MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan dalam
sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu komponen kehidupan yang paling
urgen. Aktivitas ini telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada
di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik
mundur lebih jauh lahi, kita mendapatkan bahwa pendidikan telah berproses
semenjak Allah menciptakan manusia pertama, Adam yang berada di surga, di mana
Dia mengajarkan nama-nama yang para malaikat sendiri pun sama sekali belum
mengenalnya.
Semenjak manusia
berinteraksi dengan aktivitas pendidikan ini, semenjak itulah manusia telah
berasil merelisasikam berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini
kehidupan mereka. Bahkan, pendidikan adalah sesuatu yang alami dalam
perkembangan peradaban manusia. Menurut Fuad Ihsan bahwa pendidikan bagi
kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang
hayat.
Belakangan ini ada beberapa
kasus mengenai sekolah atau lembaga pendidikan yang berjalan tanpa adanya
sistem yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya
banyak dari komponen-komponen itu itu tidak berjalan secara efektif dan
efisien. Padahal pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta
bagaimana siswa belajar. Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang
disadari dan direncanakan. Kegiatan yang disadari dan direncanakan mencakup
tiga hal antara lain: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengajaran
dilakukan dalam waktu yang berkala, baik untuk waktu jangka pendek, menengah
ataupun jangka panjang. Misalnya, latihan Pembina Pramuka selama satu minggu.
Apakah suatu pengajaran berjangka
waktu lama ataupun singkat, tetap membutuhkan suatu program kerja, yaitu
program pengajaran yang secara singkat disebut program pengajaran. Program
Pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah
dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran
di sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia adalah konsep teknologi
pendidikan. Khususnya pengajaran sebagai system. Oleh karena ini, pembahasan
makalah ini, dimulai dari konsep tentang system, dan pengajaran sebagai suatu
system. Oleh karenanya, perlu adanya perencanaan yang baik, sehingga semua
komponen, baik yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Pendidikan Islam?
2.
Apa saja proses pembelajaran PAI sebagai sebuah sistem?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui apa itu pengertian dari Pendidikan
Islam.
2.
Untuk mengetahui apa saja proses pembelajaran PAI sebagai
sebuah sistem.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam merupakan
pendidikan yang secara khas memiliki ciri Islami, berbeda konsep pendidikan
lain yang dikajiannya lebih fokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan Alquran
dan hadis. Artinya, kajian pendidikan Islam bukan sekedar menyangkut aspek
normatif ajaran Islam, tetapi juga terapannya dalam ragam materi, institusi,
budaya, nilai, dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat. Oleh karena itu,
pemahaman tentang materi, institusi, kultur, dam sistem pendidikan merupakan
satu-kestuab yang holistik, bukan parsial, dalam mengembangkan sumber daya
manusia yang beriman, berislam, dan berihsan.[1]
Jadi, wajar jika para pakar atau praktisi dalam mendefinisikan pendidikan Islam
tidak dapat lepas dari sisi kontruksi peserta didik sebagai subjek dan objek.
Seperti Ramayulis dan samsul
Nizar yang mendefinisikan pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang
memungkinkan peserta didik dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan
ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk
kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.[2]
Sajjad Husain dan Syed Ali Asraf mendefinisikan pendidikan Islam sebagai
pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara-cara tertebtu sehingga
dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan terhadap segala jenis
pengetahuan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sadar akan segala
nilai etis Islam. Sementara itu, Muhaimin, menekankan pada dua hal. Pertama, aktivitas pendidikan yang
diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan
ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan
Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dan di sememangati oleh
nilai-nilai Islam.
Di dalam khazanah pemikiran
pendidikan Islam terutama karya-karya ilmiah berbahasa Arab, terdapat berbagai
istilah yang digunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian tentang
pendidikan Islam dan untuk diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda. Salah
satunya seperti Muhammad S. A. Ibrahimy. Menurutnya, Pendidikan Islam dalam
pengertian inti belajar adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan
seorang manusia untuk memimpin hidupnya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga
ia dengan Islam .
Menurut Zakiyah Daradjat,
pendidikan Islam didefinisikan dengan suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.
Setelah itu, menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.[3]
B.
Proses
Pembelajaran PAI Sebagai Sebuah Sistem
Dari
beberapa sumber yang dipelajari, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat komponen pendidikan yang digunakan yaitu : 1. Tujuan,
2.Pendidik 3. Peserta didik, 4. Kurikulum Pendidikan Islam.Maka untuk menghasilkan output dari
sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana
membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana pendidik,
sisawa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya
satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.
