MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN : PENILAIAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu
pungsi manajemen adalah pengarahan. Pengarahan antara lain meliputi bagaimana
menigkatkan dan menilai kinerja pegawai (karyawan). Penialian dapat di artikan
secara luas ataupun sempit. Penilaian dalam arti luas untuk mengevaluasi
kinerja organisasi (instansi). Dalam arti sempit adalah untuk meniali kinerja
pegawai.
Setelah calon
pegawai ditempatkan dan di beri tugas, setiap akhir tahun di lakukan penilaian
terhadap kinerjanya. Penialaian kinerja ialah proses mengukur prestasi kerja.
Penilaian kerja juga bisa di sebut sebagai performance appraisal, performance
evaluation, development review, performance review and development. Penialaian
kerja merupakan kegiatan untuk menialai keberhasilan atau kegagalan seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, penilaian kinerja harus
berpedoman pada ukuran-ukuran yang telah di sepakati bersama dalam standar
kerja. Dalam menilai hasilnya agar di kaitkan dengan input yang berada di
bawahnya seperti dana, sarana, dan prasarana metode kerja dll.
BAB 11
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penilaian Kinerja
Penelaian
ialah penentuan derajat kualitas berdsarkan indikator yang ditetapkan terhadap
penyelenggaraan pekerjaan. Kinerja ialah hasil kerja dan kemajuan yang telah
dicapai seseorang dalam bidang tugasnya. Kinerja artinya sama dengan prestasi
kerja atau dalam bahasa inggrisnya disebut performance. Ada beberapa pendapat
parah ahli yang mengemukakan definisi kinerja diantaranya :
1.
Kinerja merupakan tanda keberhasilan suatu organisasi dan
orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut (hikman, 1990).
2.
Sementara itu stoner dan freeman (1994) mengemukakan,
kinerja adalah kunci yang harus berfungsi secara efektif agar organisasi secara
keseluruhan berhasil.
3.
Menurut salim peter (1991), kinerja digunakan apabila
seseorang menjalankan tugas atau proses dengan trampil sesuai dengan prosedur
dan ketentuan yang ada.
4.
Kotter dan hestket (1998) yang mengartikan kinerja
sebagai hasil kerja yang di hasilkan oleh seorang pegawai dalam satuan waktu
tertentu. Pandangan itu menunjukan bahwa kinerja merupakan hasil karya nyata
dari seseorang atau perusahaan yang dapat dilihat dihitung jumlahny, dan dapat
dicatat waktu perolehannya.
5.
Robbins (2006) mengartikan kinerja adalah produk dari
fungsi kemampuan dan motivasi. Pandangan robins menunjukan bahwa kinerja di
nyatkan sebagai sebuah produk, yakni produk kerja dari orang maupun lembaga.
6.
Menurut prawirosentono, kinerja atau performance adalah
usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum atau sesuai moral dan etika.
7.
Sutermeister (1974) menyatakan “ we have recognized that
employee performance depend on both motivation and ability” kinerja menurut
sutermeister, kinerja pegawai tergantung pada motivasi dan kemampuannya.
Berbagai
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya kinerja memiliki
pengartian yang sama. Perbedaannya hanyalah terletak pada redaksional
penyampaiannya saja. Banyak batasan yang di berikan para ahli mengenai istilah
kinerja dan semua memiliki pandangan yang berbeda, tetapi secara prinsip mereka
setuju bahwa kinerja mengarah pada suatu usaha yang dilakukan dalam rangka
mencapai prestasi yang lebih baik.
Bertitik tolak
dari pendapat-pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa kinerja adalah produk
yang di hasilkan oleh seorang pegawai dalam satuan waktu yang telah di tentukan
dengan kriteria tertentu pula. Produknya dapat berupa layanan, jasa, atau
barang.satuan waktu yang di tentukan bisa setahun, dua tahun, bahkan lima tahun
atau lebih. Kriteria di tentukan oleh persyaratan yang telah fi tetapkan oleh
pihak yang berwenang yang mengadakan penilaian kinerja.
