1

loading...

Friday, August 30, 2019

MAKALAH FILSAFAT SEJARAH “PERMASALAHAN POKOK DALAM FILSAFAT SEJARAH”


MAKALAH FILSAFAT SEJARAH
“PERMASALAHAN POKOK DALAM FILSAFAT SEJARAH” 



BAB I
PENDAHULUAN
     A.    Latar Belakang
Pada zaman Yang Lalu Disertai Peran Pemimpin Terkenal sebagai subjek Pembuat Sejarah PADA zamannya. Menurut Prof. Sartono Karodirdjo, filosofi sejarah adalah salah satu bagian yang memerlukan jawaban terhadap pertanyaan tentang proses prakiraan sejarah. Manusia berbudi tidak puas dengan pengetahuan sejarah, dicarinya makna yang menguasai peristiwa sejarah. Dicarinya hubungan antara fakta-fakta dan sampai kepada asal dan lawan.
Untuk memudahkan masalahn gerak sejarah, perlu di kaji secara analitik tentang pelaku dan apa isi sejarah itu. Sejarah adalah sejarah manusia, peran sejarah  adalah manusia, penulis dan peminat sejarah adalah manusia juga, maka manusia harus di pandang sebagai inti permasalahan tersebut.

    B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Pengertian Filsafat Sejarah ?
2.    Apa saja Hakikat Sejarah ?
3.    Bagaimana Sumber Prima Causa Gerak dan Tujuan Sejarah ?
4.    Bagaimana Gerak Sejarah dan Tujuannya ?

    C.    Tujuan
1.    Untuk Mengetahui  Pengertian Filsafat Sejarah
2.    Untuk Mengetahui  Hakikat Sejarah
3.    Untuk Mengetahui  Sumber Prima Causa Gerak dan Tujuan Sejarah
4.    Untuk Mengetahui  Gerak Sejarah dan Tujuannya

BAB II
PEMBAHASAN
I.     Pengertian Filsafat Sejarah
Filsafat Sejarah Kajian ilmu sejarah mengkaji masalah waktu dan peristiwa. Jadi filsafat sejarah adalah ilmu filsafat yang ingin member jawab anatas alas an dan alas an untuk menemukan sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin sebab-sebab terakhir dan juga ingin memberikan jawaban atas sebabdan sayang segala sesuatu untuk istiwa sejarah .Filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan serta benusaha masuk kepikiran dan cita-cita manusia sendiri dan memberikan keterangan tentang hagaimana mengatas Negara, bagaimana proses pembangunan pertaniannya samapai mencapai puncak kejayaannya dan berkembang kemunduran seperti permadi alami Oleh Negara-gatra differences PADA zaman Yang Lalu Disertai Peran Pemimpin Terkenal sebagai subjek Pembuat Sejarah PADA zamannya. Menurut Prof. Sartono Karodirdjo, filosofi sejarah adalah salah satu bagian yang memerlukan jawaban terhadap pertanyaan tentang proses prakiraan sejarah. Manusia berbudi tidak puas dengan pengetahuan sejarah, dicarinya makna yang menguasai peristiwa sejarah. Dicarinya hubungan antara fakta-fakta dan sampai kepada asal dan lawan. Kekuatan apakah yang menggerakkan sejarah kearah dipindahkan? Bagaimara proses terakhimya situ sejarah?. Sedangkan Menurut Dr. Zaenab Al Ku dari mengemukakan fisafat sejarah merupakan Suatu tinjauanTerhadap Peristiwapesejarah peristiwa dengan tujuan untuk mengetahui fakta-fakta esensial yang mengendalikan perjalanan peristiwa sejarah.Kedudukan dan status filsafat sejarah merupakan cabangdari filsafat yang berkaitan dengan sejarah sebagai ilmu (yang memiliki sistematika). Dalam sistematika tersebut tidak ada yang namanya filsafat sejarah maka lebih penting sebagai anak cabang atau ranting dari ilmu sejarah.[1] Adapun masalah-masalah pokok dalam filsafat sejarah yaitu:

    A.    Hakikat Sejarah
Sejarah adalah ilmu yang mandiri,artinya filsafat ilmu, permasalahan, penjelasan sendiri. Itulah hakikat dan intisari sebuah ilmu, termasuk sejarah dan filsafat sejarah. Hakikat sejarah terbagi dari beberapa beberapa fungsi, yaitu menafsiran, memhahami, mengerti. Dimulai dari kekhasan sejarah sebagai ilmu, Wilhelm Dilthey (1833-1911) membagi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu tentang dunia "luar" atau naturwirseschaften (ilmu-ilmu alam) dan ilmu tetang dunia "dalam" atau geisteswissenschaften (ilmu-ilmu emanusiaan. IHumanities, human studies, cultural sciences). Dalam ilmu-ilmu kemanusiaan terdapat sejarah, ilmu ekonom, sosiologi, filologi, dan kritik satra.
Kekhasan ilmu ilmu searah itu jelas, yaitu harus ada pendekatan khusu untuk menerangkan segala gejala sejarah (pristiwa, tokoh, perbuatan, pikiran, dan perkataan). Pedektan yang digunakan untuk naturwissechafien tidak sesuai dengan hakikat geistes-wissenschaften. Abrasi pentai, tanah longsor, banjir bandang, dan peristiwa alam yang lain memang dapat di "analisis" tetang sebab-akibat yang pasti berdasar teori ilmu yang di peroleh secara komulaif. Demikian pula halnya dengan gejala teknik, kedokteran, asrtonomi, peternakan, geologi, darn sebagainya, tidak sesuai dengan sejarah. Istilah "penjelasan" memadai untuk menerangan segala gejala sejarah.[2]
Hakikat sejarah lain adalah bahwa sejarah memanjang dalam waktu, dan terbatas dalam ruang waktu. Ada satu aspek sejarah yang di lupakan Dilthey: sejarah adalah proses, sejarah adalah  perkembangan. Kekurangan itu dalam perjalanan disiplin ilmu sejarah digenapi Jhon Galtung dalam thory and method of social resarh.
Menurut Galtung sejarah adalah ilmu diakronis dan chronicus, sedangkan ilmu sosial yang lain adalah ilmu sinkronis dan chronicus. Sejarah disebut ilmu diakronis sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas. Sebaliknya, ilmu sosial lain (sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, antropologi) adalah ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang, tetapi dalam waktu yang terbatas.
Hakikat Sejarah lainnya adalah bahwa sejarah menuturkan gejala tunggal. Sejarah, sebagaimana social science yang lain, mempunyai penceritaan (description) dan penjelasan (explanation). Akan tetapi, sejarah berbeda dengan ilmu sosial lain. Dalam penceritaan, sejarah bersifat menuturkan gejala tunggal (indiographic, singulahzing).
Apa yang dapat dipahami dari hakikat sejarah adalah sejarawan itu harus jujur, tidak menyembunyikan data, dan bertanggung jawab terhadap keabsahan datadatanya. Di sinilah, hakikat sejarah akan muncul dan terbuka.
      B.     Sumber Prima Causa Gerak dan Tujuan Sejarah.
I.     Pendahuluan.
Filsafat sejarah adalah spekulatif merupakan suatu perenung filsafati mengenai tabiat atau sifat-sifat gerak sejarah, schingga di ketahui struktur dalamyang terkandung dalam proses gerak sejarah dalam keseluruhnya. Menurut Ankersmit, umumnya terdapat 3 hal yang menjadi kajian filsafat sejarah spekulatif, jatuh pola gerak sejarah motor yang menggerakan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah melalui 3 hal ini lebih-lebih untuk hal ketiga, sistem sejarah spekulatif tidak hanya berbeda dengan pengkajian sejarah "biasa" tetapi juga, dalam mengungkapkannya mengenai masa silam.[3]
Mengenai motor penggerak sejarah, al-kudhri (1987: 54) menyebutkan bahwa para pemikir berbeda pendapat mengenai faktor utama yang mengendalikan perjalanan sejarah. Ia mencatat ada 3 pendapat berikut:
1.      Allah adalah satu-satunya faktor yang mengendalikan perjalanan sejarah.
2.      Tokoh-tokoh pahlawanlah yang membuat dan menggerakan sejarah (manusia).
3.      Faktor ekonomi.
II.     Sumber.
Untuk memudahkan masalahn gerak sejarah, perlu di kaji secara analitik tentang pelaku dan apa isi sejarah itu. Sejarah adalah sejarah manusia, peran sejarah  adalah manusia, penulis dan peminat sejarah adalah manusia juga, maka manusia harus di pandang sebagai inti permasalahan tersebut. Oleh karena itu dapatlah dimengerti bahwa munculnya masalah itu di pandang sebagai akibat pendapat manusia tentang dirinya, yaitu:
1.      Manusia bebas menentukan nasibnya sendiri, dalam istilah internasional otonom
2.      Manusia tidak bebas menentukan nasibnya, nasib manusia di tentukan kekuatan diluar kekuatan dirinya, manusia disebut heteronom.
Menurut para filsuf sejarah, mengikuti metode kontemplatif terdapat tiga pola gerak sejarah berjalan sesuai dengannya, yaitu :
1.      Sejarah berjalan menelusuri garis lurus melalui jalan kemajuan yang mengarah kedepan atau kemunduran yang bergerak kebelakang.
2.      Sejarah berjalan dalam daur kultural yang dilalui kemanusiaan baik daur saling terputus, dan dalam kebudayaan yang tidak berkesinambungan atau daur-daur itu saling berjalin dan berulang kembali.
3.      Gerak sejarah tidak selalu mempunyai pola-pola tertentu Para filsuf sejarah sering mencampur adukan krtiga pola ini dalam menginterpretasikan gerak sejarah.

