MAKALAH TEORI CLIENT-CENTER
KONSELING
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai bangsa yang multikultural terdiri dari suku-suku dan
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Banyaknya kelompok dalam masyarakat tidak
bisa dipungkiri lagi akan timbulnya masalah-masalah yang bersumber dari latar
belakang kelompok dan budaya yang berbeda-beda. Dalam hal ini sangat diperlukan
adanya bimbingan dan konseling yang dapat menyatukan antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain. Salah satunya yakni dengan menggunakan bimbingan dan
konseling kelompok.Layanan kelompok memberikan manfaat kepada sejumlah
individu. Kemanfaatan yang lebih meluas inilah yang paling menjadi perhatian
semua pihak berkenaan dengan layanan kelompok tersebut. Apalagi pada zaman
sekarang ini, zaman yang menekankan perlunya efisiensi, perlunya perluasan
pelayanan jasa yang mampu menjangkau lebih banyak konsumen secara tepat dan
cepat, layanan kelompok semakin menarik. Dalam layanan kelompok interaksi
antarindividu anggota kelompok merupakan suatu yang khas, yang tidak mungkin
terjadi pada konseling perseorangan.
Dalam
pelaksanaannya, bimbingan dan konseling kelompok memerlukan teknik-teknik atau
cara-cara agar proses konseling tidak berjalan di luar jalur yang sudah
ditentukan. Setiap layanan konseling tentunya memiliki teknik atau cara yang
berbeda-beda. Bimbingan dan konseling kelompok memiliki beberapa teknil layanan
yang akan diterapkan pada klien. Salah satunya yakni dengan teknik client-centered.Client-centered
merupakan teknik dalam bimbingan dan konseling yang biasa digunakan oleh para
konselor sebagai pemahaman terhadap klien. Pada kesempatan ini akan dibahas
secara lebih rinci mengenai teknik client-centered
dalam konseling kelompok.
1.
Apa yang
dimaksud dengan client-centered
counseling ?
2.
Ciri-ciri apa
saja yang melekat pada teknik client-centered
counseling ?
3.
Bagaimana
langkah-langkah dalam teknik client-centered
counseling ?
4.
Teknik apa saja
yang diperlukan dalam client-centered
counseling ? 5. Bagaimana peran
seorang konselor dalam teknik client-centered
counseling ?
6.
Bagaimana
penerapan teknik client-centered
counseling dalam bimbingan dan konseling kelompok ?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Untuk
mengetahui dan memahami pengertian atau definisi dari client-centeredcounseling secara mendalam.
2. Untuk
mengetahui ciri-ciri client-centered
counseling dalam penerapannya.
3.
Untuk
mengetahui secara sistematis langkah-langkah yang harus ditempuh dalam teknik client-centered counseling.
4. Untuk
mengetahui teknik-teknik yang diterapkan dalam client-centered counseling .
5. Untuk
mengetahui secara mendetail peran konselor dalam client-centered counseling.
6.
Untuk
mengetahui bagaimana penerapan teknik client-centered
counseling dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok.
PEMBAHASAN
A.Pengertian Konseling Client center
Client-Centered Counseling (konseling yang berpusat pada
klien)
dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers, salah seorang psikolog klinis yang sangat menekuni bidang konseling dan psikoterapi.
dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers, salah seorang psikolog klinis yang sangat menekuni bidang konseling dan psikoterapi.
Menurut Roger, dalam Mc.Loed client-centered counceling
merupakan teknik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri,
klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang
tengah mereka hadapi.
Hal ini memberikan pengertian bahwa peran konselor dalam
teknik ini hanya sebatas mengarahkan,mempengaruhi dan memberikan dorongan
kepada klien agar klien dapat memikirkan sendiri dan mencari solusi
permasalahannya sendiri.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukardi yang biasa
menyebut clien-centered counseling sebagai
konseling non-direktif dalam bukunya Pengantar Bimbingan dan Konseling,
menyatakan bahwa clien-centeredcounseling
adalah suatu teknik dalam bimbingan dan konseling yang menjadi pusatnya adalah
klien dan bukan konselor.
