Makalah Tujuan Pendidikan Agama Islam
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan Agama Islam menurut Zuhairini adalah: "Membimbing siswa agar beramal sholeh dan berakhlak mulia Serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan Agama Islam, Madrasah Aliyah Negeri Bengkulu, mengacu kurikulum 1994 Departemen Agama, yang memiliki tujuan untuk :
1) Menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.
2) Menyiapkan siswa agar mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian yang dijiwai oleh ajaran agama Islam.
3) Menyiapkan siswa agar mampu menjadi anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai oleh suasana keagamaan.
Sebagai lembaga pendidikan yang bernuansa agama MAN I Bengkulu memiliki visi terwujudnya generasi yang islami, berahlak mulia, cerdas dan kompetitif. Selanjutnya visi tersebut diwujudkan melalui berbagai misi, antara lain,
1) menyiapkan calon pemimpin masa depan yang memiliki landasan iman dan taqwa yang kuat, beraklak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif dan proaktif.
2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan profesional, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.
3). Menjadikan MAN 1 Kota Bengkulu sebagai barometer dalam pengembangan pengajaran Imtaq dan Iptek bagi lembaga pendidikan lainnya.
Bila dilihat dari aspek visi dan misi pendidikannya, Madrasah Aliyah diharapkan mampu menciptakan keseimbangan antara Iman dan Taqwa (Imtaq) dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pada sisi lain siswa tamatan Madrasah Aliyah diharapkan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan siswa tamatan sekolah umum. Dengan demikian Madrasah Aliyah diharapkan memiliki daya tarik dan diminati masyarakat yang mayoritas beragama Islam dan telah memiliki tradisi dalam mengkaji ajaran Islam baik dalam keluarga ataupun di lingkungan masyarakat.
Namun demikian kenyataan yang terjadi di lapangan masih belum sesuai dari yang diharapkan. Proses pembelajaran yang berjalan di Madrasah Aliyah Negeri I Bengkulu optimal.
Beberapa proses pembelajaran yang belum optimal tersebut diantaranya berkaitan dengan pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI), salah satunya mata pelajaran Al-Quran-Hadits. Belum optimalnya pembelajaran al-quran-hadist di Madrasah Aliyah Negeri I Bengkulu tersebut di antaranya disebabkan belum adanya upaya pemberian kelas tambahan bagi siswa yang berasal dari non madrasah (siswa yang berasal dari SMP umum).
Siswa yang berasal dari SMP umum berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran alquran-hadits. Karena mata pelajaran ini menghendaki siswa mengenal dasar Bahasa Arab. Beberapa kesulitan yang dialami siswa dari observasi tersebut antara lain kesulitan menulis, menghafal dan mengartikan ayat al Quran ataupun hadits.
Kesulitan tersebut salah satunya disebabkan oleh tidak dikuasainya prasyarat materi dasar oleh siswa. Prasyarat penguasaan materi dasar merupakan salah satu syarat bagi siswa untuk menguasai materi selanjutnya. Salah satu masalah yang dapat mengganggu proses hasil belajar adalah minat terhadap suatu pelajaran .
Walaupun minat bukan satu-satunya factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena selain minat ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu,
1) prasyarat penguasaan materi pelajaran,
2) keterampilan belajar,
3) sarana dan prasarana belajar,
4) diri pribadi dan,
5) lingkungan dan sosio emosional .
Tidak dikuasainya prasyarat penguasaan materi pelajaran ini menjadikan siswa kurang berminat belajar alquran-hadits, sehingga prestasi belajarnya rendah. Pada sisi lain, pelajaran-pelajaran rumpun agama merupakan ciri khas dan menjadi tolok ukur sebuah sekolah yang bernuansa madrasah.
Jika siswa madrasah yang seharusnya memliki kemampuan lebih dalam pembelajaran agama namun tidak sesuai dengan harapan, tentu menjadi sebuah kajian yang harus segera dicari jawabannya. Kenyataan inilah yang menjadi daya tarik peneliti untuk mendalami berbagai persoalan yang terkait dengan rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits.
Beberapa indikator yang muncul berkaitan dengan rendahnya minat siswa belajar alquran hadits dapat dilihat dari rendahnya kemampuan siswa membaca alquran dengan baik sesuai kaidah tajwid, jumlah siswa yang hafal alquran dan hadits sangat sedikit sekali, banyak siswa yang menghindar ketika mendapat giliran untuk menghafalkan hadits dan minimnya pengetahuan siswa berkaitan dengan hadits sehari-hari yang seharusnya menjadi warna bagi siswa madrasah.
Untuk mewujudkan siswa yang berhasil dalam belajarnya, mempunyai pengetahuan yang luas, cakap dan kreatif maka perlu usaha untuk pengembangan potensi siswa di sekolah.
