MAKALAH EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURKANAKAN (BAGIAN KE SATU)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan
kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah “Ejaan Bahasa Indonesia Yang di Sempurnakan (Bagian Ke Satu)”. Tugas ini
dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah
Bahasa Indonesia. Disamping itu kami juga berharap semoga dengan adanya makalah
ini, dapat memberikan sedikit kontribusi dalam menambah khasanah pengetahuan
teman-teman pembaca.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
banyak memberikan pengetahuan kepada kami dalam menyusun tugas ini serta kepada
semua pihak yang telah membantu.
Selanjutnya dalam penyajian makalah ini, kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kami mengaharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca, khususnya dari teman-teman mahasiswa dan
dosen pembimbing.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan
melisankan bahasa. Hal itu terjadi karena orang terikat
pada kata atau nama itu. Di dalam bahasa, sebetulnya ejaan berhubungan dengan
ragam bahasa tulis. Ejaan adalah cara menuliskan bahasa(kata atau kalimat)
dengan menggunakan huruf atau tanda baca.Di dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia pernah mengunakan beberapa macam ejaan.Mulai dari tahun 1901,
penulisan bahasa Indonesia ( waktu itu masih bernama bahasa Melayu) dengan
abjad Latin mengikuti aturan ejaan yang disebut Ejaan van Ophusyen. Peraturan
ejaan itu digunakan sampai bulan Maret 1947, yaitu ketika dikeluarkan peraturan
ejaan yang baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan
Kebudayaan, Mr. Soewandi dengan Surat Keputusan No.264/Bhg. A. tanggal 19 maret
1947 (kemudian diperbaharui dengan lampiran pada Surat Keputusan tanggal 1
April 1947, No 345/Bhg. A). Peraturan ejaan yang baru itu disebut Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi.
Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang disebut Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mulai Agustus 1972, setelah diresmikan di
dalam pidato kenegaraan Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972.
Penjelasan lebih lanjut mengenai aturan ejeaan itu dimuat dalam (Pedoman Umum)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Dilampirkan pada Surat
Keputusan Menteri pendidikan dan Kebudayaan no.0196/U/1975, tanggal 27 Agustus
1975. Di dalam pedoman itu diatur hal-hal mengenai (1) Pelafalan, (2) Penulisan
huruf, (3)Penulisan kata (4)Penulisan partikel, dan
(5)Penulisan angka bilangan (6) Penulisan unsur serapan dan (7)
Penulisan tanda baca.
Berkenaan dengan hal
diatas, berikut inipenulis akan membahas
beberapa bagian aturan yang meliputi : penulisan huruf, penulisan kata, angka
dan bilangan, kata ganti serta kata sandang.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar
belakang yang kami angkat, maka dapat dirumuskan permasalahn yang akan dibahas
dalam makalah ini, yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana
Penulisan huruf?
2. Bagaimana
Penulisan kata?
3. Bagaimana
Penulisan angka dan bilangan?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
penulisan huruf
2.
Untuk mengetahui
penulisan kata
3.
Untuk mengetahui
penulisan angka dan bilangan
BAB II
PEBAHASAN
A. Penulisan Huruf
Ada dua hal yang diatur mengenai penulisan huruf dalam Ejaan yang
Disempurnakan, yaitu aturan penulisan huruf capital (besar) dan aturan
penulisan huruf miring. Kedua aturan terseebut akan dijelaskan pada uraian
berikut.
a.
Penulisan
Huruf Kapital
Dalam pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan
terdapat sepuluh huruf kapital. Berikut ini disajikan beberapa hal yang masih
perlu diperhatikan:
1)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab
suci termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Allah,yang
Mahakuasa, Bimbinglah hamba-Mu, Quran,Injil, atas rahmat-Mu(bukan atas
rahmatMu), dengan kuasa-Nya (bukan dengan kuasaNya), dengan izin-Ku (bukan
dengan izinKu).
Akan tetapi, huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk menuliskan kata-kata, seperti
imam, makmum, doa, puasa, dan misa.
