MAKALAH TAFSIR DAN HADIST
(Memahami
Ajaran Islam Tentang Subyek Pendidikan Anak Didik)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Pendidik merupakan unsur
yang sangat esensi dalam memberi bimbingan dan bantuan kepada peserta didik
dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai kedewasaan, dan mampu
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT yaitu kholifah di muka bumi.
Al-Quran sebagai pedoman
hidup manusia di dalamnya terkandung ayat-ayat yang dapat kita gunakan sebagai
pedoman hidup manusia. diantaranya merupakan ayat-ayat yang menggali
tentang subjek pendidikan. Untuk itu dalam makalah ini penulis mencoba
memaparkan sedikit tentang ayat-ayat Al-Qur’an
yang berhubungan dengan subjek pendidikan dengan harapan dapat lebih memahami bagaimana subjek
pendidikan menurut Al-Quran.
B.Rumusan Masalah
1.Menjelaskan
ayat-ayat al-quran dan hadits nabi tentang subyek pendidikan ?
2.Merumuskan karakteristik subyek
pendidikan ?
C.Tujuan
Pembahasan
1.untuk mengetahui ayat-ayat al-quran
dan hadits nabi tentang subyek pendidikan
2.untuk mengetahui karakteristik sunyek
pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Menjelaskan
dan Menganalisis Ayat –Ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Tentang Subyek Pendidikan
Subjek pendidikan adalah orang yang
berkenaan langsung dengan proses pendidikan dalam hal ini pendidik dan peserta
didik. Peserta didik yaitu pihak yang merupakan sabjek terpenting dalam
pendidikan.Hal ini disebabkan atau tindakan pendidik itu diadakan atau
dilakukan hanyalah untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang
dicita-citakan.
Dalam
catatan lain menyebutkan subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang
bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan
atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan. Subjek pendidikan
yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah orang tua, guru-guru di
institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat,
sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami
selama ini adalah rumah tangga (orang tua).
Untuk mendapatkan keterangan yang
jelas tentang subjek pendidikan kita harus melihatnya dari definisi yang ada. dengan
demikian subjek pendidikan islam yaitu semua manusia yang berproses dalam dunia
pendidikan baik formal, informal maupun nonformal yang sama-sama mempunyai
tujuan demi pengembangan kepribadiannya. Sehingga menjadi insan yang mempunyai
kesadaran penuh kepada sang pencipta.
Tafsir
yang menjelaskan tentang subyek pendidikan
1. Tafsir Ar-Rahman ayat 1-6 (Tuhan) yang maha pemurah.
1.
Dia menciptakan manusia.
2.
Mengajarnya pandai berbicara.
3.
Matahari dan bulan (beredar) menurut
perhitungan.
4.
Dan tumbuh-tumbuhan dan
pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada nya.
Ar-Rahman
ayat 1-4 ini menjelaskan tentang bagaimana Allah dalam sifatnya yang maha kasih
sayang telah mengajarkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. untuk kemudian
dijadikan landasan utama bagi kaum muslimin dalam mengarungi kehidupan di
dunia.
2. Tafsir An-Nahl ayat 43-44
Pada surat An-Nahl ayat 43, Allah
menjelaskan bahwa semua rasul Allah itu adalah manusia yang diberi wahyu bukan
malaikat. Tugas utama rasul adalah tabligh (menyampaikan)
wahyu dari Allah swt. tak peduli apakah tabligh itu diterima
oleh kaumnya atau tidak, tugas rasul hanyalah tabligh. Isi
dari tabligh adalah menyampaikan berita gembira (basyiiran)
dan berita menakutkan (nadziran). Tentu saja dalam proses penyampaian
ini ada proses pembelajaran, yaitu suatu proses yang merubah tingkah laku suatu
kaum, dari musyrik menjadi tauhid, dari kufur menjadi iman walaupun tidak
semuanya berubah. Dengan demikian maka rasul adalah subjek belajar kedua
setelah Allah swt.
