1

loading...

Thursday, November 8, 2018

CONTOH PERKEMBANGAN PRA BACA TULIS MELALUI PERMAINAN

CONTOH PERKEMBANGAN PRA BACA TULIS MELALUI PERMAINAN

PENGEMBANGAN PRA BACA TULIS MELALUI PERMAINAN
Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu tidak akan mendapatkannya. Jika kamu tidak bertanya maka jawabannya adalah tidak. Jika kamu tidak melangkah maju, kamu akan tetap berada di tempat yang sama.(Nora Robert).
1.       Membaca Untuk Anak Usia Dini
1.       Pengertian Membaca
Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan menerjemahkan simbol-simbol ke dalam buny-bunyi dan memahami maknanya. Para ahli memberikan pengertian membaca secara berbeda-beda, diantaranya:
Farris (Rouf, 2009) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemehaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan.[1]
Syafi’i (Rouf, 2009) menyatakan bahwa “membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual, sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi”.
Tarigan (1991:7) menjelaskan bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media bahasa tulis”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Rouf, 2009) membaca didefinisikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam hati. Secara linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses menerjemahkan sandi atau simbol-simbol yang tertulis terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, dan menerapkan pola berfikir dan bernalar mengolah teks bacaan secara kritis dan kreatif untuk mendapatkan pesan baik secara tersirat maupun tersurat.
2.       Hakikat Membaca Untuk Anak Usia Dini
Gray  (1967), membedakan tiga kategori defenisi membaca yaitu kategori sempit, agak luas, dan luas. Pengertian membaca dalam kategori sempit dikatakan bahwa membaca merupakan pengenalan bacaan atau lambing tetulis, misalnya ketepatan pemahaman kata, waktu pengenalannya, kecepatan memahami kata dan frasa dan gerakan mata antara baris-baris kalimat.[2]
Kategori yang agak luas, selain pengenalan lambing, pengertian membaca mencakup pengenalan unsur-unsur makna secara tepat beserta pemahaman yang sesuai dengan pengertian membaca pada kategori pertama, yaitu kategori sempit, karena pembelajaran yang dilakukan baru pada tahap pengenalan membaca, pengenalan bacaan atau lambing tulis.

3.       Prinsip-Prinsip Pembelajaran Membaca Anak Usia Dini
Prinsip pembelajaran membaca yang dimaksud disini ialah prinsip pembelajaran untuk menimbulkan kebiasaan dan minat membaca pada anak.Prinsip ini perlu diketahui, terutama bagi tingkat dasar agar anak memperoleh pengalaman belajar yang baik dan menyenangkan dalam belajar membaca tingakat dasar.[3]
Pembelajaran membaca di taman kanak-kanak harus benar-benar dilaksanakan dengan sistematis, artinyasesuai dengan kebutuhan, minat, perkembangan dan karakteristik anak. Proses pembelajran, alat-alat permainan yang digunakan harus memperhatikan hal ini, dan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini sangat penting sebab bila anak mengalami kegagalan pada periode ini, akan berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak  baik keterampilan ekspresif maupun reseptif.
Torrey (1979), mengemukakan empat prinsip pembelajaran membaca untuk anak dan salah satunya ialah bagaimana agar anak tertarik dalam kegiatan membaca, sehingga egiatan ini menjadi kegiatan yang menyenagkan. Jika anak sudah memiliki rasa senang membaca, akan lebih mudahuntuk dibimbing dalam kegiatan belajar membaca yang lebih kompleks. Kegemaran baca ini akan lebih tepat bila sudah ditanamkan sejak dini sehingga kegiatan membaca bukan menjadi suatu beban melainkan suatu kebutuhan.
Steinberg (1982), menyusun program membaca dini yang terdiri atas lima fase yaitu :
1.       Fase mengenali perkataan (pembiasaan kata)
2.       Fase mengenal pasti perkataan
3.       Mengenal pasti frasa dan kalimat
4.       Menafsirkan teks dan
5.       Teknik dan bahan pengajaran.

