1

loading...

Sunday, April 7, 2019

Makalah BIMBINGAN KONSELING KRISIS Kajian Umum Mengenai Aspek Kognitif, Afektif Dan Perilaku Terkait Pada Situasi Krisis/Trauma


BIMBINGAN KONSELING KRISIS

Kajian Umum Mengenai Aspek Kognitif, Afektif Dan Perilaku Terkait Pada Situasi Krisis/Trauma





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C.       Tujuan Masalah.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Krisis........................................................................................ 3
B.     Jenis-jenis Trauma...................................................................................... 5
C.     Remaja dan Berbagai Problem Krisis........................................................ 6
D.    Peran Guru BK dalam Penanganan Krisis................................................. 8
E.     Penanganan Krisis Remaja Melalui Konseling Krisis................................ 10
F.      Pentingnya Konseling Krisis..................................................................... 10
G.    Konseling Krisis Model ABC................................................................... 11

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................... 13
B.     Saran ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA


ii
i

ii
i



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Laju perubahan globalisasi pada sisi yang lain berdampak negatif pada perkembangan remaja termasuk siswa sekolah. Saat ini sering ditemukan remaja yang mengalami krisis karena ketidakberdayaan dalam menghadapi perubahan yang ada dan apa yang terjadi pada dirinya. Sekolah juga dituntut menyelenggarakan pendidikan yang dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang berkarakter dalam menghadapi tantangan dan perubahan jaman
Permasalahan yang dialami remaja menjadi tidak dapat diabaikan begitu saja karena mereka berada pada posisi krisis perkembangan dalam kehidupannya. Kondisi rentan tersebut dapat mengakibatkan remaja menghadapi suatu ketidakberdayaan dan ketidakseimbangan yang dihadapkan pada suatu situasi yang memungkinkan mereka tergelincir ke arah krisis perkembangan, bahkan tindak kriminal.
Perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup remaja. Perilaku remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi didukung adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup dan pilihan karir.
Berbagai kasus menunjukkan bahwa remaja saat ini memang sudah sampai pada titik kritis. Masalah utama remaja berawal dari pencarian jati diri. Mereka mengalami krisis identitas karena memang periode masa remaja berada pada posisi transisi. Remaja dikelompokkan ke dalam masa kanak-kanak, dari sisi perkembangan memang sudah berubah, namun apabila untuk dikelompokkan dalam kelompok dewasa, mereka belum matang. Oleh karena masa remaja merupakan masa krisis perkembangan.
Layanan pemberian bantuan dibutuhkan untuk menghindari ancaman krisis bagi remaja yang lebih besar lagi. Remaja tidak akan lepas dari masa krisis tersebut dengan mudah tanpa bantuan dari orang dewasa lainnya termasuk guru BK atau konselor. Situasi krisis secara umum berciri adanya perubahan yang mendadak, bersifat tiba-tiba, dan tidak menentu. Layanan konseling merupakan salah satu layanan pemberian bantuan nyata yang sangat dibutuhkan oleh remaja saat ini. Konseling krisis merupakan proses yang dilakukan oleh profesional terlatih dalam hubungan saling percaya terhadap individu yang mengalami tekanan sehingga berpengaruh negatif terhadap kemampuan individu untuk berfikir, merencanakan, dan mengatasi masalah secara efektif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Krisis?
2.      Apa saja Jenis-jenis Trauma?
3.      Bagaimana Remaja dan Berbagai Problem Krisis?
4.      Bagaimana Peran Guru BK dalam Penanganan Krisis?
5.      Bagaimana Penanganan Krisis Remaja Melalui Konseling Krisis?
6.      Apa Pentingnya Konseling Krisis?
7.      Bagaimana Konseling Krisis Model ABC?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengathui Pengertian Krisis.
2.      Untuk Mengathui Jenis-jenis Trauma.
3.      Untuk Mengathui Remaja dan Berbagai Problem Krisis.
4.      Untuk Mengathui Peran Guru BK dalam Penanganan Krisis.
5.      Untuk Mengathui Penanganan Krisis Remaja Melalui Konseling Krisis.
6.      Untuk Mengathui Pentingnya Konseling Krisis.
7.      Untuk Mengathui Konseling Krisis Model ABC.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Krisis
