1

loading...

Kamis, 16 Mei 2019

MAKALAH ZAMAN PERGERAKAN KEBANGSAAN


MAKALAH SEJARAH DUNIA

ZAMAN PERGERAKAN KEBANGSAAN 

BAB I
PENDAHULUAN
                A.  Latar Belakang
Kata “Pergerakan“ memiliki suatu pengertian yang khas yakni merupakan sebuah perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan hajat hidup bangsa Indonesia yang disebabkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan masyarakat yang ada. Dengan demikian istilah ini mengandung arti yang sangat luas. Gerakan yang mereka jalankan memang tidak hanya terbatas untuk memperbaiki taraf hidup bangsa tetapi juga meliputi gerakan di berbagai sektor, seperti: sosial, ekonomi, pendidikan,  keagamaan, kebudayaan, wanita, pemuda dan lain-lain.
Penderitaan rakyat yang sudah ckup lama menimbulkan dorongan yang kuat untuk berjuang membebaskan diri dari segala penderitaan. timbulnya kaum terpelajar. mereka inilah yang mempelopori pergerakan nasional. Pengalaman perjuangan masa lampau, perjuangan fisik dan bersifat dan kedaerahan terjadi tidak banyak berhasil, sehingga mendorong untuk mengubah cara perjuangan, serta kemenangan jepang atas rusia dalam perang tahun 1904-1905. Hal ini telah membangkitkan semangat bangsa asia, termasuk indonesia untuk mengusir kaum penjajah, adanya pengaruh dari gerakan nasional di negara karena adanya keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka, dan bebas dari penjajahan.  
   B.  Rumusan Masalah
1.        Apa saja karakteristik umum zaman pergerakan kebangsaan?
2.        Bagaimana organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan?


BAB II
PEMBAHASAN
   A.  Karakteristik Umum Zaman Pergerakan Kebangsaan
Gerakan kebangsaan Indonesia atau lazim disebut pergerakan nasional berlangsung antara tahun 1908 - 1945. Perjuangan dalam periode itu memiliki ciri-ciri, antara lain :
1.    perjuangan bersifat nasional.
2.    pimpinan perjuangan ditentukan berdasarkan kemauan, kemampuan, kecerdasan dan keterampilan (rasional), tidak lagi berdasarkan kharisma.
3.    perjuangan berkesinambungan, walaupun pimpinan perjuangan tertangkap atau meninggal, pimpinan perjuangan dapat diganti setiap saat.
4.    perjuangan diatur dan dikendalikan oleh organisasi modern sebagai wadah dan alat perjuangan.
5.    cita-cita perjuangan sangat jelas, yaitu terwujudnya bangsa dan negara Indonesia merdeka dan berdaulat.
6.    perjuangan untuk kepentingan bangsa Indonesia, tidak untuk kepentingan pribadi/golongan.
   B.  Organisasi-Organisasi Pergerakan Kebangsaan
Pergerakan nasional Indonesia memunculkan organisasi pergerakan yang berkemang dikalangan Hindia Belanda. Organisasi-organisasi tersebut memiliki landasan dan sikap yang berbeda dalam mengambil peran di pergerakan nasional. Secara umum organisasi-organisasi tersebut dapat dibabakan ke dalam beberapa masa berdasarkan corak pergerakannya, sebagai berikut :
1.    Masa awal pergerakan nasional (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
1)   Budi Utomo (BU)
Budi utomo adalah suatu organisasi yang didirikan oleh kalangan terpelajar di sekolah kedokteran yang berasal dari priyayi Jawa yang "baru" atau priyayi rendahan. Mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan adalah kunci untuk kemajuan. Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi Utomo dibentuk di Jakarta. Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh lain pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo.[1]
Ikhtisar perkembangan Budi Utomo dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    1916 menjadi anggota Comite Indie Weebar (Komite Pertahanan India) yang diadakannya milisi bagi pemuda-pemuda Indonesia.
b.    1918 mengirimkan wakilnya ke Volksraad (Dewan Rakyat) dan pemerintah tidak
curiga karena sifat Budi Utomo yang moderat
c.    1918 menjadi anggota Konsentrasi Radikal
d.   1927 menjadi anggota PPPKI hingga terpengaruh sifat kenasionalannya
e.    1931 Kongres Budi Utomo di Jakarta memutuskan bahwa Budi Utomo terbuka
untuk seluruh bangsa Indonesia
f.     1932 dalam konggresnya di Solo memutuskan tujuan Budi Utomo secara tegas
adalah Indonesia Merdeka
g.    1935 bersama partai Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dan berbagai perkumpulan
pemuda dan daerah, Budi Utomo mengadakan fusi dan membentuk suatu wadah yang lebih besar yaitu Parindra (Partai Indonesia Raya)
Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut:
a.    Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b.    Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban.
2)   Sarekat Islam
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Pada mulanya organisasi ini dimaksudkanuntuk menghadapi pedagang-pedagang Cina yang menguasai perdagangan bahan pembuat batik (mori, malam). Sebelumnya di Solo berdiri perkumpulan Jawa Cina yaitu Kong Sing dengan anggota pengusaha Jawa dan Cina. Akan tetapi denganeletusnya revolusi Cina pada 10-10-1912 telah bergema sampai juga di Indonesia, hubungan Cina dan Jawa menjadi renggang. Orang-orang Cina perantauan mulai sadar akan harga diri mereka dengan mendirikan ikatan-ikatan yang eksklusif yang mementingkan diri sendiri dan bercorak nasionalistis Cina (rasialistis). Kedudukan mereka yang kuat dalam ekonomi menyebabkan pedagang-pedagang batik di Solo terdesak dan dirugikan. Akibatnya hubungan pedagang Indonesia dan Cina menjadi tegang dan sering terjadi perkelahian diantara mereka. Pemerintah menimpakan kesalahan tersebut pada Sarekat Dagang Islam sebagai yang bertanggung jawab atas terjadinya kerusuhan, sehingga Sarekat dagang Islam kemudian dilarang.
Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam), yang didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah: 
1.    Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
2.    Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
3.    Membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan khusus organisasi ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.    Menghidupkan kegiatan ekonomi pedagang Islam Jawa yang diikat dengan agama
2.     Meskipun tidak ada persaingan antara pedagang Cina dan Jawa, tetapi tidak akan mungkin tidak terjadi di dunia perdagangan
3.    Perubahan tingkah laku dan arogansi merenggangkan hubungan sosial diantara mereka. Keadaan tersebut memperkuat dan mendorong mereka untuk menyatukan diri menghadapi pedagang Cina.
4.    Agama Islam digunakan dan merupakan faktor pengikat dan penyatu kekuatan
pedagang Islam

