1

loading...

Monday, October 29, 2018

Makalah Mentakhrij Hadis

Makalah Mentakhrij Hadis 

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Hadis merupakan sumber hukum dalam islam setelah Al-Qur’an, hadis di sampaikan oleh Rasulullah SAW atas petunjuk Allah SWT, Allah SWT memerintahkan Rasul-nya untuk memberikan penjelasan akan Al-Qur’an yang diturunkan padanya, Allah SWT berfirman dalam suruah An-Nahl ayat 44: “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab dan kami turunkan kepada Al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan” Yakni perintah-perintah, larangan-larangan aturan dan lainnya yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
            Dengan adanya perintah tersebut, Rasulullah SWA telah menjelaskan Al-Qur’an pada umatnya secara terperinci maupun secara global, hal itu di interpretasikan dengan perkataan, perbuatan dan taqrir atau persetujuan yang di tetapakn olehnya, yang mana itu disebut hadis sehingga sempurnalah Al-Qur’an. Dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu hadis yang kita terima merupakan hadis yang sahih, hasan ataupun daif, sehingga memudahkan kita untuk mengamati hadis tersebut. Apakah hadis maqbul atau mardud, kegiatan takhrij hadis sangat penting. Serta akan menguatkan keyakinan kita untuk mengamalkan hadis tersebut. Dalam hal ini kita bersama-sama akan membahas tentang cara mentakhrij hadis dengan tema.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas maka kami dapat menyimpulkan rumusan masalah, sebagai berikut:
1.      Apa pengertian mentakhrij hadis ?
2.      Apa kitab-kitab yang diperlukan dalam metode ini ?
3.      Apa urgensi mentakhrij hadis ?
4.      Apa kelebihan dan kekurangannya ?
5.      Apa contoh Mentakhrij hadis melelui tema ?

C. Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah diatas maka kami dapat menyimpulkan tujuan makalah, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa pengerti mentakhrij hadis
2. Untuk mengetahui apa kitab-kitab yang diperlukan
3. Untuk mengetahui apa urgensi mentakhrij hadis
4. Untuk mengetahui apa kekurangan dan kelebihan
5. Untuk mengetahui apa contoh mengtakhrij hadis melalui tema