Dalam kegiatan belajar siswa harus terbebas dari masalah dan mendapatkan pelayanan pendidikan sebagaimana mestinya. Namun dari kenyataan sehari-hari terlihat jelas bahwa masih banyak siswa yang memiliki masalah dalam belajar serta memiliki perbedaan individu, seperti perbedaan tingkat kemampuan dalam menerima pelajaran, kemampuan fisik, keadaan keluarga, lingkungan dan cara belajar sehari-hari, prasyarat penguasaan materi pelajaran, serta kurangnya keterampilan belajar sehingga sulit bagi siswa mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.
Dalam pelaksanaan proses belajar, siswa tidak terlepas dari berbagai masalah yang menyebabkan perkembangan belajarnya tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Demikian juga dengan siswa Madrasah Aliyah Negeri I Bengkulu, walaupun mempunyai fasilitas dan sarana pendidikan yang memadai serta proses pembelajaran yang baik, tetapi masih banyak siswa yang mengalami masalah-masalah pendidikan dan pelajaran.
Pada dasarnya setiap gejala yang dialami siswa ada sesuatu yang melatarbelakanginya, demikian juga dengan berbagai masalah pendidikan dan pelajaran yang dialami siswa.
Siswa yang tidak konsentrasi dalam belajar dapat dilatarbelakangi oleh gangguan kesehatan, kondisi keluarga yang kurang mendukung, tidak menyukai materi pelajaran dan sebagainya. Setiap jenis masalah banyak sekali faktor yang dapat melatarbelakanginya. Gejala masalah yang sama dapat dilatarbelakangi oleh faktor yang sama tetapi dapat juga dilatarbelakangi oleh faktor yang berbeda.
Bagaimana siswa belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh minatnya.
Karena minat adalah sebagai kecenderungan yang tetap untuk diperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan ” di samping itu minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Sobri A dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Quran Hadits di Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi menyatakan bahwa motivasi belajar siswa pada pembelajaran alquran hadits sangat dipengaruhi oleh minatnya. Jika siswa tersebut miliki minat yang tinggi maka motivasinyapun akan lebih tinggi, sehingga prestasi yang diperoleh lebih baik.
Satu hal yang tidak dapat diabaikan adalah strategi yang diterapkan guru dalam pembelajaran tersebut
Pada penelitian ini peneliti memprioritaskan pengkajian pada minat belajar al Qur'an Hadits. Pentingnya penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana minat belajar siswa terhadap pembelajaran al Qur'an Hadits dengan pertimbangan;
1) Pendidikan agama merupakan masalah mendasar dan menjadi kebutuhan asasi dalam kehidupan manusia.
2) Pendidikan Agama Islam khususnya pembelajaran al Qur'an Hadits merupakan faktor yang relefan untuk menumbuhkan minat baca al Qur'an.
3) Pendidikan Agama Islam dalam hal ini al Qur'an Hadits merupakan Mata, Pelajaran pokok di Madrasah Aliyah Negeri Bengkulu untuk menentukan kenaikan kelas.
Bertitik tolak dari hal di atas, maka pembelajaran al Qur'an Hadits merupakan mata pelajaran utama yang menentukan kualitas, dan menjadi tolok ukur naik tidaknya siswa pada kelas berikutnya. Urgensi pembelajaran al-Qur'an Hadits yang kurang mendapatkan respon dari siswa menjadi daya tarik penulis untuk meneliti masalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang minat yang meliputi:
1. Bagaimana minat belajar siswa dalam pembelajaran alquran hadits?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran alquran hadits?
3. Upaya-upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan minat siswa belajar alquran hadits?.
C. Metodologi
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif kualitatif yang bersifat studi kasus (case studies).
Dalam penelitian kasus, unit yang diteliti lebih sempit tetapi mendalam . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: gambaran minat belajar siswa dalam pembelajaran alquran hadits di MAN I Kota Bengkulu
Langkah-langkah dalam penelitian kasus adalah:
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai secara jelas.
2) Menetapkan cara pendekatan yang akan digunakan.
3) Mengumpulkan data yang telah diperlukan sesuai dengan rancangan yang telah disediakan.
4) Data-data yang telah dikumpulkan diorganisasikan menjadi rekonstruksi unit studi yang koheren dan terpadu secara baik dan utuh.
5) Menyusun laporan penelitian dengan menghindarkan ”bias” dari pribadi peneliti .
2. Lokasi Penelitian
MAN I atau yang lebih dikenal dengan sebutan MAN Model terletak di Jl. Cimanuk Km 6,5 Kelurahan Jl. Gedang Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.. Berdasarkan klasifikasi geografinya, sekolah ini terletak agak ke dalam. Namun, lalu lintas di jalan ini cukup ramai.
Karena di Jl. Cimanuk ini terdapat beberapa lembaga pendidikan seperti Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Semarak Bengkulu, SMP Negeri 4 Bengkulu yang termasuk kategori sekolah unggul di Kota Bengkulu, demikian juga SD 20 juga bisa melewati jalan ini. SMA Idhata dan Program Studi PGSD Universitas Bengkulu. Walaupun lokasi sekolah ini agak ke dalam tetapi tetap ramai oleh lalu lintas kendaraan, apalagi status MAN Model yang termasuk sekolah unggulan.
