1

loading...

Sunday, December 30, 2018

MAKALAH BAHASA INDONESIA "DRAMA"


MAKALAH BAHASA INDONESIA "DARAMA"

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Drama sangatlah unik karena melibatkan bidang seni yang lain. Seni drama merupakan perpaduan seni sastra, seni musik, seni rupa, dan seni tari. Mereka bersatu, bekerja, bersama-sama mewujudkan keindahan lewat seni drama.[1]
Drama merupakan pertunjukan yang mengisahkan hidup manusia, yang dipertontonkan didepan orang banyak dan diperankan diatas panggung maupun sarana pertunjukan lainnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan drama?
2.       Apa yang dimaksud dengan Seni drama?
3.      Apa saja jenis-jenis drama?
4.      Apa istilah dalam drama?
5.      Apa yang dimaksud dengan drama sebagai sastra?
6.      Apa yang di maksud dengan lakon drama?
7.      Apa saja unsur-unsur lakon drama?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian drama.
2.      Untuk lebih memahami isi dari drama.
3.      Untuk mengetahui berbagai jenis drama.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Drama
Menurut Morris kata drama berasal dari bahasa Greek : tegasnya dari kata kerja dran yang berarti “berbuat, to ect atau to do”.[2]
Adapun definisi drama menurut para ahli. Moulton berpendapat bahwa, “Drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak”. Merupakan kisah hidup seorang manusia yang dipertontonkan dalam gerak.  Menurut Bathazarverhagen, “Drama adalah  kesenian melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak”. Merupakan bagian dari kesenian yang menggambarkan sifat dan sikap yang ada pada manusia dalam gerak yang ditampilkan. Sedangkan Hornby berpendapat bahwa, drama adalah suatu lakon (komedi, tragedi, dan sebagainya) yang dipentaskan diatas panggung teater, seni penulisan atau pertunjukan lakon-lakon jenis ini ; cabang sastra yang menggarap lakon-lakon yang berkenan dengan ini, sebagai seorang mahasiswa drama, sejumlah kejadian yang memikat dan menarik hati.[3]
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa, drama merupakan seni sastra yang berbentuk prosa atau puisi dengan mementingkan dialog, gerak, perbuatan yang dipentaskan diatas panggung membutuhkan ruang, waktu dan audiens yang memikat dan menarik hati.

B.     Seni Drama
Menurut Asul Wiyanto, seni drama sampai saat ini belum ada definisi tentang seni atau kesenian yang dapat memuaskan semua orang. Para ahli menyampaikan rumusan yang berbeda-beda dengan hal ini perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan sudut pandang, pendapat, atau aliran yang berbeda-beda pula. Namun dari keanekaragman rumusan itu masih mempunyai inti sari yang sama, yaitu kesenian slalu dihubungkan dengan kesenian.[4]
Seni drama diwujudkan dari berbagai bahan dasar karena dalam seni drama yang terkandung seni-seni yang lain, seni drama sebagai tontonan merupakan perpaduan sejumlah cabang seni yaitu[5]:
1.      Seni sastra             (naskah cerita)
2.      Seni lukis               (tata rias dan panggung)
3.      Seni musik             (musik pengiring)
4.      Seni tari                 (gerak-gerik pemain)
5.      Seni peran             (pemeranan tokoh)
Para seniman itu bekertja sama sesuai dengan bidangnya masing-masing mewujudkan seni drama yang akan dinikmati keindahan oleh penonton.
Drama sebagai karya seni yaitu[6]:
1.      Drama termasuk salah satu jenis seni atau lengkapnya seni drama karena didalamnya terdapat berbagai keindahan yang dapat dinikmati penonton.
2.      Drama adalah satu-satunya jenis seni yang paling kompleks karena untuk mewujudkannya perlu melibatkan berbagai seniman, seperti sastrawan, pemain, komponis, dan pelukis.
3.      Drama merupakan perpaduan berbagai jenis seni yang membentuk satu-kesatuan yang utuh.
Berdasarkan uraian diatas kami berkesimpulan seni drama merupakan keindahan yang dinikmati oleh penonton,yang paling kompleks dengan melibatkan seniman seperti sastrawan dan pemain untuk membentuk suatu kesatuan yang utuh.