1.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan atau
cita-cita sangat penting di dalam aktivitas pendidikan , karena merupakan arah
yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, tujuan harus ada sebelum melangkah untuk
mengerjakan sesuatu. Jika pendidikan dipandangan sebagai suatu proses, maka
proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir.[4]
Oleh karena itu, usaha yang tidak mempunyai tujuan tindaklah mempunyai arti
apa-apa.
Islam melakukan
proses pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh sehingga tidak
ada terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun rohani. Dengan pendidikan,
kualitas mental seseorang akan meningkatkan dan segala proses yang dijalankan
atas dasar fitrah yang diberikan Allah. Berbicara tentang tujuan pendidikan,
erat kaitannya dengan tujuan hidup manusia. Hal itu disebabkan pendidikan
merupakan alat yang digunakan manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya,
baik sebagai individu maupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
harus diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi.
Seperti yang
diungkapkan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan
Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan
orang-orang yang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita
tinggi, dan berakhlak mulia-baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, juga
mengerti kewajiban masing-masing, dapat membedakan antara baik dan buruk,
maupun menyusun skala prioritas, menghindari perbuatan tercela, mengingatkan
Tuhan, dan mengetahui dalam setiap pekerjaan apa yang dilakukan.
Menurut
pandangan Islam, tujuan pendidikan Islam sangat diwarnai dan dijiwai oleh
nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu sangat dilandasi oleh nilai-nilai Al-quran
dan Hadis seperti ysng termaktub dalam rumasan, yaitu menciptakan pribadi-pribadi
yang selalu bertakwa kepada Allah, sekaligus mencapai kebahagian di dunia dan
akhirat. Dengan demikian, pendidikan Islam secara fungsional adalah merupakan
upaya manusia muslim merekayasa pembentukan insan kamil melalui penciptaan
institusi interaksi edukatif yang kondusif.
Pendidikan
Islam dalam pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menuju ke arah
tujuan yang dicita-citakan. Bagaimana sempurnanya suatu kurikulum pendidikan
Islam; jika tidak memiliki metode yang tepat, tidak akan berarti apa-apa.
Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses
belajar mengajar yang berakibat terbuangnya waktu dan tenaga. Oleh karena itu,
merupakan syarat untuk efisiensi aktivitas kependidikan Islam. Selain itu,
metode merupakan hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan
tercapai secara tepat guna jika metode yang ditempuh benar-benar tepat.
2.
Pendidik (Guru)
Komponen-komponen pembentukan sistem pendidikan Islam adalah tujuan,
pendidik, peserta didik, materi, metode, dan evaluasi. Sementara itu,
pendidikan yang profesional menjadi komponen yang paling urgen. Tugasnya
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing, melatih, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat. Pendidil merupakan
salah satu komponen manusiawi yang miliki peranan besar dalam membentuk sumber
daya manusia, karena peranan seagai pengajar, pendidik, dan pembimbing yang
mengarahkan sekaligus menuntun siswa dalam belajar.[5]
Secara leksikal, Guru berarti
orang yang pekerjaannya mengajar. Menurt ahli bahasa Belanda, J.E.C Gericke dan
T. Roorda, seperti yang dikutip oleh Hadi Supeno, menerangkan bahwa guru
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya berat, besar, penting, baik sekali,
terhormat, dan mengajar. Sementara itu, dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa
kata yang berdektan artinya dengan guru. Misalnya, teacher yang berarti gutu atau pengajar; educator yang berarti pendidik atau ahli mendidik; dan tutor yang bererti guru pribadi, guru
yang mengajar dirumah, atau guru yang memberi les (pengajaran). Ada hal yang
cukup menarik dalam pandangan masyarakat Jawa. Guru dapat dilacak melalui
akronim gu dan ru. Gu artinya dapat “di gugu” (dianut) dan ru berarti dapat
“ditiru” (jadikan teladan).
Untuk menghasilkan sebuah pembelajaran yang efektif, pendidik memiliki
peran yang sangat urgen, sebab pendidik merupakan pengelola proses
pembelajaran. Artinya, pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam
pendidikan yang ikut bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak didiknya.