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian  
1.      Pengertian Takhrij
            Takhrij menurut bahasa adalah”Mengeluarkan sesuatu dari suatu tempat”. Sedangkan menurut istilah ialah“Menunjukkan terhadap tempat hadis dalam sumber aslinya yang dijelaskan sanadnya dan martabatnya sesuai dengan keperluan”. 
2.      Pengertian Hadis
            Hadis menurut bahasa ialah“Sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat dan waktu yang singkat”. Sedangkan menurut istilah adalahSegala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa ucapan, perbuatan, ikrar (ketetapan) dan sifat-sifat Nabi.
3.      Pengertian Tema
Tema berarti pokok pemikiran, ide, atau gagasan tertentu yang akan dituangkan oleh penulis dalam karangannya. Tema adalah sesuatu yang melatar belakangi dan mendorong seseorang menuliskan karangannya. Karena itu penetapan tema sebelum mulai mengarang sangat penting sebagai pedoman untuk menulis karangan secara teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan oleh penulis sejak semula.
4.      Pengertian Mengtakhrij Hadis dengan Tema
            Takhrij bi al-Maudu atau Al-Takhrij An Tariqa Ma’rifati Maudui Ak-Hadis merupakan sebuah cara penelusuran hadis yang didasarkan pada tema atau topik permasalahan dalam berbagai aspek agama yang terkandung dalam matan hadis. Misalnya hadis dalam masalah hukum fiqih yang berhubungan dengan ubudiyah seperti bab salat, bab zakat, bab puasa dan lainnya, atau hukum fiqih yang berhubungan dengan mu’amalah seperti bab nikah, bab jual beli dan lainnya. Juga hadis dalam sirah maghazi secara topik-topik yang lainnya. [1]
            Pada mulanya ulama terdahulu cenderung menggunakan metode ini dalam melakukan penelusuran hadis. hal ini karena pada  masa itu belum ditemukan kitab-itab yang memudahkan pencarian hadis  seperti al-Mu’jam al-mufahras, al-Jami al-Saghir, al-jami al-Kabir dan yang lainnya. Selain itu pada masa tersebut kitab-kitab hadis cenderung disusun berdasarkan topik-topik tertentu, seperti masalah fiqih atau yang lainnya.[2]
B. Kitab-Kitab Yang Digunakan
            Takhrij al-Hadis menggunakan metode ini dapat dilakukan dengan menelusuri kitab Miftah Kunuz al-Sunnah, merupakan indeks hadis yang disusun berdasarkan topik-topik dalam ilmu fikih. Kitab ini disusun oleh orientalis Belanda, yaitu A.J. Wensinck (1939 M) dengan menggunakan Bahasa Inggris, selama 10 tahun dan diteliti kembali selama 4 tahun. Selanjutnya kitab tersebut dialih bahasakan ke dalam Bahasa arab untuk pertama kalinya oleh Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi pada tahun 1352 atau 1933 H. Indeks dan petunjuk hadis di dalamnya merangkum tidak kurang dari 14 kitab masyhur.
            Dan hal yang paling mendasar yang harus kita ketahui dari kitab tersebut adalah beberapa rumusan yang dipakai pengarang, jumlahnya tidak kurang dari 22 rumus.Berikut penjelasannya,
1)      بخ yaitu Shahih Bukhari dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor bab.
2)      مس yaitu Shahih Muslim  menyebutkan nomor  kitab dan nomor hadis.
3)       بد yaitu Sunan Abu Daud  menyebutkan nomor kitab dan nomor bab.
4)      تر yaitu Sunan Turmudzi menyebutkan nomor kitab dan nomor bab.
5)       نس yaitu Sunan Nasa’i  menyebutkan nomor kitab dan nomor bab.
6)       مج yaitu Sunan Ibnu Majah  menyebutkan nomor kitab dan  nomor bab.
7)      مى  yaitu Sunan Darimi dengan menyebutkan nomor kitab dan nomor bab.
8)      ما  yaitu Muwaththa’ Malik menyebutkan nomor kitab dan nomor hadis.
9)       حم yaitu Musnad Imam Ahmad menyebut nomor juz dan nomor halaman.
10)  ط  yaitu Musnad Thayalisi dengan menyebutkan nomor hadis.
11)   ز yaitu Musnad Zaid bin Ali  dengan menyebutkan nomor hadis.
12)  عد  yaitu Thabaqat Ibnu Sa’ad menyebut nomor bagian, juz dan halaman.
13)   هش yaitu Sirah Ibnu Hisyam  dengan menyebutkan nomor halaman.
14)   قد yaitu Maghazi al-Waqidi dengan menyebutkan nomor halaman.
15)   ك yaitu kitab.
16)   ب yaitu bab.
17)  ح  yaitu hadis.
18)  ص yaitu halaman.
19)  ج  yaitu juz.
20)   ق yaitu bagian.
21)  قا  yaitu lihat yang sebelumnya dengan yang sesudahnya.
22)   م م م yaitu hadis ini di ulang berkali-kali.
Contoh hadis takhrij-annya ialah mengenai bab silaturrahim.
من سره ان يبسط له فى رزقه وان ينسا له فى اثره فليصل رحمه.
Dari hadis tersebut kita tentukan bahwa temanya adalah tentang silaturrahim. Dalam menelusuri kitab miftah kunuz al-sunnah kita tentukan alphabet yang sesuai, yakni huruf ص, maka akan muncul hasil seperti berikut.
صلة الا رحا م"
انطر: الرحم
Dari hasil diatasa kita diperintahkan untuk merujuk pada kata الرحم , maka kita tentukan huruf alphabet yang akan kita telusuri adalah huruf ر. Selanjutnya ada tampilan berikut ini,
"اجر صلة الرحم"
بخ- ك 78ب12قا13
مس- ك45ح16و17و20-22
تر- ك25ب9و49
حم-ثانص189و484ثالث ص156و229و247و266خامس279
Penjelasannya;
Lihat Shahih Bukhari, kitab ke 78, bab ke 12 dan bandingkan dengan bab ke 13.
Lihat Shahih Muslim, kitab ke 45, hadis ke 16,17 dan 20-22.
Lihat Sunan Turmudzi, kitab ke 25, bab ke 9 dan 49.
Lihat Musnad Imam Ahmad, juz ke 2, halaman ke 189 dan 484 dan juz ke 3, halaman 156,229,247 dan 226 serta juz ke 5, halaman 279.
C. Urgensi Mentakhrij Hadis
Ø  Takhrij memperkenalkan sumber-sumber hadis, kitab-kitab asal dimana suatu hadis berada, beserta ulama yang meriwayatkan.
Ø  Dengan mentakhrij kita dapat memperoleh pendapat-pendapat para ulama sekitar hukum hadis.
Ø  Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat.
Ø  Takhrij dapat menjelaskan waktu dan tempat kejadian munculnya suatu hadis.
D. Kelebihan dan Kekurangan Mentakhrij Hadis dengan Tema
            Setiap metode yang ditawarkan dalam suatu kajian ilmu, termasuk metode yang digunakan dalam melakukan takhrij al-hadis, tentu tidak akan terlepas dari kelebihan maupun kekurangannya.
1.      Kelebihan metode mengtakhrij berdasarkan tema hadis
a.         Metode ini hanya menuntut pengetahuan akan kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan akan redaksi matan secara keseluruhan dan para perawi yang meriwayatkannya.
b.         Metode ini dapat mendidik ketajaman pemahaman hadis pada diri peneliti, memperkenalkan kepadanya maksud hadis yang dicarinya dan hadis-hadis yang senada dengannya.
c.         Metode ini bisa menjadi jalan keluar ketika metode takhrij yang lain tidak dapat diterapakan lagi.
d.         Banyaknya hadis yang ditemukan pada tema tertentu, karena sumber yang dijadikan referensi cukup banyak yakni 14 kitab hadis.[3]
e.         Memperkenalkan kepada peneliti maksud hadis yang dicarinya dan hadis-hadis yang senada dengannya kemudian untuk menambah semangat dalam permasalahan mentakhrij.

