CONTOH PERKEMBANGAN PRA BACA TULIS MELALUI PERMAINAN
PENGEMBANGAN
PRA BACA TULIS MELALUI PERMAINAN
Jika
kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu tidak akan
mendapatkannya. Jika kamu tidak bertanya maka jawabannya adalah tidak. Jika
kamu tidak melangkah maju, kamu akan tetap berada di tempat yang sama.(Nora
Robert).
1.
Membaca Untuk Anak Usia Dini
1.
Pengertian
Membaca
Membaca
pada hakikatnya adalah suatu kegiatan menerjemahkan simbol-simbol ke dalam buny-bunyi
dan memahami maknanya. Para ahli memberikan pengertian membaca secara
berbeda-beda, diantaranya:
Farris (Rouf, 2009) mendefinisikan
membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan
yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemehaman diperoleh apabila pembaca
mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa
yang terdapat di dalam bacaan.[1]
Syafi’i
(Rouf, 2009) menyatakan bahwa “membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik
atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara
visual, sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah
informasi”.
Tarigan
(1991:7) menjelaskan bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis
melalui media bahasa tulis”.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Rouf, 2009) membaca didefinisikan sebagai melihat
serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam
hati. Secara linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses
menerjemahkan sandi atau simbol-simbol yang tertulis terhadap teks bacaan
dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, dan
menerapkan pola berfikir dan bernalar mengolah teks bacaan secara kritis dan
kreatif untuk mendapatkan pesan baik secara tersirat maupun tersurat.
2.
Hakikat Membaca Untuk Anak Usia Dini
Gray
(1967), membedakan tiga kategori defenisi membaca yaitu kategori sempit,
agak luas, dan luas. Pengertian membaca dalam kategori sempit dikatakan bahwa
membaca merupakan pengenalan bacaan atau lambing tetulis, misalnya ketepatan
pemahaman kata, waktu pengenalannya, kecepatan memahami kata dan frasa dan
gerakan mata antara baris-baris kalimat.[2]
Kategori yang agak luas, selain
pengenalan lambing, pengertian membaca mencakup pengenalan unsur-unsur makna
secara tepat beserta pemahaman yang sesuai dengan pengertian membaca pada
kategori pertama, yaitu kategori sempit, karena pembelajaran yang dilakukan
baru pada tahap pengenalan membaca, pengenalan bacaan atau lambing tulis.
3.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Membaca Anak Usia Dini
Prinsip pembelajaran membaca yang
dimaksud disini ialah prinsip pembelajaran untuk menimbulkan kebiasaan dan
minat membaca pada anak.Prinsip ini perlu diketahui, terutama bagi tingkat
dasar agar anak memperoleh pengalaman belajar yang baik dan menyenangkan dalam belajar
membaca tingakat dasar.[3]
Pembelajaran membaca di taman
kanak-kanak harus benar-benar dilaksanakan dengan sistematis, artinyasesuai
dengan kebutuhan, minat, perkembangan dan karakteristik anak. Proses pembelajran,
alat-alat permainan yang digunakan harus memperhatikan hal ini, dan lingkungan
belajar yang kondusif. Hal ini sangat penting sebab bila anak mengalami
kegagalan pada periode ini, akan berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak baik keterampilan ekspresif maupun reseptif.
Torrey (1979), mengemukakan empat
prinsip pembelajaran membaca untuk anak dan salah satunya ialah bagaimana agar
anak tertarik dalam kegiatan membaca, sehingga egiatan ini menjadi kegiatan
yang menyenagkan. Jika anak sudah memiliki rasa senang membaca, akan lebih
mudahuntuk dibimbing dalam kegiatan belajar membaca yang lebih kompleks.
Kegemaran baca ini akan lebih tepat bila sudah ditanamkan sejak dini sehingga
kegiatan membaca bukan menjadi suatu beban melainkan suatu kebutuhan.
Steinberg (1982), menyusun program
membaca dini yang terdiri atas lima fase yaitu :
1.
Fase
mengenali perkataan (pembiasaan kata)
2.
Fase
mengenal pasti perkataan
3.
Mengenal
pasti frasa dan kalimat
4.
Menafsirkan
teks dan
5.
Teknik
dan bahan pengajaran.
6.