6.       Perkembangan Kemampuan Dan Kesiapan Membaca Anak Usia Dini
Sebelum mengajarkan membaca kepada anak, kemampuan kesiapan membaca harus dikuasai terlebih dahulu oleh anak.Kesiapan anak ini harus dikuasi oleh anak agar anak berhasil membaca maunpun menulis.Hal ini bertujuan agar diketahui kemampuan kesiapan yang harus diajarkan atau dikuatkan kepada anak. Kemampuan kesiapan membaca itu antara lain:[4]
1.               Kemampuan membedakan auditorial
Anak-anak harus belajar memahami suara-suara umum di lingkungan mereka dan membedakan suara-suara tersebut.Mereka harus mampu memahami konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian, tekanan, tempo, pengulangan, kontras suara, dan membedakan suara-suara huruf dalam alfabet.
2.               Kemampuan diskriminasi visual
Anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar pada foto, lukisan, dan pantonim.Mereka harus belajar mengidentifikasi warna-warna dasar dan bentuk-bentuk geometris dan mampu menggabungkan objek-objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran.Mereka harus mampu membedakan kiri dan kanan warna, bentuk maupun atas bawah, dan mengikuti gerakan dari kiri ke kanan maupun dari atas ke bawah.Mereka harus mampu mengatakan bentuk dari gambar latar belakang, mengemukakan detail pada gambar, dan mengetahui pola-pola visual sederhana.Hingga pada akhirnya, mereka harus mampu untuk memahami dan menamai huruf besar dan huruf kecil.
3.               Kemampuan membuat hubungan suara dengan simbol
Anak harus mampu mengaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Anakharus tahu bahwa d disebut de dan menetapkan suara pada awal kata daging. Sebagian besar anak-anak akan membuat kemajuan awal yang bagus pada kemampuan ini. Dan sedikit diantaranya akan menguasai semua kemampuan suara dengan simbol hingga masa selanjutnya.
4.               Kemampuan perseptual motoris
Anak-anak harus mampu menggunakan otot halus tangan dan jari mereka untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat. Mereka harus melatih kemampuan ini, sehingga mereka mampu menyusun puzzle sederhana, gambar lukisan tangan, membentuk tanah liat, merangkai manik-manik, menuangkan benda cair, dan atau menggunakan gunting.Mereka juga harus mampu memegang krayon atau pensil untuk mewarnai gambar-gambar sederhana dalam garis, menjiplak garis dan bentuk di udara dan kertas, menyalin garis dan bentuk tanpa menjiplak. Hingga pada akhirnya, mereka harus mampu menyalin huruf dan kata, menulis nama mereka, menulis huruf yang memadukan suara.
5.               Kemampuan bahasa lisan
Anak-anak yang memasuki usia pendidikan dini dengan kemampuan subtansial untuk berbicara dan mendengarkan. Meskipun demikian, kemampuan ini harus tetap terus dikembangkan dan diperbaiki.Ank-anak harus belajar mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail, dan memahami ide utama.Mereka harus menggunakan dan memperluas kosakata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ide-ide, untuk mendiskripsikan objek dan peristiwa, untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri, atau orang imajiner mereka.Hendaknya mereka menjadi senang dengan berbagai pengalaman bahasa dan senang dalam belajar serta menggunakan kata-kata baru.
6.               Membangun sebuah latar belakang pengalaman
Membangun latar belakang pengalaman bagi anak dapat dilakukan dengan bermacam-macam kegiatan, seperti: menceritakan kisah-kisah menarik di kelas, atau menonton film bersama-sama.