Tujuan umum Sarekat Islam: mengembangkan perekonomian yang berkali-kali
ditekankan oleh HOS Cokroaminoto, seorang orator bijak yang mampu memikat anggotanya. Pidatonya dalam rapat Raksasa di Kebun Binatang Surabaya, 26 Januari 1913, menekankan bahwa tujuan Sarekat Islam adalah menghidupkan:
1.    Jiwa dagang bangsa Indonesia;
2.    Memperkuat ekonomi agar mampu bersaing dengan bangsa asing;
3.    Mendirikan koperasi di Surabaya;
4.     Mendirikan PT Setia Usaha;
5.    Menerbitkan koran Utusan Hindia;
6.    Mendirikan Bank;
7.    Menyelenggarakan penggilingan padi. Semua itu dilakukan untuk membebaskan kehidupan ekonomi dari ketergantungan bangsa asing.
Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah:
1.    SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
2.    SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
3)   Indische Partij
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia.  menunjukkan para pendiri Indische Partij yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912.
Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.
2.    Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
a.    Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Partai Komunis Indonesia adalah organisasi pergerakan sosialis yang mengadopsi nilai-nilai perjuangan komunisme dari Rusia.
Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau.
PKI telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan kegiatan politiknya.
b.    Perhimpunan Indonesia (PI)
Perhimpunan Indonesia adalah salah satu organisasi pergerakan nasional yang berdiri di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia didirikan oleh mahasiswa Indonesia serta orang-orang Belanda yang menaruh perhatian pada nasib Hindia Belanda yang tinggal di Negeri Belanda. Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging (IV) berdiri pada tahun 1908, yang dibentuk sebagai sebuah perhimpunan yang bersifat sosial. Organisasi ini merupakan ajang pertemuan dan komunikasi antar mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda.
Tokoh-tokoh organisasi yang berpandangan maju tersebut mencetuskan untuk pertama kali konsep Hindia Bebas dari Belanda dan terbentuknya negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Program kegiatannya antara lain bekerja di Indonesia dan membentuk Indonesische Verbond van Studeerenden (Persatuan Mahasiswa Indonesia).
c.    Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club. 
Lahirnya PNI juga dilatar belakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks. Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut:
1.    Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
2.    PKI sebagai partai massa telah dilarang.
3.    Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
4.    Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional.
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme.[2]
3.    Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
1)   Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya. Asas politik Parindra adalah insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun nonkooperasi. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin.
Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.