Masih dalam ayat 43, Allah
menegaskan kepada orang-orang kafir jika kalian tidak percaya bahwa rasul
adalah manusia, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan (ahladzdzikri)
tentang hal tersebut. Melalui ayat ini
kita bisa mengetahui bahwa ketika kita tidak menguasai suatu bidang ilmu, maka
hendaknya kita bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang ilmu tersebut,
dengan demikian maka kita akan mendapatkan jawaban yang meyakinkan karena
dijawab oleh Ahlinya.
Jika kita tarik ke dalam teori
pendidikan, maka proses pembelajaran yang disampaikan oleh Allah ini adalah proses
pembelajaran inquiry yaitu suatu proses pembelajaran dimana anak didik
menemukan masalah dan secara aktif siswa tersebut mencari jawabannya. Dalam
ayat ini musyrikin Quraisy merasa tidak yakin akan kerasulan Nabi Muhammad,
karena Nabi Muhammad adalah seorang manusia, maka Allah memerintahkan kepada
musyrikin Quraisy tersebut untuk mencari jawabannya sendiri kepada orang-orang
Ahli Kitab, tentang rasul mereka sebelum Nabi Muhammad, apakah berbentuk
manusia atau malaikat. Dengan demikian maka subjek pendidikan pada lanjutan
ayat 43 ini adalah musyrikin Quraisy atau dalam konteks pendidikan adalah
peserta didik. Adapun ahludzdzikri hanyalah sebagai
fasilitator atau sumber belajar saja.
Pada ayat 44, Allah menegaskan bahwa
kedatangan para rasul terdahulu itu disertai dengan mukjizat dan kitab-kitab
sebagai bukti bahwa mereka adalah orang pilihan yang diutus oleh Allah swt. dalam
konteks pendidikan peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar kita merupakan
sumber belajar yang tak ternilai harganya. Jika umat terdahulu dengan melihat
langsung terhadap mukjizat para rasul maka mereka semakin yakin akan
kerasulannya serta semakin kuat keimanannya kepada Allah, maka untuk umat akhir
zaman, dengan memperhatikan alam semesta yang terus berkembang dan mengalami perubahan
maka manusia bisa memetik pelajaran dari peristiwa alam tersebut yang jika
sumbernya dirunut terus menerus maka pada akhirnya akan kembali kepada sang
pencipta Allah swt. Jika pengetahuan ini telah ditemukan maka kemudian didokumentasikan dalam bentuk buku
yang bisa dibaca kapan saja oleh generasi selanjutnya. Awal dari ayat ini
menegaskan secara tidak langsung bahwa sumber belajar itu adalah bayyinat (mukjizat,
peristiwa alam) dan zubur (kitab-kitab, buku).
Pada lanjutan ayat 44, ayat ini
menegaskan bahwa Allah swt.menurunkan Al-Quran
kepada Nabi Muhammad sebagai media penjelasan kepada manusia tentang apa yang
telah diturunkan kepada mereka. Lanjutan ayat ini sesuai dengan awal ayat,
bahwa buku adalah salah satu sumber belajar, hanya saja buku/kitab yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah Al-Quran. Lanjutan ayat ini juga
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad sebagai rasul merupakan salah satu subjek
pendidikan bagi kaumnya, sebagaimana disebutkan di atas bahwa tugas rasul
adalah tabligh.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa diantara subjek pendidikan yang terkandung dalam surat
Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl ayat 43-44 adalah :
1.
Allah swt. sebagai peletak dasar
pendidikan bagi manusia, melalui penciptaan kehendak, panca indera dan akal.
2.
Para Rasul, mereka merupakan subjek
belajar kedua setelah Allah swt. Setelah Allah memberikan bekal yang cukup bagi
manusia untuk belajar, maka kemudian Allah mengutus para rasul untuk
menyampaikan ajarannya.
3.
Subjek pendidikan ketiga adalah umat
manusia itu sendiri, dalam arti atas petunjuk dari Allah dan Rasulnya maka
hendaknya manusia bisa menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkannya.
Jika ditarik ke dalam dunia
pendidikan maka rasul adalah sebagai guru yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik umatnya (peserta didik). Pada saat yang sama peserta didik juga
sebagai subjek pendidikan yang secara aktif menggali berbagai pengetahuan di
bawah bimbingan guru. Ini sangat sesuai dengan teori pendidikan modern yang
menjadikan siswa sebagai subjek pendidikan bukan sebagai objek pendidikan.