Di sisi lain, guru adalah seseorang yang mempunyai gagasan yang harus
diwujudkan umtuk kepentigan anak didik, menunjang sebaik-baiknya peserta didik,
sera mengembangkan sekaligus menerapkan keutamaan yang menyangkut agama,
kebudayaan, dan keilmuan.
3.
Peserta Didik
(Murid)
Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses
tranformasi pendidikan Islam. Transformasi ini mengarah pada perkembangan
pendidikan yang berorientasi di berbagai bidang untuk mengadapi globalisasi. Kompetensi
tersebut menunjuk pada penyiapan sumber daya manusia peserta didik yang
berkualitas dan siap bersaing pada tingkat nasional dan internasional.
Terlepas dari hal tersebut, menurut Engr Sayyid
Khaim Husayn Naqawi yang dikutip oleh Abudin Nata, menyebutkan murid berasal
dari bahasa Arab, yaitu orang yang menginginkan. Menurut Abudin Nata, kata murid berartu sebagai orang yang
menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan
kepribadian yang baik dengan cara sungguh-sungguh sebagai bekal hidupnya agar
bahagia dunia dan akhirat. Di samping itu, dijumpai istilah lain yang sering
digunakan dalam bahasa Arab, yaitu tilmidz
yang berarti pelajar. Bentuk jamaknya adalah talamidz. Kata ini lebih merujuk pada pelajar yang belajar di
madrasah. Kata lainnya adalah thalib
yang berarti pencari ilmu, pelajar, atau mahasiswa.
Ada juga yang meyebutkan peserta didik sebagai anak
didik yang dalam pengertian umum adalah setiap orang yang menerim pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sementara
itu dalam arti sempit, anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang
diserahkan kepada tanggung jawab pendidik. Namun dalam bahasa Indonesia, makna
siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim. Semuanya bermakna
anak yang berguru, anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu
lembaga pendidikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua
orang yang sedang belajar, baik dilembaga pendidikan formal maupun nonformal.
4.
Kurikulum
Pendidikan Islam
Secara etiomologi, kurikulum berasal dari bahsa
Yunani, yaitu curir yang artinya
pelari dan curere yang artinya jarak
yang harus ditempuh oleh pelari. Ada juga yang mengatakan dari bahsa Prancis,
yaitu couriar yang berarti berlari.
Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga. Sementara itu, dalam
dunia pendidikan istilah tersebut merupakan lingkaran pengajaran dimana guru
dan murud terlibat didalamnya. Dengan demikian, curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Akan
tetapi dalam konteks pendidikan, kurikulum diartikan sebagai kumpulan subjek yang
diajarkan di sekolah atau arah suatu proses belajar. Ada pula yang
mengartikannya sebagai perangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Sementara itu, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kurikulum didefinisikan sebagai
susunan rencana pelajaran. Pada perkembangan selanjutnya, kurikulum menjadi
istilah yang digunakan untuk menunjukkan satuan mata pelajaran yang harus
ditempuh guna mencapai suatu gelar atau memperoleh ijazah. Kurikulum pendidikan
Islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang
dengan sistematis diberikan kepada anak didik untuk mencapai tujuan. Kurikulum
juga merupakan kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan yang mecakup
berbagai rencana kegiatan peserta didik secara terperinci berupa bentuk-bentuk
bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajarkan, pengaturan-pengaturan
program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup berbagai kegiatan
sampai tercapainya tujuan yang diinginkan.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa cara pandang dan paradigma tawaran yang kiranya perlu dikaji dalam
dunia pendidikan kita. Dan dapat kita
tarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam berarti usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai dengan ajaran Islam.Secara
umum dapat kita ambil kesimpulan bahwa sistem
pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadianya. Dan terdapat
disimpulkan bahwa ada empat komponen pendidikan yang digunakan pada pembelajaran PAI sebagai sebuah sistem yaitu : 1.
Tujuan, 2.Pendidik 3. Peserta didik, 4. Kurikulum Pendidikan Islam.
B.
Saran
Semoga
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa/i atau
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kelengkapan
dan kesempurnaan baik dari segi isi maupun dari segi penyusunan. Oleh karena
itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar
pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
A. M. Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar .
Jakarta.
Halim Soebahar. 2009. Matriks
Pendidikan Islam. Yogyakarta.
Sri Minarti. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta.
[3] Abdul Majid,
Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm. 29.
No comments:
Post a Comment