     C.    Gerak Sejarah dan Tujuannya
1.      Gerak Sejarah Maju.
Ide gerak sejarah sering dikemukakan oleh para filsuf yang cenderung mengkukuhkan perbuatan manusia dan pencapaiannya, dalam sejarah.[4] Asal ini kemajuan ini bisa diacu pada pendapat-pendapat sahakian dan descartes, dua panji kebangkitan ilmia di barat.
Pada akhir abad ke-19, ide ini semakin tersebar luas, yaitu pada waktu terjadi polemik antara pengikut sastrawan dan kritisi lama dengan sastrawan dan kritisi baru. Sejarah kemunculannya teori kemajuan erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan.seuam para penganut teori ini Pada dasarnya di tegakkan di atas kemajuan yang di raih kemanusian dalam sebgai ilmu pengetahuan, yang membuat tersingkaprya sebagian hal yang tidak diketahui sebelumnya, dan di antara hasilnya adalah masa pencerahan dengan optimisme dan rasa percaya terhadap masa depan yang erat berkaitan denganya, keinginan untuk mengendalikan alam, peremehan masa lalu dengan segala khurafatmya, dan keinginan untuk mengusai pembuatan sejarah.
Teori kemajuan ini di deskripsikan oleh para pendukungnya scbagai suatu proses akumulatif sepanjang masa. Oleh karcna itu, orang-orang di zaman modern, dengan sarana dan ilmu penegtahuan yang mereka miliki, lebih maju dari pada orang-orang zaman dahulu di bidang ilmu pengetahuan dan idustri. Meskipun ada harapan dan niat baik para pendukung teori kemajuan dengan berbagaia aliran filosofinya, teori ini banyak mendapat keritikan sebagai kritikan lersebut berkenaan dengan metode penelitian yang di pakai dan sebagian lagi berkenaan dengan nilai-nilai yang mereka kemukakan. misalnya, seperti di kemukakan beberapa peneliti, kritik mereka yang keras terhadap zaman pertengahan dengan norma-norma zaman modern.[5]
2.      Gerak sejarah mundur
Kini kita beralih pada bentuk lain dari konsep beberapa peneliti tetang gerak sejarah. Sebagian ahli menganut icie gerak maju kemanusiaan sebagian lagi menyatakan bahwa kemanuasiaan bergerak mundur. Akan tetapi, ide gerak mundur historis ini tidak di perbincangkan bayak filsuf, tidak seperti halnya dalam kalangan awam sering memunculkan keluhan terhadap zaman dan kerinduan terhadap masa lalu, dengan kebaikan, kejayaan, dan keutamaan yang di milikinya.
Pesimisme historis ini timbul, kadang-kadang, dari perasaan manusia yang meresakan kebrutalan masanya dan runtuhn ya nilai-nilai estetis danetis dalam kalangan banyak orang. Di antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan demikian adalah terjadinya peperangan yang menghancurkan sirnanya harapan atas perdamaian, dan perealisasian kemakmuran yang selalu berulang, dan sikap para tokoh agama terhadap kritik sosial atas etika masa yang sedang berlangsung. Walaupun terjadi kemajuan berbgai sistem sosial yang bisa diamati, beberapa pemikir sering menyatakan ketidakmampuan kemanusiaan untuk mencapai kemajuan yang real.
Goethe, misalnya berpendapat,"kini, manusia menjadi lebih cerdas dan sadar, tetapi ia tidak menjadi lebih berbahagia dan bermoral sementara Georges Sorel menentang para filsuf kemajuan dan para penyusun teoriteori perkembangan sosial politik memandang para tokoh yang searah dengan Fovilles sebagai para penipu yang berkelebihan, sewaktu mereka menyatakan bahwa menyadari terjadinya peningkatan perasaan kehormatan manusiawi, kebehasan, dan individualitas dalam kalangan masyarakat dengan maju dan tersebar luasnya demokrasi.
Pesimisme dalam memahami sejarah seperti itu, meskipun pada substansinya mengandung penghancur konsepsi kemajuan seperti yang dikenal, tidak menyatakan secara tewrang-terangan gerak sejarah yang mundur sebab ia mengungkapkan sinanya keyakinan atas keintegralan rasio maniusia, kesempurnaannya, dan kemampuannya untuk berhasil mengaktualisasikan diri dan berkembang, yaitu keyakinan yang begitu besar daya tarik dan pengaruhnya selama abad-abad pertama zaman modern. Oleh karena itu, masih banyak penulis modern yang menganut ide kemajuan, meskipun ide itu sendiri mendapat banyak kritikan dan meskipun sejumlah filsuf merasa bahwa kebudayaan manusia modern hampir di ambang kehancuran.[6]
