1

loading...

Kamis, 16 Mei 2019

MAKALAH HAKIKAT DAN FUNGSI IPA


MAKALAH DASAR-DASAR SAINS

HAKIKAT DAN FUNGSI IPA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
IPA merupakan suatu ilmu yag membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
Tidak bisa hanya berbentuk sebuah konsep saja namun pembelajaran IPA secara praktek juga harus diterapkan. Secara tidak disadari kegiatan sehari-hari yang kita lakukan semuanya mengandung IPA. Jadi, bisa dikatakan bahwa IPA ada di sekitar kehidupan kita.
Merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian IPA?
2.      Jelaskan Hakikat IPA?
3.      Apa fungsi IPA?
C.    Tujuan
1.      Menyelesaikan tugas mata kuliah
2.      Memahami Hakikat IPA
3.      Mengetahui fungsi IPA

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. IPA bisa disebut juga dengan natural science.[1]
Dalam kamus Fowler natural science didefinisikan sebagai: “systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and induction” ( yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi ).
Webster’s New Lollegiate Dictionary menyatakan natural science knowledge concerned with the physical world and its phenomena, yang artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.

B.     Hakikat IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi natural science yang dalam bahasa indonesia dikenal dengan  ilmu pengetahuan alam (IPA). [2]
IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Berikut adalah hakikat IPA menurut para ahli :
1.      James B. Conant, mendeskripsikan IPA sebagai rangkaian konsep dan pola konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi. Hasil-hasil eksperimen dan observasi yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan observasi selanjutnya, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk terus berkembang.
2.      IPA menurut Carin & Sound (1989) adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
3.      Abruscato (1996) dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science” mendefinisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta.
4.      The Harper Encyclopedia of Science mendefinsikan IPA sebagai suatu pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh bukti-bukti yang dapat diamati.
Jika menggunakan sudut pandang yang lebih menyeluruh, IPA seharusnya dipandang sebagai cara berpikir untuk memeroleh pemahaman tentang alam dan sifat-sifatnya, cara untuk menyelidiki bagaimana fenomena-fenomena alam dapat dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari keingintahuan (inquiry) orang. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah.
      a. Hakikat IPA Sebagai Produk
Produk adalah hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang disusun secara lengkap dan sistematis. Contoh: Dari hasil pengamatan tanaman ditempat terang dan ditempat gelap maka dihasilkan perbedaan antara lain; (a) bentuk daun (b) tinggi tumbuhan (c) warna tumbuhan
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik dari para ahli saintis sejak berabad-abad berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data, konsep, prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.[3]
1      Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda yang benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya : air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah
2      Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya.
     Misal : energi, air, tumbuhan, massa, gaya
3      Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep
     Misal : udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip menghubungkan konsep udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara tersebut dipanaskan.
4      Hukum alam adalah prinsip – prinsip yang sudah diterima dan bersifat lebih kekal.
     Misal : Hukum kekekalan energi berbunyi bahwa dalam suatu interaksi tidak ada energi yang diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi hanya berubah dari suatu bentuk ke bentuk lain.
5      Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Misal : Teori meteorologi membantu para ilmuan untuk memahami mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk.
b.   Hakikat IPA Sebagai Proses
IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Jadi dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan. IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Untuk itu diperlukan sejumlah keterampilan sains yang sering disebut science processes skills, meliputi :
a.       Mengenal dan merumuskan masalah.
b.      Mengumpulkan data.
c.       Melakukan percobaan atau penelitian.
d.      Melakukan pengamatan.
e.       Melakukan pengukuran.
f.       Menyimpulkan.
g.      Mengkomunikasikan pegetahuan atau melaporkan hasil penemuan. 
Didalam penyelidikan suatu ilmiah terbagi menjadi tujuh tahapan, diantaranya :
1.      Observasi/ pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indra.
2.      prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang telah diperoleh.
3.      Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan.
4.      Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen.
5.      Tahap- tahap penelitian:
§  Menetapkan masalah penelitian.
§  Menetapkan hipotesis penelitian.
§  Menetapkan alat dan bahan yang digunakan.
§  Menetapkan langkah- langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan.
6.      Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti.
Variabel terdiri atas tiga yaitu:
§  Varibel bebas yaitu factor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan.
§  Variabel terikat yaitu factor yang dipengaruhi.
§  Variabel control yaitu variabel yang dibuat tetap.
7.      Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang kenyataan-kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.
8.      Kesimpulan yaitu hasil akhir dari proses pengamatan.

