MAKALAH AL-KUTUB AL-SITTAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Kutubu Sittah ini termasuk Diantara kitab yang terbagus penulisan dan
penyusunannya, paling banyak benarnya dan sedikit kesalahannya, paling meluas
umum manfaatnya dan paling banyak faidahnya, paling besar barakahnya, paling
mudah kesukarannya, paling baik penerimaanya.
Makalah ini
berikhtiar memperkenalkan secara singkat Istilah Kutubus Sittah dan saiapa saja
perawi dari kutubusittah tersebut serta karya-karyanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Al-Kutub Al-Sittah?
2. Bagaimana
Biografi dan apa saja karya dari pengarang Al-kutub al-sittah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Al-Kutub Al-Sittah.
2. Untuk mengetahui Biografi dan karya dari pengarang Al-kutub al-sittah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kitab Induk Hadits
Kitab induk hadits
adalah kitab – kitab yang didalamnya tertulis lengkap antara sanad dan
matannya. Sebenarnya jumlah kitab induk hadits itu banyak akan tetapi, yang
lebih sering dikenal dimasyarakat luas ada 6 macam (kutubus sittah).
Kitab induk hadits ada
2 macam yaitu: Al Ushul Al-Khamsah dan Al-Ushul Al-Sittah. Al Ushul Al-Khamsah
disebut juga Al-Kutub Al-Khamsah (kitab-kitab pokok hadits yang lima), yaitu
Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan
An-Nasa’i, Dan yang ke enam dalam perdebatan.
Kemudian ada sebagian
ulama yang memasukkan kitab hadits ke enam, sehingga penyebutannya menjadi
Al-Ushul As-Sittah. Akan tetapi para ulama mutaakhirin masih berbeda
pendapatnya dalam menentukan kitab yang ke enam.
Abul Fadhli ibn Thahir
yang mempelopori Sunan Ibn Majah menjadi kitab pokok yang keenam ini, yang
diikuti oleh Abdul Ghani Al-Maqdisi, Al-Mizi, kemudian Al-Hafidz
Ibnu Hajar dan Al-Khazra’i. Sebagian yang lain Razin dan ibnu Al-Atsir
memandang bahwa kitab Al-Muwathatha’ Imam Malik lebih pantas menduduki pokok ke
enam, bukan Sunan Ibnu Majah ini. Ada juga ulama lain yang memasukkan Al-Sunan
atau Al-Musnad susunan Al-Darimy sebagai kitab keenam, juga kitab Al-Muntaqa
susunan Al-Jarud.
Istilah Kutubus Sittah
digunakan untuk menyebut enam kitab induk hadits, yaitu :
1. Shahih Al
Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan An Nasa`I
4. Sunan Abi Dawud
6. Sunan Ibni Majah
Banyak
sekali karya tulis berupa syarah dan ta’liq terhadap kitab-kitab tersebut.
Sebagiannya mengkaji tentang mengenal isi kandungan dari matan-matan hadits
yang termuat didalamnya, dan sebagian yang lain mengkaji tentang mengenal
kandungan sanad-sanadnya, sebagian yang lain mengkaji tentang gabungan semua
itu.
B. Biografi dan karya pengarang Al-kutub al-sittah
1. Al Bukhari
Pengarang Bukhori
adalah Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al Mughiroh bin
Bardizbah al ja’fi al Bukhori. Dilahirkan hari Jum’at 13 Syawal 194 H di kota
Bukhara, Akan tetapi beliau lebih terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, karena
beliau lahir di kota Bukhara, Turkistan.
Al Imam Al Bukhari
wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam
puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di
Samarkand. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al
Bukhari.
Sewaktu kecil Al
Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau
bermimpi melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai Fulanah
(yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah
telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau
berdoa”. Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah
mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.
