1

loading...

Sunday, January 13, 2019

MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM


 MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM  

  BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Aktivitas ini telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lahi, kita mendapatkan bahwa pendidikan telah berproses semenjak Allah menciptakan manusia pertama, Adam yang berada di surga, di mana Dia mengajarkan nama-nama yang para malaikat sendiri pun sama sekali belum mengenalnya.
Semenjak manusia berinteraksi dengan aktivitas pendidikan ini, semenjak itulah manusia telah berasil merelisasikam berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan, pendidikan adalah sesuatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia. Menurut Fuad Ihsan bahwa pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
Belakangan ini ada beberapa kasus  mengenai sekolah atau lembaga pendidikan yang berjalan tanpa adanya sistem yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya banyak dari komponen-komponen itu itu tidak berjalan secara efektif dan efisien. Padahal pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Kegiatan yang disadari dan direncanakan mencakup tiga hal antara lain:  perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengajaran dilakukan dalam waktu yang berkala, baik untuk waktu jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. Misalnya, latihan Pembina Pramuka selama satu minggu.
Apakah suatu pengajaran berjangka waktu lama ataupun singkat, tetap membutuhkan suatu program kerja, yaitu program pengajaran yang secara singkat disebut program pengajaran. Program Pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran di sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia adalah konsep teknologi pendidikan. Khususnya pengajaran sebagai system. Oleh karena ini, pembahasan makalah ini, dimulai dari konsep tentang system, dan pengajaran sebagai suatu system. Oleh karenanya, perlu adanya perencanaan yang baik, sehingga semua komponen, baik yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

B.            Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Pendidikan Islam?
2.      Apa saja proses pembelajaran PAI sebagai sebuah sistem?

C.           Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui apa itu pengertian dari Pendidikan Islam.
2.    Untuk mengetahui apa saja proses pembelajaran PAI sebagai sebuah sistem.

