1

loading...

Friday, April 12, 2019

MAKALAH PROGRAM KAJIAN TPA


MAKALAH PROGRAM KAJIAN TPA

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun menurut (NAEYC, 1992) pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang menjalani masa yang sangat cepat dan tepat untuk diberikan rangsangan-rangsangan. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan spiritual), sosial-emosional (sikap dan perilaku), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui anak usia dini. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik kasar dan halus), daya piker, daya cipta, bahasa, dan komunikasi, yang tercakup dalam kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan agama atau religious (RQ), sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya.
Sedangkan kelompok bermain dapat dijelaskan sebagai kegiatan bermain yang teratur  dari kelompok anak-anak usia dini dalam lembaga pendidikan anak usia dini . kelompok bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, dengan prioritas anak usia dua sampai empat tahun.
Upaya yang dapat dilakukan mencakup stimulus intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini diarahkan dalam rangka pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak usia dini diyakini memiliki efek kumulatif yang akan terbawa dan memengaruhi fisik dan mental anak selama hidupnya. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini adalah membekali dan menyiapkan anak sejak dini untuk memperoleh kesempatan dan pengalaman yang dapat membantu perkembangan kehidupan selanjutnya.
                  
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Kober (KB)?
2.      Bagaimana Program Pelaksanaan Kober (KB)?
3.      Apa Saja Bentuk Kegiatan Kober (KB)?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk Mengetahui Bagaimana Kober (KB).
2.      Untuk Mengetahui Bagaimana Program Pelaksanaan Kober (KB).
3.      Untuk Mengetahui Apa Saja Bentuk Kegiatan Kober (KB).

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kober (KB)
Kelompok bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun. Peserta didik di Kelompok Bermain diprioritaskan bagi anak usia 2 s/d 4 tahun dengan jumlah anak sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) anak. Selain daripada itu anak usia 5 s/d 6 tahun yang karena sesuatu hal (terpaksa) tidak mendapat kesempatan terlayani di lembaga PAUD formal dapat dilayani di Kelompok Bermain dengan jumlah minimal 10 anak.
Menurut bab 4 pasal 28 ayat 1 sampai 5 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:
     1.      Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
    2.      Pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan atau informal. 
   3. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat.
    4.  Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok belajar, tempat penitipan anak atau bentuk lain yang sederajat. Bentuk Pendidikan Anak Usia Dini antara lain:
a.   TPA, merupakan layanan penitipan anak intensif karena dilakukan setengah hari atau sehari penuh dan setiap hari
b.  KB (Kelompok Bermain), merupakan layanan semi intensif karena di laksanakan 3-6 kali/minggu.
Tujuan penyelenggaraan Kelompok Bermain adalah untuk menyediakan pelayanan pendidikan, gizi, dan kesehatan anak secara holistik dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi anak yang dilaksanakan sambil bermain. Salah satu tujuan lainnya adalah untuk mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa.
Tujuan pembelajaran di kelompok bermain tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional itu sendiri yakni: Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedangkan tujuan pendidikan Prasekolah itu sendiri adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pembelajaran kelompok bermain menurut Dinas pendidikan dan kebudayaan dibagi menjadi dua yaitu:
     1.      Tujuan Umum:
Yaitu mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya termasuk siap mengikuti pendidikan dasar.
     2.      Tujuan Khusus:
Secara khusus kegiatan pendidikan di kelompok bermain bertujuan agar:
a.       Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan tuhan dan mencintai sesama.
b.      Anak mampu mengelola ketrampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, dan gerakan kasar serta menerima rangsangan sensorik (pancaindera).
c.       Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bemanfaat untuk berfikir dan belajar.
d.      Anak mampu berfikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
e.       Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial dan budaya. Serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri, dan rasa memiliki.
f.       Anak memiliki kepekaan terhadap irama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif.