Al-Bukhori tergolong
orang yang memiliki sifat penyabar dan memiliki kecerdasan yang jarang dimiliki
oleh orang lain. Kecerdasan dan Ketekunan dalam mempelajari hadis-hadis itulah
kemudian diberi gelar Amir al-Mu’minin fi al-Hadits,
oleh ulama’-ulama’ hadits pada zamanya. Di samping sifat penyabar dan
kecerdasan itu, ia juga terkenal mempunyai sifat Wara’ dalam menghadapi
kehidupan, dan ahli ibadah.
Salah satu karya besar
yang monumental dalam kitab hadis yang ditulis oleh Imam Bukhori adalah Al
Jami’ Ash Shahih oleh penyusunnya. Beliau menyeleksi hadits yang tercantum
dalam kitab ini dari 600 ribu hadits.
Beliau rahimahullah bersusah payah dalam memilih, menyeleksi dan
mencari hadits yang shahih hingga setiap kali hendak menuliskan hadits (dalam
kitab ini), beliau selalu berwudhu dan mengerjakan shalat dua rakaat sembari
memohon petunjuk kepada Allah dalam menuliskannya. Setiap hadits bersanad yang
beliau tuliskan dalam kitab ini memiliki sanad shahih dari
rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sanad
yang muttashil (bersambung) dimana para perawinya telah memenuhi
persyaratan dalam hal keadilan dan kesempurnaan hafalan.
Beliau menyelesaikan
penyusunan kitab tersebut selama enam belas tahun. Setelah itu, beliau
mengajukan kitabnya itu kepada Imam Ahmad, Yahya bin Ma’in, ‘Ali bin
Al Madini, dan mereka menilainya sebagai kitab yang bagus dan
memberi rekomendasi/ persaksian akan keabsahan hadits dalam kitab tersebut.
Para ulama di setiap zaman menerima kitab tersebut dengan sepenuh hati. Al
Hafizh Adz Dzahabi berkata, “Ini adalah salah satu kitab dalam ilmu Islam
yang paling bagus dan paling utama setelah kitab Allah ta’ala.
Jumlah hadits dalam
Shahih Al Bukhari termasuk yang terulang berjumlah 7397 buah dan jika tidak
termasuk yang terulang berjumlah 2602 buah. Demikianlah yang disebutkan oleh Al
Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah.
Karya-karya Imam
Bukhari
Karyanya yang pertama berjudul “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien”
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya
ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, imam bukhari menunaikan
ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang bernama
Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab “At-Tarikh” (sejarah) yang terkenal itu.
Beliau pernah berkata, “Saya menulis buku “At-Tarikh” di atas makam Nabi
Muhammad SAW di waktu malam bulan purnama”.
karya imam lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami’ ash
Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh
al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al ‘Ilal, Raf’ul Yadain
fis Salah, Birrul Walidain, Kitab Ad Du’afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah.
Diantara semua karyanya tersebut, yang paling monumental adalah
kitab Al-Jami’ as-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih.
2. Imam Muslim
Imam Muslim bernama
lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al
Qusyairi an Naisaburi. Imam Muslim dilahirkan di Naisabur tahun 202 H atau 817
M. Naisabur, saat ini termasuk wilayah Rusia. Dalam sejarah Islam, Naisabur
dikenal dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di
belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah. Dan Imam Muslim wafat pada
Ahad sore, pada tanggal 24 Rajab 261 H dengan mewariskan sejumlah karyanya yang
sangat berharga bagi kaum Muslim dan dunia Islam.
Sejak masih kecil,
beliau sudah mulai tertarik untuk menuntut ilmu. Berbagai tempat telah
dikunjunginya untuk memenuhi kegemaranya tersebut. Beliau menerima hadits dari
beberapa gurunya, disamping itu pula dia menerima dari al-Bukhori sendiri, dan
karir intelektualanya mengikuti al-Bukhori terutama dalam menulis kitab
shahihnya. Hubungan keduanya sangat intim sekali, dan Muslim sangat menghormati
al-Bukhori.
Salah satu kitab hadits
karya Imam Muslim adalah al-Jami’ al-Shohih atau dikenal dengan sebutan Shohih
Muslim. Yang ia tulis selama 12 tahun. Jumlah hadits yang terdapat dalam kitab
ini, tanpa diulang-ulang sebanyak 3030 buah, dan jumlah keseluruhanya adalah
10,000 buah hadis.