Untuk mengukur
job performance, masalah yang paling pokok adalah menetapkan kriteria atau
standarnya. Jika kriteria telah di tetapkan langkah berikutnya mengumpulkan
informasi yang berhubungan dengan hal tersebut selama periode tertentu.dengan
membandingkan hasil terhadap standar yang di buat untuk periode yang
bersangkutan akan di dapat tingkat kinerja seseorang.sehubungan dengan itu
beberapa ahli berpendapat tentang standar dan kriteria kinerja di antaranya
yaitu:
1.
Timpe (1988) menyatakan bahwa standar kinerja dapat
dibuat untuk setiap individu dengan berpedoman pada uraian jabatan. Proses
penulisan standar dimulai ketika pengawas dan pegawai mendiskusikan pekerjaan.
Langkah pertama meliputi penulisan semua tugas dan tanggung jawab karyawan.
Pegawai juga mem[ertimbangkan pemahamannya tentang harapan –harapan utama yang
mungkin dimiliki pengawas. Setelah menyelesaikan proses penulisan, penyuntingan, dan integrasi, standar kerja
yang disepakati dan dituliskan dapat dikuantifikasikan atau di ukur dan di capai.
2.
Simamora (2004) menyatakan bahwa faktor kritis yang
berhubungan dengan keberhasilan jangka panjang organisasi adalah kemampuannya
untuk mengukur seberapa baik pegawainya berkarya dan menggunakan informasi
untuk memastikan bahwa pelaksanaan memenuhi standar saat ini dan meningkat
sepanjang waktu.
Penialian
kinerja merupakan alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja para
karyawan. Tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi para pegawai. Akan
tetapi, penilaian kinerja juga dapat menjadi sumber kerisauan dan frustasi para
manajer dan pegawai karena ketidakpastian
atau kurang objektifnya dalam penialaian. Ada lima faktor dalam penialian
kinerja yang populer, yaitu 1) kualitas perkerjaan, 2) kuantitas perkerjaan, 3)
suvervisi yang di perlukan, 4) kehadiran, 5) konservasi,
B.
Tujuan Penialain Kinerja
Tujuan
penialian kinerja adalah : 1) lebih menjamin objektvitas dalam pembinaan calon
pegawai dan pegawai berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.untuk
maksud tersebut pemerintah telah mengeluarkan PP. No 10 Tahun 1974 tentang
penialian Pelaksanaan Perkerjaan PNS
(DP3). 2) memeperoleh bahan-bahan pertimbangan objektif dalam pembinaan capeg
dan PNS dalam membuat kebijakan. 3) memberi masukan untuk mengatasi masalah
yang ada. 4) mengukur validitas metode penilaian kinerja yang di gunakan. 5)
mendiagnosa masalah-masalah organisasi. 6) umpan balik bagi calon pegawai dan
pegawai serta pimpinan.
Promosi ialah kenaikan jabatan ke posisi yang lebih
tinggi di ikuti dengan tanggung jawab dan dan dan gaji yang lebih tinggi pula.
Demosi ialah perpindahan pegawai dari satu perkerjaan ke perkerjaan lainnya
dengan tanggung jawab dan gaji yang lebih tinggi. Rotasi ialah perpindahan
pegawai secara sistematis dari satu posisi ke posisi lain di dalam organisasi.
Tujuannya untuk mengurangi kejenuhan dan pengalaman baru.
C.
Manfaat Yang Di Harapkan
Manfaat
penilaian kinerja ialah 1) meningkatkan objektivitas penialian kinerja pegawai,
2) meningkatkan ke efektivitasan penilaian kinerja pegawai. 3) menigkatnya
kinerja pegawai. 4) mendapatkan bahan-bahan pertimbangan yang objektif dalam
pembinaan pegawai tersebut baik berdasarkan sistem karier maupun preestasi.
D.
Penilai Dan Periode Penilaian
Orang yang berwenang melakukan penilaian adalah atasan
langsung. Sumber evaluasi kinerja meliputi atasan langsung, calon pegawai atau
pegawai yang bersankutan, teman sejawat, bawahan, dan pihak luar (pelanggan).
Tantangan terhadap evaluasi kinerja adalah menimbulkan permusuhan, memakan
waktu, tenaga trampil, dan biaya.