Perkembangan
Kemampuan Dan Kesiapan Membaca Anak Usia Dini
Sebelum mengajarkan membaca kepada anak, kemampuan kesiapan
membaca harus dikuasai terlebih dahulu oleh anak.Kesiapan anak ini harus
dikuasi oleh anak agar anak berhasil membaca maunpun menulis.Hal ini bertujuan
agar diketahui kemampuan kesiapan yang harus diajarkan atau dikuatkan kepada
anak. Kemampuan kesiapan membaca itu antara lain:[4]
1.
Kemampuan
membedakan auditorial
Anak-anak harus belajar memahami
suara-suara umum di lingkungan mereka dan membedakan suara-suara
tersebut.Mereka harus mampu memahami konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi,
rangkaian, tekanan, tempo, pengulangan, kontras suara, dan membedakan
suara-suara huruf dalam alfabet.
2.
Kemampuan
diskriminasi visual
Anak-anak harus belajar untuk
memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar pada foto, lukisan, dan
pantonim.Mereka harus belajar mengidentifikasi warna-warna dasar dan
bentuk-bentuk geometris dan mampu menggabungkan objek-objek berdasarkan warna,
bentuk, atau ukuran.Mereka harus mampu membedakan kiri dan kanan warna, bentuk
maupun atas bawah, dan mengikuti gerakan dari kiri ke kanan maupun dari atas ke
bawah.Mereka harus mampu mengatakan bentuk dari gambar latar belakang,
mengemukakan detail pada gambar, dan mengetahui pola-pola visual
sederhana.Hingga pada akhirnya, mereka harus mampu untuk memahami dan menamai
huruf besar dan huruf kecil.
3.
Kemampuan
membuat hubungan suara dengan simbol
Anak harus mampu mengaitkan huruf
besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan suara yang mereka
representasikan. Anakharus tahu bahwa d disebut de dan menetapkan suara pada
awal kata daging. Sebagian besar anak-anak akan membuat kemajuan awal yang
bagus pada kemampuan ini. Dan sedikit diantaranya akan menguasai semua
kemampuan suara dengan simbol hingga masa selanjutnya.
4.
Kemampuan
perseptual motoris
Anak-anak harus mampu menggunakan
otot halus tangan dan jari mereka untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa
yang mereka lihat. Mereka harus melatih kemampuan ini, sehingga mereka mampu
menyusun puzzle sederhana, gambar lukisan tangan, membentuk tanah liat,
merangkai manik-manik, menuangkan benda cair, dan atau menggunakan
gunting.Mereka juga harus mampu memegang krayon atau pensil untuk mewarnai
gambar-gambar sederhana dalam garis, menjiplak garis dan bentuk di udara dan
kertas, menyalin garis dan bentuk tanpa menjiplak. Hingga pada akhirnya, mereka
harus mampu menyalin huruf dan kata, menulis nama mereka, menulis huruf yang
memadukan suara.
5.
Kemampuan
bahasa lisan
Anak-anak yang memasuki usia
pendidikan dini dengan kemampuan subtansial untuk berbicara dan mendengarkan.
Meskipun demikian, kemampuan ini harus tetap terus dikembangkan dan
diperbaiki.Ank-anak harus belajar mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk,
mencatat detail, dan memahami ide utama.Mereka harus menggunakan dan memperluas
kosakata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ide-ide, untuk mendiskripsikan
objek dan peristiwa, untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri, atau orang
imajiner mereka.Hendaknya mereka menjadi senang dengan berbagai pengalaman
bahasa dan senang dalam belajar serta menggunakan kata-kata baru.
6.
Membangun
sebuah latar belakang pengalaman
Membangun latar belakang pengalaman
bagi anak dapat dilakukan dengan bermacam-macam kegiatan, seperti: menceritakan
kisah-kisah menarik di kelas, atau menonton film bersama-sama.
E. Menulis Untuk Anak Usia Dini
a. Pengertian Menulis
Menulis
ialah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang , sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik tersebut. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Menulis adalah suatu bentuk
berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu
tertentu.salah satu dari tugas-tugas terpenting sang penulis sebagai penulis adalah
menguasai prinsip-prinsip menulis dan berfikir,yang akan dapat menolongnya
mencapai maksud dan tujuan. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang
di maksudkan itu adalah penemuan ,susunan,dan gaya. Secara singkat; belajar
menulis adalah belajar berfikir dalam/ dengan cara tertentu.[5]
b. Fungsi Menulis
Pada prinsipnya fungsi utama dari
tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat
penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir.
