang memberi les (pengajaran). Ada hal yang cukup menarik dalam pandangan masyarakat Jawa. Guru dapat dilacak melalui akronim gu dan ru. Gu artinya dapat “di gugu” (dianut) dan ru berarti dapat “ditiru” (jadikan teladan).
Untuk menghasilkan sebuah pembelajaran yang efektif, pendidik memiliki peran yang sangat urgen, sebab pendidik merupakan pengelola proses pembelajaran. Artinya, pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan yang ikut bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak didiknya. Di sisi lain, guru adalah seseorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan umtuk kepentigan anak didik, menunjang sebaik-baiknya peserta didik, sera mengembangkan sekaligus menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan, dan keilmuan.  
3.             Peserta Didik (Murid)
Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses tranformasi pendidikan Islam. Transformasi ini mengarah pada perkembangan pendidikan yang berorientasi di berbagai bidang untuk mengadapi globalisasi. Kompetensi tersebut menunjuk pada penyiapan sumber daya manusia peserta didik yang berkualitas dan siap bersaing pada tingkat nasional dan internasional.
Terlepas dari hal tersebut, menurut Engr Sayyid Khaim Husayn Naqawi yang dikutip oleh Abudin Nata, menyebutkan murid berasal dari bahasa Arab, yaitu orang yang menginginkan. Menurut Abudin Nata, kata murid berartu sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik dengan cara sungguh-sungguh sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat. Di samping itu, dijumpai istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa Arab, yaitu tilmidz yang berarti pelajar. Bentuk jamaknya adalah talamidz. Kata ini lebih merujuk pada pelajar yang belajar di madrasah. Kata lainnya adalah thalib yang berarti pencari ilmu, pelajar, atau mahasiswa.
Ada juga yang meyebutkan peserta didik sebagai anak didik yang dalam pengertian umum adalah setiap orang yang menerim pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sementara itu dalam arti sempit, anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik. Namun dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim. Semuanya bermakna anak yang berguru, anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar, baik dilembaga pendidikan formal maupun nonformal.
4.             Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etiomologi, kurikulum berasal dari bahsa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Ada juga yang mengatakan dari bahsa Prancis, yaitu couriar yang berarti berlari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga. Sementara itu, dalam dunia pendidikan istilah tersebut merupakan lingkaran pengajaran dimana guru dan murud terlibat didalamnya. Dengan demikian, curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Akan tetapi dalam konteks pendidikan, kurikulum diartikan sebagai kumpulan subjek yang diajarkan di sekolah atau arah suatu proses belajar. Ada pula yang mengartikannya sebagai perangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Sementara itu, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kurikulum didefinisikan sebagai susunan rencana pelajaran. Pada perkembangan selanjutnya, kurikulum menjadi istilah yang digunakan untuk menunjukkan satuan mata pelajaran yang harus ditempuh guna mencapai suatu gelar atau memperoleh ijazah. Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sistematis diberikan kepada anak didik untuk mencapai tujuan. Kurikulum juga merupakan kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan yang mecakup berbagai rencana kegiatan peserta didik secara terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajarkan, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup berbagai kegiatan sampai tercapainya tujuan yang diinginkan.[6]

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara pandang dan paradigma tawaran yang kiranya perlu dikaji dalam dunia pendidikan kita. Dan dapat kita tarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai dengan ajaran Islam.Secara umum dapat kita ambil kesimpulan bahwa sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadianya. Dan terdapat disimpulkan bahwa ada empat komponen pendidikan yang digunakan pada pembelajaran PAI sebagai sebuah sistem yaitu : 1. Tujuan, 2.Pendidik 3. Peserta didik, 4. Kurikulum Pendidikan Islam.

B.       Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa/i atau pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kelengkapan dan kesempurnaan baik dari segi isi maupun dari segi penyusunan. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

A. M. Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta.
Halim Soebahar. 2009.  Matriks Pendidikan Islam. Yogyakarta.
Sri Minarti. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta.


[1] Halim Soebahar, Matriks Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Marwa,200), hlm. 12.
[2] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2009), hlm. 88.
[3] Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm. 29.
[4] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), hlm. 119.
[5] A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali,1996), hlm. 123.
[6] Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016), hlm. 132.