B.     Program Pelaksanaan Kober (KB)
Program pembelajaran adalah susunan kegiatan yang akan dilakukan selama satu tahun pembelajaran. Kegiatan yang harus disusun dan ditetapkan. Sesuai dengan sistem semester, ada tiga macam perencanaan kegiatan bermain di Kelompok Bermain, yaitu:
     1.      Perencanaan Tahunan dan Semester
Beberapa langkah yang harus ditempuh oleh seorang pendidik dalam membuat perencanaan tahunan dan semester:
a.       Untuk memulai kegiatan awal tahun ajaran baru, antara lain penyusuna jadwal dan pengadaan fasilitas yang diperlukan demi kelancaran pelaksaan program kegiatan bermain anak didik.
b.      Kegiatan semester antara lain menyiapkan buku program kegiatan mingguan dan harian serta pembelanjaan fasilitas-fasilitas keperluan semester.
     2.      Perencanaan Kegiatan Bermain Mingguan dan Harian
Perencanaan satuan kegiatan mingguan adalah penyusunan persiapan pembelajaran yang akan dilakukan pendidik dalam satu minggu. Perencanaan satuan kegiatan harian adalah penyusunan persiapan pembelajaran yang akan dilakukan pendidik dalam satu hari untuk meningkatkan kecerdasan holistic anak dengan mengacu menu pembelajaran generic.
a.       Kegiatan mingguan adalah kegiatan yang secara pasti bisa diprogramkan setiap minggu. Misalnya, setiap hari senin deprogram Tanya jawab bagi anak didik, hari sabtu deprogram kegiatan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan bermain yang telah diselenggarakan.
b.      Kegiatan harian antara lain kegiatan bermain yang akan diberikan kepada anak didik, termasuk memeriksa kebersihan dan ketertiban ruang bermain anak  didik. Kegiatan bermain mingguan dan harian disusun berdasarkan perencanaan tahunan dan semester. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditetapkan meliputi:
1)      Tema kegiatan
2)      Kelompok yang akan melakukan kegiatan bermain
3)      Semester dan tahun ajaran
4)      Jumlah waktu
5)      Hari dan tanggal pelaksanaan
6)      Jam pelaksanaan
7)      Tujuan kegiatan bermain
8)      Materi yang akan dimainkan sesuai dengan tema
9)      Bentuk kegiatan bermain
10)   Setting lingkungan
11)   Bahan dan alat yang diperlukan dalam bermain
12)   Evaluasi perkembangan anak
Pendidik mengidentifikasi perilaku anak didik yang perlu dibentuk melalui pembiasaan. Hal ini dapat terwujud dalam kegiatan sehari-hari di Kelompok Bermain, seperti kemandirian dalam melepas dan memakai sepatu, mengambil makanan dan minuman, membereskan alat makan dan minumnya dan membereskan alat mainannya.
Pendidik juga mengidentifikasi kemampuan dasar anak didik yang perlu dikembangkan, seperti moral, social emosional, kemampuan berbahasa, kognitif, seni, fisik dan motorik.
3.      Perencanaan persiapan jenis permainan
a.       Perencanaan persiapan jenis permainan adalah segala sesuatu yang diperlukan sebelum melaksanakan proses kegiatan bermain.
b.      Tujuan penyusunan persiapan jenis permainan adalah:
1)      Agar anak mendapatkan kesempatan bermain yang bervariasi dan cukup waktu.
2)      Agar anak mendapatkan stimulasi pendidikan yang optimal sehingga semua potensi anak dapat dikembangkan dengan baik.
3)      Agar memudahkan pendidik dalam megarahkan dan mendampingi anak didik dalam kegiatan bermain
4)      Agar memudahkan pendidik melaksanakan pengewasan dan evaluasi keberhasilan kegiatan bermian dalamm mencapai tujuannya.
Layanan Program Kelompok Bermain (KB) setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 hari atau 32 - 34 minggu. Berbeda dengan Dr. Suparyanto yang  mengatakan bahwa Jumlah hari dan layanan dalam Kelompok bermain (KB) yaitu setiap hari atau maksimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam.
Materi belajar bagi anak usia dini dalam Kelompok Belajar dibagi dalam 2 kelompok usia yakni:
     4.      Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:
a.       Pengenalan diri sendiri ( Perkembangan konsep diri)
b.      Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)
c.       Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial)
d.      Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik)
e.       Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa)