E. Menulis Untuk Anak Usia Dini
a. Pengertian Menulis
Menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang , sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Menulis adalah suatu bentuk berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu.salah satu dari tugas-tugas terpenting sang penulis sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berfikir,yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuan. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang di maksudkan itu adalah penemuan ,susunan,dan gaya. Secara singkat; belajar menulis adalah belajar berfikir dalam/ dengan cara tertentu.[5]
b. Fungsi Menulis
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan  karena memudahkan  para pelajar berfikir. Juga dapat menolong kita berfikir kritis.Juga dapat mempermudahkan kita merasakan hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
c. Tujuan Menulis
Sehubungan dengan “tujuan” penulisan sesuatu tulisan, maka Hugo Hartig merangkumnya sebagai berikut:
1.               Assignment purpose (tujuan penugasan).
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku; sekretaris yang di tugaskan membuat laporan, notulen rapat)
1.               Altruistic purpose (tujuan altruistic)
Penulisan bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya , ingin membuat hidup para pembaca lebih muda dan lebih menyenangkan dengan karya itu. Tujuan altruistic adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan
2.               Persuasive purpose (tujuan persuasive)
Tujuan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang di utarakan.
3.               Informational  purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tujuan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca
4.               Self – expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tujuan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca
5.               Creative purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” disini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuanmencapai nilai artistic, nilai-nilai kesenian.
6.               Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang di hadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran –pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat di mengerti dan di terima oleh pembaca.(Hipple, 1973 :309-311)
d. Ragam tulisan
Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan.Sebagai contoh kita sebutkan beberapa klasifikasi yang pernah di buat.
            Salisbury (1955) membagi tulisan berdasarkan bentuknya sebagai berikut:
1.               Bentuk-bentuk obyektif, yang mencakup:
a)      Penjelasan yang terperinci mengenai proses
b)      Batasan
c)      Laporan
d)     Dokumen
2.               Bentuk-bentuk subyektif, yang mencakup:
a)      Otobiografi
b)      Surat-surat
c)      Penilaian pribadi
d)     Esei informal
e)      Potret/gambaran
f)       Satire.
F.      Perkembangan Kemampuan Menulis Pada Anak Usia Dini
Buncil (2010) menyebutkan tahapan menulis anak, antara lain:[6]
Tahap 1: Coretan-Coretan Acak.
            Mulai membuat coretan; random scribbling; Coretan awal; coretan acak; coretan-coretan seringkali digabungkan seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas dari kertas. Warna-warna coretan dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam kelompok-kelompok setiap halaman.Coretan dapat satu warna atau beberapa warna.
Tahap 2: Coretan Terarah.
            Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk garis lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong, atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin terlihat tidak berhubungan dan menyebar secara acak di seluruh permukaan kertas.
Tahap 3: Garis dan Bentuk Khusus diulang-ulang, (Menulis Garis Tiruan)
            Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
Tahap 4: Latihan Huruf-Huruf Acak atau Nama.
            Huruf-huruf muncul berulang-ulang diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang lainnya sebagai simbol; dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam garis, ditulis dalam gambar sederhana yang sudah dikenalnya missalnya rumah, saling berhimpit di atas yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin saling tertukar , dan/atau ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama dapat menggunakan huruf besar atau yang lainnya kecil, contoh-contoh yang abstrak atau benar.
Tahap 5: Menulis Nama.
            Nama mungkin yang pertama, terakhir, atau gabungan dan tulisan dapat muncul berulang-ulang dalam berbagai warna alat-alat tulis (spidol,ayon, pensil); nama dapat ditulis di depan atau sebagai cerminan pikiran, di dalam kotak dengan latar belakang atau bayangan berwarna; nama dapat ditulis di atas kertas dengan gambar di bawah; rangkaian angka-angka dan abjad dapat dimasukkan.
Tahap 6: Mencontoh Kata-Kata di Lingkungan.
            Menulis kata-kata dari lingkungan secara acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna; termasuk nama anggota keluarga lainnya.
Tahap 7: Menemukan Ejaan.
            Usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata seperti yang digambarkan berikut ini:
a.      Huruf konsonan awal (D mewakili Dinosaurus).
b.      Huruf konsonan awal dan akhir (DS mewakili DinoSaurus).
c.       Huruf konsonan tengah (DNS mewakili DiNoSaurus).
d.      Huruf awal, tengah, konsonan akhir dan huruf hidup dituliskan pada tempatkan.
Tahap 8: Ejaan Umum.
            Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.[7]
            adapunTahapan-Tahapan Perkembangan Menulis Anak
Beberapa tahap perkembangan menulis anak dapat digambarkan sebagai berikut:
1.               Tahap Mencoret atau Membuat Goresan (Scrible stage)
            Pada tahap ini, anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulisnya.Mereka mulai belajar tentang bahasa tertulis dan bagaimana mengerjakan tulisan tersebut.Anak membuat coretan-coretan acak (tidak teratur), coretan- coretan seringkali digabungkan seolah-olah coretan itu tidak pernah lepas dari kertas.Orang tua dan guru pada tahap mencoret seharusnya menyediakan jenis-jenis bahan untuk menulis seperti pensil, spidol, buku, kertas, dan krayon. Anak-anak menganggap goresan tersebut  sebagai tulisan.
1.               Tahap Pengulangan secara Linear (Linear repetitive stage)
            Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah tahap pengulangan secara linear.Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang mendatar (horizontal) ataupun garis tegak lurus.Dalam tahap ini, anak berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu yang besar mempunyai tali yang panjang dari pada kata yang merujuk pada sesuatu hal yang kecil.
1.               Tahap Menulis secara Random/acak (Random letter stage)
Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu tulisan dan menggunakan itu semua agar dapat mengulang berbagai kata dan kalimat.Anak-anak menghasilkan garis yang berisi pesan yang tidak mempunyai keterkaitan pada suatu bunyi dari berbagai kata.
1.               Tahap Berlatih huruf (menyebutkan huruf - huruf)
            Kebanyakan anak-anak, biasanya sangat tertarik huruf-huruf yang membentuk nama mereka sendiri.
1.               Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter-name writting or phonetic writting)
            Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Misalnya mereka menulis ”kamu” dengan tulisan ”u”. Anak senang menuliskan nama pendek panggilan mereka sendiri melalui contoh yang mereka lihat dengan huruf-huruf besar atau kecil.
            Mereka mulai menghadirkan berbagai kata dengan suatu bentuk grafik yang secara refleks menunjukkan tentang apa yang didengar. Dalam contoh ini, dengan mudah melihat anak-anak mengungkapkan kata saya dengan ”y” atau kata keluarga dengan ’ga’.
            Semakin berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuannya dalam berkomunikasi dengan orang lain, akan memiliki dampak terhadap perkembangan fungsi kognitifnya. Kemampuan mengkomunikasikan sesuatu seperti nama benda, orang atau binatang dengan menggunakan kosa kata yang banyak dan teratur akan mencerminkan kemampuan berpikir anak tentang hal tersebut.
1.               Tahap Menyalin Kata-kata yang Ada di Lingkungan
Anak-anak menyukai menyalin kata-kata yang terdapat pada poster di dinding atau dari kantong kata sendiri.
1.               Tahap Menemukan Ejaan
            Anak usia 5-6 tahun ini telah menggunakan konsonan awal (L untuk Love). Konsonan awal, tengah dan akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus.
1.               Tahap Ejaan sesuai ucapan
            Anak mulai dapat mengeja suatu tulisan berupa kata- kata yang dikenalnya sesuai dengan ucapan yang didengarnya.Demikianlah uraian mengenai tahapan perkembangan menulis anak TK. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan sahabat-sahabat.

