BIMBINGAN KONSELING KRISIS
Kajian Umum Mengenai Aspek
Kognitif, Afektif Dan Perilaku Terkait Pada Situasi Krisis/Trauma
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Krisis........................................................................................ 3
B. Jenis-jenis Trauma...................................................................................... 5
C. Remaja dan Berbagai Problem
Krisis........................................................ 6
D. Peran Guru BK dalam
Penanganan Krisis................................................. 8
E. Penanganan Krisis Remaja
Melalui Konseling Krisis................................ 10
F. Pentingnya Konseling Krisis..................................................................... 10
G. Konseling Krisis Model ABC................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA
ii
i
|
ii
i
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Laju perubahan globalisasi pada sisi yang
lain berdampak negatif pada perkembangan remaja termasuk siswa sekolah. Saat
ini sering ditemukan remaja yang mengalami krisis karena ketidakberdayaan dalam
menghadapi perubahan yang ada dan apa yang terjadi pada dirinya. Sekolah juga
dituntut menyelenggarakan pendidikan yang dapat mempersiapkan sumber daya
manusia yang berkarakter dalam menghadapi tantangan dan perubahan jaman
Permasalahan yang dialami remaja menjadi tidak
dapat diabaikan begitu saja karena mereka berada pada posisi krisis
perkembangan dalam kehidupannya. Kondisi rentan tersebut dapat mengakibatkan
remaja menghadapi suatu ketidakberdayaan dan ketidakseimbangan yang dihadapkan
pada suatu situasi yang memungkinkan mereka tergelincir ke arah krisis
perkembangan, bahkan tindak kriminal.
Perubahan sosial yang cepat dari masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma,
nilai-nilai dan gaya hidup remaja. Perilaku remaja yang dahulu terjaga secara
kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada,
telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi
didukung adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup dan pilihan
karir.
Berbagai kasus menunjukkan bahwa remaja saat
ini memang sudah sampai pada titik kritis. Masalah utama remaja berawal dari
pencarian jati diri. Mereka mengalami krisis identitas karena memang periode
masa remaja berada pada posisi transisi. Remaja dikelompokkan ke dalam masa
kanak-kanak, dari sisi perkembangan memang sudah berubah, namun apabila untuk
dikelompokkan dalam kelompok dewasa, mereka belum matang. Oleh karena masa
remaja merupakan masa krisis perkembangan.
Layanan pemberian bantuan dibutuhkan untuk
menghindari ancaman krisis bagi remaja yang lebih besar lagi. Remaja tidak akan
lepas dari masa krisis tersebut dengan mudah tanpa bantuan dari orang dewasa
lainnya termasuk guru BK atau konselor. Situasi krisis secara umum berciri
adanya perubahan yang mendadak, bersifat tiba-tiba, dan tidak menentu. Layanan
konseling merupakan salah satu layanan pemberian bantuan nyata yang sangat
dibutuhkan oleh remaja saat ini. Konseling krisis merupakan proses yang
dilakukan oleh profesional terlatih dalam hubungan saling percaya terhadap
individu yang mengalami tekanan sehingga berpengaruh negatif terhadap kemampuan
individu untuk berfikir, merencanakan, dan mengatasi masalah secara efektif.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian Krisis?
2. Apa saja Jenis-jenis Trauma?
3. Bagaimana Remaja dan Berbagai Problem Krisis?
4. Bagaimana Peran Guru BK dalam Penanganan
Krisis?
5. Bagaimana Penanganan Krisis Remaja Melalui
Konseling Krisis?
6. Apa Pentingnya Konseling Krisis?
7. Bagaimana Konseling Krisis Model ABC?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk Mengathui Pengertian Krisis.
2. Untuk Mengathui Jenis-jenis Trauma.
3. Untuk Mengathui Remaja dan Berbagai Problem
Krisis.
4. Untuk Mengathui Peran Guru BK dalam
Penanganan Krisis.
5. Untuk Mengathui Penanganan Krisis Remaja
Melalui Konseling Krisis.