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki ciri Islami, berbeda konsep pendidikan lain yang dikajiannya lebih fokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan Alquran dan hadis. Artinya, kajian pendidikan Islam bukan sekedar menyangkut aspek normatif ajaran Islam, tetapi juga terapannya dalam ragam materi, institusi, budaya, nilai, dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat. Oleh karena itu, pemahaman tentang materi, institusi, kultur, dam sistem pendidikan merupakan satu-kestuab yang holistik, bukan parsial, dalam mengembangkan sumber daya manusia yang beriman, berislam, dan berihsan.[1] Jadi, wajar jika para pakar atau praktisi dalam mendefinisikan pendidikan Islam tidak dapat lepas dari sisi kontruksi peserta didik sebagai subjek dan objek.
Seperti Ramayulis dan samsul Nizar yang mendefinisikan pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang memungkinkan peserta didik dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.[2] Sajjad Husain dan Syed Ali Asraf mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara-cara tertebtu sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan terhadap segala jenis pengetahuan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sadar akan segala nilai etis Islam. Sementara itu, Muhaimin, menekankan pada dua hal. Pertama, aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dan di sememangati oleh nilai-nilai Islam.
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam terutama karya-karya ilmiah berbahasa Arab, terdapat berbagai istilah yang digunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian tentang pendidikan Islam dan untuk diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda. Salah satunya seperti Muhammad S. A. Ibrahimy. Menurutnya, Pendidikan Islam dalam pengertian inti belajar adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seorang manusia untuk memimpin hidupnya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga ia dengan Islam .
Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam didefinisikan dengan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Setelah itu, menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.[3]
B.            Proses Pembelajaran PAI Sebagai Sebuah Sistem
Dari beberapa sumber yang dipelajari, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat komponen pendidikan yang digunakan yaitu : 1. Tujuan, 2.Pendidik 3. Peserta didik, 4. Kurikulum Pendidikan Islam.Maka untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana pendidik, sisawa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.
1.             Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan atau cita-cita sangat penting di dalam aktivitas pendidikan , karena merupakan arah yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, tujuan harus ada sebelum melangkah untuk mengerjakan sesuatu. Jika pendidikan dipandangan sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir.[4] Oleh karena itu, usaha yang tidak mempunyai tujuan tindaklah mempunyai arti apa-apa.
Islam melakukan proses pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh sehingga tidak ada terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun rohani. Dengan pendidikan, kualitas mental seseorang akan meningkatkan dan segala proses yang dijalankan atas dasar fitrah yang diberikan Allah. Berbicara tentang tujuan pendidikan, erat kaitannya dengan tujuan hidup manusia. Hal itu disebabkan pendidikan merupakan alat yang digunakan manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi.
Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia-baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, juga mengerti kewajiban masing-masing, dapat membedakan antara baik dan buruk, maupun menyusun skala prioritas, menghindari perbuatan tercela, mengingatkan Tuhan, dan mengetahui dalam setiap pekerjaan apa yang dilakukan.
Menurut pandangan Islam, tujuan pendidikan Islam sangat diwarnai dan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu sangat dilandasi oleh nilai-nilai Al-quran dan Hadis seperti ysng termaktub dalam rumasan, yaitu menciptakan pribadi-pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah, sekaligus mencapai kebahagian di dunia dan akhirat. Dengan demikian, pendidikan Islam secara fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan insan kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang kondusif.
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menuju ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimana sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam; jika tidak memiliki metode yang tepat, tidak akan berarti apa-apa. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang berakibat terbuangnya waktu dan tenaga. Oleh karena itu, merupakan syarat untuk efisiensi aktivitas kependidikan Islam. Selain itu, metode merupakan hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat guna jika metode yang ditempuh benar-benar tepat.
2.             Pendidik (Guru)
Komponen-komponen pembentukan sistem pendidikan Islam adalah tujuan, pendidik, peserta didik, materi, metode, dan evaluasi. Sementara itu, pendidikan yang profesional menjadi komponen yang paling urgen. Tugasnya merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing, melatih, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat. Pendidil merupakan salah satu komponen manusiawi yang miliki peranan besar dalam membentuk sumber daya manusia, karena peranan seagai pengajar, pendidik, dan pembimbing yang mengarahkan sekaligus menuntun siswa dalam belajar.[5]
Secara leksikal, Guru berarti orang yang pekerjaannya mengajar. Menurt ahli bahasa Belanda, J.E.C Gericke dan T. Roorda, seperti yang dikutip oleh Hadi Supeno, menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat, dan mengajar. Sementara itu, dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdektan artinya dengan guru. Misalnya, teacher yang berarti gutu atau pengajar; educator yang berarti pendidik atau ahli mendidik; dan tutor yang bererti guru pribadi, guru yang mengajar dirumah, atau guru yang memberi les (pengajaran). Ada hal yang cukup menarik dalam pandangan masyarakat Jawa. Guru dapat dilacak melalui akronim gu dan ru. Gu artinya dapat “di gugu” (dianut) dan ru berarti dapat “ditiru” (jadikan teladan).
Untuk menghasilkan sebuah pembelajaran yang efektif, pendidik memiliki peran yang sangat urgen, sebab pendidik merupakan pengelola proses pembelajaran. Artinya, pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan yang ikut bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak didiknya. Di sisi lain, guru adalah seseorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan umtuk kepentigan anak didik, menunjang sebaik-baiknya peserta didik, sera mengembangkan sekaligus menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan, dan keilmuan.  
3.             Peserta Didik (Murid)
Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses tranformasi pendidikan Islam. Transformasi ini mengarah pada perkembangan pendidikan yang berorientasi di berbagai bidang untuk mengadapi globalisasi. Kompetensi tersebut menunjuk pada penyiapan sumber daya manusia peserta didik yang berkualitas dan siap bersaing pada tingkat nasional dan internasional.
Terlepas dari hal tersebut, menurut Engr Sayyid Khaim Husayn Naqawi yang dikutip oleh Abudin Nata, menyebutkan murid berasal dari bahasa Arab, yaitu orang yang menginginkan. Menurut Abudin Nata, kata murid berartu sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik dengan cara sungguh-sungguh sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat. Di samping itu, dijumpai istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa Arab, yaitu tilmidz yang berarti pelajar. Bentuk jamaknya adalah talamidz. Kata ini lebih merujuk pada pelajar yang belajar di madrasah. Kata lainnya adalah thalib yang berarti pencari ilmu, pelajar, atau mahasiswa.
Ada juga yang meyebutkan peserta didik sebagai anak didik yang dalam pengertian umum adalah setiap orang yang menerim pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sementara itu dalam arti sempit, anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik. Namun dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim. Semuanya bermakna anak yang berguru, anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar, baik dilembaga pendidikan formal maupun nonformal.
4.             Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etiomologi, kurikulum berasal dari bahsa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Ada juga yang mengatakan dari bahsa Prancis, yaitu couriar yang berarti berlari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga. Sementara itu, dalam dunia pendidikan istilah tersebut merupakan lingkaran pengajaran dimana guru dan murud terlibat didalamnya. Dengan demikian, curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Akan tetapi dalam konteks pendidikan, kurikulum diartikan sebagai kumpulan subjek yang diajarkan di sekolah atau arah suatu proses belajar. Ada pula yang mengartikannya sebagai perangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Sementara itu, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kurikulum didefinisikan sebagai susunan rencana pelajaran. Pada perkembangan selanjutnya, kurikulum menjadi istilah yang digunakan untuk menunjukkan satuan mata pelajaran yang harus ditempuh guna mencapai suatu gelar atau memperoleh ijazah. Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sistematis diberikan kepada anak didik untuk mencapai tujuan. Kurikulum juga merupakan kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan yang mecakup berbagai rencana kegiatan peserta didik secara terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajarkan, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup berbagai kegiatan sampai tercapainya tujuan yang diinginkan.[6]

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara pandang dan paradigma tawaran yang kiranya perlu dikaji dalam dunia pendidikan kita. Dan dapat kita tarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai dengan ajaran Islam.Secara umum dapat kita ambil kesimpulan bahwa sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadianya. Dan terdapat disimpulkan bahwa ada empat komponen pendidikan yang digunakan pada pembelajaran PAI sebagai sebuah sistem yaitu : 1. Tujuan, 2.Pendidik 3. Peserta didik, 4. Kurikulum Pendidikan Islam.

B.       Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa/i atau pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kelengkapan dan kesempurnaan baik dari segi isi maupun dari segi penyusunan. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

A. M. Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta.
Halim Soebahar. 2009.  Matriks Pendidikan Islam. Yogyakarta.
Sri Minarti. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta.


[1] Halim Soebahar, Matriks Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Marwa,200), hlm. 12.
[2] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2009), hlm. 88.
[3] Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm. 29.
[4] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), hlm. 119.
[5] A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali,1996), hlm. 123.
[6] Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016), hlm. 132.

No comments:

Post a Comment