Penialain kinerja dilaksanakan setahun sekali, yaitu
paling lambat setiap akhir bulan desember tahun bersangkutan.
E.
Tatacara Penialian Dan Komponen Yang Di Nilai
Penialain melalui langkah-langkah berikut :
1.
Menetapka skor penialain kinerja yaitu 1 sampai 100
2.
Menetapkan kriteria penilaian kinerja yaitu 1-20 = tidak memuaskan, 21-40= kurang memuaskan,
41-60= cukup memuaskan, 61-80= memuaskan , Dan 81-100= sangat memuaskan,
3.
Mengembangkan instrumen penilaian kinerja dengan cara
menetapkan indikator untuk setiap kompetensi,
4.
Melaksanakan penilaian
5.
Mendokumentasiakn hasil penilaian
6.
Menyampaikan dan mendiskusikan hasil penilaian kepada
pegawai bersangkutan untuk umpan balik.
Komponen yang di nilai adalah setiap indikator kompetensi
dari setiap dimensi kompetensi yang telah di miliki pegawai yang bersankutan.
F.
Proses Penialian Kinerja
Proses penilaian kinerja dengan langkah-langkah sebagai
berikut : (1) mereviu standar kinerja, (2) melakukan analisis jabatan, (3)
mengembangkan instrumen penilaian, (4) memilih penilai, (5) melatih penilai,
(6) mengukur kinerja, (7) membandingkan kinerja aktual dengan standar, (8)
mengkaji hasil penilaian, (9) memberikan hasil penilaian, (10) mengaitkan imbalan
dengan kinerja, (11) memebuat rencana-rencana pengembangan dengan menyepakati
sasaran-sasaran dan standar-standar kinerja masa depan.
G.
Metode Penilaian Kinerja
1.
Penilaian sekala Grafik
(Graphicc Rating Scale)
Penilaian skala grafik meliputi:
·
Penilaian berdasarkan daftar skala yang menggambarkan
sejumlah ciri-ciri tingkatan kinerja pegawai pada sutu organisasi.
·
Cara penilaian peraktis dan dapat menilai banyak aspek.
·
Tersedia kolom untuk komentar ,saran,dan catatan.
·
Dipakai sebagian besar organisasi.
2.
Alternatif
Perangkingan (Alternation Ranking)
Alternatif
perangking meliputi:
·
Penilaian dengan meranking capeg atau pegawai dari
yang paling baik ke yang paling buruk untuk satu atau lebih ciri
kinerja/sepesifikasi tugas.
·
Peraktis (disarankan 1 lembar dan untuk kelompok kecil).
·
Menghabiskan waktu, jika yang membandingkan banyak.
·
Tidak ada kolom nilai dan detail komentar.
·
Cocok untuk melengkapi
metode penilaian yang lain.
·
Tidak memberikan etail penilaian aspek/ciri tugas
tertentu.
3.
Komparasi pasangan
(paired Comparation)
Komparasi pasangan meliputi:
·
Menilai kinerja calon pegawai atau pegawai dengan cara
memetakan pebandingan satu dengan yang lainnnya sehingga dapat mengetahui
karyawan yannng lebih baik dari pasangannya,
·
Satu karyawan diberi pasangan dan dibandingkan dengan
lalinnya, dan
·
Pegawai yang paling banyak mendapat tanda+adalah pegawai
yang paling baik kinerjanya.
4.
Pemaksaan
Distribusi Kurva Normal (forced
Distribution)
Pemaksaan distribusi normal meliputi:
·
Menilai calon pegawai atau pegawai berdasarkan pola bahwa hasilnya harus
berdistribusi normal.
·
Dipakai sebagai pendekatan dalam menentukan penggolongan
insentif dan bimbingan,dan
·
Ditentang Deming karena memaksakan harus ada kelompok
staf dengan kinerja di bawah standar
kinerja.
5.
Pencatatan kejadian kritis (cristical incidened)
pencatatan kejadian kritis meliputi:
·
Penilaian kinerja dengan selalu menctat peristiwa kritis
yang terjadi dilakukan kariawan baik yang diharapkan maupun yang tidak
direncanakan.