Kecenderungan Imam
Muslim kepada ilmu hadits tergolong luar biasa. Keunggulannya dari sisi
kecerdasan dan ketajaman hafalan, ia manfaatkan dengan sebaik mungkin. Di usia
10 tahun, Muslim kecil sering datang berguru pada Imam Ad Dakhili, seorang ahli
hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal hadits dan berani
mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan hadits. Seperti
orang yang haus, kecintaanya dengan hadits menuntun Muslim bertuangalang ke
berbagai tempat dan negara. Safar ke negeri lain menjadi kegiatan rutin bagi
Muslim untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah hadits.
Karya-karya Imam Muslim
Sepanjang hidup Imam
Muslim, karya-karya yang berhasil ia tulis antara lain:
1) Al-Asma’ wal-Kuna,
2) Irfadus Syamiyyin,
3) Al-Arqaam,
4) Al-Intifa bi Juludis Siba’,
5) Auhamul Muhadditsin,
6)At-Tarikh, At-Tamyiz,
7) Al-Jami’,
8) Hadits Amr bin Syu’aib,
9) Rijalul ‘Urwah,
10)Sawalatuh Ahmad bin Hanbal,
11) Thabaqat,
12) Al-I’lal,
13) Al-Mukhadhramin,
14) Al-Musnad al-Kabir,
15) Masyayikh ats-Tsawri,
16) Masyayikh Syu’bah,
17) Masyayikh Malik,
18) Al-Wuhdan,
19) As-Shahih al-Masnad
3. Sunan An Nasa`I
Nama lengkap Imam
al-Nasa’i adalah Abu Abd al-Rahman Ahmad bin Ali bin Syuaib bin Ali bin Sinan
bin Bahr al-khurasani al-Qadi. Lahir di daerah Nasa’ pada tahun 215 H. Ada juga
sementara ulama yang mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 214 H. Beliau
dinisbahkan kepada daerah Nasa’ (al-Nasa’i), daerah yang menjadi saksi bisu
kelahiran seorang ahli hadis kaliber dunia. Beliau berhasil menyusun sebuah
kitab monumental dalam kajian hadis, yakni al-Mujtaba’ yang
di kemudian hari kondang dengan sebutan Sunan al-Nasa’i.
Setahun menjelang
kewafatannya, beliau pindah dari Mesir ke Damsyik. Dan tampaknya tidak ada
konsensus ulama tentang tempat meninggal beliau. Al-Daruqutni mengatakan,
beliau di Makkah dan dikebumikan diantara Shafa dan Marwah. Pendapat yang
senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-’Uqbi al-Mishri.
Menurut pandangan
terakhir ini, Imam al-Nasa’i meninggal pada tahun 303 H dan dikebumikan di Bait
al-Maqdis, Palestina. Inna lillah wa Inna Ilai Rajiun. Semoga jerih payahnya
dalam mengemban wasiat Rasullullah guna menyebarluaskan hadis mendapatkan
balasan yang setimpal di sisi Allah. Amiiin.
An Nasa`i merupakan
seorang lelaki yang tampan, berwajah bersih dan segar, wajahnya seakan-akan
lampu yang menyala. Beliau adalah sosok yang karismatik dan tenang,
berpenampilan yang sangat menarik. Kondisi itu karena beberapa faktor,
diantaranya; dia sangat memperhatikan keseimbangan dirinya dari segi makanan,
pakaian, dan kesenangan, minum sari buah yang halal dan banyak makan ayam.
Imam Nasa`i memulai
menuntut ilmu lebih dini, karena beliau mengadakan perjalanan ke Qutaibah bin
Sa’id pada tahun 230 hijriah, pada saat itu beliau berumur 15 tahun. Beliau
tinggal di samping Qutaibah di negrinya Baghlan selama setahun dua bulan,
sehingga beliau dapat menimba ilmu darinya begitu banyak dan dapat meriwayatkan
hadits-haditsnya.