2)   Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun 1929. Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional. Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self helpdan nonkooperasi.
Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.
3)   Gabungan Politik Indonesia (Gapi)
Pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia (Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya Gapi, yaitu:
1.    Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi pemerintahan yang berdiri sendiri.
2.    Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
3.    Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mem-pelajari perubabahan –perubahan ketatanegaraan.
4)   Organisasi Keagamaan
Gerakan Muhamadiyah didirikan oleh H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya adalah Islam dan kebangsaan Indonesia. Muhammadiyah bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial budaya yang menjurus kepada tercapainya kebahagiaan lahir & batin. Tujuan pokoknya ialah: menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Gerakan Islam modern juga dilakukan oleh keturunan Arab. Kelompok  sayid  yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad tetap mengelola Jamiat Khair, sedangkan kelompok yang bukan keturunan sayid mendirikan perkumpulan Al-Irsyad pada 1914 dengan bantuan Syekh Ahmad Surkati (asal Sudan) yang semula mengajar di Jamiatul Khair. Organisasi itu menekankan persamaan umat manusia.
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Para Ulama) adalah organisasi sosial keagamaan atau Jamiyyah Diniyah Islamiyah yang didirikan oleh para ulama, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Abdullah Wahab Hasbullah, K.H. Bisri Syamsuri, K.H. Mas Alwi, dan K.H. Ridwan. Mereka pemegang teguh pada salah satu dari empat mahzab, berhaluan Ahlussunnah waljama’ah. Tujuannya tidak saja mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam, tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, dan sebagainya dalam rangka pengabdian kepada umat manusia. Majelis ini disebut juga Majelis UI Islamil A’la Indonesia atau Majelis Islam Luhur. MIAI didirikan di Surabaya pada September 1937 atas prakarsa tokoh-tokoh Muhammadiyah, PSII, PII, Al-Irsyad, Persis, Persatuan Ulama Indonesia, Al-Washiliyah, Al-Islam, Warmusi (Wartawan Muslim Indonesia). Adapun susunan pengurusnya sebagai berikut: Ketua: K.H.A. Wahid Hasyim (NU), Wakil Ketua I: K.H. Mas Mansyur  (Muhammadiyah), Wakil Ketua II: Wondoawiseno (PSII), Bendahara:  Sukirman, Sekretaris: Satrodiwiryo (Persis). Mulanya MIAI tidak berpolitik, tetapi kemudian mengikuti kegiatan dalam aksi-aksi politik menetang penjajah bersama GAPI dan Majelis Rakyat Indonesia. Kegiatan MIAI yang utama adalah melaksanakan kongres-kongres partai dan organisasi Islam Indonesia.
Di kalangan kaum Nasrani juga lahir organisasi, yakni PPKJ (Perkumpulan Politik Katolik Jawi), didirikan pada 22 Februari 1925 di Yogyakarta. PPKJ bertujuan turut berusaha sekuat tenaga bagi kemajuan Indonesia, didasarkan atas ajaran Katolik. Organisasi ini bersifat kooperatif. Tokoh organisasi ini adalah I.J.Kasimo, seorang pegawai gubernemen. Pada Maret 1930 diadakan kongres pertama. Keputusannya antara lain menuntut penghapusan poenale santice dari aturan kuli kontrak.
5)   Organisasi Pemuda
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi, bakti). Adapun tujuan Trikoro Dharmo adalah mencapai jaya raya dengan jalan memperkukuh persatuan antarpemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang dilakukan Trikoro Dharmo adalah menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali persaudaraan antarmurid bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah kejuruan; membangkitkan dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya Indonesia, khususnya Jawa. Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java.
Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan banyak bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya.
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan.
6)   Organisasi Wanita
Pelopor gerakan wanita adalah R.A. Kartini, putri Bupati Jepara Ario Sosrodiningrat. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Cita-cita beliau adalah memperbaiki derajat kaum wanita melalui pendidikan dan pengajaran. Untuk merealisasikan tujuannya itu, Kartini mengadakan kontak lewat surat dengan wanita Barat dan juga Nusantara. Surat-surat Kartini inilah oleh Mr. Abendanon dijadikan buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Kemudian muncul berbagai organisasi pergerakan wanita
1.    Putri Mardiko (1912) berdiri di Jakarta, tujuannya memberikan bantuan bimbingan dan penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya adalah R.A. Sabaruddin, R.A. Sutinah, Joyo, dan R.R. Rukmini.
2.    Kartini Fonds (dana Kartini) yang didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer (1912) dengan tujuan mendirikan sekolah bagi kaum wanita, misalnya Maju Kemuliaan di Bandung, Pawiyatan Wanito di Magelang, Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara, Budi Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
3.    Keutamaan Istri berdiri berdiri sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R. Dewi Sartika. Pada tahun 1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan mengajar anak gadis agar mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan kerumahtanggaan agar kelak dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan ini kemudian mulai diikuti oleh kaum wanita di kota-kota lainnya, yaitu Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, dan Padang Panjang
4.    Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan merupakan bagian dari Muhammadiyah. Pendirinya adalah H. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita, memelihara anak yatim, dan menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan organisasi agar kaum wanita dapat mengambil peranan aktif dalam pergerakan nasional.
5.    Kerajinan Amal Setia berdiri di Gadang Sumatra Barat tanggal 11 Februari 1914 dengan ketua Rohana Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita seperti cara mengatur rumah tangga, kerajinan tangan, dan cara pemasarannya.
6.    Sarikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi.
7.    Perkumpulan Ina Tani di Ambon.
8.    Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria Walanda Maramis di Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita dengan cara mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon pendidik anak-anak perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya diajari cara-cara mengatur rumah tangga yang baik, keterampilan, dan menanamkan rasa kebangsaan
Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, antara lain: Pawiyatan Wanita di Magelang (1915), Wanita Susila di Pemalang (1918), Wanita Rukun Santoso di Malang, Budi Wanita di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanita Mulya di Yogyakarta (1920), Wanita Katolik di Yogyakarta (1921), PMDS Putri (1923), Wanita Taman Siswa (1922), dan Putri Indonesia (1927. Penyebarluasan pengetahuan tentang kewanitaan dilakukan dengan menerbitkan surat kabar Putri Hindia di Bandung, Wanita Swara di Brebes, Soenting Melajoe” di Bukittinggi, Putri Mardiko di Jakarta, Estri Oetomo di Semarang, Soewara Perempuan di Padang, dan Perempuan Bergerak di Medan.[3]
BAB III
PENUTUP
   A.  Kesimpulan
Pergerakan nasional Indonesia memunculkan organisasi pergerakan yang berkemang dikalangan Hindia Belanda. Organisasi-organisasi tersebut memiliki landasan dan sikap yang berbeda dalam mengambil peran di pergerakan nasional. Organisasi-organisasi pergerakan nasional muncul karena keinginan untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia. Kemerdekaan yang dicapai Indonesia saat ini tidak lepas dari perjuangan para tokoh ataupun organisasi-orgnisasi yang meluangkan semua pikiran dan tenaganya demi sebuah kemerdekaan Indonesia. Masa awal pergerakan nasional (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij. Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI). Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.