Carl
Roger berpendapat dalam teorinya bahwa setiap individu memiliki kemampuan dalam
diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani
masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat
mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.Menurut Roger manusia
yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak
seperti yang diajukan oleh aliran freudian, pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau
memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang
akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang
terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
B. Hakekat Manusia Menurut
Client-Center
Rogers
membangun teorinya ini berdasarkan penelitian dan observasi langsung terhadap
peristiwa-peristiwa nyata, dimana pada akhirnya. ia memandang bahwa manusia
pada hakekatnya adalah baik.
Beberapa
konsepsi Rogers tentang hakekat manusia (human being) adalah sebagai
berikut:
a. Manusia tumbuh melalui
pengalamannya, baik melalui perasaan, berfikir, kesadaran ataupun penemuan.
b. Hidup adalah kehidupan saat ini
dan lebih dari pada perilaku-perilaku otornatik yang ditentukan oleh
kejadian-kejadian masa lalu, nilai-nilai kehidupan adalah saat ini dari pada
masa lalu, atau yang akan datang.
c. Manusia adalah makhluk subyektif,
secara, esensial manusia hidup dalam pribadinya sendiri dalam dunia subjektif
d. Keakraban hubungan manusia
merupakan salah satu cara seseorang paling banyak memenuhi kebutuhannya.
e. Pada umumnya. setiap manusia
memiliki kebutuhan-kebutuhan untuk bebas, spontan, bersama-sama dan saling
berkomunikasi.
f. Manusia memiliki kecenderungan ke
arah aktualisasi, yaitu tendensi yang melekat pada organisme untuk
mengembangkan keseluruhan kemampuannya dalam cara memberi pemeliharaan dan
mempertinggi aktualisasi diri. Dimana, Rogers mengemukakan beberapa pendapatnya
sebagai berikut:
- Kecenderungan aktualisasi diri
merupakan motivasi pertahanan utama dari organisme manusia.
- Merupakan fungsi dari keseluruhan
organisme.
- Merupakan konsepsi luas dari
motivasi, termasuk pernenuhan kebutuhan dan motif-motifnya.
- Kehidupan adalah suatu proses
aktif dan memiliki kapasitas untuk aktualisasi diri mereka sendiri.
-
Manusia adalah makhluk yang baik, konstruktif atau reliable, dan menjadi
bijaksana karena kemampuan intelektualnya.
C. Kepribadian Manusia Menurut
Client-center
Dalam
teori kepribadian, Rogers memandang bahwa:
a. Setiap manusia berada dalam dunia
pengalaman yang terus menerus berubah dengan sendiri sebagai pusatnya.
b. Reaksi-reaksi organisme terhadap
lingkungannya sebagai hal yang dialami dan diterima. Lapangan yang dipersepsi
ini bagi individu adalah suatu realitas.
c. Perilaku organisme pada dasamya
diarahkan oleh usaha-usaha organisme untuk memperoleh kepuasan terdapat
kebutuhannya.
d. Pemahaman perilaku terbaik hanya
akan diperoleh melalui atau berdasarkan Frame Of Reference individu itu
sendiri.
e. Cara terbaik dalam mengadopsi
perilaku adalah berdasarkan pada konsistensi terhadap self concept-nya.
f. Perilaku pertahanan (diri)
menunjukkan adanya ketidakkonsistenan antara organisme dengan self consep.