G. Tahapan-Tahapan Menulis Pada Anak Usia Dini
            Anak perlu melalui tahapan perkembangan sebelum mereka menulis kalimat dan belajar kata-kata. Menurut Brown (1990:99) terdapat empat tahapan menulis yaitu:[8]
1.               Pre communicative writing
Pada tahap ini anak belajar bahwa huruf-huruf itu membentuk kata-kata untuk keperluan berkomunikasi.
2.               Semphonic Writing
Pada tahap ini  anak mulai memahami huruf, bunyi dengan konsonan  dalam posisinya sebuah kata.
3.               Phonic Writing
Pada tahap ini anak mulai mengeja bunyi kata menurut struktur kata.
4.               Trantitional Writing
Pada tahap ini merupakan tahapan transisi dimana anak mulai mengikuti aturan-aturan untuk standar ejaan.

H. Urgensi Kemampuan Menulis Bagi Anak Usia Dini
            Menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dikembangkan dalam perkembangan bahasa anak, karena kehidupan manusia selain terdapat komunikasi tulis.
            Montessori (1984:98), menyatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan motoric halus, yang memerlukan koordinasi antara mata dan tangan. Kemampuan menulis pada anak taman kanak-kanak meliputi kemampuan dan keterampilan memegang alat-alat tulis-menulis, membuka dan menutup buku, menggunakkan alat penghapus ketika harus menghapus gambar atau tulisan, cara duduk yang benar, kemampuan membuat coretan, menggambar garis lurus, garis miring, garis lengkung, segitiga, segi empat dan lingkaran. Lamme dalam Claudia (1992:89), mengemukakan sejumlah keterampilan khusus yang perlu dimiliki anak ketika belajar membaca dan menulis.keterampilan-keterampilan ini adalah membuat coretan, menggambar garis, menggambar bentuk-bentuk dasar geometrid an mengambar huruf. Kegiatan ini dapat dilakukan di tanah, dikertas atau di udara.[9]
I. Bagaimanakah Cara Mengembangkan Pra Baca Tulis Melalui Permainan?!
a. Pendekatan Permainan Membaca
Dalam pengembangan membaca dan menulis di TK terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk permainan.Misalnya Montesson memperkenalkan permainan membaca di mulai dari unsure huruf dengan menggunakan bantuan gambar pada setiap memperkenalkan huruf.
Decroly memperkenalkan membaca permainan pada anak di mulai dengan memperkenalkan kalimat dalam permainannya dan pilih kalimat perintah agar anak melakukan hal-hal yang ada dalam perintah.
Pendekatan Whole Linguistik dalam mengembangkan membaca permulaan dengan menggunakan seluruh kemampuan linguistic anak, yang menjadi sumber utama adalah lingkungan dan pengalaman anak, sehingga dapat mengembangkan pengembangan bahan, intelektual dan motorik anak.