3. Informan Penelitian
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian Dalam menentukan siapa yang akan dijadikan informan penelitian, peneliti terlebih dahulu menentukan informan kunci dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan berikutnya. Informan kunci adalah subjek yang benar-benar menguasai permasalahan dan akan sia-sia mencari informasi berikutnya ke informan lain , karena tidak akan ditemukan informasi baru. Dalam memilih informan kunci, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan , yaitu:
1) Subjek yang telah cukup lama dan intensif ”menyatu” dengan kegiatan yang menjadi sasaran/perhatian penelitian,
2) Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan/kegiatan yang menjadi sasaran/perhatian penelitian,
3) Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk dimintai informasi,
4) Subjek yang relatif ”lugu” dalam memberikan informasi, dan
5) Subjek yang sebelumnya tergolong masih ”asing” dengan peneliti.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini informan kunci didasarkan pada pertimbangan bahwa informan tersebut haruslah memiliki pengalaman yang banyak mengenai latar penelitian dan benar-benar terkait dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu minat siswa dalam belajar alquran hadits. Maka dalam penelitian ini ada beberapa unsur yang dijadikan sebagai informan kunci adalah: 3 siswa yang kurang berminat dalam belajar alquran hadits, dalam hal ini siswa kelas X dan kelas XI . Sedangkan informan tambahan adalah: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, guru pembimbing (guru BK), dan sebagainya.
4. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Data sekunder adalah data tentang kondisi umum lokasi penelitian. Untuk mendapatkan kedua data tersebut, peneliti menggunakan tiga metode yaitu:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan bertujuan mendapatkan data mengenai minat siswa dalam belajar alquran hadits serta factor penyebab kurangnya minat siswa belajar alquran hadits. Untuk mendapatkan informasi tersebut, data diambil dengan salah satunya teknik wawancara mendalam (depth interview). Dengan teknik tersebut peneliti dapat menggali apa yang dikatakan dan dirasakan oleh subjek (explicit knowledge) dan apa yang tersembunyi (tacit knowledge) dan terjadi baik masa lampau maupun sekarang. Dalam rangka wawancara mendalam, peneliti berusaha menempatkan informan sebagai teman sejawat dengan selalu berusaha memelihara keharmonisan hubungan antara peneliti dengan informan (rapport). Untuk mengoptimalisasikan kelengkapan dan kesempurnaan data melalui wawancara mendalam, peneliti berusaha mengadakan pertemuan di tempat para informan berkumpul bersama teman-teman seperti: sekolah, kantin, warung, masjid, di rumah dan sebagainya.
b. Pengamatan
Dalam proses pengamatan, peneliti hanya mengamati semua hal yang berkaitan dengan perilaku siswa dalam belajar alquran hadits, bukanlah konsep abstrak yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. Peneliti ingin menemukan konsep-konsep yang berkembang dalam diri siswa yang belajar alquran hadits yang disebut dengan insider’s point of view.
c. Studi Dokumentasi
Data sekunder dikumpulkan melalui studi dokumentasi yaitu informasi yang sumbernya non-manusia (non-human source of information). Informasi ini berupa dokumen dan rekaman yang telah tersedia sehingga relatif mudah untuk mendapatkannya. Data yang akan digunakan adalah data siswa, catatan kasus, buku tamu, data perkembangan siswa, hasil belajar siswa, data guru, dan sebagainya.
d. Teknik Menjamin Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data, peneliti mengacu pada penggunaan standar keabsahan data berikut yaitu:
1. Kepercayaan (Credibility)
Kepercayaan berarti menjaga kepercayaan penelitian dengan cara:
a) Memelihara keakraban peneliti dengan informan secara langsung dalam memperoleh data yang diperlukan.
b) Bertanya kepada kawan sejawat yang tidak ikut meneliti untuk membicarakan dan mengkritik seluruh proses dan hasil penelitian.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan awal yang baik untuk menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang dirumuskan. Kawan sejawat adalah mahasiswa Pascasarjana STAIN Bengkulu. Selama penelitian dilakukan diskusi dengan pihak-pihak tersebut di atas pada waktu-waktu yang memungkinkan.
2. Keteralihan (Tranferability)
Pembaca laporan penelitian ini diharapkan mendapat gambaran sejelas-jelasnya mengenai konteks dan situasi penelitian. Hal ini bertujuan agar temuan penelitian ini dapat diberlakukan kepada konteks dan situasi lainnya yang sejenis. Dengan kata lain, adanya kemungkinan penggunaan hasil temuan penelitian ini pada satu konteks ke konteks lain. Untuk maksud ini, diperlukan deskripsi konteks yang jelas, rinci, sistematis dan mendalam (thick description). Peneliti menguraikannya pada temuan umum penelitian yaitu:
1) Gambaran umum wilayah penelitian,
2) Sejarah madrasah,
3) Visi dan misi madrasah,
4) Sarana penunjang proses pembelajaran, dan
5) Gambaran umum guru MAN Model Bengkulu.