Juga dapat menolong kita berfikir kritis.Juga dapat mempermudahkan kita
merasakan hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita,
memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
c. Tujuan Menulis
Sehubungan dengan “tujuan” penulisan
sesuatu tulisan, maka Hugo Hartig merangkumnya sebagai berikut:
1.
Assignment
purpose (tujuan penugasan).
Tujuan penugasan ini sebenarnya
tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan,
bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum
buku; sekretaris yang di tugaskan membuat laporan, notulen rapat)
1.
Altruistic
purpose (tujuan altruistic)
Penulisan bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong
para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya , ingin membuat
hidup para pembaca lebih muda dan lebih menyenangkan dengan karya itu. Tujuan
altruistic adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan
2.
Persuasive
purpose (tujuan persuasive)
Tujuan yang bertujuan menyakinkan
para pembaca akan kebenaran gagasan yang di utarakan.
3.
Informational
purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tujuan yang bertujuan memberi informasi
atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca
4.
Self
– expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tujuan yang bertujuan memperkenalkan
atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca
5.
Creative
purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat berhubungan dengan
tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” disini melebihi pernyataan
diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic, atau seni
yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuanmencapai nilai artistic, nilai-nilai
kesenian.
6.
Problem-solving
purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini sang
penulis ingin memecahkan masalah yang di hadapi. Sang penulis ingin
menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat
pikiran –pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat di mengerti dan di
terima oleh pembaca.(Hipple, 1973 :309-311)
d. Ragam tulisan
Telah banyak ahli yang membuat
klasifikasi mengenai tulisan.Sebagai contoh kita sebutkan beberapa klasifikasi
yang pernah di buat.
Salisbury (1955) membagi tulisan berdasarkan bentuknya sebagai berikut:
1.
Bentuk-bentuk
obyektif, yang mencakup:
a)
Penjelasan yang terperinci mengenai proses
b)
Batasan
c)
Laporan
d) Dokumen
2.
Bentuk-bentuk
subyektif, yang mencakup:
a)
Otobiografi
b)
Surat-surat
c)
Penilaian pribadi
d) Esei
informal
e)
Potret/gambaran
f)
Satire.
F.
Perkembangan Kemampuan Menulis Pada
Anak Usia Dini
Buncil (2010) menyebutkan tahapan menulis anak, antara lain:[6]
Tahap 1: Coretan-Coretan Acak.
Tahap 1: Coretan-Coretan Acak.
Mulai
membuat coretan; random scribbling; Coretan awal; coretan acak; coretan-coretan
seringkali digabungkan seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas dari kertas.
Warna-warna coretan dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam
kelompok-kelompok setiap halaman.Coretan dapat satu warna atau beberapa warna.
Tahap 2: Coretan Terarah.
Coretan
terarah dimunculkan dalam bentuk garis lurus ke atas atau mendatar yang
diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong, atau lingkaran (huruf
tiruan) mungkin terlihat tidak berhubungan dan menyebar secara acak di seluruh
permukaan kertas.
Tahap 3: Garis dan Bentuk Khusus
diulang-ulang, (Menulis Garis Tiruan)
Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
Tahap 4: Latihan Huruf-Huruf Acak
atau Nama.
Huruf-huruf
muncul berulang-ulang diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang
lainnya sebagai simbol; dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam
garis, ditulis dalam gambar sederhana yang sudah dikenalnya missalnya rumah,
saling berhimpit di atas yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama
mungkin saling tertukar , dan/atau ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama
dapat menggunakan huruf besar atau yang lainnya kecil, contoh-contoh yang
abstrak atau benar.
Tahap 5: Menulis Nama.
Nama
mungkin yang pertama, terakhir, atau gabungan dan tulisan dapat muncul
berulang-ulang dalam berbagai warna alat-alat tulis (spidol,ayon, pensil); nama
dapat ditulis di depan atau sebagai cerminan pikiran, di dalam kotak dengan
latar belakang atau bayangan berwarna; nama dapat ditulis di atas kertas dengan
gambar di bawah; rangkaian angka-angka dan abjad dapat dimasukkan.