f.       Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)
     5.      Materi untuk anak usia 3 – 6 tahun meliputi :
a.       Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.
b.      Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
c.       Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
d.      Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
e.       Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.
f.       Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
g.      Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili.
Materi-materi itulah yang akan diterima dan diajarkan oleh pendidik pada anak-anak usia dini dalam Kelompok Bermain. Dari matri-materi tersebut sang pendidik dapat mengeksplorasi ataupun dapat mengembangkan materi-materi tersebut yang sudah ada. Sehingga anak-anak usia dini tidak bosan dan jenuh dengan materi-materi yang mereka terima dalam Kelompok Belajar tersebut.
Evaluasi Layanan Program Kelompok Bermain
      1.      Evaluasi atau penilaian kegiatan bermain merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan anak didik sebagai hasil kegiatan bermainnya. Tujuannya adalah  untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana pertumbuhan dan perkembangan anak didik dari waktu ke waktu. Bentuknya dapat berupa narasi yang menggambarkan perkembangan kemampuan anak didik selama waktu tertentu. Cara mengevaluasi adalah dengan mengamati perilaku anak ketika bermain misalnya mengamati perkembangan moral, social emosional, kemampuan berbahasa, daya pikir, fisik dan motorik, serta hasil karyanya.
     2.      Kegiatan evaluasi dilakukan sebagai berikut:
a.       Pencatatan kehadiran anak didik harus dilakukan agar dapat diketahui anak didik yang rajin dan selalu mengikuti kegiatan bermain. Dengan adanya pencatatan kehadiran anak dapat diketahui anak didik yang kadang-kadang atau sering tidak masuk, sehingga pengelola atau pendidik dapat memberikan pembinaan dengan terlebih dahulu mengetahui sebab-sebabnya. Misalnya, anak sakit atau pergi dengan orang tuanya. Ada juga anak tidak masuk karena ingin ditunggu oleh ibunya, malu atau takut dengan orang lain. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka perlu difikirkan bagaimana cara menciptakan lingkungan kelompok bermain yang menyenangkan bagi anak didik. Pengelola dan pendidik harus bisa bersikap sebagai oran tua dan teman bagi anak, ramah, menyenangkan, dan tidak ditakuti anak.
b.      Pencatatan kegiatan anak didik dapat dilakukan denga cara membuat catatn anekdot. Anekdot adalah jenis pengamatan yang berupa narasi atau cerita tentang perilaku anak.
c.       Berdasarkan catatan tersebut pengelola atau pendidik dapat mengetahui factor-faktor penyebabnya sehingga dapat mencari pemecahan yang efektif.
    3.      Hasil evaluasi anak diserahkan melalui orang tuanya secar berkala misalnya setiap bulan, per triwulan, semester atau per tahun.
Evaluasi atau penilaian ialah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka memperoleh data tentang perkembangan, perubahan dan kemajuan anak didik melalui proses belajar mengajar yang mereka lakukan. Evaluasi ini dilakukan oleh guru secara berkesinambungan dengan mengunakan cara-cara yang efektif dan efisien.
Ruang lingkup evaluasi bersifat menyeluruh yaitu meliputi semua aspek pendidikan. Aspek pendidikan yang dimaksud adalah aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap dan prilaku (afektif) dan aspek ketrampilan (psikomotor).
Pada anak usia dini evaluasi tidak bisa dilakukan hanya sekali saja sebab anak yang ditanya sesuatu dan tidak bisa menjawab pada waktu itu belum tentu atau tidak bisa dijadikan ukuran kalau anak tersebut tidak bisa.
Dalam kelompok bermain evaluasi atau penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pengamatan dan pencatatan anekdot. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan sikap anak yang dilakukan dengan mengamati tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus, sedangkan pencatatan anekdot merupakan sekumpulan catatan tentang sikap dan prilaku anak dalam situasi tertentu.