3. Dapat Dipercaya (Dependability)
Peneliti mengusahakan konsistensi dalam keseluruhan proses penelitian ini agar dapat memenuhi persyaratan yang berlaku. Semua aktifitas penelitian ditinjau ulang terhadap data yang telah diperoleh dengan memperlihatkan konsistensi dan dapat dipertanggung-jawabkan.
Hal ini juga dibuktikan dengan kehati-hatian peneliti dalam mengumpul-kan data dan mengkonseptualisasikannya.
4. Penegasan atau Kepastian (Conformability)
Data dapat dipastikan kepercayaan atau diakui oleh banyak orang (objektifitas) sehingga kualitas dapat dipertanggung-jawabkan sesuai fokus dan latar alamiah penelitian yang dilakukan. Hal ini juga menyangkut kualitas dari hasil penelitian yang tergantung pada proses yang menghasilkan laporan penelitian yang benar.
Oleh karenanya peneliti harus menghilangkan subjektifitas atau pandangan mengenai informan. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan tidak tercampur dengan pandangan peneliti. Dalam hal ini peneliti menyediakan segala rekaman data, interpretasi dan kesimpulan dan tim pembimbing sebagai auditor.
5. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasi-kannya ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar . Secara umum, analisa data yang digunakan pada penelitian ini berpedoman pada model Spradley (Tanpa Tahun) yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan yaitu:
1) Menentukan situasi sosial,
2) Melakukan pengamatan lapangan,
3) Pengamatan terseleksi, dan
4) Menuliskan laporan penelitian.
C. Hakikat Minat Belajar
1. Pengertian minat belajar
Kajian teori yang berkaitan dengan topik penelitian ini telah banyak dilakukan, yang dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian dan bahan pustaka yang mengupas tentang masalah minat belajar dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik. Antara guru dan siswa itu merupakan salah satu syarat terwujudnya proses belajar mengajar.
Proses dalam pengertian di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan.
Komponen belajar mengalam dalam pengertian ini meliputi
1) tujuan instruksional yang hendak dicapai,
2) materi pelajaran,
3) metode mengajar,
4) alat peraga atau media pengajaran dan
5) evaluasi sebagai alat ukur tercapai tidaknya tujuan.
Belajar itu merupakan proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya. Mengajar merupakan suatu pembuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya .
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar.
.Minat merupakan salah satu hal yang menarik untuk dikaji para psikolog, karena minat memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Banyak pengertian minat yang dikemukakan para ahli sesuai dengan sudut pandang masing-masing ahli. Kata minat sama dengan kata interest dalam bahasa Inggris.
Kata interest diambil dan kata interesse dalam bahasa Latin yang berarti “berada di antara”, “memperhatikan”, “berada di antara nilai”, “membuat suatu perbedaan”,. minat merupakan sebuah bentuk dan bagian emosional kehidupan individu yang disangkutpautkan dengan sistem kebiasaan umum dan àktivitas. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa minat berada dalam diri individu dalam kaitannya dengan aktivitas hidupnya.
W.J. Ennever dan T. Sharper Knowison dalam bukunya yang berjudul Your mind and How to Use It, menyatakan bahwa minat adalah perasaan yang menyertai dan melingkupi tujuan utama seseorang, tujuan yang membuat hidup layak dihayati, satu hal yang diinginkan melebihi apapun. minat berarti perhatian, berarti pengetahuan yang kokoh, dan pengetahuan yang kokoh dapat dengan mudah diingatkan.
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Harry Dexter Kitson bahwa berminat terhadap sesuatu hal mengandung arti menarik din sendiri lebih dekat pada hal tersebut dan menyamakan din sendiri dengan hal itu. Minat menjadi pertanda perighapusan jarak antara seseorang yang berininat dengan sesuatu hal itu. Penghapusan jarak itu mencerininkan perpaduan antara orang yang berminat dengan sasaran minatnya.
Strong mengemukakan pendapat bahwa minat memiliki lima ciri. Yang pertama, minat selalu berkembung dengan suatu aktivitas. Kedua, minat bersifat menetap.
Ketiga, minat memiliki intensitas tertentu. Keempat, di dalam ininat terdapat unsur penerimaan dan penolakan, dan yang terakhir di dalam ininat terdapat adanya kesiapan untuk berbuat.. Dan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa bentuk objek minat sangat menentukan bentuk minat yang dimiliki seseorang. Melalui beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ininat adalah kesiapan batin seseorang untuk menghadapi dan melibatkan din dalam suatu objek yang sesuai dengan din seseorang atau perbuatan tertentu yang dipikirkan secara bebas, mengikat perhatian dan menjadi sumber kepuasan yang ada pada diri seseorang.
Eksistensi minat yang terdapat pada diri seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor .
Minat yang dimiliki seseorang akan mengalaimi perkembangan. Perkembangan minat sangat beriringan (paralel) dengan beberapa faktor yang memungkinkan keragaman tingkat minat terhadap suatu obyek minat. Faktor-faktor tersebut meliputi perkembangan fisik, perkembangan mental, kesempatan untuk belajar dan lingkungan. Selain faktor biologis, lingkungan dan variasi budaya, faktor masa (dekade) dan perubahan teknologi juga memiliki peran dalam perkembangan minat seseorang.
2. Beberapa Kondisi yang Mempengaruhi Minat
a. Status ekonomi
Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.
b. Pendidikan
Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya . Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka.
c. Pola pengasuhan orang tua Orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih, penuh pengertian, demokratis akan dapat menumbuhkan minat pada anak. Sedangkan orang tua yang cenderung otoriter dan mentelantarkan anak cenderung membuat anak kehilangan minat dalam melakukan sesuatu.
3. Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melaikan perubahan kelakuan . Selain rumusan diatas, adapula tafsiran lain tentang belajar, yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
1). Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari situasi belajar,
2) Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri, di dalam mecapai tujuan itu, siswa senantiasa akan menemui kesulitan rintangan-rintangan dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan,
3) Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya dan,
4) Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengerlian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang barn secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendini dalam interaksi dengan lingkungannya.
4. Cara Belajar Menurut Al-Quran
a. Meniru (Imitation)
Manusia akan belajar banyak perilaku dan kebiasaanya pada fase awal kehidupannya dengan cara meniru kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Ia, misalnya mulai belajar bahasa dengan mencoba meniru kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya dengan mengucapkan beberapa patah kata diulang beberapa kali dihadapannya. Ia juga akan belajar berjalan dengan mencoba meniru kedua orang tuanya.
Al-Quran mengemukakan sebuah contoh yang menjelaskan bagaimana manusia belajar dengan cara meniru. Hal itu terjadi tatkala Qabil membunuh saudaranya Habil. Qabil tidak tahu bagaimana cara mengurus mayat saudaranya. Lalu Allah SWT mengirim burung Gagak yang menggali tanah untuk mengubur Gagak yang sudah mati.
Dari sana tahulah Qabil bagaimana seharusnya ia mengubur mayat saudaranya itu. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Maidah ayat 31 yang artinya:
”Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya.Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal” .
Karena tabiat manusia cenderung suka meniru dan belajar berperilaku dengan cara meniru, teladan yang baik menjadi sangat urgen dalam pendidikan dan pengajaran.
b. Berpikir
Manusia juga belajar melalui berpikir. Ketika seseorang berpikir untuk memecahkan masalah tertentu. Pada hakikatnya ia saedang melakaukan semacam trial and error secara intelektual .
Jadi dengan berpikir, seseorang belajar membuat solusi baru atas berbagai persoalan. Dengan berpikir, seseorang juga dapat mengungkapkan korelasi antara berbagai objek dan peristiwa, menelurkan prinsip dan teori baru, serta menemukan berbagai penemuan baru.
Oleh karena para psikolog menyebut proses berpikir sebagai proses belajar tingkat tinggi.
Diskusi, dialog dan konsultasi para pemikir merupakan faktor yang dapat membantu memperjelas sebuah pemikiran. Cara ini dapat mengarah pada penemuan kebenaran serta mengantarkan pada solusi yang tepat atas permasalahan yang sedang dikaji.
Al-Quran juga mendorong permusyawaratan serta memuji keutamaan kaum mukminin yang mengadakan musyawarah berkaitan dengan persoalan mereka dengan harapan sampai pada kebenaran dan mampu mewujudkan keadilan di masyarakat.
Artinya:
”Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka” .
E. Pembahasan
1. Disikripsi Wilayah Penelitian
Pendidikan Guru Agama Islam Negeri (PGAN) Kota Bengkulu, didirikan pada tahun 1979, yang di pelopori oleh Departemen Agama dan dukungan dari tokoh agama serta tokoh masyarakat. Pendidikan Guru Agama Islam Negeri pada saat itu dipimpin oleh Bapak Drs. Baharudin.Dj, sampai dengan tahun 1992, seiring dengan perjalanan Madrasah pada tahun 1992 di alih pungsikan dari Pendidikan Guru Agama Islam Negeri (PGAN) menjadi Madrasah Aliyah Negeri Kota Bengkulu yang dipimpin oleh Bapak Drs. Saleh Hadi susanto. sampai dengan tahun 1995, dan pada tahun 1998 berganti nama menjadi Madrasah Aliyah Negeri Model Kota Bengkulu dan dipimpin oleh Bapak. Drs. Rizkan A Rahman, sampai tahun 2003, kemudian Madrasah Aliyah Negeri Model Kota Bengkulu dipimpin oleh Ibuk. Hj. Darnawilis. S.Ag.