Krisis merupakan tekanan yang dialami seseorang dan berpengaruh negatif terhadap kemampuannya untuk berpikir, merencanakan dan mengatasi masalah secara efektif. Krisis tidak menunjuk pada pengalaman atau peristiwa traumatis, tetapi pada bagaimana seseorang merespon situasi. Krisis digunakan untuk menunjuk pada suatu kondisi dimana seseorang merasa menghadapi masalah besar sehingga menimbulkan ketidakseimbangan dalam hidupnya.Krisis biasanya berupa hilangnya kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah sementara waktu. Jika kemudian dapat mengatasi krisis, maka orang tersebut dapat berfungsi seperti sedia kala.
Krisis yang dialami seseorang secara umum diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu :[1]
1.      Krisis terkait dengan keadaan biologis, muncul berkaitan adanya perubahan keadaan biologis dan tugas perkembangan seseorang, bersifat universal dan alamiah, misalnya mulai memasuki sekolah atau mengalami masa pubertas.
2.      Krisis terkait dengan keadaan lingkungan, terjadi karena adanya perubahan lingkungan seseorang, bersifat tidak umum, namun kemunculannya dapat diprediksi karena diawali dengan berbagai informasi sebelumnya, misalnya kematian orangtua, perceraian, kekerasan, perpindahan, atau sakit keras.
3.      Krisis terkait dengan perubahan mendadak dan tidak menentu, umumnya tidak dapat diprediksi kemunculannya dan biasanya dalam bentuk bencana alam seperti banjir, gunung meletus, kebakaran maupun badai.
Krisis yang dialami seseorang pada umumnya ditandai : ada perubahan mendadak yang dialami, ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran dan perasaan bersifat tidak menentu.
Seseorang yang dalam keadaan krisis akan merasakan berbagai perasaan seperti : panik,tidak berdaya, ketakutan, seram, butuh bantuan, tidak bisa menghadapi situasi, tidak tahu apa yang harus dilakukan, ingin melakukan sesuatu secepatnya, bila tidak bisa bertindak cepat akan terjadi bencana yang lebih besar, dan semakin panik. [2]
Krisis memiliki beberapa karakteristik antara lain :
1.      Bersifat temporer, terjadi tidak lebih dari satu bulan meski efeknya mungkin menjadi berdampak lama.
2.      Dipicu oleh peristiwa spesifik namun tidak diimbangi ketrampilan penyelesaian masalah yang baik.
3.      Seseorang yang mengalami masalah merasa tidak mampu mengatasi masalahnya.
4.      Krisis bersifat individu (personal) dan subjektif tergantung interpretasi seseorang terhadap situasi dan tingkat kecemasan serta ketrampilan kopingnya (strategi pemecahan masalah).
5.      Krisis yang dialami seseorang kemungkinan tidak menjadi krisis bagi orang lain, tetapi untuk orang-orang terrtentu mempunyai arti khusus sehingga menjadi masalah hebat.
6.      Penyelesaian krisis tergantung intensitas stres.
7.      Menciptakan “bahaya” sekaligus kesempatan.
8.      Pada individu berkaitan dengan penyelesaian krisis.
Menurut Geldarg, krisis memiliki tingkat bahaya dan nilai antara lain :
a.       menaikkan tingkat stres, orang yang mengalami krisis sering kali merasa tertekan perasaannya dengan peristiwa yang terjadi;
b.      menghendaki tanggapan sesegera mungkin untuk meminimalkannya, keadaan krisis memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga dapat dihilangkan, atau dikurangi “tekanannya”; dan
c.       merusak emosi dan aspek psikologis lainnya, keadaan krisis sering kali mengganggu perasaan, persepsi, motivasi, sikap, dan cara berpikir orang
Pada umumnya seseorang menunjukkan reaksi negatif ketika mengalami krisis. Macam-macam respon seseorang yang mangalami krisis antara lain : Respon kognitif yaitu cenderung menyalahkan diri sendiri dan orang lain, Respon fisik seperti detak jantung berdegup keras, tremor, shock, sakit kepala, Respon emosi seperti apatis, depresi, marah, takut, Respon perilaku seperti sulit makan dan tidur, menarik diri[3]
Sesorang yang mengalami krisis, mengalami proses yang penuh ketidakpastian secara bertahap, yaitu:
1.      mengalami specific precipitating event (peristiwa spesifik yang datang secara tiba-tiba),
2.      menghadapi peristiwa spesifik yang datang secara tiba-tiba dengan perasaan terancam dan diliputi kecemasan tinggi,
3.      respon yang ditunjukkan cenderung tidak terorganisasi dan tidak efektif,
4.      mengembangkan strategi koping yang disebabkan oleh stres.
Sesorang yang mengalami krisis dalam upaya penyelesaiannya (koping) dilakukan dengan dua tipe yaitu adaptif (seseorang yang mengalami krisis akan belajar cara baru menyelesaikan masalah) dan Maladaptif (seseorang yang mengalami krisis menjadi semakin tidak terorganisir atau cenderung bertahan). [4]