C.    Jenis Drama
Menurut Asul Wiyanto dasar yang digunakan drama bermacam-macam namun disini membahas 3 dasar yaitu[7]:
1.      Berdasarkan penyajian lakon
a.       Tragedi
Tragedi atau duka cerita adalah drama yang penuh kesedihan. Contohnya pelaku utama dari awal sampai akhir pertunjukan selalu gagal dalam memperjuangkan nasibnya yang jelek.
b.      Komedi
Komedi atau suka cerita adalah drama penggeli hati.drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan ketawa penonton.
c.       Tragekomedi
Tragekomedi adalah perpaduan antara drama tragedi dan komedi. Isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang mengembirakan dan menggelikan hati.
d.      Opera
Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Drama jenis ini mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya hanya sebagai sarana. Opera yang pendek dinamakan operet.
e.       Melodrama
Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan musik atau melodi. Tentu saja cara mengucapkannya sesuai dengan musik pengiringnya.
f.       Farce
Farce adalah drama yang mempunyai gadelan, tetapi tidak sepenuhnya gadelan.
g.      Tablo
Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainna tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan.
h.      Sendratari
Sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. Para pemainnya adalah penari-penari berbakat. Tidak ada dialog, hanya kadang-kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang sedang dipentaskan.
2.      Berdasarkan Sarana
a.       Drama panggung
Drama panggung dimainkan oleh para aktor dipanggung pertunjukan. Penonton berada disekitar panggung dan dapat menikmati secara langsung dengan cara melihat perbuatan para aktor mendengarkan dialog, bahkan dapat meraba kalau mau dan boleh.
b.      Drama radio
Drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengar oleh penikmat.berbeda dengan drama panggung yang bisa ditonton dan bisa dimainkan, drama radio dapat disiarkan langsung dan dapat pula direkam dulu lalu disiarkan pada waktu yang dikehendaki.
c.       Drama televisi
Drama televisi dapat didengar dan dilihat meskipun hanya gambar.hmpir sama dengan drama panggung, hanya bedanya drama televisi dapat diraba drama televisi dapat ditayangkan scra langsung, dapat pula direkam dulu lalu ditayangkan.
d.      Drama film
Drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya, drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukan dibioskop dan penontonnya berduyun-duyun pergi keboskop.
e.       Drama wayang
Ciri khas tontonan drama adalah ada cerita dan dialog. Karena itu, semua bentuk tontonan yang mengandung cerita disebut juga drama termasuk tontonan wayang kulit(jawa) atau wayang golek(sunda).
f.       Drama boneka
Drama boneka hampir samad dengan wayang. Bedanya, dalam drama boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.
3.      Berdasakan ada atau tidaknya naskah
a.       Drama tradisional
Drama tradisional adalah tontonan drama yang tidak menggunakan naskah. Jika ada naskah naskah itu hanya berupa kerangka cerita dan beberapa catatan yang berkaitan dengan permainan drama.
b.      Drama moderen
Drama moderen menggunakan naskah.naskah yang berisi dial og dan perbuatan para pemain itu benar-benar diterapkan. Artinya, pemain menghafal dialog dan berbuat atau melakukan gerak-gerik seperti yang ditulis dalam naskah.