Sehubungan dengan animo masyarakat yang cukup tinggi untuk memasukkan putra-putrinya ke Madrasah Aliyah Negeri Model Kota Bengkulu semakin meningkat, maka pada tahun 2004, dikembangkan dan dibangun gedung lokal jauh Madrasah Aliyah Negeri Model Kota Bengkulu yang terletak di Desa Pekan Sabtu Padang kemiling Kota Bengkulu yang pada saat itu Pjs. Kepala dipimpin oleh Ibuk Dra. Miswati Natalia. Karena fasilitas sarana dan prasarana yang telah memadai serta guru dan siswanya telah mencukupi, maka pada tahun 2004 Madrasah Aliyah Negeri Model lokal jauh tersebut dinegerikan menjadi Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bengkulu, yang dipimpin oleh Bapak Drs. Mulya Khudori, Sehingga Madrasah Aliyah Negeri Model Kota Bengkulu berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Kota Bengkulu. sampai sekarang dan masih dipimpin oleh Ibu Hj. Darnawilis. S.Ag. Demi tercapainya tujuan pendidikan dimasa-masa yang akan datang lebih meningkat, sesuai dengan harapan orang tua/wali siswa, maka Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Kota Bengkulu, berusaha dari tahun-ketahun untuk memberikan layanan yang terbaik dan meningkatkan mutu pendidikan yang didukung oleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang berkwalitas, berdedikasi tinggi, dan berakhlak mulia. Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Kota Bengkulu Alhamdulillah fasilitas sarana dan prasarana telah memadai seperti gedung belajar siswa telahmencukupi, Ruang Kepala, Ruang Gruru, Ruang BK, Ruang UKS, Ruang Koperasai, Kantin, Labor komputer, labor fisika, labor kimia, labor biologi, labor bahasa, Ruang Multi media, Gedung Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB, Perpustakaan yang megah dan telah mendapatkan juara tingkat Nasional serta Masjid yang megah. Karena Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Kota Bengkulu telah mempunyai sarana dan prasarana yang memcukupi dan telah memiliki Sistem Impormasi Madrasah (SIAM), Sistem Informasi Perpustakaaan (Simpus) dan Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG), maka Direktur Jenderal Pendidikan Kementerian Agama RI. Memberikan ijin untuk mengembangkan Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bengkulu menjadi Madrasah Rintisan Bertahab Internasional (RMBI) dan pelaksanaannya akan dimulai pada tahun pelajaran 2010/2011.
2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif maka dalam temuan penelitian ini tidak menggunakan hitungan atau rumus statistik. Temuan penelitian dinaratifkan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan informan. Dalam penelitian kualitatif sebelum data ditampilkan terlebih dahulu direduksi, data hasil wawancara yang dianggap tidak mendukung hasil penelitian diedit dan tidak dimasukkan, sehingga data yang ditampilkan adalah data yang telah melewati verifikasi, sehingga menjadi data yang ditampilkan dapat dipertanggungjawabkan.
a. Minat belajar siswa dalam belajar alquran hadits
Temuan penelitian menunjukkan bahwa minat siswa dalam belajar al quran hadits dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan karena kemampuan dasar siswa dalam membaca alquran yang belum lancar. Secara teori minat merupakan salah satu aspek psikis yang mendorong seseorang untuk rnencapai tujuan. Setiap individu mempunyai kecenderungan dasar untuk berinteraksi dengan suatu objek yang ada dilingkungannya. Apabila obyek tersebut dapat memberikan kesenangan dan harapan pada dirinya, maka hal ini akan menimbulkan suatu kesenangan batin.
Oleh karena itu minat sangat berperan dalam pencapaian tujuan seseorang, karena hal ini akan rnenadi sebab untuk melakukan aktivitas pada obyek tertentu dalarn bidangnya masing-masing. Menurut pendapat Skiner yang dikutip Slameto menyatakan bahwa; “minat sebagai motif yang menyenangkan dan rnenunjukkan arah perhatian individu pada obyek tertentu”.
Idealnya siswa MAN seharusnya memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran ini. Karena mata pelajaran ini memuat tuntunan hidup sebagaimana firman Allah SWT
Artinya:
”Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” .
Artinya:
”Al Quran Ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini” .
Dengan memahami firman Allah ini seharusnya seluruh manusia memiliki motivasi yang tinggi dalam mempelajari al Quran. Karena Al Quran merupakan tanda cinta Allah kepada hamba-Nya
Selain itu minat juga dipengaruhi oleh bagaimana metode dan strategi guru dalam mengajar. Banyak murid yang tidak berminat ‘untuk mengajukan pertanyaan. Mereka sudah terlalu sering mendengar: “Jangan bertanya begitu bodoh!” atau “Jangan bertanya terus menerus saja!”
Hal ini dapat menimbulkan anggapan; jika ingin dianggap pintar, tak boleh mengajukan pertanyaan, pertanyaan yang mungkin terdengar “bodoh”, agar kesan pintar itu tidak menjadi kabur. Yang bodohlah yang bertanva. Guru harus menarik murid-murid ke luar dan kesalahan pandangan yang seperti ini. Mereka harus mendapat kembali sebagian dan keadaan semula, ketika dahulu mereka mencoba menaklukkan dunia ini melalui pertanyaan “mengapa” yang terus menerus itu.