6. Untuk Mengathui Pentingnya Konseling Krisis.
7. Untuk Mengathui Konseling Krisis Model ABC.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Krisis
Krisis merupakan tekanan yang dialami
seseorang dan berpengaruh negatif terhadap kemampuannya untuk berpikir,
merencanakan dan mengatasi masalah secara efektif. Krisis tidak menunjuk pada
pengalaman atau peristiwa traumatis, tetapi pada bagaimana seseorang merespon
situasi. Krisis digunakan untuk menunjuk pada suatu kondisi dimana seseorang
merasa menghadapi masalah besar sehingga menimbulkan ketidakseimbangan dalam
hidupnya.Krisis biasanya berupa hilangnya kemampuan seseorang untuk mengatasi
masalah sementara waktu. Jika kemudian dapat mengatasi krisis, maka orang
tersebut dapat berfungsi seperti sedia kala.
Krisis yang dialami seseorang secara umum
diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu :[1]
1.
Krisis
terkait dengan keadaan biologis, muncul berkaitan adanya perubahan keadaan
biologis dan tugas perkembangan seseorang, bersifat universal dan alamiah,
misalnya mulai memasuki sekolah atau mengalami masa pubertas.
2.
Krisis
terkait dengan keadaan lingkungan, terjadi karena adanya perubahan lingkungan
seseorang, bersifat tidak umum, namun kemunculannya dapat diprediksi karena
diawali dengan berbagai informasi sebelumnya, misalnya kematian orangtua, perceraian,
kekerasan, perpindahan, atau sakit keras.
3.
Krisis
terkait dengan perubahan mendadak dan tidak menentu, umumnya tidak dapat
diprediksi kemunculannya dan biasanya dalam bentuk bencana alam seperti banjir,
gunung meletus, kebakaran maupun badai.
Krisis yang dialami seseorang pada umumnya ditandai : ada
perubahan mendadak yang dialami, ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
pikiran dan perasaan bersifat tidak menentu.
Seseorang yang dalam keadaan krisis akan merasakan
berbagai perasaan seperti : panik,tidak berdaya, ketakutan, seram, butuh
bantuan, tidak bisa menghadapi situasi, tidak tahu apa yang harus dilakukan,
ingin melakukan sesuatu secepatnya, bila tidak bisa bertindak cepat akan
terjadi bencana yang lebih besar, dan semakin panik. [2]
Krisis memiliki
beberapa karakteristik antara lain :
1. Bersifat temporer, terjadi tidak lebih dari
satu bulan meski efeknya mungkin menjadi berdampak lama.
2. Dipicu oleh peristiwa spesifik namun tidak
diimbangi ketrampilan penyelesaian masalah yang baik.
3. Seseorang yang mengalami masalah merasa tidak
mampu mengatasi masalahnya.
4. Krisis bersifat individu (personal) dan
subjektif tergantung interpretasi seseorang terhadap situasi dan tingkat
kecemasan serta ketrampilan kopingnya (strategi pemecahan masalah).
5. Krisis yang dialami seseorang kemungkinan
tidak menjadi krisis bagi orang lain, tetapi untuk orang-orang terrtentu
mempunyai arti khusus sehingga menjadi masalah hebat.
6. Penyelesaian krisis tergantung intensitas
stres.
7. Menciptakan “bahaya” sekaligus kesempatan.
8. Pada individu berkaitan dengan penyelesaian
krisis.
Menurut Geldarg,
krisis memiliki tingkat bahaya dan nilai antara lain :
a. menaikkan tingkat stres, orang yang mengalami
krisis sering kali merasa tertekan perasaannya dengan peristiwa yang terjadi;
b. menghendaki tanggapan sesegera mungkin untuk
meminimalkannya, keadaan krisis memerlukan penanganan yang cepat dan tepat
sehingga dapat dihilangkan, atau dikurangi “tekanannya”; dan
c. merusak emosi dan aspek psikologis lainnya,
keadaan krisis sering kali mengganggu perasaan, persepsi, motivasi, sikap, dan
cara berpikir orang
Pada umumnya
seseorang menunjukkan reaksi negatif ketika mengalami krisis. Macam-macam
respon seseorang yang mangalami krisis antara lain : Respon kognitif yaitu
cenderung menyalahkan diri sendiri dan orang lain, Respon fisik seperti detak
jantung berdegup keras, tremor, shock, sakit kepala, Respon emosi seperti
apatis, depresi, marah, takut, Respon perilaku seperti sulit makan dan tidur,
menarik diri[3]
Sesorang yang mengalami krisis, mengalami
proses yang penuh ketidakpastian secara bertahap, yaitu:
1.
