1

loading...

Sunday, December 30, 2018

MAKALAH KONVENSI SASTRA PADA ANGKATAN 45


MAKALAH BAHASA INDONESIA  

KONVENSI SASTRA PADA ANGKATAN 45 


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa misalnya, sejarah sastra Indonesia, sejarah satra jawa, dan sejarah sastra Inggris. Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek sejarah sastra adalah sebagai peristiwa yang terjadi pada tentang masa pertumbuhan danperkembangan suatu bangsa. Telah disinggung didepan bahwa sejarah itu bisa menyangkup karya sastra, pengarang, penerbit, pengajaran, kritik, dan lain-lain.
Karya angkatan 45 yang kita baca diketahui pada saat sekarang ini bukanlah ada dengan sendirinya. Karya-karya tersebut merupakan hasil pemikiran dan imajinasi para satrawan yang terdesak oleh tantangan jaman pada masa itu. Yaitu masa penduduk Jepang dan masa revolusi di Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui bahwa bansa Jepang adalah bangsa terakhir menjajah sampai akhirnya Indonesia merdeka. Para sastrawan yang ada padamasa ini selain ikut berjuang denanfisik dalam perang kemerdekaan, mereka juga menimbulkan diri untuk mencoba merumuskan dan mencari orientasi pada berbagai kemungkinan bangunan kebudayaan bagi Indonesia kedepan.
Setelah merdeka Indonesia memasuki era revolusi, yakni masa pembaharuan baik dari segi pemerintahan, sosial, budaya dan kenegaraan. Hal itu juga memberi dampak para sastrawan dan hasil karya sastra mereka pada saat itu. Sehingga angkatan 45 memiliki konsepsi estetik tersendiri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiman konvensi sastra pada Angkatan 45 ?
2.      Apa saja karya yang dihasilkan pada Angkatan 45 ?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh pada Angkatan 45 ?
C.    Manfaat
1.      Mengetahui perkembangan sastra pada Angkatan 45?
2.      Mengetahui karya yan dihasilkan pada Angkatan 45?
3.      Mengetahui tokoh-tokoh Angkatan 45?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konvensi Angkatan 45
Istilah Angkatan 45 memiliki dua pengertian, yaitu (1) pengertian dalam politik dan (2) pengertin dalam bidang sastra dan seni. Kedua pengertian itu tidak memiliki hubungan yang erat karena dalam karangan bila disebut  Angkatan 45 yang dimaksud ialah Ankatan 45 dalam bidang Sastra dan Seni.[1] Jadi Angkatan 45 diartikan sebagai Angkatan dalam bidang Sastra dan Seni.
     Sehubungan dengan generasi 1940-1949, pada Generasi ini telah lahir apa yang dinamakan dengan angkatan 45. Sebutan ini pertama kali diperkenalkan Rosihan Anwar dalam tulisannya di Majalah Siasat, Edisi 9 Januari 1949.[2] Jadi pada Generasi 1940-1949 telah lahir Angkatan 45 yang pertama kali diperkenalkan oleh Rosihan Anwar dalam tulisannya di Majalah Siasat Edisi 9 januari 1949.
a.    Sikap Pengarang terhadap istilah Angkatan 45
Ada berbagai pendapat tentang istilah Angkatan 45, ada yang setuju terhadap istilah Angkatan 45 dan ada yang menyatakan keberatan.Beberapa alasan tidak setuju yang para pengarang kemukakan adalah sebagai berikut:[3]
1.         Tahun 1945, yaitu tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,tidak sepenuhnya berhubungan dengan hal-hal yang mulia dan baik karena pada tahun ini juga terjadi pembunuhandan penculikan, dengan demikian penamaan Angkatan 45 dapat juga mengingatkan kita pada hal yang keji dan kotor.
2.         Para Sastrawan diragukan sahnya bagi Perjuangan merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan sehingga timbul keasingan apakah merdeka berhak menggunakan nama keramat Angkatan 45. Keraguan itu berdasarkan atas adanya beberapa karangan Chairi Anwar yang terlalu bersifat individualistis, karangan Idrus yang tampak serius terhadap Revolusi Bangsa juga karangan Asrul Sani yang bersifat menelektual.
3.         Angkatan tahun 1945 adalah suatu kesamaan waktu yang sangat singkat dan relatif terlalu fauna sehingga penamaan dengan tahun 1945 akan dengan cepat menimbulkan sifat kekolotan beberapa tahun kemudian.
Sebaliknya mereka yang setuju dengan istilah Angkatan 45 membantah alasan-alasan tersebut.[4]
1.      Dikatakan bahwa dalam menilai sesuatu peristiwa kita harus dapat membedakan yang pokok dengan yang tidak. Dengan demikian penamaan Angkatan dengan nama tahun 1945 tetap memiliki nilai yang luhur, tidak perlu harus dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang rendah.
2.      Memang ada puisi-puisi karya penyair bangsa kita pada saat itu yang memiliki interpretasi negatif, tetapi apabila diteliti benar-benar dan diserapkan sungguh banyak puisi karya Chairil Anwar juga penyair lainnya yang mengandung pikiran yang dalam, yang tidak sedikit perannya bagi perjuangan kemerdekaan.
3.      Sebenarnya, tidak hanya penamaan yang menggunakan angka tahun yang mudah menimbulkan sifat kekolotan, tetapi penamaan akan menjadi bersifat kolot apabila sudah timbul generasi baru.