Minat seseorang juga dipengaruhi oleh faktor pola asuh orang tua. Menurut hasil penelitian Ramita gaya pengasuhan orang tua yang demokratis memiliki pengaruh yang positif terhadap minat belajar anak, jika dibandingkan dengan orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan otoriter maupun permissive.
Orang tua yang mampu menciptakan suasana keluarga yang demokratis akan dapat meningkatkan minat belajar anak-anaknya .
Ciri-ciri orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis tersebut sebagai berikut :
1) memperhatikan dan mencintai keluarga
2) bersikap terbuka dan jujur
3) orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan menghargai pendapatnya
4) Ada sharing masalah atau pendapat diantara anggota keluarga.
5) Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi.
6) Orang tua melindungi dan mengayomi anak.
7) Komunikasi antar anggota keluarga berlangsung dengan baik.
8) Keluarga memenuhi kebutuhan psikologis anak dan mewariskan nilai-nilai budaya.
9) Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Suasana keluarga yang demokratis tersebut hendaknya melekat pada pembinaan orang tua, sehingga minat anak dalam belajar tetap terpelihara.
b. Faktor yang mempengaruhi minat siswa
belajar alquran hadits
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya minat siswa belajar alquran hadits antara lain siswa belum lancar membaca alquran, metode guru kurang menarik, pelajaran tajwid sulit dipelajari, sulit menghafal dan belum adanya media audio visual yang dapat merangsang minat anak.
Jika dikaji secara teori factor yang mempengaruhi minat siswa belajar alquran hadits di atas disebabkan 2 faktor, yakni factor intrinsik dan ekstrinsik. Minat intrinsik adalah kecenderungan seseorang untuk berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, sedangkan minat ekstrinsik merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih aktivitas tersebut berdasarkan tujuan agar dapat memenuhi harapan orang-orang tertentu .
Secara umum munculnya minat dipengaruhi factor sebagai berikut:
1) kebutuhan dari dalam yaitu kebutuhan jasmani kejiwaan,
2) factor motif social yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan sekitarnya,
3) factor emosional yaitu ukuran intensitas seseorang dalam memperoleh terhadap suatu keinginan dan objek tertentu .
Salah satu faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah factor kebutuhan dari dalam yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan , berkaitan dengan kondisi di atas dapat dinyatakan bahwa siswa belum merasakan bahwa pelajaran alquran hadits adalah salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai dan merupakan kewajiban bagi seorang muslim dan muslimah untuk mempelajarinya. Jika para siswa sudah menyadari dan memahaminya, perlahan namun pasti minat tersebut akan muncul.
3. Upaya guru dalam meningkatkan minat siswa dalam belajar alquran hadits
Upaya guru dalam meningkatkan minat siswa dalam belajar alquran hadits secara umum sudah baik. Artinya guru sudah berusaha meningkatkan minat belajar siswa dengan berbagai cara, namun hasilnya belum memuaskan, masih terdapat siswa yang minatnya kurang dalam belajar alquran hadits.
Adapun teknik untuk menumbuhkan minat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan,
2) menghubungkan dengan pengalaman yang lampau,
3) memperoleh kesempatan untuk mencapai hasil yang baik.
Apa yang dilakukan oleh tim guru mata pelajaran Al-Quran Hadits ini sudah sesuai dengan tuntunan yang ada dalam Al Quran, di mana mereka memberikan kabar gembira bagi siswa yang mampu membaca al Quran dengan baik. Sebagaimana firman Allah SWT
Artinya: “Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertaqwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 103)
Motivasi dalam proses pembelajaran harus dapat memacu anak didik untuk mengoptimalkan potensi belajar yang dimiliki, agar dapat mewujudkan prestasi terbaik (ihsan) dalam mengikuti pembelajaran. Sebagaimana firman Allah berikut ini, yang artinya:
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya malainkan dengan kekuatan.” (Q.S. Ar-Rahman : 33 )
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq.” (Q.S. Ali Imran : 110)
Selain itu minat juga dapat ditingkatkan dengan memberikan motivasi dan pujian. Karena salah satu keberhasilan sistem pembelajaran yang baik bergantung pada upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswanya .
Untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar di sekolah dapat diupayakan dengan pemberikan penguatan-penguatan, adapun bentuk dan caranya sebagai berikut :
a. Pemberian pujian
Pujian adalah bentuk penguatan yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Pemberian pujian harus dilakukan dengan tepat, karena pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
b. Pemberian penghargaan.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata verbal seperti ucapan: bagus sekali, hebat, menakjubkan. Kata-kata verbal ini mengandung makna yang positif karena akan menimbulkan interaksi dan pengalaman pribadi bagi pribadi siswa itu sendiri.
c. Pemberian hadiah
Pemberian hadiah dapat berupa barang tertentu, tetapi harus diwaspadai agar jangan sampai hadiah menjadi pengganti tujuan belajar.
d. Memberikan nilai
Pemberian nilai dilakukan sebagai pemacu siswa untuk belajarr lebih giat.