·
Kelemahannya,pengevaluasi arsip sehingga tidak hanya
menilai atas dasar fakta baru yang terjadi saja.
·
Sebaiknya dipakai untuk melengkapi metode penilaian
lain,misalnya metode koprasi.
·
Jika dipakai sendiri,tidak tepat untuk mengkoprasikan
dengan staf lainnya sehingga tidak tepat juga untuk penentuan gaji.
6.
Formulir narative (narative forum)
Formulir narative meliputi:
·
Penilaian calon pegawai atau pegawai dengan menggunakan
formulir narativ yang mencakup antara lain kinerja pegawai dibandingkan dengan
standar kinerja.Contoh-contoh kinerja kritikal dan rencana peningkatan untuk
mencapai/melebihi standar kinerja yang ditentukan, dan
·
Rangkuman penilaian diakhiri dengan mengfokuskan pada
pemecahan masalah.
7.
Pertautan setandar tingkah laku ( behaviorally ancored rating
sales:BARAS)
peraturan standar tingkah laku meliputi :
·
Penilaian calon pegawai atau pegawai dengan
mengkombinasikan kelebihan dari narrative form,critical incedenetes dan
perangkinan dengan mengacu pada contohtingkah laku spesifik(behavior) yang baik
maupun yang jelek,dan
·
Metode ini lebih lengkap dan lebih baik dari yang
sebelumnya,hanya lebih lama/sulit dibuat.
Tahap membuat BARS:
1.
Kembangan insiden kritikal efektif dan non efektif dari
suatu kinerja.
2.
rumuskan ranah kinerjanya,misalnya pengetahuan atau
sikap.
3.
Mintakan pertimbangan pada kelompok lain tentang ranah
kinerja diatas,
4.
Buat sekala insidennya,biasanya dipilih 7 atau 9
sekala,
5.
Susun final instrumen untuk masing-masing ranah
kinerja diatas.
8.
Mnajemen
berdasarkan sasaran (menagemen by
objective)
·
penilaian dengan mengacu pada sasaran-sasaran organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya secara priodik:
·
Tentukan sasaran organisasi.
·
Tentukan kontribusi calon pegawai atau pegawai selaras
dengan sasaran departemen.
·
tentukan secara rinci sasaran individual kariawan jangka
pendek.
·
Ukuran dan refiu kinerja calon pegawaiatau pegawai dengan
sasaran yang ditentukan.
·
Beri umpan balik setiap periode pengukuran.
Tiga hal yang harus dihindari adalah:
1.
Hindari sasaran kinerja yang tidak jelas atau tidak dapat
diukur.Artinya,ada indikator kinerja
dalam bentuk kuantitatif.
2.
Penilaian MBO memerlukan waktu yang banyak seperti
menentukan sasaran,mengukur ssaran,dan memberi umapan balik.dan
3.
Menentukan sasaran indifidual yang mendukung sasaran
organisasi sering menimbulkan perselisihan.
9.
Evaluasi 360 Derajat
·
Dengan metode ini diperoleh umpan balik ganda yang tidak
hanya dari atasan langsung tetapi juga dari rekan sejawat dan pelanggan.Sumber
data dari:
·
Survei kepuasan pelanggan internal,
·
Survei kepuasan dari pelanggan exsternal,dan
·
Evaluasi diri sendiri.
H.
Kelebihan Dan Kelemahan Metode Penilaian Kinerja
Kelebihan dan kelemahan metode evaluasi kinerja
ditunjukan oleh tabel dibawah ini:
Tabel 1.2.1Kelebihan dan kelemahan metode penilaian
kinerja
Metode
|
Kelebihan
|
Kelemahan
|
Grafic
Rating Scale
|
Peraktis.
Menggunakan
sekala kuantitatif untuk setiap evaluasi
|
Setandar tidak jelas.