mengalami
specific precipitating event (peristiwa spesifik yang datang secara tiba-tiba),
2.
menghadapi
peristiwa spesifik yang datang secara tiba-tiba dengan perasaan terancam dan
diliputi kecemasan tinggi,
3.
respon
yang ditunjukkan cenderung tidak terorganisasi dan tidak efektif,
4.
mengembangkan
strategi koping yang disebabkan oleh stres.
Sesorang yang
mengalami krisis dalam upaya penyelesaiannya (koping) dilakukan dengan dua tipe
yaitu adaptif (seseorang yang mengalami krisis akan belajar cara baru
menyelesaikan masalah) dan Maladaptif (seseorang yang mengalami krisis menjadi
semakin tidak terorganisir atau cenderung bertahan). [4]
B. Jenis-jenis
Trauma
Berdasarkan kajian psikologi (dalam Trauma: Deteksi Dini
dan Penanganan awal, 2010) berikut ini adalah jenis-jenis trauma yang dilihat
dari sifat dan sebab terjadinya trauma
yaitu sebagai berikut :
1. Trauma
Psikologis
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau
pengalaman yang luar biasa, yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri
individu tanpa berkemampuan untuk mengontrolnya (loss control and loss
helpness) dan merusak fungsi ketahanan mental individu secara umum. Akibat dari
jenis trauma ini dapat menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan psikis)
2. Trauma
Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada
saraf pusat (otak) individu, akibat benturan-benturan benda keras atau
pemukulan di kepala. Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan,
iritasi, dan sebagainya. Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak
sadarkan diri, hilang kesadaran, yang sifatnya sementara.
3. Trauma
Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber
dari kondisi atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah
satu anggota tubuh, yang menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-saat
tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran
terhadap pengalaman atau peristiwa yang pernah dialaminya, yang memicu
timbulnya histeris atau fobia.
4. Trauma
Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan
medis dianggap sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-stimulus
luar yang dialami individu secara spontan atau berulang-ulang, seperti
keracunan, terjadi pemukulan, teror, ancaman.
[5]
C. Remaja
dan Berbagai Problem Krisis
Krisis muncul berkaitan dengan perubahan yang
timbul menyertai perkembangan masa remaja. Perkembangan dan perubahan yang
timbul menyertai masa remaja antara lain :
1.
Perkembangan
Fisik, terjadinya peningkatan kerja hormon pertumbuhan dan hormon gonadotropik
yang berfungsi mempercepat pemasakan sel-sel telur dan sel-sel sperma serta
produksi kelenjar kelamin, berdampak pada meningkatnya minat remaja terhadap
seksual, juga berdampak pada perkembangan emosi dan sosialnya.
2.
Perkembangan
Sosial Remaja, remaja memiliki kecenderungan untuk menjauhi orangtua, dan
justru mendekat pada teman sebayanya, berpotensial memicu problem krisis pada
remaja karena adanya tekanan kelompok sebaya (peer pressure).
3.