Dengan mengetahui hasil yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
a. Menumbuhkan persaingan dalam diri individual maupun kelompok
Maksudnya adalah guru memberikan tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam melakukan tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan dapat membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukan dengan hasil siswa yang lainnya. Saingan atau kompetisi, baik persaingan individual maupun kelompok dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa dan meningkatkan prestasi siswa.
f. Memberikan contoh yang positif
Dalam memberikan pekerjaan kepada siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya lainnya.
g. Penampilan guru
Penampilan guru yang menarik, bersih, dan rapi, sopan dan tidak berlebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa dengan ramah akan membuat siswa merasa nyaman dan senang mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
F. Penutup
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa siswa kurang berminat dalam belajar al-quran hadits, hal ini ditunjukkan dengan perilaku siswa yang terkadang ribut di saat guru mengajar, tugas hafalan tidak dikerjakan dengan baik, mencontoh tugas teman dan kurang motivasi dalam belajar.
Adapun faktor penyebab kurangnya minat siswa dalam belajar al quran hadits disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kemampuan dasar siswa dalam membaca al-quran yang kurang baik, siswa berasal dari sekolah umum (bukan dari madrasah tsanawiyah), metode dan strategi pembelajaran guru yang kurang menarik, belum adanya fasilitas yang mendukung minat siswa seperti labor multiaudio visual, pola asuh orang tua dan sikap kebiasaan belajar siswa.
Upaya guru dalam meningkatkan minat siswa belajar alquran hadits antara lain dengan cara memberikan motivasi dan pujian, menyarankan siswa yang belum lancar membaca alquran agar mengikuti ekstra membaca alquran.
2. Saran
Dari temuan penelitian ada beberapa saran yang dapat disampaikan, antara lain:
a. Guru perlu meningkatkan minat belajar siswa dengan melakukan berbagai variasi pembelajaran, sehingga siswa dapat menyenangi pelajaran al-quran hadits.
b. Perlu kerja sama antara guru bahasa Arab dan guru al-quran hadist dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca al-quran
c. Sekolah perlu dengan segera menyediakan fasilitas labor yang dapat mempercepat siswa memahami al-quran. Selain itu dengan labor multimedia siswa akan lebih tertarik karena memiliki variasi yang menumbuhkan minat dalam proses pembelajaran.
d. Perlunya kerja sama dengan wali murid/orang tua siswa dalam mendorong siswa agar mencintai al-quran.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 1998. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
A. Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian: Dasar-Dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP Press
Alek Sobur. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia
Andi Mapiare. 1993. Psikologi Orang Dewasa bagi Penyesuaian Diri dan Pendidikan. Surabaya: Usahan Nasional
Adris Syukur. 1996. Hubungan Jenis Pendidikan Minat dan Sikap Terhadap Keterampilan Elektronik serta Kemampuan Awal dengan Prestasi Latihan Kerja. Surakarta: UMS
Bimbo Walgito. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Djumhur
Moh. Surya. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu.
Elizabeth, B. Hurlock. 1995. Psikologi Perkembangan: Rentang Kehidupan Manusia Sepanjang Masa. Jakarta: Ghalia Indonesia
J. Mursall, S. Nasution . 1993. Mengajar Anak dengan Sukses. Bandung: Pn.
Jemmars.
J. Drost, sj. 1993. Membantu Anak Mengerjakan Pekerjaan Rumah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kartini Kartono. 1996. Pengantar Metodologi Rises Social Mandor. Yokyakarta: Maya.
Kurt Singer. 1987. Membina Hasrat Belajar Anak di Sekolah. Bandung: Remadja Karya.
Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. California: Sage Publication.
Noeng Muhadjir. 1992. Pengukuran Kepribadian. Yokyakarta: Rake Serasin
Prayitno. 2010. Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Patton, Michael Guiin . 1990. Qualitatif Evaluation and Research Methode. London: Sange Publication.
Syamsu Yusuf. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Sudarsono. 1988. Beberapa Prinsip Penelitian, Bimbingan dalam Penelitian. Yokyakarta.
Sumardi Suryabrata. 1983. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi.
Slameto. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sobri, A. 2003. Strategi Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Alquran Hadits di MAN Model Jambi. Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Program Pascasarjana.
Tamrin. 2003. Optimalisasi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Alquran Hadits (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri Bengkulu). Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Program Pascasarjana
The Liang Gie. 1988. Kemajuan Studi Nomor Satu. Yokyakarta: Pusat Kemajuan Studi.
Umar Hamalik. 2008. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Robert K. Yin. 2000. Study Kasus (Dwain dan Model) Jakarta: Raja Grafindo
Ratnawilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Zuhairini. 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama. Cet. VIII. Surabaya: Usaha Nasional.
Lexy, J. Moleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
No comments:
Post a Comment