B.       Jenis-jenis Trauma
Berdasarkan kajian psikologi (dalam Trauma: Deteksi Dini dan Penanganan awal, 2010) berikut ini adalah jenis-jenis trauma yang dilihat dari sifat dan  sebab terjadinya trauma yaitu sebagai berikut :  


1.      Trauma Psikologis
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang luar biasa, yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri individu tanpa berkemampuan untuk mengontrolnya (loss control and loss helpness) dan merusak fungsi ketahanan mental individu secara umum. Akibat dari jenis trauma ini dapat menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan psikis)
2.      Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat (otak) individu, akibat benturan-benturan benda keras atau pemukulan di kepala. Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan, iritasi, dan sebagainya. Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri, hilang kesadaran, yang sifatnya sementara.
3.      Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari kondisi atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu anggota tubuh, yang menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-saat tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran terhadap pengalaman atau peristiwa yang pernah dialaminya, yang memicu timbulnya histeris atau fobia.
4.      Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis dianggap sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-stimulus luar yang dialami individu secara spontan atau berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror, ancaman. [5]

C.      Remaja dan Berbagai Problem Krisis
Krisis muncul berkaitan dengan perubahan yang timbul menyertai perkembangan masa remaja. Perkembangan dan perubahan yang timbul menyertai masa remaja antara lain :
1.      Perkembangan Fisik, terjadinya peningkatan kerja hormon pertumbuhan dan hormon gonadotropik yang berfungsi mempercepat pemasakan sel-sel telur dan sel-sel sperma serta produksi kelenjar kelamin, berdampak pada meningkatnya minat remaja terhadap seksual, juga berdampak pada perkembangan emosi dan sosialnya.
2.      Perkembangan Sosial Remaja, remaja memiliki kecenderungan untuk menjauhi orangtua, dan justru mendekat pada teman sebayanya, berpotensial memicu problem krisis pada remaja karena adanya tekanan kelompok sebaya (peer pressure).
3.      Perkembangan Kognitif, remaja pada dasarnya sudah sampai pada tahap berfikir operasional formal, meskipun remaja sudah mampu berfikir logis dan kritis, remaja juga cenderung masih berfikir egosentris. Egosentrisme yang dimiliki remaja ini dimanifestasikan dalam pandangan bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. Selain itu, remaja memandang bahwa mereka unik dan tidak dapat dipersamakan dengan orang lain. Egosentrisme yang dimiliki remaja menyebabkan remaja cenderung melakukan dan mencoba berbagai perilaku termasuk perilaku yang berisiko agar mereka tampak hebat dan menarik bagi pengamatnya. Keadaan ini potensial memicu munculnya problem krisis pada remaja, antara lain: kenakalan remaja, Kehamilan tidak diinginkan, Aborsi, HIV/AIDS, Ketergantungan NAPZA, keterlibatan pada kelompok terlarang, Anoreksia dan bulimia nervosa, dan sebagainya.
4.      Perkembangan Emosi, ada kecenderungan remaja memiliki emosi yang labil dan meninggi (heightened emotion). Emosi yang meninggi disebabkan oleh berbagai perubahan yang dialami, kondisi hormonal, dan perkembangan sosial maupun kognitif yang dialami beserta tuntutan yang menyertai menjadikan remaja cenderung nekad, bertindak tanpa memikirkan akibat, yang semua ini memicu munculnya krisis pada remaja, antara lain bunuh diri, ketergantungan NAPZA, kenakalan remaja, kehamilan tidak diinginkan, dan sebagainya.
Problem krisis yang potensial dialami remaja antara lain : kehamilan tidak diinginkan, aborsi, kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, anoreksia dan bulimia nervosa, suicide (bunuh diri) [6]