Tahap 6: Mencontoh Kata-Kata di
Lingkungan.
Menulis
kata-kata dari lingkungan secara acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran,
orientasi dan warna; termasuk nama anggota keluarga lainnya.
Tahap 7: Menemukan Ejaan.
Usaha
pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata dengan menggabungkan huruf yang
bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata seperti yang digambarkan berikut
ini:
a. Huruf konsonan awal (D mewakili
Dinosaurus).
b. Huruf konsonan awal dan akhir (DS
mewakili DinoSaurus).
c. Huruf konsonan tengah (DNS mewakili
DiNoSaurus).
d. Huruf awal, tengah, konsonan akhir
dan huruf hidup dituliskan pada tempatkan.
Tahap 8: Ejaan Umum.
Usaha-usaha
mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata
lengkap.[7]
adapunTahapan-Tahapan Perkembangan Menulis Anak
Beberapa tahap perkembangan menulis anak dapat digambarkan
sebagai berikut:
1.
Tahap Mencoret atau Membuat Goresan (Scrible stage)
Pada tahap
ini, anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulisnya.Mereka
mulai belajar tentang bahasa tertulis dan bagaimana mengerjakan tulisan
tersebut.Anak membuat coretan-coretan acak (tidak teratur), coretan- coretan
seringkali digabungkan seolah-olah coretan itu tidak pernah lepas dari
kertas.Orang tua dan guru pada tahap mencoret seharusnya menyediakan
jenis-jenis bahan untuk menulis seperti pensil, spidol, buku, kertas, dan
krayon. Anak-anak menganggap goresan tersebut sebagai tulisan.
1.
Tahap Pengulangan secara Linear (Linear repetitive stage)
Tahap selanjutnya dalam perkembangan
menulis adalah tahap pengulangan secara linear.Pada tahap ini, anak menelusuri
bentuk tulisan yang mendatar (horizontal) ataupun garis tegak lurus.Dalam tahap
ini, anak berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu yang besar mempunyai
tali yang panjang dari pada kata yang merujuk pada sesuatu hal yang kecil.
1.
Tahap Menulis secara Random/acak (Random letter stage)
Pada tahap ini, anak belajar tentang
berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu tulisan dan menggunakan itu
semua agar dapat mengulang berbagai kata dan kalimat.Anak-anak menghasilkan
garis yang berisi pesan yang tidak mempunyai keterkaitan pada suatu bunyi dari
berbagai kata.
1.
Tahap Berlatih huruf (menyebutkan huruf - huruf)
Kebanyakan anak-anak, biasanya
sangat tertarik huruf-huruf yang membentuk nama mereka sendiri.
1.
Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter-name writting or phonetic
writting)
Pada tahap
ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini
sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis
tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Misalnya mereka menulis ”kamu” dengan
tulisan ”u”. Anak senang menuliskan nama pendek panggilan mereka sendiri
melalui contoh yang mereka lihat dengan huruf-huruf besar atau kecil.
Mereka
mulai menghadirkan berbagai kata dengan suatu bentuk grafik yang secara refleks
menunjukkan tentang apa yang didengar. Dalam contoh ini, dengan mudah melihat
anak-anak mengungkapkan kata saya dengan ”y” atau kata keluarga dengan ’ga’.
Semakin
berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuannya dalam berkomunikasi
dengan orang lain, akan memiliki dampak terhadap perkembangan fungsi
kognitifnya. Kemampuan mengkomunikasikan sesuatu seperti nama benda, orang atau
binatang dengan menggunakan kosa kata yang banyak dan teratur akan mencerminkan
kemampuan berpikir anak tentang hal tersebut.
1.
Tahap Menyalin Kata-kata yang Ada di Lingkungan
Anak-anak
menyukai menyalin kata-kata yang terdapat pada poster di dinding atau dari
kantong kata sendiri.
1.
Tahap Menemukan Ejaan
Anak usia 5-6 tahun ini telah
menggunakan konsonan awal (L untuk Love). Konsonan awal, tengah dan akhir untuk
mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus.
1.
Tahap Ejaan sesuai ucapan
Anak mulai
dapat mengeja suatu tulisan berupa kata- kata yang dikenalnya sesuai dengan
ucapan yang didengarnya.Demikianlah uraian mengenai tahapan perkembangan
menulis anak TK. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan sahabat-sahabat.