D.    Istilah Dalam Drama
Menurut Asul Wiyanto beberapa definisi dari istilah yang erat hubungannya dengan pementasan drama, antara lain sebagai berikut[8]:
1.      Babak
Babak merupakan bagian dari lakon drama.satu lakon drama mungkinsaja terdiri dari satu,dua,atau tiga babak, mungkin juga lebih.dalam pementasan,batas antara babak satu dan babak lain di tandai dengan turun nya layar, atau lampu penerangan panggung di matikan sejenak.
2.      Adegan
Adegan merupakan  bagian dari babak .sebuah adegan hanya menggambarkan suatu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian suasana –suasana dalam babak.
3.      Prolog
Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama prolog memainkan peran yang besar dalam menypkan pikiran penontn agar dapat mengikuti lakon(cerita) yang d sajikan.
4.      Epilog
Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan.biasa nyaberupa kesimpulan atau ajaran yang bisa di ambil dari tontonan drama yang baru saja d sajikan.
5.      Dialog
Dialog adalah percakapan para pemain.agar dialog tidak hambar,pengucapan nya harus di sertai penjiwaan emosional.selain itu,pelafalan nya harus jelas dan cukup keras sehingga dapat di dengar semua penonton.
6.      Monolog
Monolog adalah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri isi nya,mungkin ungkapan rasa senang,rencana yang akan di laksanakan,sikap terhadap kejadian, dan lain-lain nya.
7.      Mimik
Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah(air muka) untuk menunjukan emosi yang dialami pemain.ekprsi wajah pemain yang sedang sedih tentu saja berbeda ketika sedang marah.
8.      Pantomim
Pantomim adalah ekspresi gerak-gerik tubuh untuk menunjukan emosi yang dialami pemain.
9.      Pantomimik
Pantomimik adalah ekspresi perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerak-gerik tubuh untuk menunjukan emosi yang di alami oleh pemain.
10.   Gestur
Gestur adalah gerak-gerak besar,yaitu gerakan tangan, kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang di lakukan pemain.
11.  Bloking
Bloking adalah aturan berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar penampilan pemain tidak menjenuhkan.
12.  Gait
Gait berbeda dengan bloking karena gait di artikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara bergerak pemain.
13.  Akting
Akting adalah gerakan-gerakan yang di lakuakan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang di mainkanya. Bila gerakan-gerakan itu terlalu banyak,dinamakan over akting(laku lajak).
14.  Akor
Aktor adalah orang ang melakukan akting yaitu pemain drama. Pengertian aktor bisa menjangkau pemain peria dan wanita, khusus pemain wanita disebut aktris.
15.  Inprovisasi
Inprovisasi adalah gerakan-gerakan atau ucapan-ucapan penyeimbang untuk lebih menghidupkan pemeranan.
16.  Ilustrasi
Ilustrasi adalah iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang di gambarkan. Sering juga istilah ilustrasi ini di ganti musik pengiring.
17.  Kontemporer
Kontemporer adalah lakon atau naska serba bebas yang tidak terikat aturan atau keaziman.
18.  Kostum
Kostum adalah pakaian para  pemain yang di kenakannya pada saat memerankan toko cerita di panggung.
19.  Skenario
Skenario adalah susunan garis-garis besar lakon drama yang akan di prgerakkan para pemain.
20.  Panggug
Panggung adalah tempat para aktor memainkan drama. Biasanya di buat lebih tinggi dari pada tempat duduk penonton agar penonton yang duduk paling belakang pun dapat menyksikan apa yang di peragakan aktor di panggung.
21.  Layar
Layar adalah kain penutup paggung bagian depan yang dapat di buka dan di tutup sesuai kebutuhan. Tidak semua panggung dilengkapi layar.
22.  Penonton
Penonton adalah semua orang yang hadir untuk menyaksikan petunjuk drama. Penonton ada yang benar-benar berminat, penasaan atau hanya sekedar iseng.
23.  Sutradara
Sutradara adalah orang yang memimpin dan paling bertanggung jawab dalam pementasan drama. Sutradara dapat di samakan dengan wayang kulit dalam kesenian jawa.

E.     Drama Sebagai Sastra
Menurut Asul Wiyanto drama sebagai sastra berdasarkan wujud atau bentuk fisiknya, ada tiga jenis karya sastra yaitu[9]:
1.      Puisi
Karya sastra di sebut puisi jika bentuk sastra ini mempunyai ketentuan-ketentuan tantang jumlah kata, bait, larik,rima,dan irama.
2.      Prosa
Prosa berbeda dengan puisi yang serba terikat, bentuk prosa(cerpe, novel, roman) bebas lapas dari berbagai ketantuan. Kata-kata yang di gunakan mengalir tanpa batas. Plot cerita yang di gunakan dapat di ikuti melalui jaringan narasi dan percakapan.
3.      Drama
Drama yaitu berbentuk dialog yang di pentaskan. Bagian perckan di sebut wawancang dan bagian yang di tulis di antara tanda kurung di sebut kramabu alur cerita naska dramabaru tampak nyata setelah diperagakan pemain dipanggung.
Contoh drama :
Salah seorang :  (memegang hidung). Sudah mati masih bisa kentut.
Salah seorang:   (menjauh juga). Ini apa-apaan. Kita suda dipermainkan.               
Waktu hidup mengganggu, sesudah mati menjadi beban,!
Yang simpati :  Mari saudara-saudara, sebentar lagi gelap.sebagian dikiri
 sebagian dikanan.(tak ada yang mau ia mencoba mengangkat sendiri tak bisa. Yang lain bisa menonton saja).
                        Salah seorang  : tadi kita nonton, sekarang rohnya yang menonton kita.
                        Yang simpati   : ssst.(Menyingkap slimut). Liat, dia tertawa. (Pada kerumun).
                        Salah seorang : apa ? waktu dia mati tertawa? Meringis,kan? Sekarang bisa
tertawa?
                        Yang simpati  : rohnya belum pergi jauh ini.
                        Salah seorang : sekarang seperti tersenyum.apa perasaan-perasaannya belum
pergi dari tubuhnya?

F.     Lakon Drama
Menurut Asul Wiyanto untuk menandai sesuatu yang diceritakan itu dengan sesuatu yang lain, masing-masing karya sastra diberi judul. Khusus umtuk karya sastra berbentuk drama, istilah yang digunakan bukan judul melainkan lakon. Lakon disesuaikan dengan kejadian atau peristiwa[10] :
1.      Kelahiran atau kematian
2.      Perkawinan dan perceraian
3.      Perbuatan sosial atau kejahatan
4.      Perdamaian atau peperangan.
Contohnya: lakon atau cerita wayang lahirnya gatot kaca atau lakon ketoprak minatjinggo gugur.
Lakon drama bersumber pada kehidupan manusia. Penyajiannya dialami oleh manusia sebangun dengan kehidupan manusia yang sesungguhnya dimasyarakat. Penyajian ulang cerita drama dipanggung tidak akan sama persis dengan cerita yang sesunggunya terjadi di masyarakat.penyajian ulang itu hanya diupayakan sedapat dapatnya menyerupai dengan yang asli.[11] Jadi lakon drama sendiri adalah salah satu bentuk penyampaian apa yang terjadi pada kehidupan manusia yang sesungguhnya yang dikemas dalam pentas panggung.
Menurut Asul Wiyanto, lakon drama ditulis dengan cara yang berbeda dari cerita pendek atau novel karena penulisan lakon drama harus memenuhi syarat-syarat pertunjukan. Karena syarat-syarat itu, dalam prakteknya menulis cerita pendek atau novel tidak dapat begitu saja langsung menjadi penulis lakon drama. Penulis drama harus banyak pengalaman dan banyak belajar. Ia harus menyelidiki watak-watak manusia scara mendalam. Sebab, drama memang mempertontonkan kehidupan manusia yang berbagai macam ragam watak dan tingkah lakunya[12]. Dalam artian disini penulis lakon drama tidak boleh sembarangan dalam menulisnya, para penulis harus mengikuti syarat-syarat pertunjukan. Dan memiliki wawasan dan pengalaman yang luas.