c.   IPA Sebagai Sikap Ilmiah
            Dalam proses IPA mengandung cara kerja, sikap, dan cara berfikir. Dalam memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkin usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap ini dinamakan sikap ilmiah. Sikap-sikap tersebut antara lain: [4]
a.       Objektif terhadap fakta aau kenyataan
b.      Tidak tergesa-gesa di dalam mengambil kesimpulan atau keputusan.
c.       Berhati terbuka
d.      Dapat membedakan antara fakta dan pendapat
e.       Bersikap tidak memihak suatu pendapat tertentu tanpa alasan yang didasarkan atas fakta.
f.       Tidak mendasarkan kesimpulan atas prasangka.
g.      Tidak percaya akan takhayul
h.      Tekun dan sabar dalam memecahkan masalah.
i.        Bersedia mengkomunikasikan dan mengumumkan hasil penemuannya untuk diselidiki, dikritik dan disempurnakan.
j.        Dapat bekerjasama dengan orang lain.
k.      Selalu ingin tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dari suatu masalah atau gejala yang dijumpainya.
            Menurut Wynne Harlei dan Heudro Darmojo, sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak SD yaitu:
a.       Sikap ingin tahu
b.      Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
c.       Sikap kerja sama
d.       Sikap tidak putus asa
e.       Sikap tidak berprasangka
f.       Sikap mawas diri
g.      Sikap bertanggung jawab
h.      Sikap berpikir bebas
i.        Sikap kedisiplinan diri
Sikap ilmiah lain yang muncul dari hasil pengamatan/ obsevasi:
(a)    Jujur          (b)Teliti           (c) Cermat.      
C.    Fungsi IPA 
Berikut adalah fungsi IPA :
·       Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
·       Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
·       Mempersiapkan peserta didik menjadi warganegara yang paham materi IPA dan teknologi.
·       Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.



Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. IPA bisa disebut juga dengan natural science.
IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif.
Berikut adalah fungsi IPA :
·       Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
·       Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
·       Mempersiapkan peserta didik menjadi warganegara yang paham materi IPA dan teknologi.
·       Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kami sangat berharap makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat dan dapat membantu pembaca, serta dapat menjadikan referensi yang bisa digunakan mahasiswa dan Mohon kritik dan saran dari kekurangan yang ada pada makalah kami.


Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta:
Depdiknas.
Priyono, Titik. (2010). Ilmu Pengetahuan Alam 5 untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional
Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah
Dasar. Jakarta: Depdiknas.           


[1] Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat  Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
[2]Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah  Dasar. Jakarta: Depdiknas.           
[3] Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta:  Depdiknas.
[4] Priyono, Titik. (2010). Ilmu Pengetahuan Alam 5 untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional

MAKALAH MEMAHAMI AJARAN ISLAM TENTANG SUBYEK PENDIDIKAN ANAK DIDIK


 MAKALAH TAFSIR DAN HADIST

(Memahami Ajaran Islam Tentang Subyek Pendidikan Anak Didik)

BAB I

                                                              PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pendidik merupakan unsur yang sangat esensi dalam memberi bimbingan dan bantuan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai kedewasaan, dan mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT yaitu kholifah di muka bumi.
Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya terkandung ayat-ayat yang dapat kita gunakan sebagai pedoman hidup manusia. diantaranya merupakan ayat-ayat  yang menggali tentang subjek pendidikan. Untuk itu dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan sedikit tentang ayat-ayat  Al-Qur’an yang berhubungan dengan subjek pendidikan dengan  harapan dapat lebih memahami bagaimana subjek pendidikan menurut Al-Quran.

 B.Rumusan Masalah
1.Menjelaskan ayat-ayat al-quran dan hadits nabi tentang subyek pendidikan ?
2.Merumuskan karakteristik subyek pendidikan ?     

C.Tujuan Pembahasan
1.untuk mengetahui ayat-ayat al-quran dan hadits nabi tentang subyek pendidikan
2.untuk mengetahui karakteristik sunyek pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