g. Penyesuaian yang optimal atau
pribadi yang berfungsi sepenuhnya hanya akan terjadi bila self concept adalah
kongruen dengan pengalamannya, dan tindakannya
merupakan tendensi aktualisasi diri
yang juga merupakan aktualisasi diri yang juga merupakan aktualisasi dari
self
D. Contoh
Kasus
Contoh kasus beserta teori
Seseorang
akan menghadapi persoalan jika diantara unsur-unsur dalam gambaran terhadap
diri sendiri timbul konflik dan pertentangan, lebih-lebih antara siapa saya
ini sebenarnya (real self) dan saya seharusnya menjadi orang
yang bagaimana (ideal self). Berbagai pengalaman hidup menyadarkan orang
akan keadaan dirinya yang tidak selaras itu, kalau keseluruhan pengalaman nyata
itu sungguh diakui dan tidak di sangkal. Berikut ini ada contoh kasus yang
biasa ditangani oleh pendekatan Person-centered. Misalnya, seorang mahasiswi
mengira bahwa dia adalah seorang mahasiswi yang pintar dan tidak pernah
menyontek, tetapi pada suatu saat dia mulai sadar akan tingkah lakunya yang
bertentangan dengan fikiran itu, karena ternyata dia berkali-kali mencoba
menyontek dan jarang mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Padahal, seharusnya sebagai mahasiswa ia tidak boleh bertindak begitu.
Pengalaman yang nyata ini menunjuk pada suatu pertentangan antara siapa
saya ini sebenarnya dan seharusnya menjadi orang yang bagaimana.
Bilamana mahasiswi mulai menyadari kesenjangan dan mengakui pertentangan itu,
dia menghadapi keadaan dirinya sebagaimana adanya. Kesadaran yang masih
samar-samar akan kesenjangan itu menggejala dalam perasaan kurang tenang dan
cemas serta dalam evaluasi diri sebagai orang yang tidak pantas (worthless).
Mahasiswi ini siap untuk menerima layanan konseling dan menjalani proses
konseling untuk menutup jurang pemisah antara dua kutub di dalam dirinya
sendiri, serta akhirnya menemukan dirinya kembali sebagai orang yang pantas (person
of worth).
F. Tujuan Client-center
Secara
umum tujuan konseling dapat dikelompokkan menjadi dua, ialah
-
Tujuan-tujuan personality grow type
Termasuk
dalam hal ini misalnya pertumbuhan gaya hidup secara positif pengintegrasian
kepribadian, atau pengurangan konflik-konflik intrapsikis.
-
Cure type atau tujuan-tujuan yang lebih spesifik, misalnya reduksi
simptom-simpton rasa sakit, menjadi lebih tegas membuat keputusan vokasional
yang efektif
Client
Centered Therapy pada dasarnya memiliki tujuan konseling yang termasuk
personality growth type karena tujuan utamanya adalah reorganisasi self,
sedangkan pada tujuan-tujuan tipe problem solving tidak mengandung unsur
reorganisasi self, Dinyatakan pula bahwa tujuan konseling pendekatan ini adalah
meningkatkan keterbukaan pengalaman sehingga akan meningkatkan self konsep
dengan pengalaman-pengalamannya, sehingga akan tumbuh menjadi Morefullyfunction
person. Tujuan dasar terapi client centered adalah menciptakan iklim yang
kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi
penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tersebut, terapis perlu mengembangkan
agar klien bisa memahami hal-hal yang berada di balik topeng yang dikenakannya.
Klien mengembangkan kepura-puraan. dan bertopeng sebagai pertahanan terhadap
ancaman. Sandiwara yang dimainkan oleh klien menghambatnya untuk tampil utuh di
hadapan orang lain dan dalam usahanya untuk menipu orang lain, ia menjadi asing
terhadap dirinya sendiri.
Apabila
dinding itu runtuh selama proses terapeutik, orang macam apa yang muncul di
balik kepura-puraan itu? Rogers (1961) menguraikan ciri-ciri orang yang
bergerak ke arah menjadi bertambah teraktualkan:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman
2. Kepercayaan terhadap organisme
sendiri
3. Tempat evaluasi internal
4.