Misalnya: Saya akan
mengikuti misa di gereja itu, Ia diangkat menjadi imam mesjid di kampungnya.
2)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim, Sultan Hasanuddin.
Akan tetapi, huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama,
nama gelar kehormatan dan keturunan yang tidak dipakai nama orang.
Misalnya: Ayahnya menunaikan ibadah haji, Sebagai seorang sultan,
ia tidak sewenang-wenang.
3)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nam ajabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya: Gubernur Asnawi mangku
Alam, Presiden Carazon Aquino, Rektor Universitas Hasanuddin.
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan, dan pangkat yang tidak diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya: Sebagai seorang gubernur
yang baru, ia berkeliling di daerahnya untuk berkenalan dengan masyarakat yang
dipimpinnya. (bukan Sebagai seorang Gubernur yang baru, ia berkeliling di
daerahnya untuk berkenalan dengan masyarakat yang dipimpinnya.)
4)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nam bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya; bangsa Indonesia, bahasa
Inggris
Perhatikan penulisan berikut:
mengindonesiakan kata-kata asing,
keinggris-inggrisan, kebelanda-belandaan. Perlu kita ingat bahwa yang dituliskan
dengan huruf capital hanya, nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa, sedangkan
kata, bangsa, suku, dan bahsa ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
Benar Salah
bangsa
Indonesia Bangsa Indonesia
suku Melayu Suku Melayu
5)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
Benar Salah
tahun Masehi Tahun Masehi
Proklamasi Kemerdekaan proklamasi
kemerdekaan
Perang Candu perang Candu
6)
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Benar Salah
Teluk Jakarta teluk Jakarta
Sungai Mahakam sungai Mahakam
Asia Tenggara Asia tenggara
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut, berlayar sampai ke
teluk, Jangan mandi di danau yang kotor,mereka menyebrangu selat yang dangkal.
7)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertamanam resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama
dokumen resmi.
Misalnya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Majelis permusyawaratan rakyat.
Perhatikan penulisan berikut:
Dia menjadi
pegawai di salah satu sebuah departemen. Menurut undang-undang, perbuatan itu dapat dijatuhi
hukuman setinggi-tingginya lima tahun.
8) Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya:
Kapan bapak berangkat?, Di mana
rumah Bu Sukryati?
Perhatikan
penulisan yang berikut, Kita harus menghormati ayah dan ibu kita, Semua adik
dan kaka sayang akan berkeluarga, Menurut keterangan Bu Dokter penyakit
saya tidak parah.
9)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata ganti Anda.
Misalnya: Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah
kegemaran Anda?
10)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan
nama diri.
Misalnya:
Dr doktor
S.E sarjana
ekonomi
S.H sarjana
hokum
b.
Penulisan
Huruf Miring
Huruf miring dalam
cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis
bawah, dipakai untuk (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan, (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan
asing, kecuali kata yang telah disesuaikan ejaannya Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata.
Misalnya:
-
Sudahkan Anda membaca buku Negara
Kertagama karang Prapanca?
-
Surat kabar Suara dan
majalah Massa dapat merebut hati pembacanya
B. Penulisan Kata
a.
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis
sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal
b.
Kata turunan
1.
Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran)
ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh: bergeletar, dikelola, penatapan, menengok, mempermainkan.
2.
Jika bentuk dasar berupa gabungan
kata, awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
3.
Jika bentuk dasar yang berupa
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran. Misalnya: menggarisbawahi,
menyebarluaskan, dilipatgandakan.
4.
Jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai. Contoh: antarkota, dasawarsa, adipati, audiogram, ekstrakurikuler, dan lain-lain.
c.
Penulisan Kata
Ulang
1.