    A.    Menjelaskan dan Menganalisis Ayat –Ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Tentang Subyek Pendidikan

Subjek pendidikan adalah orang yang berkenaan langsung dengan proses pendidikan dalam hal ini pendidik dan peserta didik. Peserta didik yaitu pihak yang merupakan sabjek terpenting dalam pendidikan.Hal ini disebabkan atau tindakan pendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan.
Dalam catatan lain menyebutkan subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua).
Untuk mendapatkan keterangan yang jelas tentang subjek pendidikan kita harus melihatnya dari definisi yang ada. dengan demikian subjek pendidikan islam yaitu semua manusia yang berproses dalam dunia pendidikan baik formal, informal maupun nonformal yang sama-sama mempunyai tujuan demi pengembangan kepribadiannya. Sehingga menjadi insan yang mempunyai kesadaran penuh kepada sang pencipta.
Tafsir yang menjelaskan tentang subyek pendidikan
1.      Tafsir Ar-Rahman ayat 1-6 (Tuhan) yang maha pemurah.
1.      Dia menciptakan manusia.
2.      Mengajarnya pandai berbicara.
3.      Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
4.      Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada nya.
Ar-Rahman ayat 1-4 ini menjelaskan tentang bagaimana Allah dalam sifatnya yang maha kasih sayang telah mengajarkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. untuk kemudian dijadikan landasan utama bagi kaum muslimin dalam mengarungi kehidupan di dunia.
2.      Tafsir An-Nahl ayat 43-44
Pada surat An-Nahl ayat 43, Allah menjelaskan bahwa semua rasul Allah itu adalah manusia yang diberi wahyu bukan malaikat. Tugas utama rasul adalah tabligh (menyampaikan) wahyu dari Allah swt. tak peduli apakah tabligh itu diterima oleh kaumnya atau tidak, tugas rasul hanyalah tabligh. Isi dari tabligh adalah menyampaikan berita gembira (basyiiran) dan berita menakutkan (nadziran). Tentu saja dalam proses penyampaian ini ada proses pembelajaran, yaitu suatu proses yang merubah tingkah laku suatu kaum, dari musyrik menjadi tauhid, dari kufur menjadi iman walaupun tidak semuanya berubah. Dengan demikian maka rasul adalah subjek belajar kedua setelah Allah swt.
Masih dalam ayat 43, Allah menegaskan kepada orang-orang kafir jika kalian tidak percaya bahwa rasul adalah manusia, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan (ahladzdzikri)  tentang hal tersebut. Melalui ayat ini kita bisa mengetahui bahwa ketika kita tidak menguasai suatu bidang ilmu, maka hendaknya kita bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang ilmu tersebut, dengan demikian maka kita akan mendapatkan jawaban yang meyakinkan karena dijawab oleh Ahlinya.
Jika kita tarik ke dalam teori pendidikan, maka proses pembelajaran yang disampaikan oleh Allah ini adalah proses pembelajaran inquiry yaitu suatu proses pembelajaran dimana anak didik menemukan masalah dan secara aktif siswa tersebut mencari jawabannya. Dalam ayat ini musyrikin Quraisy merasa tidak yakin akan kerasulan Nabi Muhammad, karena Nabi Muhammad adalah seorang manusia, maka Allah memerintahkan kepada musyrikin Quraisy tersebut untuk mencari jawabannya sendiri kepada orang-orang Ahli Kitab, tentang rasul mereka sebelum Nabi Muhammad, apakah berbentuk manusia atau malaikat. Dengan demikian maka subjek pendidikan pada lanjutan ayat 43 ini adalah musyrikin Quraisy atau dalam konteks pendidikan adalah peserta didik. Adapun ahludzdzikri  hanyalah sebagai fasilitator atau sumber belajar saja.
Pada ayat 44, Allah menegaskan bahwa kedatangan para rasul terdahulu itu disertai dengan mukjizat dan kitab-kitab sebagai bukti bahwa mereka adalah orang pilihan yang diutus oleh Allah swt. dalam konteks pendidikan peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar kita merupakan sumber belajar yang tak ternilai harganya. Jika umat terdahulu dengan melihat langsung terhadap mukjizat para rasul maka mereka semakin yakin akan kerasulannya serta semakin kuat keimanannya kepada Allah, maka untuk umat akhir zaman, dengan memperhatikan alam semesta yang terus berkembang dan mengalami perubahan maka manusia bisa memetik pelajaran dari peristiwa alam tersebut yang jika sumbernya dirunut terus menerus maka pada akhirnya akan kembali kepada sang pencipta Allah swt. Jika pengetahuan ini telah ditemukan maka  kemudian didokumentasikan dalam bentuk buku yang bisa dibaca kapan saja oleh generasi selanjutnya. Awal dari ayat ini menegaskan secara tidak langsung bahwa sumber belajar itu adalah bayyinat (mukjizat, peristiwa alam) dan zubur (kitab-kitab, buku).
Pada lanjutan ayat 44, ayat ini menegaskan bahwa Allah swt.menurunkan  Al-Quran kepada Nabi Muhammad sebagai media penjelasan kepada manusia tentang apa yang telah diturunkan kepada mereka. Lanjutan ayat ini sesuai dengan awal ayat, bahwa buku adalah salah satu sumber belajar, hanya saja buku/kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah Al-Quran. Lanjutan ayat ini juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad sebagai rasul merupakan salah satu subjek pendidikan bagi kaumnya, sebagaimana disebutkan di atas bahwa tugas rasul adalah tabligh.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diantara subjek pendidikan yang terkandung dalam surat Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl ayat 43-44 adalah :
1.      Allah swt. sebagai peletak dasar pendidikan bagi manusia, melalui penciptaan kehendak, panca indera dan akal.
2.      Para Rasul, mereka merupakan subjek belajar kedua setelah Allah swt. Setelah Allah memberikan bekal yang cukup bagi manusia untuk belajar, maka kemudian Allah mengutus para rasul untuk menyampaikan ajarannya.
3.      Subjek pendidikan ketiga adalah umat manusia itu sendiri, dalam arti atas petunjuk dari Allah dan Rasulnya maka hendaknya manusia bisa menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkannya.