G. Tahapan-Tahapan Menulis Pada Anak
Usia Dini
Anak perlu melalui tahapan
perkembangan sebelum mereka menulis kalimat dan belajar kata-kata. Menurut
Brown (1990:99) terdapat empat tahapan menulis yaitu:[8]
1.
Pre communicative writing
Pada tahap ini anak belajar bahwa huruf-huruf itu membentuk
kata-kata untuk keperluan berkomunikasi.
2.
Semphonic Writing
Pada tahap ini anak
mulai memahami huruf, bunyi dengan konsonan
dalam posisinya sebuah kata.
3.
Phonic Writing
Pada tahap ini anak mulai mengeja bunyi kata menurut
struktur kata.
4.
Trantitional Writing
Pada tahap ini merupakan tahapan transisi dimana anak mulai
mengikuti aturan-aturan untuk standar ejaan.
H. Urgensi
Kemampuan Menulis Bagi Anak Usia Dini
Menulis
merupakan salah satu kemampuan yang harus dikembangkan dalam perkembangan
bahasa anak, karena kehidupan manusia selain terdapat komunikasi tulis.
Montessori
(1984:98), menyatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan motoric
halus, yang memerlukan koordinasi antara mata dan tangan. Kemampuan menulis
pada anak taman kanak-kanak meliputi kemampuan dan keterampilan memegang
alat-alat tulis-menulis, membuka dan menutup buku, menggunakkan alat penghapus
ketika harus menghapus gambar atau tulisan, cara duduk yang benar, kemampuan
membuat coretan, menggambar garis lurus, garis miring, garis lengkung,
segitiga, segi empat dan lingkaran. Lamme dalam Claudia (1992:89), mengemukakan
sejumlah keterampilan khusus yang perlu dimiliki anak ketika belajar membaca
dan menulis.keterampilan-keterampilan ini adalah membuat coretan, menggambar
garis, menggambar bentuk-bentuk dasar geometrid an mengambar huruf. Kegiatan
ini dapat dilakukan di tanah, dikertas atau di udara.[9]
I. Bagaimanakah
Cara Mengembangkan Pra Baca Tulis Melalui Permainan?!
a. Pendekatan
Permainan Membaca
Dalam pengembangan membaca dan menulis di TK
terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk
permainan.Misalnya Montesson memperkenalkan permainan membaca di mulai dari unsure
huruf dengan menggunakan bantuan gambar pada setiap memperkenalkan huruf.
Decroly memperkenalkan membaca permainan pada
anak di mulai dengan memperkenalkan kalimat dalam permainannya dan pilih
kalimat perintah agar anak melakukan hal-hal yang ada dalam perintah.
Pendekatan Whole Linguistik dalam mengembangkan
membaca permulaan dengan menggunakan seluruh kemampuan linguistic anak, yang
menjadi sumber utama adalah lingkungan dan pengalaman anak, sehingga dapat
mengembangkan pengembangan bahan, intelektual dan motorik anak.
b. Pendekatan
Permainan Menulis
Dalam pengembangan menulis Montessori memiliki
perhatian dan konsep yang lebih banyak, agar anak dapat menunjukan kelenturan
tangan maka dapat dilatih mengisi lukisan dengan garis (mengarsir) dan menebalkan.Kegiatan
ini tidak hanya dilakukan dengan pinsil hitan melainkan juga dengan pinsil
berwarna misalnya spidol, crayon dll.
c. Metode
Permainan Membaca dan Menulis
Berbagai metode pengajaran untuk permainan
membaca dan menulis yang dipergunakan guru. Metode-metode yang dimaksud adalah[10]
:
1. Bercakap-cakap
atau Tanya jawab
2. Demonstrasi
(peragaan)
3. Bercerita
1.
Membacakan cerita
2.
Mengungkapkan cerita
3.
Bercerita dengan gambar seri
4.
Bercerita dengan papan flannel
5.
Bercerita dengan sandiwara boneka
4. Bernyanyi
5. mengucapkan
syair
6. Dramatisasi
7. Karyawisata
d. Pelaksanaan
Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak
1.