Sebagai penutup uraian ringkas tentang ide gerak sejarah yang mundur menuju kehancuran, seperti dikemukakan sejumlah pengkaji, dapat dinyatakan bahwa seorang penelitih yang jujur tidak bisa membatasi perjalanan tertentu dari kebudayaan bahwa bergerak maju kedepan atau mundur ke belakang. Ini karena setiap kebudayaan mengalami kemajuan atau kemunduran sebab masa lalunya tidak selalu bisa menjadi indikator masa depannya dan penguasaan intelektualnya terhadap alam pun tidak selalu menunjukkan kemajuannya yang menyeluruh. Untuk itu, perbincangan tentang masalah ini tidak akan diperpanjang lagi dan kini  kita beralih pada pola lain dari gerak sejarah, seperti dikemukakan para penulisan modern.
3.      Gerak Sejarah Daur Kultural.
Teori daur kultural merupakan salah satu teori para pengasas filsafat kontemplatif sejarah, yaitu konsepsi mereka tentang gerak sejarah biasanya tidak lepas dari upaya untuk menyingkapkan pala dan waktu ritmenya. Di samping kelompok yang menganut ide gerak sejarah yang maju atau mundur, seperti telah diuraikan, ada kelompok yang menyatakan bahwa sejarah mempunyai daur kultural yang mengulang kembali dirinya sendiri dalam satu bentuk atau lainnya. Ibn Khaldun, Vico, Spengler, dan Toynbee dipandang sebagai para tokoh teori ini, meskipun sesama mereka tidak seiring pendapat mengenai perincian teori ini dan dimensi-dimensi sosial, historis, dan filosofinya.[7]
4.      Gerak Sejarah Menurut Hukum Fatum.
Alam pikiran Yunani menjadi dasar alam pikiran Barat. Salah satu sendi penting adalah anggapan tentang manusia dan alam.pada dasmya, alam raya sama dengan alam kecil, yaitu manusia, macrocosmos sama dengan microcosmos. Cosmos menunjukkan bahwa alam itu teratur dan di alam itu, hukum alam berkuasa. Cosmos bukan chaos atau kekacauan. Hukum apakah yang berlaku dalam macro dan microcosmos? Alam raya dan alam manusia dikuasai oleh nabi (qadar), yaitu suatu kekuatan gaib yang menguasai microcosmos dan microcosmos. Perjalanan alam semesta ditentukan oleh nasib, perjalanan matahari, bulan, bintang, manusia, dan sebagainya tidak dapat menyimpang dari jalan yang sudah ditentukan oleh nasib. Hukum alam yang menjadi dasar scgala hukum cosmos adalah hukum lingkaran atau hukum siklus. Setiap kejadian atau setiap peristiwa akan terjadi lagi, terulang lagi.
Arti hukum siklus adalah bahwa setiap kejadian atau peristiwa tertentu akan terulang (siklus A, B, dan C). Seperti matahari yang setiap pagi terbit, demikian pula setiap peristiwa akan terulang kembali. Oleh karena itu terdapat dalil bahwa di dunia tidak terdapat sesuatu (peristiwa) yang baru sebab segala sesuatu berulang hukum siklus.
5.      Paham Santo Agustinus.
Paham fatum Yunani kemudian menjelma dalam agama Nasrani sebagai paham ketuhanan dengan sifat-sifat yang sama:
a.       Kekuatan tunggal fatum menjadi Tuhan.
b.      Serba keharusan, menurut rencana alam, menurut ketentuan paham yang menjadi kehendak Tuhan.
c.       Sejarah sebagai wujud qadar menjadi sejarah sebagai wujud kehendak Tuhan.
Kesimpulan dari penjelasan hukum cakra manggilingan, adalah bahwa manusia bebas meneatukan nasibnya sendiri.
Tujuan gerak sejarah adalah terwujudnya kehendak Tuhan, yaitu Civitas Dei atau kerajaan Tuhan. Apabila Civitas Dei itu menjadi wujud belum diketahui, yaitu sebelum dan sesudah kiamat, nyatalah bahwa Tuhan akan mengadakan pemilihan. Barang siapa taat dan menerimam kehendak Tuhan akan diterima di surga, dan barang siapa menentang kehendak Tuhan akan menjadi penduduk neraka. [8]
Menurut paham ini, masa sejarah adalah masa percobaan, masa ujian bagi manusia. Kehendak Tuhan harus diterima dengan rela dan iklas, dan manusia tidak dapat melepaskan diri dari kodrat ilahi. Keharusan kodrat ilahi menurut paham ini ditambah dengan ancaman di akhirat, yaitu masuk civitas diaboli (kerajaan iblis) atau neraka.
Zaman lampau sebagai perwujudan kehendak Tuhan merupakan ceminan atau hikmah mengetahui kodrat ilahi. Zaman yang akan datang adalah medan perjuangan untuk mendapat tempat di civitas Dei. Oleh karena itu, peri kemanusian  ditunjukan pada Civitas Dei, pada akhirat, kecemasan dan ketakutan meliputi seluruh alam pikiran itu. Apakah nasib yang akan diterima kelak? Fiat Voluntas tua, kehendak Tuhan terlaksanalah. Manusia menyelah kepada kendak Tuhan, ia menerima segala sesuatu, menyerahkan nasib kepada gereja.
Demikianlah, pandangan sejarah Eropa masa abad pertengahan, manusia hanya menanti-nantikan kedatangan Civitas Dei. Gerak sejarah bermata air kodrat ilahi dan bermuara pada Civitas Dei.