C.    Bentuk Kegiatan Kober (KB)
Bentuk pelajaran yang dijadikan bahan belajar di kelompok bermain harus valid, signifikan, dan bermakna atau sesuai tahap perkembangan intelektual anak. Seorang pamong belajar hendaknya selalu mengaitkan kegiatan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak dengan melaksanakannya melalui kegiatan bermain. Jadi pekerjaan bertumpu pada perhatian anak, bukan dari isi programnya saja. Disamping itu materi pembelajaran harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak yang bersangkutan. Untuk itu kegiatan pengembangan yang dilaksanakan hendaknya bersifat integratif.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa materi atau bahan pelajaran proses belajar mengajar yang baik untuk pendidikan prasekolah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
    1.   Bahan atau topik kegiatan antara satu dengan yang lain (bahan dari bidang pengembangan berkaitan satu dengan yang lain) atau diberikan secara utuh dan terpadu (integratif)
    2.      Materi yang diberikan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual anak
    3.      Kegiatan yang diberikan dikaitkan dengan kebutuhan, minat, kemampuan anak dan ciri setiap anak
    4.      Topik kegiatan diberikan bukan dari materi program saja, tetapi bertumpu pada perhatian anak
Sejak awal tujuan pendidikan dirancang untuk menyiapkan anak didik agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Menjadi pendidik pada lembaga pendidikan anak usia dini(PAUD) tidaklah mudah, bahkan paling sulit di antara jenjang pendidikan lainya. Selain harus memiliki rasa kasih sayang yang besar kepada anak, personalitas yang baik, energik, menguasai ilmu ke-PAUD-an serta konsep-konsep perkembangan anak usia dini dan juga mampu membuat atau menyiapkan menu pembelajaran yang pas dan sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Oleh sebab itu, bagi calon pendidik maupun pendidik haruslah faham tentang hal ini.
Ada 6 Aspek bentuk kegiatan Pembelajaran yang sesuai untuk Anak Usia Dini :
    1.      Aspek Moral dan nilai-nilai Agama
Usaha guru atau pendidik yaitu menumbuhkan serta mengembangkan moral dan nilai-nilai agama kepada anak agar anak memiliki kecerdasan moral dan spiritual.(Colles,2003) menyatakan jika anak mempunyai kecerdasan moral maka anak akan menjadi baik, lembut hati, selalu memikirkan oranglain, bijaksana, sopan, dan murah hati. Sedangkan jika seorang anak memiliki kecerdasan spiritual anak akan berperilaku sesuai ajaran agama, welas asih, tidak bersikap ego terhadap sesama , dapat memeriksa diri sendiri dan juga mengkritik orang lain, selalu berempati,dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah menu pembelajaran Moral dan nilai agama yang harus ada dalam proses pembelajaran pada anak, antara lain :
a.       Membiasakan anak untuk mendengar lagu keagamaan ( lagu anak yang islami)
b.      Membiasakan anak selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Misalnya makan
c.       Mengajarkan kepada anak tata cara beribadah atau sholat dan kemudian anak menirukan nya
d.      Menceritakan kisah-kisah keagamaan di dalam ruangan
e.       Mengajarkan kepada anak untuk selalu menyayangi kedua orang tua, keluarga dan sesama
f.       Mengenalkan nama tuhan, malaikat dan rosul
g.      Membiasakan anak selalu mengucap salam, terimakasih dan mencium tangan kedua orangtua
      2.      Aspek Fisik
Anak yang sehat adalah anak yang secara fisik maupun secara psikis dalam kondisi sehat. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh gizi dan kesehatan. Anak yang sehat akan mengalami lonjakan perkembangan yang lebih baik jika dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai dengan standar pertumbuhan fisik anak secara umum pada tingkat usianya dan memiliki kemampuan standar fisik anak seusianya. Berikut ini adalah ciri-ciri anak yang sehat menurut Departement Kesehatan RI(1993) adalah sebagai berikut :