DAFTAR PUSTAKA

Tirtopronjo Susanto. 1988. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. PT Pembangunan: Jakarta
Pringgodigdi. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. FPIPS IKIP Padang.
Kartodirdjo Sartono. 2014. Sejarah Pergerakan Nasional. Ombak :Jakart

MAKALAH SAKRAL DAN FROFAN


MAKALAH SAKRAL DAN FROFAN 


BAB II
PEMBAHASAN

     A.    PENGERTIAN SAKRAL DAN  FROFAN
sakral dan profan, lazim dijumpai dalam berbagai kajian ilmu sosial, filsafat, dan agama. Secara populer sakral artinya suci, disucikan, atau dianggap suci, sedangkan profan bermakna sebaliknya. Bagi muslim, bangunan Kakbah dan batu hitam (hajar aswad) yang melekat di tembok Kakbah, Mekkah, dianggap sakral, suci, bukan bangunan sembarangan dan bukan sembarang batu. Kakbah itu bahkan disebut baitullah dan hajar aswad itu simbol tangan Tuhan.[1]
            Secara tekstual, baitullah berarti rumah Allah. Apakah berarti rumah milik Allah ataukah Allah bertempat di situ? Tentu bukan begitu maknanya. Semua langit dan bumi seisinya adalah milik Allah.  Di situ terkandung konsep sakral, sesuatu yang dianggap suci. Dan Kakbah memiliki derajat kesucian istimewa karena semua bangunan masjid oleh umat Islam juga disebut tempat suci. Tempat ibadah agama lain, misalnya gereja, juga dipandang sebagai tempat suci. Tempat khusus untuk memuji Tuhan. 
Contoh lain yang sakral dan yang profan misalnya gerakan salat dan senam. Keduanya sama-sama gerak tubuh secara teratur dan terstruktur, tetapi senam tubuh diposisikan sebagai budaya yang bersifat profan.            
Jadi yang disebut sakral selalu dikaitkan dengan keyakinan dan ritual keagamaan, sedangkan yang profan masuk pada kategori kebudayaan. Keduanya secara teori dan konsep bisa dibedakan, tetapi pada praktik dan kenyataannya sesungguhnya tidak bisa dipisahkan antara yang sakral dan yang profan, antara agama dan budaya.
            Bangunan masjid, misalnya, sejak dari bahan, arsitektur, karpet, menara, dan seluruh wujud fisiknya adalah fenomena budaya tak ubahnya bangunan rumah. Hanya saja oleh masyarakat disepakati sebagai masjid, tempat suci, di mana entitas budaya tadi disakralkan sebagai instrumen keagamaan. 
Begitu pun bahasa Arab adalah bahasa budaya. Tapi ketika dipinjam atau dipilih Tuhan untuk mewadahi wahyu yang diterima Nabi Muhammad, bahasa Arab itu lalu disakralkan. Terjadi sakralisasi budaya.
            Tapi proses sakralisasi ini kadang melewati batas proporsinya. Misalnya model pakaian budaya Arab yang dikenakan Nabi juga oleh sebagian orang disakralkan, dianggap sebagai pakaian keagamaan.
            Mengenakan gamis model Arab diidentikkan dengan mengikuti sunah Rasulullah, padahal sejatinya adalah fenomena budaya, bukan agama. Wilayah profan, bukan sakral. Dulu orang-orang kafir yang memusuhi Rasulullah juga sama pakaiannya.
            Jadi bagi mereka yang menganut paham sekularisme, semua yang ada ini profan, sekuler, duniawi, tak ada kualitas ilahi di dalamnya. Tapi ada pula yang membedakan antara entitas sakral, yang suci atau disucikan, dan entitas yang duniawi, sekuler, yang masuk ranah budaya.