b. Pendekatan Permainan Menulis
Dalam pengembangan menulis Montessori memiliki perhatian dan konsep yang lebih banyak, agar anak dapat menunjukan kelenturan tangan maka dapat dilatih mengisi lukisan dengan garis (mengarsir) dan menebalkan.Kegiatan ini tidak hanya dilakukan dengan pinsil hitan melainkan juga dengan pinsil berwarna misalnya spidol, crayon dll.
c. Metode Permainan Membaca dan Menulis
Berbagai metode pengajaran untuk permainan membaca dan menulis yang dipergunakan guru. Metode-metode yang dimaksud adalah[10] :
1.    Bercakap-cakap atau Tanya jawab
2.    Demonstrasi (peragaan)
3.    Bercerita
1.   Membacakan cerita
2.   Mengungkapkan cerita
3.   Bercerita dengan gambar seri
4.   Bercerita dengan papan flannel
5.   Bercerita dengan sandiwara boneka
4.    Bernyanyi
5.    mengucapkan syair
6.    Dramatisasi
7.    Karyawisata
d. Pelaksanaan Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak
1.               Strategi Pembelajaran Permainan Membaca dan Menulis
Dalam pelaksanaan permainan membca dan menulis peran lingkungan sangat menentukan strategi pembelajaran, antara lain perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut[11] :
a.    Menciptakan suasana kondusif, cocok serta memotivasi minat baca tulis hitung anak.
b.    Mengembangkan kemampuan anak.
c.    Menciptakan ruangan di luar maupun di dalam kelas yang dapat menumbuhkan kreativitas, rasa aman dan kebebasan.
d.    Meja kursi tidak memenuhi ruangan , sehingga masih cukup ruang gerak bagi anak.
e.    Ruang gerak anak dapat dilakukan di lantai.
f.     Rak-rak dapat diletakan sebagai penyekat ruangan.
g.    Papan pajangan harus ada di ruangan. Pajangan yang dipasang dapat meningkatkan budaya baca, tulis, misalnya abjad dengan benda-benda, gambar yang dimulai huruf awal tertentu.
1.               Identifikasi Kemampuan Permainan Membaca dan Menulis
Untuk melaksanakan permainan membaca dan menulis perlu mengidentifikasi kemampuan yang diharapkan dicapai dalan program kegiatan belajar TK yang relevan.Kemampuan-kemampuan tersebut di pilih dan di kelompokan agar memudahkan guru mengidentifikasi berbagai bentuk. Kemampuan perkembangan kemampuan membaca dan menulis sebagai berikut[12] :
a.    Permainan Membaca
Permainan membaca meliputi kemampuan mendengar, melihat dan memahami,berbicara dan membaca gambar.
1)    Kemampuan Mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran.
Contoh Permainan :
Nama Permainan
:
Apa yang kudengar ?
Kemampuan
:
-       Menemukan kembali 2 sampai 4 urutan kata, angka.
-       Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana.
Metode
:
Tanya jawab
Alat/ Bahan
:
Radio Tape, kaset, suara asli.
Langkah-langkah permainan :
ü  Anak-anak disuruh memejamkan mata dan mendengarkan suara kaset.
ü  Anak menyebutkan apa yang didengarnya di kaset, misalnya suara angin ribut, bebek, burung dan gemericik air.
ü  Guru meminta anak lain untuk menyebutkan kembali apa yang telah di dengar secara berurutan, misalnya : suara angin ribut, bebek, burung dan gemericik air.
2)    Kemampuan Melihat dan Memaham
Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan memahami alam dengan indera penglihatan serta berkaitan dengan sesuatu dari peristiwa yang dilihatnya
Contoh permainan :
Nama Permainan
:
Ada apa di lingkunganku ?
Kemampuan
:
Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna bentuk atau menurut ciri-ciri sifat tertentu.
Metode
:
Tanya jawab
Alat/ Bahan
:
Alat peraga langsung
Langkah-langkah permainan :
ü  Guru mengajak anak keliling
ü  Anak melihat
ü  Guru bertanya tentang apa yang dilihatnya
ü  Anak menyebutkan nama-nama benda, binatang, tanaman yang ada disekitarnya/ lingkungannya
3)    Kemampuan Berbicara (Berkomunikasi)
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur.