a.       Tumbuh dengan baik, dilihat dari berat badan dan tinggi badan selau bertambah secara teratur dan proporsional.
b.      Tingkat perkembangan sesuai dengan umurnya
c.       Tampak aktif, gesit dan gembira.
d.      Mata bersih dan bersinar
e.       Bibir dan lidah tampak segar
f.       Nafar segar
g.      Kulit,kuku dan rambut bersih
h.      Mudah menyesuaikan diri dengan lingkunganya
Berikut ini adalah menu pembelajaran untuk anak usia dini dalam aspek fisik sebagai berikut :
1.      Mengajarkan anak gerak tubuh atau senam
2.      Bernyanyi sambil bertepuk tangan
3.      Berolahraga misalnya bermain bola
4.      Perlombaan, misalnya lomba memasukan bendera kedalam botol
5.      Bermain karet atau melompat-lompat
6.      Dan sebagainya.
      3.      Aspek Bahasa
Masa perkembangan berbicara dan berbahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada tiga tahun pertama dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan. Kemampuan berbicara dan bahasa pada manusia ini akan berkembang dengan baik dalam suasana yang dipenuhi suara dan gambar, serta secara terus menerus berhubungan dengan bahasa dan pembicaraan dari manusia lainya.
Pendidik dapat membantu mendorong perkembangan bahasa anak yang alami yaitu dengan cara menyediakan lingkungan yang penuh kesempatan mengembangkan bahasa . berikut ini adalah petunjuk umum untuk pendidik:
a.       Pahamilah bahwa setiap bahasa atau dialek yang diucapkan anak, berguna sebagai suatu komunikasi  yang sah dan menunjukan identitas.
b.      Perlakukan anak seperti pembicara yang mahir, meskipun masih terbata-bata .
c.       Dorong interaksi antar anak. Belajar dengan teman adalah bagian yang sangat penting dari perkembangan bahasa anak.
d.      Ingatlah bahwa guru, orangtua dan pengasuh adalah sumber pengembangan bahasa anak.
e.       Doronglah anak untuk terus berinteraksi dengan temanya pada saat anak mulai memahami bahasa lisan.
Berikut ini adalah Aspek bahasa yang berhubungan dengan menu pembelajaran untuk anak usia dini :
a.       Mengenal suara orang terdekat
b.      Menyatakan dalam kalimat pendek 2-4 kata
c.       Mengerti dan melaksanakan perintah
d.      Menyebut nama benda yang ada disekitar
      4.      Aspek Kognitif
Para ahli perkembangan anak bersepakat bahwa anak bukanlah orang dewasa kecil, karena hingga usia 15 tahun anak tidak dapat membuat alasan atas tindakanya seperti orang dewasa. Informasi ini didasarkan pada karya Jean Peaget, seorang ahli perkembangan biologi yang mendedikasikan hidupnya untuk mengamati dan mencatat secara dekat kemampuan intelektual bayi, anak dan adolasen. Tahapan-tahapan perkembangan intelektual yang dirumuskan oleh Peaget berhubungan dengan pertumbuhan otak. Menurut Peaget, otak manusia tidak akan berkembang sepenuhnya hingga akhir masa adolesen, bahkan otak laki-laki kadang-kadang tidak berkembang sepenuhnya hingga awal masa dewasa. Oleh karena itu, orangtua dan pendidik perlu memahami apa yang dapat diharapkan seorang anak secara realistis ketika ia berada dalam masa perkembanganya menuju dewasa.
Berikut ini adalah Menu pembelajran AUD dalam Aspek Kognitif yaitu:
a.       Bermain balok-balok yang ukuranya berbeda sehingga anak dapat membedakan antara balok yang besar dengan balok yang kecil
b.      Mengenalkan Rasa (manis, asam, asin, pedas dan pahit) dalam pembelajaran ini guru mempersilahkan anak untuk merasakan gula, buah asam, garam, saus cabe, dan kopi. Diharapkan anak mampu membedakan rasa dengan indera cecap nya.