Hallo error,
central tendency, dan liniency dapat terjadi.
|
Alternation Ranking
|
Peraktis tetap masih peraktis grafic rating scale
Terhindar dari sentral tendensi.
|
Dapat diprotes yang dinilai jika faktanya
baik semua
|
Forced Distribution
|
Mennghasilakan kellompok sangat baik,
sedang, dan kurang baik.
|
Dapat diprotes yang dinilai jika faktanya
baik semua.
|
Critical Incidents
|
Menegaskan yang dipersentasi dengan yang
tidak berprestasi.
Mendorong evaluator menilai bawahan terus-menerus.
|
Sulit merangking kinerja antara yang
dinilai.
|
Narrative
|
Memungkinkan informasi yang lengkap.
|
Sulit merangking
kinerja antara yang dinilai.
Bila tidak direncanakan sering tidak terarah.
|
BARS
|
Adanya pertautan behavior memungkinkan
evaluasi lebih teliti.
|
Sulit membuatnya.
Perlu keahlian khusus.
Lebih teliti.
Setandar kinerja jelas
Umpan balik kepada yang dinilai lebih
fokus.
Ranah evaluasi lengkap dan independent
terhadap ranah lainya.
Lebih
valid dan reliable.
|
MBO
|
Terarah pada sasaran.
|
Menghabiskan banyak waktu.
|
Behavior
|
Efektif kaitannya dengan sasaran organisasi
Memberi bimbingan dengan masukan spesifik.
Validitas tinggi karena digali dari
analisis tugas.
Relibilitas tinggi jika evaluatornya
terlatih.
|
|
Hasil
|
Objektif.
Indikator kinerja kualitatif.
Diterima semua pihak.
Terkait sasaran ki nerja.
|
Contaminated & Defficient penilaian difokuskan hanya pada kinerja
yang dirumuskan saja.
|
TQM
|
Orintasi kooperatif.
Kombinasi atribut dan hasil.
|
Sulit .
Sulit menentukan pelatihan
|
I.
Tujuh Karaktreistik Tim Berkinerja Tinggi
Menurut Blanchart ada tujuh karakteristik (sifat) yang
dimiliki oleh tim berkinerja tinggi /PERFORM yaitu:
1.
Purpose and values,
2.
Empowerment,
3.
Relationship and communication,
4.
Flexibility,
5.
Optimal productivity,
6.
Recognition and appreciation, dan
7.
Morale
1.
Purpose and Values (Tujuan dan Nilai-Nilai)
Dalam purpose
and values terdapat nilai-nilai positif yang dapat meningkatkan kinerja tim
seperti nilai menghargai mutu, nilai kolegial, nilai kerjakeras, nilai
kejujuran. Adapun tujuannya untuk memotipasi tim agar berkinerja yanng tinggi
2.
Empowerment (pemberdayaan)
Pemberdayaa
berarti menggunakan semua potensi yang dimiliki setiap anggota tim secara
sinergis dan setiap anggota berpeluang untuk berkembang dan berprestasi.
Sinergis berarti bekerja secara bersama-sama dalam satu tim hasilnya lebih
besar dibandingkan bekerja sendiri-sendiri.
3.
Relationship and comunication (hubungan dan komunikasi)
Semua tim
menaruh perhatain pada komunikasi yang terbuka .seperti anggota tim dapat
mengungkapkan perasaan, pikiran, opini, sikap, dan perbuatan-perbuatannya, dan
semua tim dapat saling mengisi dan saling menghormati, contohnya seperti yang
kuat membantu yang lemah shingga kinerja tim dapat meningkat.
4.
Flexibility (keluwesan)
Setiap anggota
saling bebas berkreasi dan berinopasi agar meningkatkan kinerja. Agar anggota
tim bebas berkreasi dan berinovasi, pemimpin harus bersikap luwes, pemimpin
hanya memberikan keluwesan kepada anggota tim selama bekerja keras dan serius,
karna dengan adanya keluesan dapat meningkatkan kinerja tim.
5.
Optimal productivity (produktivitas optimal)
Setiap anggota
tim berusaha mencapai hasil kerja yang optimal, maksudnya anggota tim bekrja
secara hemat untuk menekan biyaya produksi sehingga harga barang atau jasa yang
dihasilkan mampu bersaing dipasaran, anggota tim juga menggunakan teknologi
yang mampu meningkatkan produktivitas mereka.
6.