B.            Karya-Karya Angkatan 45
Sehubungan dengan generasi 1940-1949, pada generasi ini telah lahir yang dinamakan Angkatan 45. Banyak karya Angkatan 45 yang dapat kita ketahui. Karya yang terbit saat ini tentang aspirasi kebangsaan sertamenjawab tantangan zaman yang timbul dalam pertumbuhan bangsa indonesia.
1.      Novel
Salah satu novel yang dihasilkan pada generasi 1940-1949 adalah Tetrologi Bumi Manusia, Anak semua bangsa dan Rumah kaca karya Pramoedya Ananta Toer. Dalam novel ini menceritakan tentang perjalanan tokoh yang bernama Minke. Minke adalah salah satu antara pribumi yang bersekolah di HBS. Pada masa itu yang dapat masuk di sekolah HBS adalah orang-orang yang keturunan eropa. Minke adalah seseorang pribumi yang pandai, ia sangat pandai menulis. Tulisannya bisa membuat orang sampai terkagum-kagum dan dimuat berbagai koran belanda pada saat itu. Sebagai seorang pribumi, ia kurang disukai oleh siswa-siswi eropa lainnya. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner, ia berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa yang membuatnyasealu dibawah.
Selain tokoh Minke Novel ini  juga menggambarkan seorang Nyai yang bernama Nyai Ontosoroh. Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiiki norma kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan. Statusnya telah membuat Nyai sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya. Tetapi menariknya adalah Nyai Ontosoroh sadar akan kondisi tersebut sehingga dia berusaha keras dengan terus belajar, agar dapat diakui sebagai seorang manusia. Nyai Ontosoroh berpenndapat untuk melawan  penghinaan, kebbodohan, kemiskinan dan sebagainya hanyalah dengan belajar. Minke juga menjalin asmara dan akhirnya menikah dengan Annelies anak dari Nyai Ontosoroh dan tuan Mellena.
Jadi melalui novel ini daat disimpulkan bahwa betapa pentingnya belajar karena dengan belajar dapat mengubah nasib seseorang.
2.      Puisi
Puisi pada tahun 1940-1949 puisi masih disebut sebagai sajak sebagian besar sajak banyak yang ditulis pada zaman jepang tetapi kebanyakan kembali diumumkan sesudah revolusi. Para penyair yang digolongkan kedalam angkatan 45 antara lain Asrul Sani,Chairil Anwar,Rivai Apin,Sitor Situmorang, dan Usmar ismail.
Pada tahun 1940-1949 terdapat beberapa kumpulan puisi yang dihasilkan antara lain, Deru Campur Debu oleh Chairil Anwar (1949), dan Krikil Tajam yang Terhempas dan yang Putus oleh Chairil Anwar (1945). Pada generasi ini terbit kumpulan buku isi antara lain Tiga menguak takdir oleh chairil Anwar, Asrul Sani dan Rivai Apin (1950). Putung berasap oleh Umar ismail (1950), surat kertas hijau oleh Situr situmorang(1955) dan wajah tak bernama oleh Situr situmorang (1955).[5]
Jadi puisi pada tahun 1940-1949 masih disebut sebagai sajak dan para penyair yang digolongkan kedalam angkatan 45 antara lain Asrul sani, Chairil anwar, Rivai apin, Situr situmorang dan usman ismail.
3.      Drama
Penulisan drama pada masa jepang boleh dikatakan sangat subur, hal ini mungkin disebabkan kegiatan rombongan-rombongan sandiwara yang berkumpul dalam perserikatan Oesaha sandiwara Djawa dan dipimpin oleh Armijnpane. Banyak tokoh-tokoh sandiwara salah satunya Armijnpane, ia mengumpulkan sandiwaranya dalam sebuah buku yang berjudul Jinak-jinak Merpati.[6]
Pada periode 45 drama dan teater indonesia tumbuh dan berkembang, terutama dikota-kota besar. Lakon drama pada era ini tertulis dn dipentaskan dengan menggunakan bahasa indonesia. Pada umumnya tema yang diungkapkan berkisar yang beraspirasi kebangsaan serta menjawab tantangan zaman yang timbul dalam pertmbuhan bangsa indonesia. Cerita-cerita yang disajikan biasanya berhubungan dengan masalah-masalah diindonesia setelah perang.
Jadi pada periode 45 drama dan teater indonesia tumbuh dan berkembang, drama pada era ini tertulis dan dipntaskan dengan menggunakan bahasa indonesia.