Perkembangan
Kognitif, remaja pada dasarnya sudah sampai pada tahap berfikir operasional
formal, meskipun remaja sudah mampu berfikir logis dan kritis, remaja juga
cenderung masih berfikir egosentris. Egosentrisme yang dimiliki remaja ini
dimanifestasikan dalam pandangan bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. Selain
itu, remaja memandang bahwa mereka unik dan tidak dapat dipersamakan dengan
orang lain. Egosentrisme yang dimiliki remaja menyebabkan remaja cenderung
melakukan dan mencoba berbagai perilaku termasuk perilaku yang berisiko agar
mereka tampak hebat dan menarik bagi pengamatnya. Keadaan ini potensial memicu
munculnya problem krisis pada remaja, antara lain: kenakalan remaja, Kehamilan
tidak diinginkan, Aborsi, HIV/AIDS, Ketergantungan NAPZA, keterlibatan pada
kelompok terlarang, Anoreksia dan bulimia nervosa, dan sebagainya.
4.
Perkembangan
Emosi, ada kecenderungan remaja memiliki emosi yang labil dan meninggi
(heightened emotion). Emosi yang meninggi disebabkan oleh berbagai perubahan
yang dialami, kondisi hormonal, dan perkembangan sosial maupun kognitif yang
dialami beserta tuntutan yang menyertai menjadikan remaja cenderung nekad,
bertindak tanpa memikirkan akibat, yang semua ini memicu munculnya krisis pada
remaja, antara lain bunuh diri, ketergantungan NAPZA, kenakalan remaja,
kehamilan tidak diinginkan, dan sebagainya.
Problem krisis yang
potensial dialami remaja antara lain : kehamilan tidak diinginkan, aborsi,
kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, anoreksia dan bulimia nervosa, suicide
(bunuh diri) [6]
D. Peran
Guru BK dalam Penanganan Krisis
Permasalahan krisis yang paling unik adalah
adanya efek yang terjadi pada seorang individu. Seseorang yang berada dalam
kondisi krisis tiba-tiba tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi tuntutan
sehari-hari. Siswa yang sebelumnya berperilaku kompeten dan efisien tiba-tiba
menjadi tidak teratur, depresi, hiperaktif, bingung, atau histeris. Mereka
tidak dapat ditolong dengan menggunakan teknik konseling sekolah yang biasa
dilakukan. Namun demikian, anak yang mengalami krisis seringkali juga di
sekolah. Oleh karena itu guru BK/konselor sekolah diharapkan mampu mendukung
guru, orang tua, dan anak-anak sendiri selama periode krisis. Selain itu,
personil sekolah harus berpikir ke depan dan mengantisipasi bahwa krisis yang
mungkin akan terjadi dalam kehidupan siswa. Mereka harus siap untuk bertindak
dan menemukan cara untuk membantu anak-anak menguasai tantangan krisis ketika
terjadi. [7]
Secara ideal, dalam membantu siswa yang
mengalami krisis, konselor sekolah diharapkan bekerja sama dengan pekerja
sosial, psikolog, atau administrator membangun sebuah tim manajemen krisis yang
efektif. Program ini diawali dengan mengidentifikasi krisis yang terjadi dan
kebutuhan untuk mengevaluasi dampak krisis traumatis pada siswa. Model untuk
merancang sebuah program krisis berbasis sekolah mencakup penilaian tingkat
trauma dan mekanisme pertolongan pertama psikologis di sekolah. Setiap sekolah
perlu memiliki rencana intervensi krisis untuk mengurangi dampak trauma. Bahkan
ketika permasalahan krisis yang dihadapi siswa semakin meningkat, sekolah perlu
menemukan cara-cara baru dalam mengelola situasi krisis. [8]
Guru bimbingan konseling BK/konselor,
berperan sangat penting untuk memberikan pendampingan kepada siswa. Peran guru
BK/konselor menjadi sangat diperlukan untuk membantu bimbingan konseling
sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi semua pihak, terutama bagi siswa
khususnya pelaksanaan konseling krisis. Untuk itu, dibutuhkan upaya-upaya untuk
meningkatkan keberdayaan guru BK/konselor
Guru BK/konselor dalam menjalankan perannya
diharapkan mampu meningkatkan kepekaan, cepat merespon, cepat bertindak,
meningkatkan afeksi, kognisi, tingkah laku, menanamkan keikhlasan, dan
kesediaan memfasilitasi perkembangan siswa. Peran guru BK/konselor dalam
penanganan krisis tidak lepas dari tugas, standar kualifikasi dan kompetensi.