6.      Masa Renaisans.
Pada masa reaisans, pengaruh gereja mulai berkurang. Perhatian manusia berubah dari dunia-akhirat pada dunia-fana, kepercayaan pada diri pribadi sendiri bertambah dalam diri manusia. Sifat menyerah pada nasib berkurang dan harga diri memperkuat semangat terdorong ke arah pengertian tentang kehendak Tuhan. [9]
Gerak sejarah berpangkal pada kemajuan (evolusi), vaitu keharusan yang memaksa segala sesuatu untuk maju. Gerak sejarah menuju arah kemajuan yang tidak ada batasnya. Evolusi tak terbatas adalah tujuan manusia. Abad ke-18 dan 19 merupakan masa revolusi jiwa yang luar biasa, yaitu suatu revolusi yang mematahkan kekuatan heteronomi. Hukum siklus yang mengekang daya pencipta menjadi lenyap kekuatannya. Lingkaran cakra manggilingan diterobos dan gerak sejarah tidak berputar-putar lagi, tetapi maju menurut garis lurus yang tidak ada akhimya.
Paham historical materialism menerangkan bahwa pangkal gerak sejarah adalah ekonomi. Gerak sejarah ditentukan oleh cara-cara menghasilkan barang kebutuhan masyarakat (produksi). Cara produksi menentukan perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu ditimbulkan oleh pertentangan kelas. Gerak sejarah terlaksana dengan pasti menuju arah masyarakat yang tidak mengenal pertentangan kelas. Tujuan sejarah adalah menciptakan kebahagiaan untuk setiap manusia. Dengan demikian, kelas manusia istimewa akan lenyap pada saat masyarakat tanpa kelas dapat diwujudkan.
Manusia pada dasarnya tidak bebas, tidak otonom dalam arti luas, sebab, semua perabahan terjadi tanpa persetujuan manusia. Manusia hanya dapat mempercepat jalan gerak sejarah dan tidak dapat mengubah atau menahan gerak sejarah. Kebebasan manusia sangat terbatas oleh keharusan ekonomi. Gerak sejarah tidak memerlukan Tuhan, tidak memerlukan fatum, tidak memerlukan manusia agar terlaksana. Sejarah berlangsung dengan sendirinya, yaitu karena pertentangan kelas. Gerak sejarah bersifat mekanis, seperti jam tangan yang setelah diputar berjalan dengan sendirinya, manusia menjadi alat dari dinamika ekonomi. [10]
Demikianlah, secara singkat paham historical materialism yang dicetuskan oleh Karl Marx dan Frederick Engels di jelaskan bahwa otonomi yang dibanggakan manusia abad 19 sebetulnya hanya pembebasan dari Tuhan dan penambatan dari hukum ekonomi. Dunia yang tersedia ini tidak untuk dipikirkan, tetapi harus diubah menurut kehendak manusia menurut hukum alam. Sejarah menjadi perjuangan manusia untuk menciptakan dunia baru untuk kebahagian manusia. Pada abad ke-20 historical materialism diperjuangkan olch Partai Komunis.
7.      Tafsiran Sejarah Menurut Oswald Spengler (1880-1936)
Karya Oswald Spengler yang berpengaruh adalah Der Untergang des Abendlandes (Decline of the West) atau keruntuhan Dunia Barat/Eropa. Spengler meramalkan keruntuhan Eropa yang didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentykan oleh hukum alam. Dalil Spengler adalah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalanya sama dengan kehidupan tumbuhan, hewan, manusia, dan alam semesta.persamaan itu berdasarkan kehidupan yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari fatum.
Gerak sejarah tidak bertujuan apa pun, kecuali melahirkan, membesarkan, mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan. Spengler menyelidiki kebudayaan Barat. Setelah membandingkan kebudayaan Barat dengan sejarah kebudayaankebudayaan yang sudah tenggelam, ia berkesimpulan:
a.    Kebudayaan Barat sampai pada masa tua (musim dingin), yaitu civilization
b.    Sesudah civilization itu, kebudayaan Barat pasti akan runtuh
c.    Bangsa Barat harus bersikap berani menghadapi keruntuhan itu
Tujuan mempelajari sejarah adalah mengetahui cara suatu kebudayaan didiagnosis, seperti seorang dokter menentukan penyakit si penderita. Nasib kebudayaan dapat diramalkan, sehinggal untuk seterusnya, kebudayaan itu dapat menentukan sikap hidupnya.
8.       Tafsiran Arnold J. Toynbee.
