1

loading...

Monday, November 12, 2018

MAKALAH FILSAFAT MODERN


MAKALAH FILSAFAT MODERN 

BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan muncuknya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik.
Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap  kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana latar belakang munculnya filsafat modern?
2.      Apa saja aliran pemikiran dalam filsafat modern?
3.      Apa penyebab keruntuhan filsafat modern ?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk memahami bagaimana latar belakang munculnya filsafat modern.
2.      Untuk mengetahui apa saja aliaran pemikiran filsafat pada zaman modern.
3.      Untuk mengetahui penyebab runtuhnya filsafat modern

D.    MANFAAT
1.      Makalah ini bermanfaat untuk penulis sebagai bahan dalam belajar.
2.      Makalah ini bermanfaat untuk masyarakat agar mengetahui tentang filsafat modern.
BAB II
Pembahasan
Filsafat Modern
A.    Latar Belakang Munculnya Filsafat Modern
Filsafat zaman modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut dengan “Renaissance” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung di abad ke-18 itu, didalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pertama, semakin berkurangnya kekuasaan Gereja, kedua, semakin bertambahnya kekuasaan ilmu pengetahuan. Pengaruh dari gerakan Renaissance dan Aufklaerung itu telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan zaman modern berkembang dengan pesat dan semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma Gereja. Terbebasnya manusia barat dari otoritas Gereja dampak semakin dipercepatnya perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Sebab pada zaman Renaissance dan Aufklaerung perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan tidak lagi didasarkan pada otoritas dogma-dogma Gereja, melainkan didasarkan atas kesesuaiannya dengan akal. Sejak itu kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode, perkiraan, dan pemikiran yang dapat diuji. Kebenaran yang dihasilkan tidak bersifat tetap, tetapi dapat berubah dan dikoreksi sepanjang waktu. Kebenaran merupakan “ a never ending process”, bukan sesuatu yang berhenti, selesai dalam kebekuan normatif atau dogmatis.
Pada umumnya, para sejarawan sepakat bahwa zaman modern lahir sekitar tahun 1500-an di Eropa. Peralihan zaman ini ditandai dengan semangat anti Abad Pertengahan yang cenderung mengekang kebebasan berpikir. Sesuai dengan istilah “modern” yang memiliki arti baru, sekarang, atau saat ini, filsafat modern merupakan sebuah pemikiran yang menganalis tentang kekinian, sekarang, subjektivitas, kritik, hal yang baru, kemajuan, dan apa yang harus dilakukan pada saat ini. Semangat kekinian ini tumbuh sebagai perlawanan terhadap cara berpikir tradisional Abad Pertengahan yang dianggap sudah tidak relevan.
Filsafat Abad Modern memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat Abad Pertengahan. Perbedaan itu terletak terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri. Kekuatan yang mengikat itu ialah Agama dengan Gerejanya, serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut.
Para filosof modern pertama-tama menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau dogma-dogma Gereja, juga tidak berasal dari kekuasaan feudal, melainkan dari diri manusia sendiri.
B.      Macam-macam Aliran Pemikiran dalam Filsafat Modern
1)      RASIONALISME (DESCARTES – SPINOZA – LEIBNIZ)
Rasionalisme adalah paham filsafat yang  mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.
a.       Tentang Kesadaran
Dengan konsep dan metode pengetahuannya yang rasional dan baru, Rene Descartes dijuluki Bapak Filsafat Modern. Ia meyakini bahwa sumber pengetahuan yang benar adalah rasio, bukan mitos, prasangka, omongan orang, ataupun wahyu seperti yang diyakini pada Abad Pertengahan. Ia sangat yakin pada kemampuan rasio untuk mencapai kebenaran, lantaran di luar rasio mengandung kelemahan atau kesangsian. Atas keyakinannya pada rasio tersebut, ia membangun pemikiran filsafatnya.
Rasio yang dimaksud oleh Descartes adalah kesadaran (cogito). Sejak Descartes mengeluarkan konsepnya tentang kesadaran, para filsuf mulai benar-benar menggeluti masalah kesadaran.
b.      Metode Keraguan
Descartes menjelaskan pencarian kebenaran melalui metode keragu-raguan. Karyanya, A Discourse on Methode mengemukakan empat hal berikut :
-          Kebenaran baru dinyatakan sahih jika telah benar-benar indrawi dan realitasnya telah jelas dan tegas (clearly and distincictly.
-          Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu sampai sebanyak mungkin, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
-          Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
-          Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitungan-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga diperoleh keyakinan bahwa tidak ada satu pun yang mengabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu.
c.       Tiga Realitas
Descartes menegaskan adanya tiga realitas atau substansi bawaan (ide-ide bawaan). Adapun ketiga realitas tersebut adalah :
-          Realitas pikiran atau kesadaran (res cogitan). Descartes menyebutkan bahwa pikiran sebagai ide bawaan sudah ada sejak kita dilahirkan. Selain itu, pikiran adalah kesadaran yang tidak mengambil tempat dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebab, pikiran bukanlah materi, melainkan jiwa yang berbeda dengan materi.
-          Realitas perluasan atau materi (res extensa). Materi merupakan keluasan yang mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi serta tidak memiliki kesadaran. Bagi Descartes, walaupun terkadang menampakkan kesan yang menipu dan tidak selalu sempurna atau berubah, tetapi materi sudah ada sejak semula. Karena itu, materi menunjukkan sebuah ide bawaan.
-          Realitas Tuhan. Tuhan merupakan wujud yang seluruhnya sempurna. Adanya realitas Tuhan ini dikarenakan adanya kesadaran memiliki ide tentang yang sempurna, dan ketidaksempurnaan materi mengandalkan adanya yang sempurna. Yang sempurna itu adalah Tuhan. Karena itu, Tuhan termasuk ide bawaan.
2)      EMPIRISME (LOCKE – HUME)
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Empirisme adalah lawan rasionalisme.
Buku Locke, Essay Concerning Human Understanding (1689), ditulis berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan ide atau konsep tentang sesuatu yang berada di belakang pengalaman. Sebab, sebelum manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio seperti tabula rasa (kertas putih kosong). Dengan contoh lain, bagi Locke, pikiran ibarat papan tulis yang masih polos dan kosong sebelum guru masuk kelas.
-Proses Memperoleh Pengetahuan
Proses memperoleh pengetahuan yang berdasarkan pada pengalaman, pertama-tama sebelum manusia mengetahui sesuatu, ia melakukan proses pengindraan, pengamatan, atau observasi terhadap dunia di luar dirinya, seperti mengamati keluasan, warna, dan bau, serta mendengarkan sesuatu. Segala sesuatu yang ditangkap dari dunia luar melalui indra, oleh John Locke disebut “pandangan sederhana” atau “ide-ide sederhana” (simple ideas).
Selanjutnya, pandangan sederhana atau ide-ide sederhana itu terolah di dalam pikiran dengan cara digabung-gabungkan dan diabstraksikan, sehingga menghasilkan “pandangan kompleks” atau “ide-ide kompleks” (complex ideas), seperti ide kemanusiaan, keadilan, pepohonan dan lainnya.
Contoh sederhana mengenai pandangan John Locke tersebut ialah : pertama-tama seseorang mengamati “ide-ide sederhana”, seperti materi, manis, berair dan berwarna kemerahan yang terdapat pada suatu objek. Kemudian, ide-ide sederhana itu digabungkan dan diabstraksikan menjadi “ide kompleks”, sehingga menghasilkan nama “buah anggur”. Nama “buah anggur” yang tak lain adalah ide kompleks merupakan hasil penggabungan dari ide-ide sederhana tadi. Jadi, “ide kompleks” merupakan kumpulan dari “ide-ide sederhana” yang didapat dari pengalaman. Dengan demikian, ide kompleks yang oleh kaum rasionalis sering disebut sebagai ide bawaan sebenarnya juga adalah dari pengalaman.
3)      IDEALISME
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat  yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Setelah Kant mengetengahkan kemampuan akal manusia, maka para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasanya karena akal murni tidak akan dapat mengenai hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu, dicarinya suatu dasar, yaitu suatu sisitem metafisika yang ditemukan lewat dasar tindakan : aku sebagai sumber yang sekonkret-konkretnya. Titik tolak tersebut dipakai sebagai dasar untuk membuat suatu kesimpulan tentang keseluruha yang ada.
Pelopor Idealisme J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak perkembanganya pada Hegel. Pengaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi profesor ilmu filsafat sampai meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant, ia tidak puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut pendapatnya, segala peristiwa didunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah  secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasanya. Ide yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan). Kemudian timbul sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan antitesis dan seterusnya. Inilah yang disebutnya sebagai dialetika. Proses dialetika inilah yang menjelaskan segala peristiwa.
C.     Sebab Keruntuhan Filsafat Modern
Proyek filsafat modern yang ingin menguasai dunia lewat satu pemikiran rasional dan utuh, setelah dievaluasi oleh beberapa filsuf, ternyata diketahui mengandung kelemahan. Tak heran jika kemudian bermunculan filsuf-filsuf yang mengkritisi proyek filsafat modern tersebut. Fenomena ini, oleh beberapa kalangan diangggap sebagai suatu periode baru dalam sejarah filsafat, yaitu periode yang disebut postmodern. Lalu, para filsuf yang mengkritisi proyek filsafat modern dikatakan sebagai tokoh-tokoh filsafat postmodern.

BAB III
Penutup
Kesimpulan
Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan muncuknya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Macam-macam aliran pemikiran dalam filsafat modern dibagi menjadi tiga; Rasionalisme, Impirisme, dan Idealisme. Penyebab keruntuhan filsafat modern ialah  Proyek filsafat modern yang ingin menguasai dunia lewat satu pemikiran rasional dan utuh, setelah dievaluasi oleh beberapa filsuf, ternyata diketahui mengandung kelemahan.

DAFTAR PUSTAKA
Fajarfitrianto.hol.es.Diakses 12 November 2018.
http://myrealblo.blogspot.com/2015/11/filsafat-filsafat-modern.html
www.acamedia.edu.Diakses 12 November 2018.

No comments:

Post a Comment