D.      Peran Guru BK dalam Penanganan Krisis
Permasalahan krisis yang paling unik adalah adanya efek yang terjadi pada seorang individu. Seseorang yang berada dalam kondisi krisis tiba-tiba tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi tuntutan sehari-hari. Siswa yang sebelumnya berperilaku kompeten dan efisien tiba-tiba menjadi tidak teratur, depresi, hiperaktif, bingung, atau histeris. Mereka tidak dapat ditolong dengan menggunakan teknik konseling sekolah yang biasa dilakukan. Namun demikian, anak yang mengalami krisis seringkali juga di sekolah. Oleh karena itu guru BK/konselor sekolah diharapkan mampu mendukung guru, orang tua, dan anak-anak sendiri selama periode krisis. Selain itu, personil sekolah harus berpikir ke depan dan mengantisipasi bahwa krisis yang mungkin akan terjadi dalam kehidupan siswa. Mereka harus siap untuk bertindak dan menemukan cara untuk membantu anak-anak menguasai tantangan krisis ketika terjadi. [7]
Secara ideal, dalam membantu siswa yang mengalami krisis, konselor sekolah diharapkan bekerja sama dengan pekerja sosial, psikolog, atau administrator membangun sebuah tim manajemen krisis yang efektif. Program ini diawali dengan mengidentifikasi krisis yang terjadi dan kebutuhan untuk mengevaluasi dampak krisis traumatis pada siswa. Model untuk merancang sebuah program krisis berbasis sekolah mencakup penilaian tingkat trauma dan mekanisme pertolongan pertama psikologis di sekolah. Setiap sekolah perlu memiliki rencana intervensi krisis untuk mengurangi dampak trauma. Bahkan ketika permasalahan krisis yang dihadapi siswa semakin meningkat, sekolah perlu menemukan cara-cara baru dalam mengelola situasi krisis. [8]
Guru bimbingan konseling BK/konselor, berperan sangat penting untuk memberikan pendampingan kepada siswa. Peran guru BK/konselor menjadi sangat diperlukan untuk membantu bimbingan konseling sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi semua pihak, terutama bagi siswa khususnya pelaksanaan konseling krisis. Untuk itu, dibutuhkan upaya-upaya untuk meningkatkan keberdayaan guru BK/konselor
Guru BK/konselor dalam menjalankan perannya diharapkan mampu meningkatkan kepekaan, cepat merespon, cepat bertindak, meningkatkan afeksi, kognisi, tingkah laku, menanamkan keikhlasan, dan kesediaan memfasilitasi perkembangan siswa. Peran guru BK/konselor dalam penanganan krisis tidak lepas dari tugas, standar kualifikasi dan kompetensi. Guru BK/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa.
Tugas tersebut terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas Guru BK/Konselor (PP No. 74/2008), meliputi :
2.      Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
3.      Pengembangan kehidupan sosial, yaitu membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat
4.      Pengembangan   kemampuan belajar,  yaitu  yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
5.      Pengembangan karir, yaitu yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

E.       Penanganan Krisis Remaja Melalui Konseling Krisis
Konseling krisis merupakan upaya pemberian bantuan dari konselor kepada konseli yang sedang mengalami tekanan yang berpengaruh negatif terhadap kemampuan konseli untuk berpikir, merencanakan dan mengatasi masalah secara efektif. Konseling krisis bertujuan untuk mengembangkan kemampuan individu yang mengalami krisis sehingga memiliki pemahaman positif terhadap masalah dan memiliki kemampuan mengatasinya.
Konseling krisis berbeda dari konseling sekolah biasa dan memiliki tujuan tertentu yaitu adanya penekanan khusus pada strategi yang diperlukan dalam konseling krisis. Hal ini berguna untuk membantu seseorang yang berada dalam situasi krisis. Seorang guru BK/konselor akan menyesuaikan teknik yang digunakan dalam konseling krisis atau konseling biasa tergantung pada jenis krisis, usia konseli dan spesifikasi dari jenis krisis.
Selain melakukan konseling terhadap anak yang mengalami krisis, guru BK/konselor juga harus mengambil tindakan atau campur tangan, dengan atau tanpa partisipasi orang dalam krisis. Intervensi ini mungkin dalam atau di luar pengaturan konseling.
Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidakamanan dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.[9]

F.       Pentingnya Konseling Krisis
Bagi seseorang yang sedang mengalami krisis, bantuan dan dukungan orang lain sangat diharapkan. Salah satu bentuk bantuan yang dapat dilakukan adalah dengan konseling krisis. Konseling krisis merupakan upaya pemberian bantuan dari konselor kepada konseli yang sedang mengalami tekanan yang berpengaruh negatif terhadap kemampuan konseli untuk berpikir, merencanakan dan mengatasi masalah secara efektif. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan individu yang mengalami krisis sehingga memiliki pemahaman positif terhadap masalah dan memiliki kemampuan mengatasinya.
Proses yang dilalui selama konseling krisis meliputi :
1.      Pemahaman terhadap perasaan dan pikiran seseorang yang mengalami krisis.
2.      Konselor menunjukkan sejumlah alternatif solusi beserta konsekwensinya disertai dengan kesepakatan mengenai solusi yang dipilih.
3.      Melakukan evaluasi terhadap pilihan solusi yang dilakukan seseorang yang mengalami krisis.
4.      Menerapkan hasil evaluasi dan pilihan solusi untuk mengatasi krisis yang dihadapi. [10]