Peserta
didik adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. peserta
didik juga dikenal dengan istilah lain seperti Siswa, Mahasiswa, Warga Belajar,
Pelajar, Murid serta Santri.
Pendidikan
merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik
menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat
berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik untuk di
didik. Sesuai dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana
manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai
kesiapan untuk menjadi baik atau buruk.
Terlepas dari perbedaan istilah di
atas, yang jelasnya peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam sebagai
objek sekaligus subjek dalam proses pendidikan. ia adalah orang yang belajar
untuk menemukan ilmu. karena dalam islam diyakini ilmu hanya berasal dari
Allah, maka seorang peserta didik mesti berupaya untuk mendekatkan dirinya
kepada Allah dengan senantiasa mensucikan dirinya dan taat kepada perintah-Nya.
namun untuk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah tersebut, seorang peserta
didik mesti belajar pada orang yang telah diberi ilmu, yaitu guru atau
pendidik. karena peserta didik memiliki hubungan dengan ilmu dalam rangka upaya
untuk memiliki ilmu, maka seorang peserta didik mesti berakhlak kepada gurunya.
Akhlak tersebut tentunya tetap mengacu kepada nilai-nilai yang terkandung di
dalam al-Qur’an dan hadis.
Salah satu hadist Nabi SAW:
Artinya :”Carilah ilmu walupun ke
negri cina.”
Hadis di atas diriwayatkan oleh: Ibnu
Adi (2:207), Abu Nu’aim (Akhbar Ashbahan, 2:106),
Al-Khotiib (Tarikh, 9:364 dan Ar-Rihlah),
Al-Baihaqi (Al-Madkhol, 241, 324), Ibnu Abdil Barr (Jami Bayanil Ilmi, 1:7-8) dari jalan Hasan bin
Athiyah (ia berkata): Abu ‘Atikah Tharif bin Sulaiman menceritakan kepada kami
dari Anas secara marfu (sampai kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). mereka semuanya menambahkan:
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”
Kecacatan hadis ini terletak pada Abu ‘Atikah. Dia telah disepakati
akan kelemahannya. Al-Bukhari berkata, “Munkarul hadis.” An-Nasa’i berkata,
“Tidak terpercaya.” Abu Hatim berkatanya, “Hadisnya hancur.”
Al-Marwazi
bercerita, “Hadis ini pernah disebutkan di sisi Imam Ahmad, maka beliau
mengingkarinya dengan keras. Ibnul Jauzi mencantumkan hadis ini dalam Al-Maudhu’at (1:215) dan berkata: ‘Ibnu Hibban
berkata, ‘Hadis batil, tidak ada asalnya’.’ dan disetujui As-Sakhowi’.” (Al-Maqoshid al-Hasanah)
kesimpulannya, hadis ini adalah hadis batil dan tidak ada jalan lain
yang menguatkannya.
B.
Karakteristik
Subyek Pendidikan
Ayat-ayat al-Quran yang memiliki kosa kata
yang mengandung makna pendidik.Untuk menjelaskan karakteristik pendidik
tersebut menurut Al-Qur’an dapat diketahui
dengan menelusuri
istilah-istilah digunakan dalam Al-Qur’an yang maknanya merujuk kepada
pengertian pendidik.
beberapa istilah tersebut ada yang disebutkan secara langsung
oleh Al-
Qur’an dan ada pula
secara tidak langsung berupa kata bentukan (derivat ) dari isyarat
yangditunjukkan ayat, misalnya melalui kata kerja (fi’l ).Untuk
memudahkan analisis, pertama-tama akan dihimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan
kependidikan.
Ada lima kategorisasi karakteristik pendidik yang dimaksud sebagaimana
berikut:
1. Karakteristik keimanan ( umaniyah) karakteristik keimanan merupakan fondasi bagi
setiap muslim, apalagi bagi seorang pendidik. yang termasuk bagian dari karakter keimanan, di antaranya takwa (Q.s. Al-Baqarah/2:
197; ). Semua istilah pendidik yang
telah dipaparkan di atas dipastikan memiliki sifat keimanan. Sikap takwa dan
keikhlasan tersebut tercermin dari sikap konsisten dengan apa yang dikatakan
dengan yang diucapkan. Seorang pendidik harus memiliki jiwa ketuhanan (rabbani), selalu mendekatkan diri (taqarrub) dan mengingatTuhannya
(dzikr al-lâh).