Imam Nasa`i mempunyai
hafalan dan kepahaman yang jarang di miliki oleh orang-orang pada zamannya, sebagaimana
beliau memiliki kejelian dan keteliatian yang sangat mendalam. maka beliau
dapat meriwayatkan hadits-hadits dari ulama-ulama kibar, berjumpa dengan para
imam huffazh dan yang lainnya, sehingga beliau dapat menghafal banyak hadits,
mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya beliau memperoleh derajat
yang pantas dalam disiplin ilmu ini.
Beliau telah menulis
hadits-hadits dla’if, sebagaimana beliaupun telah menulis hadits-hadits
shahih, padahal pekerjaan ini hanya di lakukan oleh ulama pengkritik hadits,
tetapi imam Nasa`i mampu untuk melakukan pekerjaan ini, bahkan beliau memiliki
kekuatan kritik yang detail dan akurat, sebagaimana yang di gambarkan oleh al
Hafizh Abu Thalib Ahmad bin Sazhr; ‘ siapa yang dapat bersabar sebagaimana
kesabaran An Nasa`i? dia memiliki hadits Ibnu Lahi’ah dengan terperinci – yaitu
dari Qutaibah dari Ibnu Lahi’ah-, maka dia tidak meriwayatkan hadits darinya.’
Maksudnya karena kondisi Ibnu Lahi’ah yang dla’if.
Dengan ini menunjukkan,
bahwa tendensi beliau bukan hanya memperbanyak riwayat hadits semata, akan
tetapi beliau berkeinginan untuk memberikan nasehat dan menseterilkan syarea’at
(dari bid’ah dan hal-hal yang diada-adakan).
Hasil karya beliau
Imam Nasa`i mempunyai beberapa hasil karya,
diantaranya adalah;
1. As Sunan Ash
Shughra
2. As Sunan Al
Kubra
3. Al Kuna
4. Khasha`isu ‘Ali
5. ‘Amalu Al Yaum
wa Al Lailah
6. At Tafsir
7. Adl Dlu’afa wa
al Matrukin
8. Tasmiyatu
Fuqaha`i Al Amshar
9. Tasmiyatu man
lam yarwi ‘anhu ghaira rajulin wahid
10. Dzikru man haddatsa ‘anhu Ibnu Abi
Arubah
11. Musnad ‘Ali bin Abi Thalib
12. Musnad Hadits Malik
13. Asma`u ar ruwah wa at tamyiz bainahum
14. Al Ikhwah
15. Al Ighrab
16. Musnad Manshur bin Zadzan
17. Al Jarhu wa ta’dil
4. Sunan Abi Dawud
Nama lengkap Abu Dawud
ialah Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi
as-Sijistani.Beliau adalah Imam dan tokoh ahli hadits, serta pengarang
kitab sunan. Beliau dilahirkan tahun 202 H di Sijistan. Abu Dawud wafat di
Basrah, tempat tinggal atas per-mintaan Amir sebagaimana yang telah
diceritakan. la wafat tanggal 16 Syawal 275 H Semoga Allah senantiasa
melimpahkan rahmat dan ridanya kepada-nya.
Sejak kecil Abu Dawud
sangat mencintai ilmu dan sudah bergaul dengan para ulama untuk menimba
ilmunya. Sebelum dewasa, dia sudah mempersiapkan diri untuk melanglang ke
berbagai negeri. Dia belajar hadits dari para ulama yang ditemuinya di
Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri lainnya.
Pengemba-raannya ke beberapa negeri itu menunjang dia untuk mendapatkan hadits
sebanyak-banyaknya. Kemudian hadits itu disaring, lalu ditulis pada kitab
Sunan. Abu Dawud sudah berulang kali mengunjungi Bagdad. Di kota itu, dia mengajar
hadits dan fiqih dengan menggunakan kitab sunan sebagai buku pegangan.
Kitab sunan itu ditunjukkan kepada ulama hadits terkemuka, Ahmad bin Hanbal.
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa kitab itu sangat bagus.