Strategi Pembelajaran Permainan Membaca dan
Menulis
Dalam
pelaksanaan permainan membca dan menulis peran lingkungan sangat menentukan
strategi pembelajaran, antara lain perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut[11]
:
a. Menciptakan
suasana kondusif, cocok serta memotivasi minat baca tulis hitung anak.
b. Mengembangkan
kemampuan anak.
c. Menciptakan
ruangan di luar maupun di dalam kelas yang dapat menumbuhkan kreativitas, rasa
aman dan kebebasan.
d. Meja kursi
tidak memenuhi ruangan , sehingga masih cukup ruang gerak bagi anak.
e. Ruang gerak
anak dapat dilakukan di lantai.
f. Rak-rak dapat
diletakan sebagai penyekat ruangan.
g. Papan pajangan
harus ada di ruangan. Pajangan yang dipasang dapat meningkatkan budaya baca,
tulis, misalnya abjad dengan benda-benda, gambar yang dimulai huruf awal
tertentu.
1.
Identifikasi Kemampuan Permainan Membaca dan
Menulis
Untuk
melaksanakan permainan membaca dan menulis perlu mengidentifikasi kemampuan
yang diharapkan dicapai dalan program kegiatan belajar TK yang
relevan.Kemampuan-kemampuan tersebut di pilih dan di kelompokan agar memudahkan
guru mengidentifikasi berbagai bentuk. Kemampuan perkembangan kemampuan membaca
dan menulis sebagai berikut[12]
:
a. Permainan
Membaca
Permainan membaca meliputi kemampuan mendengar,
melihat dan memahami,berbicara dan membaca gambar.
1) Kemampuan
Mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak
untuk dapat menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera
pendengaran.
Contoh Permainan :
Nama
Permainan
|
:
|
Apa
yang kudengar ?
|
Kemampuan
|
:
|
-
Menemukan
kembali 2 sampai 4 urutan kata, angka.
-
Menggunakan
dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana.
|
Metode
|
:
|
Tanya
jawab
|
Alat/
Bahan
|
:
|
Radio
Tape, kaset, suara asli.
|
Langkah-langkah permainan :
ü Anak-anak
disuruh memejamkan mata dan mendengarkan suara kaset.
ü Anak
menyebutkan apa yang didengarnya di kaset, misalnya suara angin ribut, bebek,
burung dan gemericik air.
ü Guru meminta
anak lain untuk menyebutkan kembali apa yang telah di dengar secara berurutan,
misalnya : suara angin ribut, bebek, burung dan gemericik air.
2) Kemampuan
Melihat dan Memaham
Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk dapat
menghayati dan memahami alam dengan indera penglihatan serta berkaitan dengan
sesuatu dari peristiwa yang dilihatnya
Contoh permainan :
Nama
Permainan
|
:
|
Ada
apa di lingkunganku ?
|
Kemampuan
|
:
|
Menyebutkan
sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna bentuk
atau menurut ciri-ciri sifat tertentu.
|
Metode
|
:
|
Tanya
jawab
|
Alat/
Bahan
|
:
|
Alat
peraga langsung
|
Langkah-langkah permainan :
ü Guru mengajak
anak keliling
ü Anak melihat
ü Guru bertanya
tentang apa yang dilihatnya
ü Anak
menyebutkan nama-nama benda, binatang, tanaman yang ada disekitarnya/
lingkungannya
3) Kemampuan
Berbicara (Berkomunikasi)
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak
untuk berkomunikasi secara lisan dengan orang lain.
Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai
kosa kata yang telah dikuasai menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara
berstruktur.
Contoh permainan :
Nama
Permainan
|
:
|
Perjalananku
|
Kemampuan
|
:
|
-
Menggunakan
dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, di mana, berapa, bagaimana, dan
sebagainya.
-
Bicara lancer
kalimat sederhana.
|
Metode
|
:
|
Bercerita,
bercakap-cakap
|
Alat/
Bahan
|
:
|
Alat-alat
media kreasi, krayon, cat air, pensil.
|
Langkah-langkah permainan :
1.
Guru meminta anak menceritakan pengalaman
selama perjalanan dari rumah ke TK
2.
Guru mengajukan beberapa pertanyaan mengenai
pengalamannya.
3.
Anak membuat gambar sesuai dengan yang di
ceritakannya.
4.
Guru menuliskan cerita di bawah gambar anak,
apabila anak sudah siap dan mau berinspriasi menulis sendiri diperbolehkan.