c.       Setelah mengajarkan bilangan, anak dipersilahkan untuk mengulang kembali
d.      Mengenalkan warna kepada anak . misalnya lagu balonku yang disertai dengan balon yang warna warni (belajar Kongret)
     5.      Aspek Sosial- Emosional dan Kepribadian
Emosi memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku manusia, emosi juga turut mempengaruhi anak-anak. Perkembangan emosi seorang anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Oleh sebab itu sangat bijak apabila kita mampu menciptakan suatu lingkungan yang kondusif untuk membantu perkembangan emosi anak.
Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengan dia, yaitu ibu, ayah dan saudara-saudaranya serta anggota keluarga lainya. Hurlock mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Pada usia prasekolah, anak-anak mulai ke luar dari lingkungan keluarga, dan memasuki dunia peer Group atau teman sebaya. Peristiwa ini merupakan perubahan situasi dari suasana emosional yang aman menuju ke kehidupan yang baru.
Ada beberapa keadaan emosi yang mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak, yakni sebagai berikut :
a.       Emosi menambahkan rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari. Seperti kemarahan dan ketakutan yang kemudian menghasilakan suatu kegembiraan.
b.      Emosi yang menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan. Ini berakibat rasa gelisah dan tidak tenang jika kesiapan anak ternyata tidak berguna.
c.       Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik yang menimbulakan gangguan dalam hal bicara
d.      Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi
e.       Emosi mengganggu aktivitas mental
f.       Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial
g.      Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
h.      Emosi mempengaruhi interaksi sosial
i.        Emosi memperlihatkan kesanya pada ekspresi wajah
j.        Emosi mempengaruhi suasana psikologis
k.      Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan.
Berikut ini adalah menu pembelajaran KOBER berdasarkan aspek sosial-emosianal dan kepribadian sebagai berikut :
a.       Mengajarkan kepada anak tentang tata cara makan dan jadwal yang teratur
b.      Menanamkan kebiasaan anak untuk saling berbagi ,baik itu makanan, mainan dan sebagainya
c.       Anak diberikan kebebasan memilih permainan yang ia sukai
d.      Mengajarkan anak bermain peran dan ekspresi wajah
e.       Mengajarkan kepada anak agar menjadi pendengar dan pembicara yang baik.
     6.      Aspek Seni
Seni pada anak-anak lebih daripada sekedar membuat objek atau melukis gambar. Melalui seni anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, individualitas, dan menggambarkan dunia mereka sendiri. Seni adalah kesempatan, dimana anak dapat menggunakanya untuk mengkomunikasikan nya dengan ide-ide tentang dirinya sendiri serta mendorong diri mereka sendiri dalam pekerjaan seninya. Dengan melalui beberapa pengalaman, anak-anak akan lebih mudah memulai bekerja dan fokus pada apa yang dikerjakanya.
Sebelum mengajarkan tentang seni, pendidik seni perlu melakukan identifikasi secara integral tentang seni anak. Terdapat dua kategori besar. pertama ,mengidentifikasikan tahap perkembangan seni anak sebagai dasar untuk belajar. Kedua, bagaimana anak-anak menggambarkan cara-cara yang mereka lakukan.
Tahapan-tahapan perkembangan seni anak :
a.       Mencoret (Scribble) usia 18 bulan-3 tahun
b.      Tahap Pra-skematik usia 4-7 tahun
Anak mulai mengetahui atau memahami simbol yang dibuatnya untuk menggambar sesuatu
c.       Tahap skematik usia 7-9 tahun
Anak mulai menciptakan ide tentang manusia dan lingkunganya lalu dibuatnya lukisan atau gambar.