Bentuk ulang ditulis dengan
menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
anak-anak mata-mata
berjalan-jalan menulis-nulis
biri-biri mondar-mandir
Catatan:
(1) Bentuk ulang
gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja. Misalnya:
surat kabar
|
→
|
surat-surat
kabar
|
kapal barang
|
→
|
kapal-kapal
barang
|
rak buku
|
→
|
rak-rak buku
|
(2) Bentuk ulang
gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur
pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda. Misalnya:
orang besar
|
→
|
orang-orang
besar
|
orang
besar-besar
|
||
gedung
tinggi
|
→
|
gedung-gedung
tinggi
|
gedung
tinggi-tinggi
|
2. Awalan dan
akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
Catatan: Angka 2 dapat
digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk
keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.
Kami
mengundang orang2 yang berminat
saja.
Mereka
me-lihat2 pameran.
d. Penulisan
kata Ganti ( kata ganti ku, kau, mu dan nya )
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya; kau, mu¸dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
Buku ini ku baca.
Jangan sampai kau melupakan hal itu!
Itu bukan milikmu.
e. Penulisan
Kata Sandang
Kata sandang si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh :
Anak itu digelari sang pengembara.
Syarifah tidak menyukai si malas itu.
C. Penulisan
Angka dan Lambang Bilangan
a. Penulisan
Angka
Pedoman EYD menetapkan empat jenis
penulisan angka.
1.
Angka dipakai untuk menyatakan
lambang bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.
Angka Arab
|
:
|
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
|
Angka Romawi
|
:
|
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),
C (100), D (500), M (1.000), V (5.000),
M (1.000.000)
|
2.
Angka digunakan untuk menyatakan :
(1)
ukuran panjang, berat, luas, dan isi
(2)
satuan waktu
(3)
nilai uang, dan
(4)
kuantitas.
Misalnya :
0,5 sentimeter
|
Rp5.000,00
|
|
5 kilogram
|
£5,10*
|
|
4 meter persegi
|
¥100
|
|
10 liter
|
Catatan :
(1)
|
Tanda
titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
|
(2)
|
Penulisan
lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda
titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya,
kecuali di dalam tabel.
|
3.
Angka lazim dipakai untuk
melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
4.
Angka digunakan juga untuk menomori
bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
b.
Penulisan Lambang Bilangan
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam pedoman EYD, empat
diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam
pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahasa jurnalistik.
1.
Penulisan lambang bilangan satu-dua
kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan
lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu
mencapai dua juta buku.
2.
Penulisan lambang bilangan awal
kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat
ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang
tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada wal
kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia
dalam seminar itu.
3.
Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat
dieja sebagian supaya lebih muda dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat
sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan
dan kemudahan.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10
triliun.
4.
Penulisan lambang bilangan
angka-huruf
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf
sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti kata dan kuitansi.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang
sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Catatan:
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
EYD disini di artikan
sebagai tata bahasa yang di sempurnakan. Dengan kata lain EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam bahasa Indonesia yang mengatur
pengertian diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia.
Ejaan Bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam
abjadnya dari A sampai Z. Beberapa di antaranya merupakan usaha memajukan ejaan
bahasa Indonesia sehingga dapat mengikuti perkembangan kosa katanya. Huruf-huruf tersebut terdiri dari huruf vokal, huruf konsonan,
huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan.
Dalam EYD, terdapat
aturan-aturan untuk dapat disebut ejaan yang sempurna. Yakni: pemenggalan kata
pada kata dasar, penulisan huruf seperti penggunaan huruf kapital atau huruf
besar dan penggunaan huruf miring.
B. Kritik dan Saran
Ejaan yang
disempurnakan adalah ejaan yang telah sesuai dengan perkembangan bahasa
sekarang ini. Sehingga dalam pembuatan karya tulis khususnya yang ilmiah itu
harus menggunakan EYD dengan tetap memperhatikan penggunaan huruf hingga
pembentukan kata dan kalimat dengan tanda-tanda baca yang tepat dan sesuai.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2016, Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan, Jakarta: Balai
Pustaka.
Kushartanti dkk, 2005. Pesona Bahasa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan, Henry Guntur. 1989. Pengajaran
Kosakata. Bandung: Angkasa
Bandung.
https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/EYD
No comments:
Post a Comment