Arnort J. Toynbee mengarang buku A Study of hitory tahun 1933. Teori Toynbe di dasarkan atas penel itian terhadap 21 kebudayaan yang sempurna dan 9 kebudayaan yang kurang sempurna. Kebudayaan yang sempurna antara lain: yunani, romawi, maya, hindu, barat/atau eropa, dan yang kurang sempurna, anatara lain eskimo, sparta, polinesia, turki. Kesimpulan Toynbee adalah bahwa gerak sejarah tidak memiliki hukum tertentu yang menguasai dan mengatur timbul tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan dengan pasti. Kebudayaan (civilization) menurut Toynbee adalah wujud kehidupan golongan seluruhnya. Menurutnya, gerak sejarah berjalan menurut tingkatan-tingkatan berikut:[11]
a.       genesis of civilizations, yaitu lahirnya kebudayaan
b.      grawth of civilizations, yaitu perkembangan kebudayaan
c.       declein of civilizations, yaitu keruntuhan kebudahyaan
d.      breakdown of cilivizations, yaitu kemerosotan kebudayaan
e.       disintragion of cilivizations, yaitu kehancuran kebudayaan
f.       disolution of cilivizations,yaitu hilang dan lenyapnya kebudayaan.
9.      Teori pitirim sorokin
Pitirin sorokin adalah ilmuan Rusia yang mengungsi ke Amerika Serikat sejak revolusi komunis 1917. la adalah seorang sosiolog. Karangannya yang terkenal adalah: cocial cultural and Dynamics (1941), the Crisis Of Our Age (1941), dan Society, culture, and personality (1947). Sorokim mengemukakan teori yang berbeda. Ia menerima teori siklus seperti hukum ala Spengler dan menolak teori Karl Marx. Sorokim juga menolak teori Agustinus dan Toynbee yang menuju arah kerajaan Tuhan.
la menilai gerak sejarah dengan gaya, irama, dan corak ragam kayaraya yang di permuda, dipersingkat, dan di sederhanakan sehingga menjadi teori siklus. la menyatakan gerak sejarah menuju fluctuation of agtuag, yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam. la menyatakan adanya cultural universal dan di dalam alam kebudayaan terdapat masyarakat dan aliran kebudayaan. Di alam yang luas ini terdapat tiga tipe tertentu, yaitu:
1.      Ideational, yaitu kerohanian, ketuhanan, keagamaan, dan kepercayaan.
2.      Sensate, yaitu serba jasmania, mengenai keduniawian, bersifat pada panca indra.
3.      Paduan antara ideational-sensate yaitu idealistik, yaitu suatu komromis.
     D.     Sifat Gerak Sejarah.
Berdasarkan teori-teori yang menberikan arah dan tujuan dari geraka sejarah dapat di simpulkan sebagai berikut:
1.      Pelaksanaan kehendak tuhan, gerak sejarah di tentukana oleh kehendak Tuhan dan menuju arah kesempurnaan manusia menuju kehendak mengubah nasibnya. Akhir gerak sejarah adalah kerajaan Tuhan (civitas dei) bagi yang dapat di terima tuhan dan kerajaan setan (cuvitas diabolli) bagi yang ditolak oleh tuhan.
2.      Paham evolusi, terdapat pula paham historical materialism yang menentukan sejarah tanpa kelas adalah tujuan sejarah masyarakat tak berkelas adalah tujuan gerak sejarah setelah melalui masa kapitalis.
3.      Reaksi terhadap paham evolusi menghasilkan beberapa aliran baru yaitu sebagai berikut:[12]
a.    Aliran menuju ketuhanan
b.    Aliran irama gerak sejarah
c.    Aliran kemanusiaan
Demikianlah, sifat gerak sejarah sebagai daya penggerak manusia untuk menciptakan dunia baru yang bersifat positif dan optimistis. Manusia mampu dan dapat mengubah dunia serta menentukan iasib sendiri sampai merai tujuan geraknya sendiri, sehingga gerak, sifat dan tujuan menjadi satu paket yang tidak dapat di pisahkan dalam rentetan sejarah.[13]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk berpikir, dan pengetahuan, dengan
pikiran manusia mendapatkan ilmu, dan dengan kehendaknya manusia memperoleh pengetahuan. Berpikir merupakan cara manusia mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Filsafat adalah hasil dari berpikir. Namun tidak semua berpikir bisa disebut filsafat. Karena filsafat adalah berpikir menggunakan nalar. Untuk mengkaji ilmu di perlukan filsafat ilmu. Sebab filsafat sejarah merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal kajian sejarah.
DAFTAR PUSTAKA 
Setiadi , Dr. H. Darun, M,Si, 2012. Filsafat Sejarah, Bandung : CV. Pustaka Setia.