4) Membaca Gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak
membaca sesuatu dengan menggunakan gambar.Kemampuan ini sebagai tahap awal
dalam membaca permulaan.
Contoh permainan :
Nama
Permainan
|
:
|
Ke
sekolah
|
Kemampuan
|
:
|
- Bicara lancer
dengan kalimat sederhana.
-Mengurutkan
dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar
-Menceritakan
gambar yang telah disediakan.
|
Metode
|
:
|
Pemberian
tugas, bercakap-cakap/Tanya jawab, bercerita
|
Alat/
Bahan
|
:
|
Gambar
seni
|
Langkah-langkah permainan :
ü Guru membuat 4
bh gambar seri tentang kegiatan anak akan berangkat sekolah, terdiri dari :
Þ Gambar 1 : Anak
bangun tidur
Þ Gambar 2 : Anak
mandi
Þ Gambar 3 : Anak
sarapan pagi
Þ Gambar 4 : Anak
berangkat sekolah
ü Anak
mengurutkan gambar seri
ü Anak
menceritakan gambar yang sudah diurutkannya.
ü Anak dapat
memperkirankan kejadian selanjutnya dari gambar seri tertentu.
b. Permainan
Menulis
Permainan menulis meliputi persiapan menulis
dan bentuk tulisan.
1) Persiapan
menulis
Persiapan menulis adalah kegiatan/ kesanggupan
yang melatih motorik anak.
2) Bentuk tulisan
a) Mencoret
b) Tulisan Horisontal
c) Menulis acak
d) menulis nama
Contoh permainan membaca-menulis di TK
Contoh permainan :
Nama
Permainan
|
:
|
Mencocokan
benda sesuai dengan kartu bergambar
|
Kemampuan
|
:
|
Mencari,
menunjuk sebanyak-banyaknya barang/benda, binatang, tanaman yang mempunyai
warna, bentuk, ukuran dan menurut cirri-ciri tertentu.
|
Metode
|
:
|
Pemberian
tugas
|
Alat/
Bahan
|
:
|
Kartu
kata yang bergambar, benda-benda asli
|
Langkah-langkah permainan :
ü Guru menyiapkan
alat yang diperlukan dan diletakan berjajar
ü Benda-benda
asli di letakan ± 5 m dari letak kartu
ü Anak berdiri
mengamati kata/tulisan di kartu
ü Guru memberi
aba-aba tertentu agar anak mengambil benda-benda tersebut untuk diletakan
sesuai dengan kartu.
DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2009. Metode Pengembangan bahasa.
Jakarta: Universitas Terbuka
Hainstock,
Elizabeth G. Metode Pengajaran Montessori untuk anak Prasekolah, PT Pustaka
Delapratess :1999
Hapidin,
Model-Model Pendidikan untuk anak usia
dini, Jakarta : Ghiyants Alfiani Press, 1999
Susanto, Ahamad. 2011.Perkembangan Anak Usia Dini.Jakarta:Kencana
http://fatonipgsd071644221. wordpress.com/2017/10/07/pengembangan-kemampuan-membaca-anak-usia-dini-melalui-metode-glenn-doman/)
http://blogspot.cara-mengembangkan-pra-baca-tulis/Diakses Tanggal 7 Oktober 2017
[2] Ahmad, Susanto.Perkembangan Anak Usia
Dini,Jakarta:2011,Kencana.hlm. 88
[3] Ibid. hlm.88-89
[6]https://yudhistira31.wordpress.com/2017/10/07/tahap-perkembangan-kemampuan-membaca-pada-anak/Diakses Tanggal 7 Oktober 2017
[7]https://hapidzcs.wordpress.com/2017/10/07/pengembangan-kemampuan-membaca-anak-usia-dini/Diakses Tanggal 7 Oktober 2017
[8]Ahmad, Susanto.Perkembangan Anak Usia
Dini,Jakarta:2011,Kencana.hlm.93-94
[9]Ahmad, Susanto.Perkembangan Anak Usia
Dini,Jakarta:2011,Kencana.hlm.94-95
[10]hapidin,
Model-Model Pendidikan untuk anak usia
dini, Jakarta : Ghiyants Alfiani Press, 1999.hlm.89
[11] Hainstock,
Elizabeth G. Metode Pengajaran Montessori untuk anak Prasekolah, PT Pustaka
Delapratess :1999.hlm.99
No comments:
Post a Comment