G.      Konseling Krisis Model ABC
Konseling krisis model ABC yang dikembangkan oleh Kristi Kanel terdiri dari tiga hal penting, yaitu :
1.      Model A : mengembangkan rapport (membangun hubungan), menggunakan keterampilan dasar attending, paraphrasing dan refleksi perasaan).
2.      Model B : mengidentifikasi problem dan terapinya, dengan mengidentifikasi precipitating events dan menggunakan teknik terapeutik yang sesuai. Teknik yang dilakukan adalah 1) mendengarkan, 2) melakukan assesmen, 3) membuat kerangka ulang (reframing) dan 4) merencanakan, dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan : behavioral (apa yang dilakukan), affective (apa yang dirasakan), somatic (bagaimana reaksi fisik), interpersonal (bagaimana interaksi dengan orang lain), cognitive (bagaimana pandangan tentang peristiwa tersebut), spiritual (bagaimana keyakinan terkait peristiwa tersebut)
3.      Model C : menentukan cara mengatasi masalah (koping), Setiap orang yang mengalami krisis memiliki cara mengatasi masalah yang berbeda-beda. Koping yang dilakukan dalam situasi krisis meliputi : resolusi, referal, rujukan kelompok-kelompok pendukung. [11]
Konseling krisis model ABC cukup efektif, karena model ABC ini meliputi tiga hal penanganan yaitu dari sisi penanganan emosi dengan penekanan pada keterampilan konseling, karakteristik problem dan penanganan problem. [12]




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Permasalahan-permasalahan yang dialami remaja akhir-akhir ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Begitu peliknya masalah mengenai remaja ini mengingat memang remaja berada pada posisi krisis perkembangan.
Guru BK/konselor merupakan guru yang memiliki tugas memberikan layanan kepada siswa. Guru BK/konselor dalam menjalankan perannya diharapkan mampu meningkatkan kepekaan, cepat merespon, cepat bertindak, meningkatkan afeksi, kognisi, tingkah laku, menanamkan keikhlasan, dan kesediaan memfasilitasi perkembangan siswa. Peran guru BK/konselor dalam penanganan krisis tidak lepas dari tugas, standar kualifikasi dan kompetensi. Guru BK/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik.
Guru BK/konselor memiliki peran besar dalam pemulihan kondisi psikologis siswa remaja. Peran Guru BK/konselor perlu diberdayakan dalam mengembangkan konseling krisis. Model konseling krisis yang cukup efektif dapat dipakai adalah model ABC. Model ABC ini merupakan sebuah model yang merupakan model konseling krisis yang efektif. Hal ini karena model ABC ini meliputi tiga hal penanganan yaitu dari sisi penanganan emosi dengan penekanan pada keterampilan konseling, karakteristik problem dan penanganan problem.

B.     Saran
Kami sadar bahwa apa yang ada ditangan pembaca saat ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami senantiasa mengharapkan uluran tangan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makala ini dikemudian hari. Kami hanya berharap bahwa makala ini mampu menjadi sebuah referensi yang ideal dalam hal pengkajian makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Haney, J.H & Leibsohn, J. (1999). Basic Counseling Responses: A Multimedia Learning System for the Helping Professions. Belmont: An International Thomson Publishing Company.

Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

McLeod, J. (2006). Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus. Edisi Ketiga. Jakarta : Kencana.

Munro & Koffman. (1995). Guidance and Counseling in The Elementary and Middle School : A Practical

Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical Counseling and Helping Skills. Fifth Edition. London : SAGE Publications.





[1] Haney, J.H & Leibsohn, J. (1999). Basic Counseling Responses: A Multimedia Learning System for the Helping Professions. Belmont: An International Thomson Publishing Company. h.14
[2] Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. h.25
[3] Haney, J.H & Leibsohn, J. (1999). Basic Counseling Responses: A Multimedia Learning System for the Helping Professions. Belmont: An International Thomson Publishing Company. h.22
[4] Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. h.35
[5] Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. h.39
[6] McLeod, J. (2006). Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus. Edisi Ketiga. Jakarta : Kencana. h.126
[7] McLeod, J. (2006). Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus. Edisi Ketiga. Jakarta : Kencana. h.133
[8] Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical Counseling and Helping Skills. Fifth Edition. London : SAGE Publications. h.69
[9] Izzaty, R.E. dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. h.31
[10] Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical Counseling and Helping Skills. Fifth Edition. London : SAGE Publications. h.74
[11] Munro & Koffman. (1995). Guidance and Counseling in The Elementary and Middle School : A Practical. h.96
[12] Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical Counseling and Helping Skills. Fifth Edition. London : SAGE Publications. h.63

No comments:

Post a Comment