Abu Dawud termasuk
ulama yang mencapai derajat tinggi dalam beribadah, kesucian diri, kesalihan
dan wara’ yang patut diteladani.
Sifat dan kepribadian
seperti ini menunjukkan kesempurnaan beragama, prilaku dan akhlak Abu Dawud. Abu
Dawud mempunyai falsafah tersendiri dalam berpakaian. Salah satu lengan bajunya
lebar dan satunya lagi sempit. Bila ada yang bertanya, dia menjawab:
"Lengan yang lebar ini untuk membawa kitab, sedang yang satunya tidak
diperlukan. Kalau dia lebar, berarti pemborosan."
Ulama memuji Abu Dawud,
Abu Dawud adalah seorang tokoh ahli hadits yang menghafal dan memahami
hadits beserta illatnya. Dia mendapatkan kehormatan dari para ulama, terutama
dari gurunya, Imam Ahmad bin Hanbal. Al-Hafiz Musa bin Harun berkata:
"Abu Dawud diciptakan di dunia untuk Hadits, dan di akhirat untuk surga.
Aku tidak pernah melihat orang yang lebih utama dari dia."
Karya-karya Abu Dawud
Abu Dawud mempunyai karangan yang banyak, antara lain:
1. Kitab as-Sunan
2. Kitab al-Marasil
3. Kitab al-Qadar
4. An-Nasikh Wal Mansukh
5. Fada’ilul A’mal
6. Kitab az-Zuhud
7. Dalailun Nubuwah
8. Ibtida’ul Wahyu
9. Ahbarul Khawarij
Di
antara kitab tersebut, yang paling populer adalah kitab as-Sunan, yang biasa
dikenal dengan Sunan Abu Dawud.
5. Sunan At Tirmidzi
Nama lengkapnya adalah
Imam al-Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak
As-Sulami at-Tirmidzi, pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di
kota Tirmiz. As Sulami At Tirmidzi nisbah kepada negri tempat beliau di
lahirkan (Tirmidz), yaitu satu kota yang terletak di arah selatan dari sungai
Jaihun, bagian selatan Iran. Para pakar sejarah tidak menyebutkan tahun
kelahiran beliau secara pasti, akan tetapi sebagian yang lain memperkirakan
bahwa kelahiran beliau pada tahun 209 hijriah. Sedang Adz Dzahabi
berpendapat dalam kisaran tahun 210 hijriah.
Di akhir kehidupannya,
imam at Tirmidzi mengalami kebutaan, beberapa tahun beliau hidup sebagai
tuna netra, setelah itu imam atTirmidzi meninggal dunia. Beliau wafat di
Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H bertepatan dengan 8 Oktober 892,
dalam usia beliau pada saat itu 70 tahun.
Ada satu berita yang
mengatakan bahwa imam At Tirmidzi di lahirkan dalam keadaan buta, padahal
berita yang akurat adalah bahwa beliau mengalami kebutaan di masa tua, setelah
mengadakan lawatan ilmiah dan penulisan beliau terhadap ilmu yang beliau
miliki.
Beliau tumbuh
di daerah Tirmidz, mendengar ilmu di daerah ini sebelum memulai
rihlah ilmiah beliau. Dan beliau pernah menceritakan bahwa kakeknya adalah
orang marwa, kemudian berpindah dari Marwa menuju ke tirmidz, dengan ini
menunjukkan bahwa beliau lahir di Tirmidzi.
Berbagai
literatur-literatur yang ada tidak menyebutkan dengan pasti kapan imam Tirmidzi
memulai mencari ilmu, akan tetapi yang tersirat ketika kita memperhatikan
biografi beliau, bahwa beliau memulai aktifitas mencari ilmunya setelah
menginjak usia dua puluh tahun.