1.      Kekurangan metode mengtakhrij berdasarkan tema hadis
a.         Metode ini akan terasa sulit bagi pemula yang tidak memiliki pengetahuan yang luas terhadap hadis-hadis nabi saw. serta kitab-kitab hadis yang ada.[4]
b.          Sulitnya menentukan potongan matan hadis itu karena perbedaan persepsi tentang tema hadis yang dicari antara mukharrij dengan penyusun kitab kamus, dan pencari hadis sehingga dimungkinkan mencari hadis di tempat yang salah. Misal, hadis yang semula disimpulkan oleh mukharrij sebagai hadis peperangan, ternyata oleh penyusunan kitab diletakkan pada hadis tentang tafsir dan oleh pencari hadis dipersepsiakan sebagai hadis jihad.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bahwasanya mentakhrij hadis dengan tema ini kita menentukan topik suatu hadis. Maka dari itu, walaupun kita tidak hafal suatu hadis masih tetap bisa mencari keberadaan hadis tersebut dalam kitab aslinya. Mentakhrij hadis dengan tema yang kita perlukan adalah kamus Miftahu Kunuzu Sunnah agar lebih mudah mengetahui hadis tersebut.
Kelebihan metode takhrij hadis dengan tema ini ialah kita tidak membutuhkan pengetahuan-pengetahuan lain di luar hadis dan memperkenalkan kepada peneliti maksud hadis yang dicarinya. Kemudian, kekurangan takhrij hadis dengan tema yaitu, terkadang kandungan hadis sulit disimpulkan oleh seorang peneliti dan terkadang pula pemahaman peneliti tidak sesuai dengan pemahaman kitab.
B.Kritik
Penulis berharap kepada para pembaca dapat memberikan kritikan tentang makalah ini agar kedepannya dapat lebih bagus lagi. Dari makalah ini penulis menyarankan agar Mahasiswa lebih mengembangkan kembali kemampuan yang dimiliki banyak membaca sehingga pengetahuan tentang hakikat pendidikan akan bertambah, Penulis menyarankan agar para pembaca bisa mengimplementasikan wawasan yang telah diperoleh dari makalah ini dalam kehidupan sehari-hari


Daftar Pusaka
Ø  Muhammad Abu,Metode Takhrij Hadits, Semarang; Toha Putra, 1994
Ø  Noorhidayati Salamah,Takhrij Al-Hadis, Tulungagung; IAIN press,2017



[1] Abi Bakar ‘Abd Al-Sanad Ibn Bakar Ibn Ibrahim Alu ‘Abid, Al-Madkhal Ila Takhrij Al-Hadis wa Al-Hukmi ‘Alaiha, (Madinah:Dar Al-Tarafain, 2010), h.71.
[2] Sa’ad Ibn ‘Abd Allah Alu Humaid, Turuqu Takhrij Al-Hadis, (Riyad:Dar Ulum Al-Sunnah Li Al-Nasyr, 2000), h.62.
[3] Alfatih Suryadilaga dan Suryadi, Metode Penelitian, h.47.
[4] Abu Sa’ilik, Takhrij Al-Hadis, h.123.

No comments:

Post a Comment