C.    TOKOH-TOKOH ANGKATAN 45
Ada bebrapa pengarang penting pada masa 1940-1949  yaitu
1.      Chairil Anwar
Chairil Anwar dilahirkan di medan tanggal 22 juli 1922. Ia mulai muncul didunia kesenian pada zaman jepang. Bukan karena sajak-sajaknya mendapat hadiah karena ia berlomba-lomba mencipta sesuai dengan pesanan jepang, tetapi terutama karena sifatnya yang eksentrik dan tidak mau dikuasai oleh pusat kebudayaan. Sajak nya yang termasyur dan merupakan gambararan hidupnya yang membersit-besit dan individualisme ialah yang berjudul ‘Aku’. [7]
Pada tahun 1948, Chairil menerbitkan dan memimpin redaksi majalah gema suasana. Tapi segera ditinggalkannya karena ia tidak pernah bisa betah lama-lama bekerja dikantor. Dan pada tanggal 28 april 1949, ia meninggal karena tifus dan penyakit lain. Baru pada waktu ia sudah meninggalkan sajak-sajaknya diterbitan orang sebagai buku : Krikil Tajam Yang Terampas dan Yang Luput (1949), Deru Campur Debu (1949) dan Tiga menguak Takdir (1950). Yang tidak termuat dalam ketiga kumpulan itu kemudian diterbitkan dengan kata pengantar H.B. Jansin, berjudul Chairl Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956).[8]
Jadi Chairil anwar merupakan pengarang sajak pada angkatan 45. Salah satu sajaknya yang termasyur dan merupakan gambaran hidupnya yang membersit-bersit dan individualisme ialah yang berjudul ‘Aku’. Dan pada saat ia meninggal sajak-sajaknya diterbitkan orang sebagai buku.
2.      Asrul Sani
Asrul Sani adalah seorang penyair angkatan 45, yang lahir di Rao, Sumatera Barat, tanggal 10 Juni 1926, adalah seorang dokter hewan yang dalam dunia sastra bergerak dalam berbagai bidang. Ia pertama kali mengumumkan sajak-sajak dan karya-karyaya yang lain dalam majalah Gema Suasana dan mimbar indonesia. Selain menulis sajak, asrul menulis juga cerpen, esai, kritik filem dan lain-lain.
Sajak-sajak Asrul sangat melodis. Kata-katanya memberikan citra yang lincah dan segar. Salah satu sajaknya yaitu ‘Mantera’ dan ‘Surat Dari Ibu’. Dalam esai-esainya Asrul sangat indah gayanya, tajam dan lapang dada. Beberapa buah esainya memberi gambaran tentang kehidupan zamannya. Salah satu esainya berjudul ‘Fragmen Keadaan’. Dalam cerpennya Asrul terasa ada usaha untuk menyelami dan mengemukakan situasi manusia yang membelenggu karena kebodohan manusia itu sendiri. Salah satu cerpennya berjudul ‘Dari Suatu Asa Dari Suatu Tempat’.[9]
Jadi Asrul Sani adalah penyair yang memberikan citra lincah dan segar, sangat indah gayanya, tajam dan lapang dada. Di dalam karyanya Asrul berusaha untuk mengemukakan situasi manusia yang terkekang akibat kesalahanya sendiri.
3.      Rivai Apin
Rivai Apin lahir di Padang panjang tanggal 30 Agustus 1927. Selain menulis sajak, ia pun menuis cerpe, esai, kritik, skenario film dan lain-lain. Meskipun Rivai Apin menulis tak selancar Asru Sani. Namun sejak maih sekolah menengah ia telah mengumumkan sajak-sajaknya dalam majalah-majalah terkemuka, ia pun pernah duduk sebagai anggta redaksi Gema Suasana, Gelanggang, Zenith dan lain-lain.
Tahu1954 ia sempat mengejutkan kawan-kawannya, ia keluar dar redaksi Gelanggang yang telah didirikannya bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani dan beberapa waktu kemudian ia masuk ke Lingkungan Kebudayaan Rakyat (Lekra) sempat memimpn majalah kebudayaan zaman baru yang menjadi organ kebudayaan PKI.[10]
Jadi Rivai Apin adalah penulis sajak namun selain itu ia pun menulis cerpen, kritik, skenario film dan lain-lain. Salah satu sajaknya berjudul kebebasan.
4.      Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer lahir pada tanggal 2 Februari 1925. Meskipun sudah mulai mengarang sejak zaman jJepang dan pada awal revolusi telah menerbitkan buku Kranji dan Bekasih Jatuh (1974). Baru menarik perhatian dunia sastra Indonesia pada tahun 1949 ketika cerpennya ‘Blora’ yang ditulisnya dalam penjara diumumkan dan romannya perburuan (1950) mendapat hadiah sayembara mengarang yang diselenggarakan di Balai Pustaka.[11] Pramoedya Anata Toer sangat produktif dalam menulis, baik berupa cerpen, roman, esai maupun kritik. Selain itu Pramoedya Ananata Toer juga menulis novel yang berjudul ‘Tetrologi Buru’ (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa dan Rumah Kaca).
Jadi Pramoedya Ananta Toer adalah orang yang sangat produktif dalam menulis karya sastra. Daan salah satu karya yang menarik perhatian dunia sastra Indonesia pada tahun 1949 yang berjudul ‘Blora’.
5.      Muhammad Ali Maricar
Muhammad Ali Maricar lahir di Surabaya tanggal 23 april 1927 dari keturunan India. Ia menulis sajak, cerpen dan sandiwaraa. Banyak dimuat dalam majalah-majalah Pujangga Baru, Zenith, Mimbar Indonesia, Gelenggang, Konfrontasi Indonesia dan lain-lain.[12]
Muhammad Ali Maricar sering dijuluki sebagai pengarang lapar karena sebuah drama radionya yang terkelanal berjudul ‘Lapar’. Drama tersebut dibukukan bersama dengan judul Hitam Atas Putih (1959). Muhammad Ali Maricar terkenal sebagai pengarang yang tulisan-tulisannya banyak bersifat kemasyarakatan. Tragedi (1954), Siksa Dan Bayangan (1955), Perjuangan Dengan Iblis (1955) Dan Kuburan Tak Beranda (1955).
Jadi Muhammad Ali Maricar Seorang penulis sajak, cerpen dan sandiwara. Dengan gaya tulisan yang bersifat kemasyarakatan.