Beliau memiliki
kelebihan; hafalan yang begitu kuat dan otak encer yang cepat menangkap
pelajaran. Sebagai permisalan yang dapat menggambarkan kecerdasan dan kekuatan
hafalan beliau adalah, satu kisah perjalan beliau meuju Makkah, yaitu; “Pada
saat aku dalam perjalanan menuju Makkah, ketika itu aku telah menulis dua jilid
berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang syaikh. Kebetulan Syaikh
tersebut berpapasan dengan kami. Maka aku bertanya kepadanya, dan saat itu aku
mengira bahwa “dua jilid kitab” yang aku tulis itu bersamaku. Tetapi yang
kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang masih putih
bersih belum ada tulisannya. aku memohon kepadanya untuk menperdengarkan hadits
kepadaku, dan ia mengabulkan permohonanku itu. Kemudian ia membacakan hadits
dari lafazhnya kepadaku. Di sela-sela pembacaan itu ia melihat kepadaku dan
melihat bahwa kertas yang kupegang putih bersih. Maka dia menegurku: ‘Tidakkah
engkau malu kepadaku?’ maka aku pun memberitahukan kepadanya perkaraku, dan aku
berkata; “aku telah mengahafal semuanya.” Maka syaikh tersebut berkata;
‘bacalah!’. Maka aku pun membacakan kepadanya seluruhnya, tetapi dia tidak
mempercayaiku, maka dia bertanya: ‘Apakah telah engkau hafalkan sebelum datang
kepadaku?’ ‘Tidak,’ jawabku. Kemudian aku meminta lagi agar dia meriwayatkan
hadits yang lain. Ia pun kemudian membacakan empat puluh buah hadits, lalu
berkata: ‘Coba ulangi apa yang kubacakan tadi,’ Lalu aku membacakannya dari
pertama sampai selesai tanpa salah satu huruf pun.”
Imam At Tirmidzi keluar
dari negrinya menuju ke Khurasan, Iraq dan Haramain dalam rangka menuntut ilmu.
Di sana beliau mendengar ilmu dari kalangan ulama yang beliau temui, sehingga
dapat mengumpulkan hadits dan memahaminya. Akan tetapi sangat di sayangkan
beliau tidak masuk ke daerah Syam dan Mesir, sehingga hadits-hadits yang beliau
riwayatkan dari ulama kalangan Syam dan Mesir harus melalui perantara, kalau
sekiranya beliau mengadakan perjalanan ke Syam dan Mesir, niscaya beliau akan
mendengar langsung dari ulama-ulama tersebut, seperti Hisyam bin ‘Ammar dan
semisalnya.
Negri-negri yang pernah
beliau masuki adalah;
1. Khurasan
2. Bashrah
3. Kufah
4. Wasith
5. Baghdad
6. Makkah
7. Madinah
8. Ar Ray
Hasil karya beliau
Imam Tirmizi menitipkan ilmunya di dalam hasil karya
beliau, diantara buku-buku beliau ada yang sampai kepada kita dan ada juga yang
tidak sampai. Di antara hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah:
1. Kitab Al Jami’, terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi.
2. Kitab Al ‘Ilal
3. Kitab Asy Syama’il an Nabawiyyah.
4. Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Kitab At-Tarikh.
6. Kitab Az Zuhd.
7. Kitab Al Asma’ wa al kuna.
6. Sunan Ibni Majah
Nama lengkap ibnu majah
adalah Muhammad bin Yazid bin Mâjah al Qazwînî. Nama yang lebih familier adalah
Ibnu Mâjah yaitu laqab bapaknya (Yazîd
Ibnu Majah dilahirkan pada tahun 209 hijirah. Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang pasti, di mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada di Qazwin. Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau. Beliau meninggal pada hari senin, tanggal 21 ramadhan tahun 273 H. Di kuburkan esok harinya pada hari selasa. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan keridlaan-Nya kepada beliau.
Ibnu Majah dilahirkan pada tahun 209 hijirah. Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang pasti, di mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada di Qazwin. Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau. Beliau meninggal pada hari senin, tanggal 21 ramadhan tahun 273 H. Di kuburkan esok harinya pada hari selasa. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan keridlaan-Nya kepada beliau.