Guru BK/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa.
Tugas tersebut terkait dengan pengembangan
diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan
kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas Guru
BK/Konselor (PP No. 74/2008), meliputi :
2.
Pengembangan
kehidupan pribadi, yaitu membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat
dan minat.
3.
Pengembangan
kehidupan sosial, yaitu membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis,
berkeadilan dan bermartabat
4.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti
pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
5.
Pengembangan
karir, yaitu yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi,
serta memilih dan mengambil keputusan karir.
E. Penanganan
Krisis Remaja Melalui Konseling Krisis
Konseling krisis merupakan upaya pemberian
bantuan dari konselor kepada konseli yang sedang mengalami tekanan yang
berpengaruh negatif terhadap kemampuan konseli untuk berpikir, merencanakan dan
mengatasi masalah secara efektif. Konseling krisis bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan individu yang mengalami krisis sehingga memiliki
pemahaman positif terhadap masalah dan memiliki kemampuan mengatasinya.
Konseling krisis berbeda dari konseling
sekolah biasa dan memiliki tujuan tertentu yaitu adanya penekanan khusus pada
strategi yang diperlukan dalam konseling krisis. Hal ini berguna untuk membantu
seseorang yang berada dalam situasi krisis. Seorang guru BK/konselor akan
menyesuaikan teknik yang digunakan dalam konseling krisis atau konseling biasa
tergantung pada jenis krisis, usia konseli dan spesifikasi dari jenis krisis.
Selain melakukan konseling terhadap anak yang
mengalami krisis, guru BK/konselor juga harus mengambil tindakan atau campur
tangan, dengan atau tanpa partisipasi orang dalam krisis. Intervensi ini
mungkin dalam atau di luar pengaturan konseling.
Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan
kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber
“energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan
masalah ketidakamanan dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat
nanti.[9]
F. Pentingnya
Konseling Krisis
Bagi seseorang yang sedang mengalami krisis,
bantuan dan dukungan orang lain sangat diharapkan. Salah satu bentuk bantuan
yang dapat dilakukan adalah dengan konseling krisis. Konseling krisis merupakan
upaya pemberian bantuan dari konselor kepada konseli yang sedang mengalami
tekanan yang berpengaruh negatif terhadap kemampuan konseli untuk berpikir,
merencanakan dan mengatasi masalah secara efektif. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan kemampuan individu yang mengalami krisis sehingga memiliki
pemahaman positif terhadap masalah dan memiliki kemampuan mengatasinya.
Proses yang dilalui
selama konseling krisis meliputi :
1.
Pemahaman
terhadap perasaan dan pikiran seseorang yang mengalami krisis.
2.
Konselor
menunjukkan sejumlah alternatif solusi beserta konsekwensinya disertai dengan
kesepakatan mengenai solusi yang dipilih.
3.
Melakukan
evaluasi terhadap pilihan solusi yang dilakukan seseorang yang mengalami
krisis.
4.
Menerapkan
hasil evaluasi dan pilihan solusi untuk mengatasi krisis yang dihadapi. [10]
G. Konseling
Krisis Model ABC
Konseling
krisis model ABC yang dikembangkan oleh Kristi Kanel terdiri dari tiga hal
penting, yaitu :
1.
Model A
: mengembangkan rapport (membangun hubungan), menggunakan keterampilan dasar
attending, paraphrasing dan refleksi perasaan).
2.
Model B
: mengidentifikasi problem dan terapinya, dengan mengidentifikasi precipitating
events dan menggunakan teknik terapeutik yang sesuai. Teknik yang dilakukan
adalah 1) mendengarkan, 2) melakukan assesmen, 3) membuat kerangka ulang
(reframing) dan 4) merencanakan, dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan :
behavioral (apa yang dilakukan), affective (apa yang dirasakan), somatic
(bagaimana reaksi fisik), interpersonal (bagaimana interaksi dengan orang
lain), cognitive (bagaimana pandangan tentang peristiwa tersebut), spiritual
(bagaimana keyakinan terkait peristiwa tersebut)
3.