G.    Unsur-Unsur Lakon Drama
Menurut Asul Wiyanto, sedikitnya ada delapan unsur-unsur dalam drama, yaitu[13]:
1.      Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita pendek yang menarik. Untuk menentuan tema yang akan digarap, biasanya dimunculkan pertanyaan, “masalah apa yang akan diceritakan,”.
Topik adalah sesuatu yang lebih khusus dari pada tema.
Contohnya, tema: masalah keluarga, topik: pilih kasih. Hubungan tema dan topik, contohnya Cinderella.
2.      Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama. Pesan itu tentu saja disampaikan scara langsung, tetapi lewat lakon naskah drama yang ditulisnya. Nama lain dari drama adalah sandiwara. Dengan ini drama mengandung ajaran, terutama ajaran moral yang disampaikan secara rahasia. Misalnya lakon cinderella amanatnya adalah orang tua harus berlaku adil atau tidak pilih kasih terhadap anak-anaknya.
3.      Plot
Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana, konflik yang kompleks, sampai pada penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik memang bermacam-macam.
Perkembangan plot drama ada beberapa tahap yaitu:
a.       Eksposisi (perkenalan)
b.      Konflik  (permasalahan)
c.       Konflikasi (permasalahan banyak)
d.      Krisis (puncak permasalahan/klimaks)
e.       Resolusi (penyelesaian konflik)
f.       Keputusan (akhir permasalahan)
4.      Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Karakter tokoh berwatak sabar, ramah, suka menolong, pemberang, suka marah, sangat keji. Unsur-unsur pendukukung dalam drama yaitu ( tata rias, tata busana, dan akting) satu dan lain tidak dapat dipisahkan.
5.      Dialog
Dialog adalaah percakapan para pemain drama.dialog harus benar-benar dijiwai oleh para pemain sehingga sanggup menggambarkan suasana.dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap plot lakon drama.
6.      Setting
Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan. Pengggambaran setting sering berubah-ubah hampir setiap adegan. Karena itu, penata panggung harus jeli dan pandai-pandai memanfaatkan dan mengatur peralatan yang terbatas itu untuk sedapat-dapatnya menggambarkan tempat, waktu, dan suasana seperti yang dikehendaki lkon drama.
7.      Bahasa
Bahasa sebagai bahan dasar diolah untuk menghasilkn lakon drama. Karena itu, penuls lakon itu harus mengetahui berbagai hal berkaitan dengan bahasa, misalnya ragam lisan dan ragam tulisan, ragam resmi dan ragam tak resmi.
8.      Interpretasi
Penulis lakon selalu memanfaatkan kehidupan masyarakat sebagai sumber gagasan dan penulis cerita. Drama yang ditampilkan dipanggung harus bisa dipertanggungjawabkan, terutama scara nalar. Artinya, apa yang dipertontonkan itu harus logis, tidak janggal, dan tidak aneh.



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Drama merupakan seni sastra yang berbentuk prosa atau puisi dengan mementingkan dialog, gerak, perbuatan yang dipentaskan diatas panggung membutuhkan ruang, waktu dan audiens yang memikat dan menarik hati.
Seni drama merupakan keindahan yang dinikmati oleh penonton,yang paling kompleks dengan melibatkan seniman seperti sastrawan dan pemain untuk membentuk suatu kesatuan yang utuh.
B.     Saran
1.      Sebaiknya para pemain drama dapat memainkan peran yang telah ditentukan dengan penuh penghayatan, gerak vokal dan unsur lainnya.
2.      Drama yang digarap akan lebih baik jika adanya sarana dan prasarana fasilitas yang lengkap.




















DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Prinsip- Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo




[1] Asul Wiyanto. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo. Hal: vii.
[2] Henry Guntur Tarigan. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. 69
[3] Ibid.,71
[4] Asul Wiyanto. Op. Cit., hal. 3
[5] Asul Wiyanto. Op. Cit., hal. 4
[6] Ibid.
[7] Ibid.,7
[8] Asul Wiyanto. Op. Cit., hal.12
[9] Asul Wiyanto. Op. Cit., hal. 17
[10] Asul Wiyanto. Op. Cit., hal. 21
[11] Asul Wiyanto. Op. Cit., hal. 21
[12] Ibid.
[13] Ibid., hal .23

No comments:

Post a Comment