Recognition and appreciation (pengakuan dan apresiasi)
Tim yang
bekinerja tinggi mengakui dan memberikan
apresiasi terhadap pengalaman-pengalaman anggotanya dalam meningkatkan
produktivitas kerja. Pengakuan dan apresiasi dapat meningkatkan motifasi kerja.
Motifasi kerja bersama kemampuan dan teknologi dapat meningkatkan kinerja
seseorang dan tim.
7.
Moral
Dari keenam
karakteristik diatas menghasilkan moral, moral dalm posisi PERFORM adalah yang
tertinggi. Dengan moral kerja yang tinggi, anggota tim memiliki etos kerja yang
tinggi pula. Mereka memiliki rasa percaya diri, optimis dengan masa depannya,
dan saling percaya yang tinggi diantara anggota tim.
J.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja itu dilatarbelakangi oleh faktor-faktor:
a)imbalan jasa,b)rasa aman,c)pengaruh antar pribadi,d)kondisi lingkungan
kerja,dan e)kesempatan untuk pengembangan
dan peningkatan diri.Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap
pekerjaannya yang mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan dalam pekerjaannya serta harapan-harapannya terhadap masa
depan(Yukl,2002).
Robbins (2006) mengartikan kepuasan kerja sebagai sikap
umum individu terhadap
pekerjaannya.Sikap individu bisa menyangkut puas dan tidak puas pada seluruh
dimensi dari pekerjaanya.Locke(1969)mengatakan bahwa kepuasan atau
ketidakpuasan dengan sejumlah aspek tergantung pada selisih antara apa yang
telah dianggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan.Sementara
Porter(1961),mendefinisikan kepuasan sebagai selisih dari banyaknya sesuatu
yang seharusnya ada dengan banyaknya apa yang ada.
Herbert (1981) menyatakan ,Job satisfaction is a
personal reaction,an emotional state(kepuasan kerja adalah suatu reaksi
personal dan bersifat emosional).Oleh karena itu kepuasan kerja setip orang
tidaklah sama atau bersifat relative.Puas bagi seseorang belum tentu puas bagi
orang lainnya.Sementara itu,Davis &Newstrom(2000)mengemukakan pendapatnya
dengan menyatakan,Job satisfaction is the favourableness or unfavourableness
with which their work.Satisfaction is dynamic(kepuasan kerja adalah sesuatu
kesenangan atau ketidaksenangan terhadap
pekerjaan yang dipilihnya dan kepuasan itu bersifat dinamis atau berubah-ubah).
Selanjutnya Robins menyatakan,empat faktor yang kondusif
bagi munculnya level tinggi kepuasan kerja karyawan yaitu:pekerjaan yang
menentang,imbalan yang setimpal,kondisi kerja yang mendukung,dan mitra kerja
yang mendukung.Kemudian Robins(2006)menjelaskan masing-masing faktor diatas
sebagai berikut:
1.
Pekerjaan yang secara mental menantang.
Orang lebih
menyukai pekerjaan yang memberikan peluang kepada mereka untuk menggunakan
ketrampilan dan kemampuan mereka,karateristik tersebut membuat pekerjaan yang
secara mental menantang.
2.
Imbalan yang setimpal.
Karyawan
menginginkan system pembayaran dan kebijakan promosi yang merka anggap
adil,tidak bermakna ganda,dan sesuai dengan harapan mereka.
3.
Kondisi kerja yang mendukung.
Karyawan
peduli dengan lingkungan kerja mereka untuk kenyamanan pribadi sekaligus
untuk menfasilitasi kinerja yang baik.
4.
Mitra kerja yang mendukung.
Orang lebih
sering mengundurkan diri dari satu pekerjaan lebih dari sekedar masalah uang
atau pencapaian nyata.Oleh karena itu,tidak mengejutkan bahwa mitra kerja yang
ramah dan mendukung serta mendorong kepuasan kerja.
Selanjutnya,untuk menjamin pekerjanya puas maka pihak
lembaga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan pekerjanya.Robbins
(2006)mengatakan terdapat dampak dari kepuasan maupun ketidakpuasan dari
pekerja suatu organisasi atau lembaga terhadap kinerja pekerjanya.Dampak
langsung dari kepuasan pekerja terhadap kinerja meliputi:
·
Produktivitas pekerja tinggi
·
Kemangkiran pekerjanya tidak ada
·
Pekerjanya tetap setia tinggal di organisasi atau
lembaganya
·
Pelanggan menjadi puas dan meningkat jumlahnya
Begitu sebaliknya ,ketidakpuasan pekerjanya berdampak
langsung terhadap kinerjanya,dampaknya meliputi:
·
Produktivitas pekerjanya menjadi rendah
·
Pekerjanya banyak yang mangkir
·
Pekerjanya keluar dari organisasi atau lembaganya
·
Banyak pelanggan yang complain dan ditinggalkan
pelanggannya
Dari beberapa pandangan dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja adalah terpenuhinya seluruh kebutuhan pekerja dalam melaksanakan tugasnya
waktu tertentu.Indikator-indikator untuk mengukur kepuasan kerja menurut
Minnosota Satisfaction Questionare(MSQ) adalah (1) kebebasan memanfaatkan
waktu (2) kebebasan kerja secara mandir (3) kebebasan berganti-ganti perkerjaan
sepanjang waktu (4) kebebasan bergaul (5) gaya kepemimpinan atasan langsung (6)
kompetensi pengawas (7) tugas yang di terima (8) kesempatan bertindak terhadap
orang lain (9) persiapan kerja (10) kebebasan memerintah (11) kebebasan
memanfaatkan kemampuan (12) kebebasan menerapkan peraturan yang berlaku (13)
gaji yang di terima (14) kesempatan
mengembangkan karier (15) kebebasan mengambil keputusan (16) kesempatan
menggunakan metode kerja (17) kondosi kerja yang mendukung (18) kerja sama (19)
penghargaan terhadap prestasi (20) perasaan pekerja terhadap prestasinya.
Namun dalam penelitian ini indicator kepuasan kerja
dibatasi pada gaji,tunjangan pension,jabatan,pekerjaan menantang,rumah
dinas,kendaraan dinas,pelayanan kesehatan,jaminan
pendidikan,hiburan,prestasi,penghargaan. Perkerjaan itu senrdiri, rekan kerja,
pimpinan
BAB 111
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya kinerja memiliki
pengartian yang sama. Perbedaannya hanyalah terletak pada redaksional
penyampaiannya saja. Banyak batasan yang di berikan para ahli mengenai istilah
kinerja dan semua memiliki pandangan yang berbeda, tetapi secara prinsip mereka
setuju bahwa kinerja mengarah pada suatu usaha yang dilakukan dalam rangka
mencapai prestasi yang lebih baik.
Dari beberapa pandangan dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja adalah terpenuhinya seluruh kebutuhan pekerja dalam melaksanakan tugasnya
waktu tertentu.Indikator-indikator untuk mengukur kepuasan kerja menurut
Minnosota Satisfaction Questionare(MSQ) adalah (1) kebebasan memanfaatkan
waktu (2) kebebasan kerja secara mandir (3) kebebasan berganti-ganti perkerjaan
sepanjang waktu (4) kebebasan bergaul (5) gaya kepemimpinan atasan langsung (6)
kompetensi pengawas (7) tugas yang di terima (8) kesempatan bertindak terhadap
orang lain (9) persiapan kerja (10) kebebasan memerintah (11) kebebasan
memanfaatkan kemampuan (12) kebebasan menerapkan peraturan yang berlaku (13)
gaji yang di terima (14) kesempatan
mengembangkan karier (15) kebebasan mengambil keputusan (16) kesempatan
menggunakan metode kerja (17) kondosi kerja yang mendukung (18) kerja sama (19)
penghargaan terhadap prestasi (20) perasaan pekerja terhadap prestasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Manajemen,
teori, praktik, dan riset pendidikan. Prof. Dr. Husaini Usman, M Pd., M.T
https://marwanhkm.wordpress.com/2012/05/02/makalah-penilaian-kinerja--dan-pemuasan kerja/ Diakses Tanggal 13 September 2017
No comments:
Post a Comment