Model C
: menentukan cara mengatasi masalah (koping), Setiap orang yang mengalami
krisis memiliki cara mengatasi masalah yang berbeda-beda. Koping yang dilakukan
dalam situasi krisis meliputi : resolusi, referal, rujukan kelompok-kelompok
pendukung. [11]
Konseling krisis model ABC cukup efektif, karena model
ABC ini meliputi tiga hal penanganan yaitu dari sisi penanganan emosi dengan
penekanan pada keterampilan konseling, karakteristik problem dan penanganan
problem. [12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan-permasalahan yang dialami remaja
akhir-akhir ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Begitu
peliknya masalah mengenai remaja ini mengingat memang remaja berada pada posisi
krisis perkembangan.
Guru BK/konselor merupakan guru yang memiliki
tugas memberikan layanan kepada siswa. Guru BK/konselor dalam menjalankan
perannya diharapkan mampu meningkatkan kepekaan, cepat merespon, cepat
bertindak, meningkatkan afeksi, kognisi, tingkah laku, menanamkan keikhlasan,
dan kesediaan memfasilitasi perkembangan siswa. Peran guru BK/konselor dalam
penanganan krisis tidak lepas dari tugas, standar kualifikasi dan kompetensi.
Guru BK/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik.
Guru BK/konselor memiliki peran besar dalam
pemulihan kondisi psikologis siswa remaja. Peran Guru BK/konselor perlu
diberdayakan dalam mengembangkan konseling krisis. Model konseling krisis yang
cukup efektif dapat dipakai adalah model ABC. Model ABC ini merupakan sebuah
model yang merupakan model konseling krisis yang efektif. Hal ini karena model
ABC ini meliputi tiga hal penanganan yaitu dari sisi penanganan emosi dengan
penekanan pada keterampilan konseling, karakteristik problem dan penanganan
problem.
B.
Saran
Kami sadar bahwa apa yang ada ditangan pembaca saat
ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami senantiasa mengharapkan uluran
tangan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makala ini dikemudian hari.
Kami hanya berharap bahwa makala ini mampu menjadi sebuah referensi yang ideal dalam hal
pengkajian makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Haney, J.H & Leibsohn, J. (1999). Basic
Counseling Responses: A Multimedia Learning System for the Helping Professions.
Belmont: An International Thomson Publishing Company.
Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
McLeod, J. (2006). Pengantar Konseling :
Teori dan Studi Kasus. Edisi Ketiga. Jakarta : Kencana.
Munro & Koffman. (1995). Guidance and
Counseling in The Elementary and Middle School : A Practical
Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical
Counseling and Helping Skills. Fifth Edition. London : SAGE Publications.
[1]
Haney, J.H & Leibsohn, J. (1999). Basic
Counseling Responses: A Multimedia Learning System for the Helping Professions.
Belmont: An International Thomson Publishing Company. h.14
[2]
Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. h.25
[3]
Haney, J.H & Leibsohn, J. (1999). Basic
Counseling Responses: A Multimedia Learning System for the Helping Professions.
Belmont: An International Thomson Publishing Company. h.22
[4]
Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. h.35
[5]
Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. h.39
[6]
McLeod, J. (2006). Pengantar Konseling :
Teori dan Studi Kasus. Edisi Ketiga. Jakarta : Kencana. h.126
[7]
McLeod, J. (2006). Pengantar Konseling :
Teori dan Studi Kasus. Edisi Ketiga. Jakarta : Kencana. h.133
[8]
Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical
Counseling and Helping Skills. Fifth Edition. London : SAGE Publications. h.69
[9]
Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. h.31
[10]
Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical
Counseling and Helping Skills. Fifth Edition. London : SAGE Publications. h.74
[11]
Munro & Koffman. (1995). Guidance and
Counseling in The Elementary and Middle School : A Practical. h.96
[12]
Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical
Counseling and Helping Skills. Fifth Edition. London : SAGE Publications. h.63
No comments:
Post a Comment