     D.    Data Kober (KB)

FB_IMG_15540433864306443.jpgFB_IMG_15540433695379028.jpg





Di bawah ini nama nama kempok bermain TK Darul Fikri, di kober terdapat 5 orang anak,
1.      Qoyyim berusia 2 tahun
2.      Fahri berusia 2 tahun
3.      Teza berusia 2 tahun
4.      Rifat berusia 3 tahun
5.      Fahtan berusia 3 tahun
    E.     Analisis SWOT dalam Pendidikan
Analisi SWOT itu sendiri dapat didefinisikan dengan suatu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), akan tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan(weakness) dan ancaman( threats). Ada beberapa tahapan dan langkah yang mesti ditempuh dalam melakukan analisis SWOT, antara lain: Langkah pertama, identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal, globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara umum pada semua komponen pendidikan.Langkah kedua, identifikasi kekuatan (internal) dan peluang (eksternal) yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi pada langkah pertama. Langkah ketiga, lakukan analisis SWOT lanjutan setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam konteks sistem manajemen pendidikan. Langkah keempat, rumuskan strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Langkah kelima, tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan disusun suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.Dengan analisis SWOT tersebut diharapkan lembaga pendidikan  dapat melakukan langkah-langkah strategis.  Strategi adalah suatu cara dimana organisasi atau lembaga akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal.Setelah melakukan analisis SWOT, berikutnya adalah melakukan
langkah-langkah strategis sebagaimana dapat dibagankan sebagai berikut:
a)      Faktor Internal :
1.    Kekuatan
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik/hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang membuatnya unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).[1]
Sebagai contoh bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber keuangan, citra yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas pengguna dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan keunggulan lembaga pendidikan di era otonomi pendidikan atara lain ; sumber daya manusia yang secara kuantitatif besar, hanya saja perlu pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan sangat tinggi, yang didukung sarana prasarana pendidikan yang cukup memadai. Hal lai dari faktor keunggulan lembaga pendidikan adalah kebutuhan masyarakat terhadap yang bersifat transendental sangat tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari proses lembaga pendidikan.
Bagi sebuah lembaga pendidikan sangat penting untuk mengenali terhadap kekuatan dasar lembaga tersebut sebgai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang berbasis kualitas tinggi. Mengenali kekuatan dan terus melakukan refleksi adalah sebuah langkah bersar untuk menuju kemajuan bagi lembaga pendidikan. 
2.    Kelemahan
Segala sesuatu pasti memiliki kelemahan adalah hal yang wajar tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini bisa kelemahan dalam sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan dengan kebutuhan masyarakat atau dunia usaha dan industri dan lain-lain.
Untuk itu, beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi oleh para pengelola lembaga pendidikan, antara lain ; (1) lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan. (2) sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja. (3) lembaga pendidikan swasta umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini. (4) uotput lembaga pendidikan belum sepenuhnya bersaing dengan output lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
      A.    Factor Eksternal :
1.      Peluang
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan. Formulasi  lingkungan tersebut misalnya: (1) kecenderungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik. (2) identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian. (3) perubahan dalam keadaan persaingan. (4) hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.
Peluang pengembangan lembaga pendidikan antara lain :
1)      Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran seperti ini diperlukan peran serta pendidikan agama Islam yang lebih dominan.
2)      Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung konsumtif dan hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga kajian-kajian agama berdimensi sufistik kian menjamur. Ini menjadi salah satu peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan kedepan
2.       Ancaman
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh ancaman tersebut adalah: minat peserta didik baru yang menurun, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain. 
    A.    Table SWOT Hasil Lapangan di TK Darul Fikri
A)    Faktor Internal
1.      Faktorkekuatan (Strength)
1)      Memiliki jumlah 6 guru dan berpengalaman dalam bidang pendidikan anak usia dini
2)      Memiliki jumlah murid yang banyak juga, yang dikelompokkan sesuai dengan umur, yaitu untuk kelas KOBER umur 2-3 tahun, A umur 4-5 tahun, kelas B1 umur 5-6 tahun dan kelas B2 umur 6-7 tahun, semuanya ada 4  kelas
3)      Memiliki struktur organisasi yang tersusun
4)      Pemerintah Darul Fikri sangat mendukung
5)      Program pembelajaran yaitu, pembelajaran  sentra pembanguan, sentra bahan alam, sentra imtaq, dan sentra persiapan.
6)      Memiliki tujuan lembaga yang bermutu yaitu
a)      Visi
Menumbuh kembangkan generasi cerdas, mandiri, soleh/sholeha
b)      Misi
1.      Mengenalkan dasar-dasar aqidah islamiah
2.      Membiasakan disiplin dan mandiri
3.      Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak dalam berkomunikasih dan bersosialisasi.
4.      Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan masyarakat sekolah
5.      Menjalim kerja sama/kemitraan yang strategis dan taktis pendidikan pra sekolah dengan lembaga lain.
7)      Memiliki dapur sendiri, sehinggah lembaga mambuat atau bias mengontrol gizi dan asupan muridnya dengan baik
8)      Fasilitas bermain yang memadai
9)      RPP/RPPH tersusun dengan baik,  dan mampu mengembangkan setiap aspek perkembangan anak usia dini
10)  Proses pembelajaran berjalan dengan baik dan teratur
Mulai dari anak datang kesekolah, guru menyapa (salam,senyum,sapa), dilanjutkan membaca program SB3, baris berbaris, pembukaan, acara inti proses pembelajaran, istirahat, makan siang, dan sholat zuhur berjamaah.
11)  Background sekolah yaitu rata-rata dari kalangan anak yang mampu semua.
12)  Memiliki penjaga sekolah
2.      Faktor kelemahan (Weakness)
1)      Kurangnnya alat permainan edukatif yang digunakan guru dapam menyampaikan materi pembelajan

B)    Faktor Eksternal
1.      Peluang (Opportunity)
1)      Lokasi lembaga sangat didukung pemerintah lembaga Darul Fikri, dan juga didukung oleh RT setempat.
2)      Program yang diajarkan sesuai dengan aspek perkembangan anak dan sesuai dengan tingkat perkembang ananak
3)      Program unggulan dari lembaga yaitu visi dan misi untuk mejadikan anak selain pintar aka demi juga unggul dalam bidang agama.
4)      Trend masyarakat menyekolahkan di lembaga tersebut, karena memang rata-rata anak yang sekolah di lembaga TK Darul Fikri adalah anak-anak dari kalangan mampu.
5)      Lembaga memiliki sponsor untuk menunjang kemajuan dari TK Darul Fikri tersebut
2.      Ancaman (Threat)
1)      Terdapat TK ataul embaga lain di sekita lembaga
2)      Orang tua yang tergolong dari kalangan mampu, sering kali membelikan teknologi kepada anak
3)      Dan membelikan mainan yang tidak  mendidik kepada anak

     B.    
Tabel Analisi SWOT di TK Darul Fikri Kota Bengkulu
Internal
Eksternal
Strength (S)
(Kekuatan)
Weakness (W)
(Kelemahan)





Opportunity (O)
(Peluang)
SO
WO
a) Memiliki guru yang mampu melakukan akan segalah hal untuk anak
b) Memiliki dapur sendiri, sehingga guru dapat mengontrol lansung gizi yang akan diberikan pada anak didiknya, dan menjadi daya tarik sendiri untuk orang tua murid, untuk tidak repot-repot lagi menyiapkan bekal untuk anaknya.
Alat permainan yang sedikit, memberikan peluang untuk guru-guru mengeluarkan kratifitasnya dalam membuat alat permainan edukatif.



Threat (T)
(Ancaman)
ST
WT
Lokasi lembaga yang berdekatan dengan lembaga lain, sehingga lembaga harus mempunyai  kekutan lain yang mampumengungguli lembaga yang berdekatan, misalnya memberikan program yang mampu menarik perhatian orang tua.
Kekurangan media pembelajran bagianak, dapat, dapat memberikan efek bagi kekonsen trasian anak dalam belajar

 
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kelompok bermain merupakan salah satu bentuk program pendidikan prasekolah pada jalur pendidikan nonformal yang diselenggarakan bagi anak-anak dini usia. Program pendidikan pada jalur ini dilaksanakan sebagai upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Program pelaksanaan Kelompok Bermain (KB) setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 hari atau 32 - 34 minggu.
Bentuk pelajaran yang dijadikan bahan belajar di kelompok bermain harus valid, signifikan, dan bermakna atau sesuai tahap perkembangan intelektual anak. Seorang pamong belajar hendaknya selalu mengaitkan kegiatan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak dengan melaksanakannya melalui kegiatan bermain. Jadi pekerjaan bertumpu pada perhatian anak, bukan dari isi programnya saja.

B.       Saran
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman penulisan makalah yang lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib Zainal. 2009. Belajar dan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Bandung. Yrama Widya.

Moeslichatoen R, 2004, Metode pengajaran ditaman kanak-kanak, Jakarta: Rineka Cipta.

Suryadi Ace. 2006. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta. Direktorat pendidikan anak usia dini.

Trianto. 2009. Mengembangkan pembelajaran tematik. Jakarta. Prestasi Pustja Publisher.

Yus Anita. 2011. Penilaian Perkembangan belajar anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta. 

No comments:

Post a Comment