2. Karakteristik
moral/akhlak (khuluqiyah) beberapa karakter yang termasuk di dalam
karakteristik moral/akhlak misalnya perilaku jujur (shidq),
penyayang (rahmah), bersahabat (rifq), santun (hilm)
tapi tidak lemah, kuat tapi tidak kasar (Q.s. Ali Imran/3: 159), rendah hati
(tawadhu’ ),
tidak sombong, sabar, menahan.
3. Karakteristik fisik (jismiyah)
Seorang pendidik sudah seharusnya menjadi teladan (uswah, qudwah) yang baik, tidak hanya bagi anak didiknya, tapi
juga dalam pergaulan bermasyarakat. Oleh karena itu, seorang pendidik secara fisik haruslah bergaya hidup sehat, bersih, rapi, dan enak dipandang.
tidak menunjukkan kepada
anak didiknya perilaku yang syubhat dan perbuatan yang
sia-sia. Dia seharusnya menjadi motivator untuk melakukan perbaikan
dan perubahan.
4. Karakteristik akal dan
spiritual (al-‘aqliyah wa al -nafsiyah) yang termasuk dalam
kategori karakteristik ini, di antaranya adalah cerdas (dzaki), yangmumpuni keilmuannya,
seperti dapat dilihat pada sosok al-rasikhuna fi al-ilm, ulu al bab, ullal-nuha dan ulama. Tepat dalam
mengambil keputusan, tidak peragu, suka bermusyarah atau bertukar pikiran selalu
belajar dan berusaha meningkatkan dan menambah pengetahuan mutakhir, tidak
gagap teknologi.
5. Karakteristik
profesional (al-mihnah) Seorang pendidik yang baik seharusnya memiliki
kompetensi akademik (keilmuan)yang diwujudkan dalam bentuk penguasaan materi (al-rasikhuna
fi al)‘ilm), dan mempunyaikompetensi pedagogik dengan menerapkan metode
pengajaran yang tepat kepada anakdidiknya sesuai dengan situasi dan kondisi. pendidik
dalam hal ini diibaratkan sebagaida’ bukan seperti hakim yang siap
menjatuhkan vonis hukuman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia
itu pada dasarnya sudah dianugerahi oleh Allah Swt dua buah
kemampuan. Pertama, kemampuan untuk
mengajarkan sesuatu kepada orang lain, walaupun pengajaran yang dilakukan
manusia itu sifatnya terbatas. Kedua, kemampuan
untuk menyerap pengajaran dari orang lain. Jika dihubungkan ke dalam hal
Pendidikan, maka kedua kemampuan inilah yang akan menjadi kunci bagi sesuatu
agar bisa disebut dengan pelaku pendidikan atau yang biasa disebut dengan
Subyek pendidikan
Sejatinya
yang diperintahkan untuk berfikir serius atau mendetail mengenai isi dan
kandungan Al Qur’an bukan hanya Nabi Muhammad seorang, tetapi seluruh manusia.
Sebab Al Qur’an itu merupakan hidayah dari
Allah yang fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk bagi manusia dalam mengelola
hidupnya di dunia secara baik, dan merupakan rahmat untuk seluruh alam semesta.
B. Saran
Kami dari penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
isi makalah masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata
bahasa dan kalimat, untuk itu kritik dan dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nahlawi, Abdurrahman.
(1989). Usul al-Tarbiyah al-Islamiyah
wa Asalibiha fi al-Baiti wa al- Madrasah wa al-Mujtama’.Beirut: Dar
al-Fikr.
Muhammad Fuad Abd
al-Baqi. (1994). al-Mu’jam al Mufahras
li Alfazh al-qur ’an
al-Karim, (Beirut: Dar al-Fikr).
Muhammad Fuad Abd
al-Baqi, (1994). al-Mu’jam
al -Mufahras li Alfâzh al-qur ân al-Karim.
No comments:
Post a Comment