            Makanya ada ungkapan, yang agama jangan dibudayakan, yang budaya jangan diagamakan. Lebih ekstrem lagi, sesungguhnya yang suci secara absolut itu hanyalah Allah semata. Selain Allah dianggap suci atau disucikan karena menjadi instrumen dalam peribadatan untuk memuji dan menyucikan Allah. Meski begitu, jika ditarik pada tataran kesadaran dan perilaku batin orang beriman, semua tindakan yang diniati sebagai sujud dan berserah diri kepada Tuhan adalah suci. Bekerja mencari rezeki (uang) juga tindakan sakral karena menjalankan perintah Tuhan. Apa pun kegiatannya yang dimaksudkan dan diarahkan sebagai amal saleh adalah suci, sebagai ibadah, tidak semata salat.
    B.     PENGERTIAN SIMBOL
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, simbol diartikan sebagai lambang , sedangkan simbolesme diartikan dengan prihal pemakaian sibol (lambang)  untuk mengekspresikan ede-ede (masalah sastra dan seni).[2] secara termenologis, sebagaiu mana dikatakan oleh leach, simbol merupakan penyampaian makna dan
sebuah kombinasi. Leach berpegangan bahwa “kode-kode” dalam berbagai budaya nempunyai potensi  untuk mentransformasikan kode-kode lainnya, menunjukan pesan yang sama agar dapat menguraikan  pesan dari bentuk bentuk budaya dan menetapkan apa makna yang terbuat dalam adat kebiasaan.
Berbeda dengan leach , caisier  memandang bahwa antara tanda dan simbol memiliki dua dunia  wacana yang berbeda. Tanda terdapat dalam dunia yang bersifat fisik ia sebagai “operator” yang di dalam nya terdapat hubungan “enterinsik” atau “natural” antara tanda dan apa yang ditandai ‘ simbol merupakan “artifisial”,”penunjuk” dan termasuk dalam makna mana manusia.dalam pengertian ini, pengetahuan manusia pada dasar-nya simbolik. Penting di perhatikan dalam pernyataan leach adalah gagasan bahwa simbolik tidak dapat di pahami secara terpisah dan tidak ada simbolk universal,meskipun ada beberpa tema simbolik umum. Setiap simbolik punya potensi poliseme.ia memiliki makna hanya ketika di pertentangkan engan simbol-simbol lainny sebagai bagian dari suatu ketuhanan.[3]
Dalam setiap upacar yang di selengarakan , akan tampak adanya sesuatu yang memberi di anggap sakral, suci atau sacred, yang berbeda dengan yang alami, empiris atau yang propan ,dalam sestem keyakinan merika bahwa pemberian pada kekuatan ghoib berbeda dengan pemberian terhadap yang lain . jadi mereka tidak asal tetapi berngakap dari sestem kognitif yang telah di peroleh dari para pendahulunya.
 Saya kira dalam kehidupan bermasyarakat beragama , makna simbol-simbol agama yang di gunakan dalam kehidupan dan tradisi masyarakattidak selalu sama dengan apa yang dimaksud oleh agamanya, sebab penggunaan simbol hanya merupakan klaim dan dakwaan yang tidak seluhur apa yang di maksud agamanya. Penggunaan simbol-simbol dalam sebuah tradisi tak jarang menghipnotis masyarakat yang tidak menyadari dan memahami makna dari simbol yang digunakan nya. Dengan pandangan tersebut, saya stuju dengan levi-stauss yang berpandangan bahwa diseluruh dunia manusia menghadapi masalah intlektual berupa kontraksi dalam eksestensinya , seperti masalah hidup dan mati,sifat ganda,dikotomi jiwa dan raga , dan kontradiksi yang meliputi keturunannya.begitupun mitos juga di gunakan terus menerus untuk mengolah kontrdiksi denan mengatur nyadalam simbol.
Oleh karenanya saya melihat bahwa penggunaan simbol-simbol dalam setiap tradisi yang sya pelajari dapat meimbulkan berbagai ragam makna dan mungkin brubahmakna dan simbol yang di gunakan sesuai dengan perubahan dan perkembangan