Jika ditarik ke dalam dunia pendidikan maka rasul adalah sebagai guru yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik umatnya (peserta didik). Pada saat yang sama peserta didik juga sebagai subjek pendidikan yang secara aktif menggali berbagai pengetahuan di bawah bimbingan guru. Ini sangat sesuai dengan teori pendidikan modern yang menjadikan siswa sebagai subjek pendidikan bukan sebagai objek pendidikan.
Peserta didik adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperti Siswa, Mahasiswa, Warga Belajar, Pelajar, Murid serta Santri.
Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik untuk di didik. Sesuai dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan untuk menjadi baik atau buruk.
Terlepas dari perbedaan istilah di atas, yang jelasnya peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam sebagai objek sekaligus subjek dalam proses pendidikan. ia adalah orang yang belajar untuk menemukan ilmu. karena dalam islam diyakini ilmu hanya berasal dari Allah, maka seorang peserta didik mesti berupaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dengan senantiasa mensucikan dirinya dan taat kepada perintah-Nya. namun untuk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah tersebut, seorang peserta didik mesti belajar pada orang yang telah diberi ilmu, yaitu guru atau pendidik. karena peserta didik memiliki hubungan dengan ilmu dalam rangka upaya untuk memiliki ilmu, maka seorang peserta didik mesti berakhlak kepada gurunya. Akhlak tersebut tentunya tetap mengacu kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an dan hadis.
Salah satu hadist Nabi SAW:
Artinya :”Carilah ilmu walupun ke negri cina.”
Hadis di atas diriwayatkan oleh: Ibnu Adi (2:207), Abu Nu’aim (Akhbar Ashbahan, 2:106), Al-Khotiib (Tarikh, 9:364 dan Ar-Rihlah), Al-Baihaqi (Al-Madkhol, 241, 324), Ibnu Abdil Barr (Jami Bayanil Ilmi, 1:7-8) dari jalan Hasan bin Athiyah (ia berkata): Abu ‘Atikah Tharif bin Sulaiman menceritakan kepada kami dari Anas secara marfu (sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). mereka semuanya menambahkan:
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”
Kecacatan hadis ini terletak pada Abu ‘Atikah. Dia telah disepakati akan kelemahannya. Al-Bukhari berkata, “Munkarul hadis.” An-Nasa’i berkata, “Tidak terpercaya.” Abu Hatim berkatanya, “Hadisnya hancur.”
Al-Marwazi bercerita, “Hadis ini pernah disebutkan di sisi Imam Ahmad, maka beliau mengingkarinya dengan keras. Ibnul Jauzi mencantumkan hadis ini dalam Al-Maudhu’at (1:215) dan berkata: ‘Ibnu Hibban berkata, ‘Hadis batil, tidak ada asalnya’.’ dan disetujui As-Sakhowi’.” (Al-Maqoshid al-Hasanah)
kesimpulannya, hadis ini adalah hadis batil dan tidak ada jalan lain yang menguatkannya.
    B.     Karakteristik Subyek Pendidikan
                  Ayat-ayat al-Quran yang memiliki kosa kata yang mengandung makna pendidik.Untuk menjelaskan karakteristik pendidik tersebut menurut Al-Qur’an dapat diketahui
dengan menelusuri istilah-istilah digunakan dalam Al-Qur’an yang maknanya merujuk kepada
 pengertian pendidik. beberapa istilah tersebut ada yang disebutkan secara langsung oleh Al-
Qur’an dan ada pula secara tidak langsung berupa kata bentukan (derivat ) dari isyarat yangditunjukkan ayat, misalnya melalui kata kerja (fi’l ).Untuk memudahkan analisis, pertama-tama akan dihimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan kependidikan.
Ada lima kategorisasi karakteristik pendidik yang dimaksud sebagaimana berikut:
1.  Karakteristik keimanan (    umaniyah) karakteristik keimanan merupakan fondasi bagi setiap muslim, apalagi bagi seorang pendidik. yang termasuk bagian dari karakter keimanan, di antaranya takwa (Q.s. Al-Baqarah/2: 197; ).  Semua istilah pendidik yang telah dipaparkan di atas dipastikan memiliki sifat keimanan. Sikap takwa dan keikhlasan tersebut tercermin dari sikap konsisten dengan apa yang dikatakan dengan yang diucapkan. Seorang pendidik harus memiliki jiwa ketuhanan (rabbani), selalu mendekatkan diri (taqarrub) dan mengingatTuhannya (dzikr al-lâh).
 2. Karakteristik moral/akhlak (khuluqiyah) beberapa karakter yang termasuk di dalam karakteristik moral/akhlak misalnya perilaku jujur (shidq), penyayang (rahmah), bersahabat (rifq), santun (hilm) tapi tidak lemah, kuat tapi tidak kasar (Q.s. Ali Imran/3: 159), rendah hati
(tawadhu’ ), tidak sombong, sabar, menahan.
3. Karakteristik fisik (jismiyah) Seorang pendidik sudah seharusnya menjadi teladan (uswah, qudwah) yang baik, tidak hanya bagi anak didiknya, tapi juga dalam pergaulan bermasyarakat. Oleh karena itu, seorang pendidik secara fisik haruslah bergaya hidup sehat, bersih, rapi, dan enak dipandang. 
tidak menunjukkan kepada anak didiknya perilaku yang syubhat dan perbuatan yang sia-sia. Dia seharusnya menjadi motivator untuk melakukan perbaikan dan perubahan.
4. Karakteristik akal dan spiritual (al-‘aqliyah wa al -nafsiyah) yang termasuk dalam kategori karakteristik ini, di antaranya adalah cerdas (dzaki), yangmumpuni keilmuannya, seperti dapat dilihat pada sosok al-rasikhuna fi al-ilm, ulu al bab, ullal-nuha dan ulama. Tepat dalam mengambil keputusan, tidak peragu, suka bermusyarah atau bertukar pikiran selalu belajar dan berusaha meningkatkan dan menambah pengetahuan mutakhir, tidak gagap teknologi.
5. Karakteristik profesional (al-mihnah) Seorang pendidik yang baik seharusnya memiliki kompetensi akademik (keilmuan)yang diwujudkan dalam bentuk penguasaan materi (al-rasikhuna fi al)‘ilm), dan mempunyaikompetensi pedagogik dengan menerapkan metode pengajaran yang tepat kepada anakdidiknya sesuai dengan situasi dan kondisi. pendidik dalam hal ini diibaratkan sebagaida’ bukan seperti hakim yang siap menjatuhkan vonis hukuman.