 
https://www.academia.edu Akses, 07 April 2019


[1] https://www.academia.edu Akses, 07 April 2019

[2] Dr. H. Darun Setiadi, M,Si, Filsafat Sejarah”, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2012), hlm 47.
[3] Dr. H. Darun Setíadi, M.Si, "Flsafat Sejarah"... hlm. 56
[4] Dr. H. Darun Setíadi, M.Si, "Flsafat Sejarah"... hlm. 58
[5] Dr. H. Darun Setiadi, M.Si, "Filsafat Sejarah"...hlm. 62
[6] Dr. H. Darun Setiadi, M.Si, "Filsafat Sejarah"...hlm. 65.
[7] Dr. H. Darun Setiadi, M.Si, "Filsafat Sejarah"...hlm. 66
[8] Dr. H. Darun Setiadi, M.Si, "Filsafat Sejarah"...him. 67
[9] Dr. H. Darun Setiadi, M.Si, "Filsafat Sejarah"...him. 68.
[10] Dr. H. Darun Setiadi, M.Si, "Filsafat Sejarah"...him. 69
[11] Dr. H. Darun Setiadi, M.SI, "Fisafat Sejarah"...hlm. 71.
[12] Dr. H. Darun Setiadi, M.Si, "Filsafat Sejarah"...hlm. 72.
[13] Dr. H. Darun Setíadi, M.Si, "Flsafat Sejarah"... hlm. 73-75.

No comments:

Post a Comment