Contoh permainan :
Nama Permainan
:
Perjalananku
Kemampuan
:
-       Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, di mana, berapa, bagaimana, dan sebagainya.
-       Bicara lancer kalimat sederhana.
Metode
:
Bercerita, bercakap-cakap
Alat/ Bahan
:
Alat-alat media kreasi, krayon, cat air, pensil.
Langkah-langkah permainan :
1.               Guru meminta anak menceritakan pengalaman selama perjalanan dari rumah ke TK
2.               Guru mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pengalamannya.
3.               Anak membuat gambar sesuai dengan yang di ceritakannya.
4.               Guru menuliskan cerita di bawah gambar anak, apabila anak sudah siap dan mau berinspriasi menulis sendiri diperbolehkan.
4)    Membaca Gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu dengan menggunakan gambar.Kemampuan ini sebagai tahap awal dalam membaca permulaan.
Contoh permainan :
Nama Permainan
:
Ke sekolah
Kemampuan
:
-     Bicara lancer dengan kalimat sederhana.
-Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar
-Menceritakan gambar yang telah disediakan.
Metode
:
Pemberian tugas, bercakap-cakap/Tanya jawab, bercerita
Alat/ Bahan
:
Gambar seni
Langkah-langkah permainan :
ü  Guru membuat 4 bh gambar seri tentang kegiatan anak akan berangkat sekolah, terdiri dari :
Þ    Gambar 1 : Anak bangun tidur
Þ    Gambar 2 : Anak mandi
Þ    Gambar 3 : Anak sarapan pagi

Þ    Gambar 4 : Anak berangkat sekolah
ü  Anak mengurutkan gambar seri
ü  Anak menceritakan gambar yang sudah diurutkannya.
ü  Anak dapat memperkirankan kejadian selanjutnya dari gambar seri tertentu.
b.    Permainan Menulis
Permainan menulis meliputi persiapan menulis dan bentuk tulisan.
1)    Persiapan menulis
Persiapan menulis adalah kegiatan/ kesanggupan yang melatih motorik anak.
2)    Bentuk tulisan
a)    Mencoret
b)    Tulisan Horisontal
c)    Menulis acak
d)    menulis nama
Contoh permainan membaca-menulis di TK
Contoh permainan :
Nama Permainan
:
Mencocokan benda sesuai dengan kartu bergambar
Kemampuan
:
Mencari, menunjuk sebanyak-banyaknya barang/benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk, ukuran dan menurut cirri-ciri tertentu.
Metode
:
Pemberian tugas
Alat/ Bahan
:
Kartu kata yang bergambar, benda-benda asli
Langkah-langkah permainan :
ü  Guru menyiapkan alat yang diperlukan dan diletakan berjajar
ü  Benda-benda asli di letakan ± 5 m dari letak kartu
ü  Anak berdiri mengamati kata/tulisan di kartu
ü  Guru memberi aba-aba tertentu agar anak mengambil benda-benda tersebut untuk diletakan sesuai dengan kartu.

DAFTAR PUSTAKA

Dhieni, Nurbiana, dkk. 2009. Metode Pengembangan bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Hainstock, Elizabeth G. Metode Pengajaran Montessori untuk anak Prasekolah, PT Pustaka Delapratess :1999
Hapidin, Model-Model  Pendidikan untuk anak usia dini, Jakarta : Ghiyants Alfiani Press, 1999
Susanto, Ahamad. 2011.Perkembangan Anak Usia Dini.Jakarta:Kencana
http://fatonipgsd071644221. wordpress.com/2017/10/07/pengembangan-kemampuan-membaca-anak-usia-dini-melalui-metode-glenn-doman/)




[2] Ahmad, Susanto.Perkembangan Anak Usia Dini,Jakarta:2011,Kencana.hlm. 88
[3] Ibid. hlm.88-89
[4]Nurbiana, dkk.2009. Metode Pengembangan bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.hlm.13
[8]Ahmad, Susanto.Perkembangan Anak Usia Dini,Jakarta:2011,Kencana.hlm.93-94
[9]Ahmad, Susanto.Perkembangan Anak Usia Dini,Jakarta:2011,Kencana.hlm.94-95
[10]hapidin, Model-Model  Pendidikan untuk anak usia dini, Jakarta : Ghiyants Alfiani Press, 1999.hlm.89

[11]  Hainstock, Elizabeth G. Metode Pengajaran Montessori untuk anak Prasekolah, PT Pustaka Delapratess :1999.hlm.99


No comments:

Post a Comment