Kesediaan untuk menjadi suatu proses
Tujuan-tujuan
terapi yang telah diuraikan di atas adalah tujuan-tujuan yang luas, yang
menyajikan suatu kerangka umum untuk memahami arah gerakan terapeutik. Terapis
tidak memilih tujuan-tujuan yang khusus bagi klien, tonggak terapi client
centered adalah anggapannya bahwa klien dalam hubungannya dengan terapis yang
menunjang. Memiliki kesanggupan untuk menentukan dan menjernihkan tujuan-tujuannya
sendiri. Bagaimanapun, banyak konselor yang mengalami kesulitan dalam
memperbolehkan klien untuk menetapkan sendiri tujuan-tujuannya yang khusus
dalam terapi. Meskipun mudah untuk berpura-pura terhadap konsep "klien
menernukan jalan sendiri", ia menuntut terhadap respek terhadap klien dan
keberanian pada terapis untuk mendorong klien agar bersedia mendengarkan
dirinya sendiri dan mengikuti arah-arahnya sendiri terutama pada saat klien
membuat pilihan-pilihan yang bukan merupakan pilihan-pilihan yang diharpkan
oleh terapis.
Pendekatan yang
berpusat pada klien menggunakan sedikit
teknik, akan tetapi menekankan sikap konselor.
Rogers (dalam Corey,
1986) menekankan bahwa yang terpenting dalam proses konseling ini adalah
filsafat dan sikap konselor, bukan pada teknik yang didesain untuk membuat
klien “berbuat sesuatu”.
Teknik dasar adalah
mencakup mendengar dan menyimak secara aktif, refleksi, klarifikasi, ”being
here” bagi klien.
Dengan adanya perkembangan yang menekankan filsafat dan sikap ini maka ada
perubahan-perubahan di dalam frekuensi penggunaan bermacam teknik misalnya:
bertanya, penstrukturan, interpretasi, memberi saran atau nasihat.
Keberhasilan terapi bergantung kepada faktor-faktor tingkat gangguan psikis,
struktur biologis klien, lingkungan hidup klien, dan ikatan emosional.
Sebagai cara
untuk mewujudkan dan mengkomunikasikan acceptance, understanding, menghargai, dan
mengusahakan agar klien mengetahui bahwa konselor berusaha mengembangkan internal frame of
reference klien dengan cara konselor mengikuti fikiran, perasaan dan eksplorasi
klien, yang merupakan teknik pokok untuk menciptakan dan memelihara hubungan
konseling.
Teknik-teknik dalam pendekatan ini antara lain adalah :
a.
acceptance (penerimaan)
b.
respect (rasa hormat)
c.
understanding (pemahaman)
d.
reassurance (menentramkan hati)
e.
encouragementlimited questioning(pertanyaan
terbatas
f.
reflection (memantulkan pernyataan dan
perasaan) Melaluipenggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat:
(1)
Memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik
(2)
Mengambil keputusan yang tepat
(3)
Mengarahkan diri
(4)
Mewujudkan dirinya
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik client-centered counseling merupakan
salah satu teknik bimbingan dan konseling yang lebih menekankan pada aktivitas
klien dan tanggung jawab klien sendiri. Sebagian besar proses konseling
diletakkan dipundak klien sendiri dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi
dan konselor hanya berperan sebagai partner dalam membantu untuk merefleksikan
sikap dan peran-perannya untuk mencari serta menemukan cara yang terbaik dalam
pemecahkan masalah klien.
B. Saran
1.
Dalam teknik client-centered counseling konselor
tidak boleh begitu saja melepaskan tanggung jawab dalam membimbing klien
meskipun klien sudah dapat menemukan solusi dari permasalahannya namun konselor
masih harus memantau perkembangan klien.
2. Konselor
tidak memberikan batasan apapun kepada klien, dengan kata lain konselor
memberikan kebebasan pada klien untuk mengutarakan keluhan-keluhan dan
masalahnya agar supaya klien merasa lega setelah melakukan proses konseling
ini.
3.
Konselor tetap
melakukan pengawasan dan perhatian kepada klien atas perkembangan apa saja yang
sudah dicapai oleh klien.
Corey, Gerald. 2010. Teori dan
Praktek Konseling & Psokoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Prayitno, Erman Amti. 1999. Dasar –
Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment