KONSEP DASAR EKONOMETRIKA
A.
Sasaran Penelitian Ekonometrika
Ekonometrika adalah penggunaan
analisis komputer serta teknik
pembuatan model untuk menjelaskan hubungan antara kekuatan-kekuatan ekonomi utama seperti ketenagakerjaan, modal, suku bunga, dan
kebijakan pemerintah dalam pengertian matematis, kemudian menguji
pengaruh dari perubahan dalam skenario ekonomi. Syahrul (2000:150).[1]
pembuatan model untuk menjelaskan hubungan antara kekuatan-kekuatan ekonomi utama seperti ketenagakerjaan, modal, suku bunga, dan
kebijakan pemerintah dalam pengertian matematis, kemudian menguji
pengaruh dari perubahan dalam skenario ekonomi. Syahrul (2000:150).[1]
Metodologi
ekonometrika memiliki relevansi dengan
pendekatan kuantitatif, karena metode ekonometrika mencoba melihat argumentasi teori yang dijabarkan oleh
parameter variabel yang terukur.
Sebuah teori di interprestasikan kedalam pemodelan matematis kemudian
diestimasi untuk mendapatkan
parameter sampel yang mendekati parameter populasinya. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis terhadap hubungan
variabel-variabel bentukan, selanjutnya hasil ini menjadi bahan analisis teori
ekonomi yang dikaji untuk mengambil keputusan/kebijakan atau prediksi.
Sebagai contoh misalkan teori
permintaan barang yang menyatakan bahwa harga berpengaruh negatif terhadap permintaan suatu kuantitas permintaan suatu komoditas.
Langkah selanjutnya menuangkan
teori ke dalam pemodelan
matematis y=a+bx dimana b/β < o (hipotesis negatif). Y variabel terikat dan x variabel bebas. Model matematik diatas adalah model exact atau deterministik padahal model statistik atau ekonometrika mendasari analisisnya pada
pemodelan yang tidak pasti sehingga model matematis diatas dibentuk menjadi model yang sesuai dengan
perilaku ekonomi Yi/t=
a + bxi/t+ ei/tatau yi/t= β0 + β1xi/t+
ei/t
Tahap
selanjutnya adalah pengumpulan data yang kemudian di olah dengan konsep
statistik sesuai dengan metodologi analisa data yang dipilih.Tahapan ini berisi
estimasi parameter β0/ β1kemudian uji kelayakan model,
uji hipotesis dan pengambilan keputusan.
B. Tahapan
Analisis
Dipandang dari sisi ekonometrika teori,
metodologi ekonometrika memberikan pemahaman mengenai konsep dan metode yang
tepat dalam mengukur perilaku serta hubungan-hubungan ekonomi dalam berbagai
kemungkinan model-model ekonometrika yang sesuai. Sementera dari sisi
ekonometrika aplikasi mencoba menerapkan beberapa konsep dan metode menggunakan
model ekonometrika sehingga mampu menjelaskan fenomena-fenomena ekonomi dengan
lebih baik. Dalam perkembangannya, penggunaan model-model ekonometrika banyak
diaplikasikan untuk memahami berbagai fenomena baik ekonomi maupun non-ekonomi.[2]
Berdasarkan
hubungan-hubungan yang ada dalam teori ekonomi, prosedur atau tahapan
ekonometri meliputi langkah-langkah sebagai berikut, lihat misalnya Gunawan
Sumodiningrat (1994) dan Gudjarati (1988):[3]
1.
Merumuskan persamaan matematis yang
menggambarkan hubungan di antara berbagai variabel ekonomi seperti yang
diterangkan oleh teori ekonomi (Spesifikasi).
2. Merancang metode dan prosedur berdasarkan
teori statistik, untuk mendapatkan sampel yang mewakili dunia nyata.
3. Menyusun
metode penaksiran (estimasi) parameter hubungan-hubungan yang dilukiskan pada
langkah pertama (Penaksiran).
4. Menyusun metode (statistik) untuk keperluan
pengujian validitas teori dengan menggunakan parameter-parameter yang telah
didapatkan pada langkah ketiga (Verifikasi).
5. Mengembangkan metode peramalan ekonomi ataupun
implikasi kebijakan berdasarkan parameter-parameter yang telah ditaksir apabila
teori tersebut telah lolos dari pengujian pada langkah keempat
(Aplikasi/Penerapan). Persyaratan dan kemungkinan kesalahan dalam
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Langkah
1:
Langkah
pertama dan yang paling penting dalam setiap penelitian ekonometri adalah
menspesifikasikan model. Langkah ini meliputi penentuan:
a.
Variabel bebas (independent
variables) atau variabel penjelas (explanatory variables) maupun variabel
tergantung (dependent variable) yang akan dimasukkan dalam model.
b.
Asumsi-asumsi a priori mengenai
nilai dan tanda parameter (atas dasar kriteria teoritis) dari model.
c.
Bentuk matematis dari model.
Sebagaimana
telah dijelaskan, spesifikasi dari model ekonometri harus didasarkan atas teori
ekonomi. Namun demikian tidak semua variabel ekonomi telah tersedia datanya.
Variabel pendapatan permanen, jumlah uang yang diminta, inflasi yang diharapkan
merupakan contoh variabel ekonomi yang tidak tersedia datanya. Dengan demikian
peneliti perlu melakukan pendekatan (approximation) terhadap variabel-variabel
tersebut. Selain itu, data yang tersedia biasanya tersaji dalam
periode/frekuensi tertentu yang belum tentu sama dengan kebutuhan peneliti,
misalnya data pendapatan nasional secara bulanan atau triwulanan perlu
diinterpolasi dari data tahunan.
Langkah 2:
Seperti disebutkan di atas,
penelitian ekonomi menggunakan model yang tidak sama dengan realita.
Selanjutnya, model ini ditaksir dengan mempergunakan data sampel dan bukan
populasi. Ini berarti bahwa peneliti seolah-olah menjauhi realita dalam dua
hal, yaitu penggunaan model dan sampel. Meskipun demikian peneliti tidak akan
ragu mempergunakan hasil penelitiannya mengingat bahwa metode penurunan model
dan pengambilan sampel telah dilakukan sesuai dengan metode yang ada. Dengan
metode pengambilan sampel yang benar, seperti di dalam model, akan diperoleh
informasi mengenai populasi.
Kemungkinan kesalahan dapat terjadi
karena sampel tidak mewakili populasi, atau sampel terlalu besar sehingga tidak
efisien.[4]
Peneliti dapat mempergunakan teori ekonomi sebagai salah satu petunjuk
memperoleh sampel, yaitu apakah sampel berupa data runtun waktu, data antar
ruang / tempat, atau kombinasi keduanya. Secara rinci langkah ini terdiri atas
dua aktivitas, yaitu:
a.
Pengumpulan data yang berkaitan
dengan variabel-variabel yang masuk dalam model (runtun waktu time series,
antarsektor, cross section, atau gabungan keduanya, pooling data).
b.
Menyelidiki ada tidaknya masalah
multikolinieritas (hubungan linier di antara variabel penjelas).
Langkah 3:
Langkah ketiga, yaitu penaksiran
model dengan metode ekonometri yang tepat, meliputi langkah-langkah sebagai
berikut:
a.
Menyelidiki syarat identifikasi
jika modelnya mengandung lebih dari satu persamaan.
b.
Memilih teknik ekonometri yang
tepat untuk penaksiran model.
Dalam kaitannya dengan proses penaksiran ini,
perangkat komputer menjadi dominan. Beberapa program komputer untuk ekonometri
yang biasa dipergunakan misalnya E-Views, Shazam, TSP, Limdep, Data Fit,
Soritex, SPSS, Microstat, sangat membantu dalam proses estimasi. Pilihan
terhadap program tentu saja disesuaikan dengan kapasitas komputer, kebutuhan
untuk analisis, dan kecepatan pemrosesan.
Langkah 4:
Pada langkah ini, model (yang telah
ditaksir) dievaluasi atas dasar kriteria tertentu, untuk melihat apakah
taksiran-taksiran tersebut dapat dipercaya. Evaluasi atau pengujian itu
dimaksudkan untuk memutuskan apakah taksiran-taksiran terhadap parameter sudah
“bermakna secara teoritis” (theoritically meaningful) dan “nyata secara
statistik” (statistically significant). [5]
Kriteria tersebut biasanya tercakup dalam uji hipotesis. Kriteria menolak atau
tidak menolak hipotesis akan menentukan probabilitas besarnya kesalahan tipe I
dan II. Selain itu, kriteria tersebut membantu peneliti dalam memutuskan apakah
hasil yang diperoleh semata-mata merupakan kebetulan atau sudah melampaui batas
keragu-raguan dari peneliti sehingga membuat peneliti yakin bahwa hasil yang
diperoleh merupakan perilaku yang sebenarnya. Untuk evaluasi, digunakan tiga
kriteria berikut:
a.
Kriteria ―a priori‖ Ekonomi
Kriteria ini ditentukan oleh prinsip-prinsip teori ekonomi. Jika nilai maupun
tanda taksiran parameter tidak sesuai dengan kriteria ―a priori‖ maka
taksiran-taksiran itu harus ditolak, kecuali kalau ada alasan yang kuat untuk
menyatakan bahwa dalam kasus khusus ini prinsip-prinsip ekonomi tidak berlaku.
Kalau demikian halnya, maka alasan-alasan untuk membenarkan taksiran yang berbeda
dengan yang digariskan oleh teori ekonomi, harus dinyatakan dengan jelas.
b.
Kriteria Statistik (First Order
Test) Kriteria ini ditentukan oleh teori statistik, termasuk koefisien korelasi
dan standar deviasi atau kesalahan standar (“standard error”) dari taksiran dan
kuadrat dari koefisien korelasi, yang disebut: Koefisien Determinasi, yang
dihitung dari data sampel. Koefisien ini menjelaskan persentase variasi total
variabel tergantung yang disebabkan oleh perubahan-perubahan variabel bebas.
Kesalahan standar taksiran menggambarkan penyebaran (dispersi) taksiran di
sekitar parameter yang sebenarnya. Oleh karena itu, semakin besar kesalahan
standar, semakin kurang bisa dipercaya taksiran itu, dan sebaliknya.
c.
Kriteria Ekonometri (Second-order
Test) Kriteria ini ditentukan oleh teori ekonometri. Pengujian dengan kriteria
ini membantu dalam menetapkan apakah suatu taksiran memiliki sifat-sifat yang
dibutuhkan seperti: ketidakbiasan (unbiasedness), konsistensi (consistency),
kecukupan (sufficiency), dan sebagainya. Jika asumsi-asumsi teknik ekonometri
yang diterapkan untuk menaksir paramater tidak dipenuhi, maka taksiran-taksiran
tersebut dianggap tidak memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan. Pengambilan
keputusan (inferensi) dari hasil taksiran seperti ini menjadi tidak sah (tidak
valid).
Ketiga
kriteria tersebut di atas (teori ekonomi, statistik, dan ekonometri) harus
diputuskan untuk menerima atau menolak suatu taksiran. Kriteria yang lain
berkaitan dengan ciri-ciri data yang diamati seperti stasionaritas data dan
kointegrasi.
Langkah 5:
Langkah terakhir
adalah menguji kekuatan peramalan dari model. Salah satu tujuan utama
ekonometri adalah membuat peramalan (forecasting) yang merupakan prediksi
nilai-nilai suatu variabel tertentu di luar data sampel yang tersedia.
Peramalan ini erat kaitannya dengan pilihan kebijakan dan evaluasi kebijakan.
Dalam kenyataan, sebagian besar metode evaluasi kebijakan mempergunakan metode
peramalan tertentu. Oleh karena itu, harus ada kaitan yang erat antara peramal
(forecaster) dan pengambil keputusan (decision maker), terutama yang berkaitan
dengan evaluasi kebijakan.
Kiranya perlu sekali menguji kekuatan peramalan suatu model. Suatu
model kadang-kadang terlalu peka (sensitif) terhadap perubahan sampel. Suatu
model yang secara ekonomis benar, secara statistik dan ekonometri berarti
(significant) untuk sampel tertentu (misalnya, kurun waktu model itu di
taksir), namun model itu masih sangat lemah bila digunakan untuk meramal. Selain
karena kepekaan model, kelemahan dalam peramalan ini bisa disebabkan oleh
hal-hal berikut ini:
a.
Nilai-nilai variabel bebas yang
digunakan untuk meramal tidak akurat.
b.
Taksiran koefisien-koefisiennya
mungkin tidak benar karena kekurangan data yang digunakan.
Salah satu prosedur untuk menentukan kekuatan
ramalan (forecasting power) dari suatu model adalah mencobakan
taksiran-taksiran model tersebut pada suatu kurun waktu lain yang tidak
termasuk dalam kurun waktu sampel. Nilai taksiran (yaitu nilai ramalan) kemudian
dibandingkan dengan besaran nyata (yaitu nilai yang nyata) variabel terikat
yang bersangkutan. Perbedaan antara kedua nilai tersebut kemudian diuji secara
statistik. Apabila setelah dilakukan uji signifikansi ternyata bahwa perbedaan
itu nyata (significant), maka disimpulkan bahwa kekuatan peramalan dari model
tersebut adalah lemah.
Metode yang
lain adalah menguji stabilitas model. Biasanya model ditaksir dalam periode
sampel tertentu. Ada kemungkinan bahwa telah terjadi perubahan perilaku model
selama periode pengamatan sehingga lemahnya hasil peramalan bersumber pada
model yang keliru. Uji stabilitas ini juga penting untuk mendeteksi seberapa
jauh suatu kebijakan pemerintah atau gejolak ekonomi lain berpengaruh terhadap
perilaku ekonomi masyarakat yang dicerminkan oleh perubahan model.
Misalnya model
mula-mula adalah Y = a + bX. Perubahan perilaku ditunjukkan oleh perubahan
nilai a dan b akibat suatu kebijakan pemerintah atau sebab lain. Pada gambar
berikut, perubahan a dan b di atas dilukiskan oleh perubahan slope (kemiringan
garis) dan perubahan a dilukiskan oleh perubahan penggal (intercept).[6]
No comments:
Post a Comment