Ibnu majah memulai
aktifitas menuntut ilmunya di negri tempat tinggalnya Qazwin. Akan tetapi
sekali lagi referensi-referensi yang ada sementara tidak menyebutkan kapan
beliau memulai menuntut ilmunya. Di Qazwin beliau berguru kepada Ali bin
Muhammad at Thanafusi, dia adalah seorang yang tsiqah, berwibawa dan
banyak meriwayatkan hadits. Maka Ibnu Majah tidak menyia-nyiakan kesempatan
ini, dia memperbanyak mendengar dan berguru kepadanya. Ath Thanafusi meninggal
pada tahun 233 hijriah, ketika itu Ibnu Majah berumur sekitar 24 tahun. Maka
bisa di tarik kesimpulan bahwa permulaan Ibnu Majah menuntut ilmu adalah ketika
dia berumur dua puluh tahunan.
Ibnu Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak puas dengan hanya tinggal di negrinya, maka beliaupun mengadakan rihlah ilmiahnya ke sekitar negri yang berdampingan dengan negrinya, dan beliau mendengar hadits dari negri-negri tersebut.
Ibnu Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak puas dengan hanya tinggal di negrinya, maka beliaupun mengadakan rihlah ilmiahnya ke sekitar negri yang berdampingan dengan negrinya, dan beliau mendengar hadits dari negri-negri tersebut.
Ibnu Majah meniti jalan
ahli ilmu pada zaman tersebut, yaitu mengadakan rihlah dalam rangka menuntut
ilmu. Maka beliau pun keluar meninggalkan negrinya untuk mendengar hadits dan
menghafal ilmu. Berkeliling mengitari negri-negri islam yang menyimpan mutiara
hadits. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat
Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negri guna mencari, mengumpulkan,
dan menulis Hadis. Puluhan negri telah ia kunjungi, antara lain:
1. Khurasan;
Naisabur dan yang lainnya
2. Ar
Ray
3. Iraq;
Baghdad, Kufah, Wasith dan Bashrah
4. Hijaz;
Makkah dan Madinah
5. Syam;
damasqus dan Himsh
6. Mesir
Hasil karya beliau
Ibnu Majah adalah
seorang ulama penyusun buku, dan hasil karya beliau cukuplah banyak. Akan
tetapi sangat di sayangkan, bahwa buku-buku tersebut tidak sampai kekita.
Adapun diantara hasil karya beliau yang dapat di ketahui sekarang ini adalah:
1. Kitab as-Sunan yang masyhur
2. Tafsîr al Qurân al Karîm
3. Kitab at Tarîkh yang berisi sejarah mulai dari masa ash-Shahâbah sampai
masa beliau.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah Kutubus Sittah digunakan untuk menyebut enam
kitab induk hadits, yaitu :
1. Shahih Al Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan An Nasa`I
4. Sunan Abi Dawud
5. Sunan At Tirmidzi
6. Sunan Ibni Majah
Kutubu
Sittah ini termasuk Diantara kitab yang terbagus penulisan dan penyusunannya, paling banyak benarnya dan
sedikit kesalahannya, paling meluas umum manfaatnya dan paling banyak
faidahnya, paling besar barakahnya, paling mudah kesukarannya, paling baik
penerimaannya disisi orang pro dan kontra dan paling penting posisinya
dikalangan semua orang.
Masing-masing
kitab enam tersebut memiliki ciri khas yang hanya diketahui oleh orang yang
ahli dibidang ini, sehingga kitab-kitab tersebut dikenal oleh manusia dan
tersebar diseluruh pelosok negeri Islam dan pemanfaatannya menjadi besar serta
para penuntut ilmu berusaha keras untuk mendapatkannya dan memahaminya.
Banyak
sekali karya tulis berupa syarah dan ta’liq terhadap kitab-kitab tersebut.
Sebagiannya mengkaji tentang mengenal isi kandungan dari matan-matan hadits
yang termuat didalamnya, dan sebagian yang lain mengkaji tentang mengenal
kandungan sanad-sanadnya, sebagian yang lain mengkaji tentang gabungan semua
itu.
No comments:
Post a Comment