     C.     HUBUNGAN SIMBOL DAN AGAMA
Agama sebagai sebuah institusi sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta imajinasi manusia tentang keberadaan yang gaib, yaitu tentang hakikat hidup dan maut dan tentang wujud dewa-dewa dan makhluk halus lainnya yang mendiami alam gaib. Keyakinan-keyakinan seperti itu biasanya diajarkan kepada manusia dari kitab-kitab suci agama yang bersangkutan atau dari mitologi dan dongeng-dongeng suci yang hidup dalam masyarakat. Sistem kepercayaan sangat erat hubungannya dengan sistem upacara-upacara keagamaan dan menentukan tata cara dari unsur-unsur, acara, serta keyakinan alat-alat yang dipakai dalam sebuah upacara.[4]
Tujuan sistem upacara keagamaan adalah untuk digunakan sebagai media hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahkluk halus yang mendiami alam gaib. Sistem upacara keagamaan ini melambangkan konsep-konsep yang terkandung dalam sistem kepercayaan. Seluruh sistem upacara keagamaan terdiri dari aneka macam upacara. yang terdiri dari kombinasi berbagai macam unsur upacara, misalnya berdo’a, bersujud, sesaji, berkurban, dan sebagainya.
Kedudukan simbol dalam agama sebagaimana dapat dilihat dalam kegiatan atau upacara keagamaan. Tindakan simbolis dalam upacara keagamaan merupakan bagian sangat penting karena tindakan simbolis ini melambangkan komunikasi manusia dengan Tuhan. Simbolisme dalam agama dapat dilihat pada segala bentuk upacara keagamaan dalam bentuk-bentuk kisah nabi, mulai dari Nabi Adam as sampai dengan nabi Muhammad SAW.
Cara-cara berdo’a manusia dari dulu dampai sekarang selalu diikuti dengan tingkah laku simbolis, misalnya mengucapkan do’a sambil menengadahkan kedua telapak tangan dan seraya mendongakkan kepala ke atas, seolah siap menerima sesuatu dariTuhan.
Dalam hal inilah persepsi tentang penggunaan simbol menjadi sebagai salah satu ciri signifikan manusia yang akan menjadi sasaran penting dalam sosioligi dan disiplin lainnya.Dalam dunia antropologi, istilah simbol sudah semenjak lama dinyatakan baik secara ekpresif implicit. Edward tylor, perintis antropologi pada abad ke-19, misalnya menilis kekuatan penggunaan kata-kata sebagai tanda untuk mengekspresikan pikiran, yang dengan ekspresi itu bunyi tidak secara langsung menghubungkannya, sebenarnya sebagai simbol-simbol arbiter, adalah tingkat kemampuan khusus manusia yang tertinggi dalam bahasa yang keadirannya mengikat bersama semua ras manusia dalam kesatuan mental.

D.    AGAMA SEBAGAI FENOMENA SIMBOLIK

Berbagai fenomena simbolik yang lahir dari sebuah kepercayaan, dariberbagai ritual dan etika agama merupakan ungkapan simbolis yang bermakna agama. Pada aspek kepercayaan symbol menetapkan tanda realitastransenden didalam hubungan dengan kebenaran (wujud)-Nya Yang kudus, sehingga manusia dapat sampaipada pengenalan yang kudus dan trasenden. Dan fenomena yang kultus terdapat didalam agama-agama, adalah salah satu bentuk interpretative dari sebuah kepercayaan atau keyakinan agama yangdi repleksikan dalam berbagai bentuk persembahan dan pemujaan. Apabila dalam islam system kepercayaan berintikan kepada pemujaan zat yang maha Esa(tauhid) sebagai simbolis Tuhan Allah yang disembah, maka dalam agama lain pun juga demikian.

Contoh nya dalam symbol yaitu

Bulan & Bintang

Simbol ini secara realitasnya koheren dengan Islam, bulan bintang adalah simbolisme dari nabi atau rasul, yang melambangkan hati yang peka. Nabi dan rasul sebagai penghambar, sebagai atasan, penterjemah bahasa Ilahiyah dan lain-lain, tidak mungkin ia jalankan secara kekerasan kecuali dengan hati yang terbuka, sehingga mereka di simbolkan dengan orang yang terpilih seperti bulan. Bulan sabit dikaitkan dengan hati, berarti hati yang responsive terhadap cahaya Ilahi, cahaya Ilahi sendiri di simbolkan dengan bintang segi lima. Di sebutkan dengan bintang segi lima karena ketika cahaya itu terang ia mempunyai segi lima, ketika di pantulkan menjadi segi empat. Pada pembentukan pertama memberi makna pencipta sedangkan bentuk yang lainnya membri makna ketiadaan. Sebagai wujud alami manusia yang di mulai dari ada ke tiada.


DAFTAR PUSTAKA
Hakim El Taufiq. Bercinta di Antara Ruang Sakral dan Profan. Jakarta.2003, mitra pustaka
https://myrepro.wordpress.com/2015/11/09/simbol-dan-agama
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta.1998. Balai Pustaka
Brian Moris, Ntropologi Agama. Yogyakarta, 2003. AK Group




[1] Hakim El Taufiq. Bercinta di Antara Ruang Sakral dan Profan. Jakarta.2003, mitra pustaka
[2] Brian Moris, Ntropologi Agama. Yogyakarta, 2003. AK Group

[3] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta.1998. Balai Pustaka

[4] https://myrepro.wordpress.com/2015/11/09/simbol-dan-agama

MAKALAH SENTRA ALAM


MAKALAH ILMU PENGETAHUAN SENTRA  ALAM / SAINS

BAB I
PENDAHULUAN

       A.    Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memilikikelompok sasaran anak usia 0–6 tahun yang sering disebut masa emas perkembangan. PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa. Pendidikan yang diberikan pada usia dini sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangannya, termasuk salah satunya Taman Kanak-Kanak atau disingkat dengan sebutan TK.Masa kanak-kanak merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan individu. Para ahli mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa belajar aktif, anak melakukan penjelajahan terhadap objek di lingkungannya untuk memperoleh pengalaman danmengkonstruksi pengetahuannya. Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan otak, dimana akan menentukan kepribadian anak selanjutnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan perubahan dan tuntutan-tuntutan baru seperti sumber daya manusia yang potensial dalam menghadapi tantangan di abad mendatang. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan di Taman Kanak-kanak sebenarnya tidak terlepas dari pendekatan dalam belajar mengajar.
Salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran anak TK adalah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif anak merupakan kemampuan otak anak dalam memperoleh informasi.Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak adalah pembelajaran sains.Pembelajaran sains memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan logis.

      B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Sentra Alam/Sains ?
2.      Apa Tujuan Alam Bagi Perkembangan Anak
3.      Apa Manfaat  Alam Bagi Perkembangan Anak ?
4.      Bagaiman Mengatur Lingkungan Belajar Sentra Alam ?

     C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk Mengetahui Apa itu Sentra Alam/Sains
2.      Untuk  Mengetahui Apa Tujuan Alam Bagi Perkembangan Anak
3.      Untuk  Mengetahui Apa Manfaat Alam Bagi Perkembangan Anak
4.      Untuk Mengetahui Bagaiman Mengatur Lingkungan Belajar Sentra Alam
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sentra Sains
Sains pada anak-anak usia dini dapat diartikan sebagai hal-hal yang menstimulus mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecahan masalah, sehingga memunculkan pemikiran dan perbuatan seperti mengobservasi, berpikir, dan mengaitkan antar konsep atau peristiwa. Sains adalah Aktifitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang dimotivasikan oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan. Untuk memahami alam tersebut, serta keingian memanipulasi alam dalam rangka meluaskan keinginan atau kebutuhannya.
Sebutan “Sentra Bahan Alam” dalam Metode Sentra bisa dikatakan sebagai peng-Indonesia-an dari Sensory Center, yang di dalamnya tersedia kesempatan bagi anak untuk “main berantakan” (messy play). Bahan-bahan dan alat-alat main yang digunakan di Sentra Bahan Alam memungkinkan organ-organ sensorimotor anak bekerja untuk mengenal, mengeksplorasi dan menemukan pengetahuan atau konsep yang berkaitan dengan benda-benda yang ada di sekitarnya.
Anak berkesempatan mengenal sifat-sifat benda, mengamati, menyentuh, memegang, merasakan teksturnya, juga menemukan pengalaman-pengalaman konkret tentang kejadian dan hubungan sebab-akibat melalui interaksi dengan bahan-bahan dan alat-alat. Sentra Bahan Alam memang disediakan untuk memfasilitasi dorongan ingin tahu (curiosity) anak pada benda-benda. Anak usia dini sejak masa paling awal kehidupannya adalah peneliti. Meskipun ia bayi yang baru berusia seminggu, ajaklah berbicara dengan nada suara yang nyaman dan menyenangkan. Terangkan banyak informasi tentang apa yang dia pegang. Seiring dengan proses penyempurnaan fungsi-fungsi panca indera, bagian-bagian tubuh dan organ-organ tubuhnya, kemampuan anak untuk menyerap informasi dan belajar itu terus meningkat kualitasnya. Modal naluri untuk meneliti dan belajar itu oleh pemikir Swiss, Jean Piaget, dinamakan schema, yang meningkat melalui proses asimilasi dan adaptasi.
Anak usia dini selalu ingin tahu, terus meneliti dan membutuhkan pengalaman-pengalaman konkret. Sentra Bahan Alam memfasilitasinya melalui bermacam-macam kegiatan main. Anak bisa bermain isi-tuang air ke dan dari jerigen, baik dengan gelas dan corong maupun dengan hand-pump, menghasilkan gelembung busa sabun dengan alat pengocok, atau memindahkan air dengan spons. Anak juga bisa bermain finger painting dengan bahan dari tepung maizena, main ublek, bereksperimen bentuk-bentuk geometri atau bentuk apa pun dalam imajinasinya dengan playdough, melukis dengan kuas, bermain pasir dengan eksperimen alat-alat ukur dan lain-lain.

Di dalam Sentra Bahan Alam ada harmoni pembangunan otot-otot dasar kehidupan anak usia dini, yang tidak boleh dilewatkan selama periode usia emas (golden age). Sebab, pembangunan otot-otot dasar kehidupan itu pada hakikatnya adalah pembangunan struktur otak, yang 80 persennya selesai pada periode usia dini. Kegiatan-kegiatan bermain seperti di atas bisa saja diulang pada usia berapa saja, tapi tidak pernah ada kesempatan kedua untuk membangun struktur otak.

B.     Tujuan Sains Untuk Anak Usia Dini
tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini adalah sebagai berikut :
1.      Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.
2.      Agar anak memiliki sikap ilmiah. Hal-hal yang mendasar, misalnya : tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
3.      Agar anak-anak mendapatkan  penngetahuan dan  informasi ilmiah yang lebih baik dan dapat dipercaya, artinya informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.
4.      Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

C.     Manfaat Sains Untuk Anak Usia Dini
1.    Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam.
2.    Mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya.
3.    Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan.
4.    Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.
5.    Lebih mudah diterima oleh anak
6.     Lebih bermakna oleh anak
7.    Lebih untuk diterima oleh anak
8.    Lebih melekat pada perilaku anak
9.    Mengurangi verbalisme (menghindari untuk banyak menjelaskan secara lisan)
10.  Lebih mudah diterapkan oleh anak
11.   Anak lebih menghargai kemampuan yang diperolehnya
12.   Anak lebih percaya diri
13. Anak lebih bangga dalam kemampuan yang diperolehnya
14      Kemampuan yang diperoleh lebih permanen dan secara khusus

D.    Mengatur Belajar Di Sentra Sains
1.      Susunan meja dan kursi anak dapat diubah-ubah;
2.      Pada waktu mengikuti kegiatan, anak-anak tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat juga duduk di tikar/karpet;
3.      Penyediaan alat peraga harus disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan;
4.      Pengelompokan meja disesuaikan kebutuhan sehingga cukup ruang gerak bagi anak didik;
5.      Peletakan dan penyimpanan alat bermain diatur sesuai dengan fungsinya;
6.      Berilah batasan-batasan terhadap area-area yang terpisah;
7.      Identifikasi area-area yang relatif memerlukan ketenangan;
8.      Perhatikan ruangan-ruangan yang memerlukan meja karena anak TK lebih sering menggunakan lantai atau ruangan-ruangan terbuka;
9.      Tempatkan area-area kegiatan di dekat sumber-sumber yang diperlukan;
10.  Lengkapi area-area kegiatan dengan cahaya yang cukup terutama untuk tempat membaca, menulis, dan menggambar, serta merawat tanama; dan
11.  Ruangan diatur sedemikian rupa sehingga guru dapat memantau secara maksimal dari setiap lokasi untuk memastikan keamanan yang berarti memastikan setiap anak selalu dalam pengawasan.

BAB III
A.    Kesimpulan
Sains pada anak-anak usia dini dapat diartikan sebagai hal-hal yang menstimulus mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecahan masalah, sehingga memunculkan pemikiran dan perbuatan seperti mengobservasi, berpikir, dan mengaitkan antar konsep atau peristiwa. Sains adalah Aktifitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang dimotivasikan oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan. Untuk memahami alam tersebut, serta keingian memanipulasi alam dalam rangka meluaskan keinginan atau kebutuhannya.

B.     Saran
Dari kesimpulan yang ada bahwa sudah seharusnya sentra sains ini diadakan di setiap lembaga-lembaga pendidikan, untuk melatih anak mencintai alam juga mampu memahami alam sekitarnya dan lainnya sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2005. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka
Anggani, Sudono. 2000. Sumber Belajar dan Alat permainan. Jakarta : Grasindo
Montolalu, dkk. 2008. Materi Pokok Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka
Yuke, Indrati. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini.      Jakarta : Pusat Kurikulum Depdiknas