BAB III
PENUTUP

    A.    Kesimpulan
Manusia itu pada dasarnya sudah  dianugerahi oleh Allah Swt dua buah kemampuan. Pertama, kemampuan untuk mengajarkan sesuatu kepada orang lain, walaupun pengajaran yang dilakukan manusia itu sifatnya terbatas. Kedua, kemampuan untuk menyerap pengajaran dari orang lain. Jika dihubungkan ke dalam hal Pendidikan, maka kedua kemampuan inilah yang akan menjadi kunci bagi sesuatu agar bisa disebut dengan pelaku pendidikan atau yang biasa disebut dengan Subyek pendidikan
Sejatinya yang diperintahkan untuk berfikir serius atau mendetail mengenai isi dan kandungan Al Qur’an bukan hanya Nabi Muhammad seorang, tetapi seluruh manusia. Sebab Al Qur’an itu merupakan hidayah dari Allah yang fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk bagi manusia dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik, dan merupakan rahmat untuk seluruh alam semesta.
   B.     Saran
Kami dari penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan isi makalah masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata bahasa dan kalimat, untuk itu kritik dan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

An-Nahlawi, Abdurrahman. (1989). Usul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha fi al-Baiti wa al- Madrasah wa al-Mujtama’.Beirut: Dar al-Fikr.
Muhammad Fuad Abd al-Baqi. (1994). al-Mu’jam al Mufahras li Alfazh al-qur an al-Karim, (Beirut: Dar al-Fikr).
Muhammad Fuad Abd al-Baqi, (1994). al-Mu’jam al -Mufahras li Alfâzh al-qur ân al-Karim.