DAFTAR PUSTAKA
Rosidi, Ajip.2011.Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia.Bandung: Pustaka Jaya.
Sarwadi. 2004. Sejarah Sastra Indonesia.Yogyakarta: Gama Media.
Sulistyowati, Endang Dan Tarman Efendi Tarsyad.2011. Teori Dan Sastra Puisi Indonesia.Banjarbaru: Scripta Cendikia.


[1] Sarwadi. 2004. Sejarah Sastra Indonesia.Yogyakarta: Gama Media. hal, 149.
[2] Endang Sulistyowati Dan Tarman Efendi Tarsyad. 2011.Teori Dan Sastra Puisi Indonesia.Banjarbaru: Scripta Cendikia. hal,71.
[3]Sarwadi, Loc cit. Hal, 151 .
[4] Sarwadi. Op Cit. Hal, 151.
[5] Endng Sulistyowati dan Tarman Effendi Tarsyad. Loc cit. Hal, 83.
[6] Ajip Rosidi.2011.Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia.Bandung: Pustaka Jaya. Hal, 95.
[7] Ibid., hal 103.
[8] Ibid., hal 107.
[9] Ajip rosidi. Op cit. Hal 109.
[10] Ajip rosidi. Op cit. Hal 112.
[11] Ibid., hal 117
[12] Ibid., hal 137

No comments:

Post a Comment