1

loading...

Monday, August 12, 2019

MAKALAH PENDIDIKAN ANAL DALAM KELUARGA “Inetraksi Perngasuhan dalam Keluarga”


MAKALAH PENDIDIKAN ANAL DALAM KELUARGA

“Inetraksi Perngasuhan dalam Keluarga”




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak hingga menjadi dewasa. Karena itu keluarga sebagai lembaga pertama dalam kehidupan anak akan memberikan pola dan corak bagi konsep diri anak yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangannya. Pengalaman interaksi dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat. Kesalahan interaksi dalam keluarga yang dikarenakan kurang optimalnya anggota keluarga dalam melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing dapat menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga. Pandangan konstruksi perkembangan percaya bahwa ketika individu itu tumbuh mereka mendapatkan model berhubungan dengan orang lain. Ada dua variasi utama dalam pandangan ini yang satu menekankan kontinuitas dan stabilitas dalam hubungan (pandangan kontinuoitas) dan satu lagi berfokus pada diskontinuitas dan perubahan dan hubungan (pandangan diskontinuitas). Bagi sebagian orang, peran orang tua direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik. Bagi orang lain, peran orang tua datang sebagai kejutan.
Ada banyak mitos tentang pengasuhan, termasuk mitos bahwa kelahiran anak akan menyelamatkan perkawinan yang gagal. Tren yang makin berkembang adalah memandang orang tua sebagai manajer atas kehidupan anak. Orang tua memegang peranan penting sebagai manajer atas kesempatan anak, dalam memantau hubungan anak dan sebagai inisiator dan pengatur hubungan sosial. Orang tua perlu menyesuaikan pengasuhan mereka seiring dengan bertambahnya usia anak, mengurangi penggunaan manipulasi fisik dan lebih menggunakan logika dan prosesnya. Orang tua menghabiskan waktu yang lebih sedikit dalam perawatan, instruksi, membaca, berbincang dan bermain dengan anak pada pertengahan masa kanak-kanak dibandingkan dengan pada awal masa perkembangan anak. Pada pertengahan dan akhir masa kanak-kanak, kontrol menjadi lebih bersifat regulasi bersama. Otoritarian, otoritatif, mengabaikan dan menuruti adalah empat kategori utama gaya pengasuhan. Pengasuhan otoritatif diasosiasikan dengan perilaku sosial anak yang lebih kompeten dibanding dengan gaya yang lain. Ada sejumlah alasan untuk tidak menggunakan hukuman fisik dalam mendisiplinkan anak dan dibeberapa negara hukuman fisik telah dilarang. Perlakuan yang salah terhadap anak adalah dengan banyak sisi. Memahami perlakuan yang salah terhadap anak membutuhkan informasi tentang konteks budaya dan pengaruh keluarga. Perlakuan yang salah terhadap anak membuat anak beresiko mengalami sejumlah masalah perkembangan. Pengasuhan yang baik membutuhkan waktu dan usaha.

B.     Rumusan Masala
    1.      Bagaimana Definisi Interaksi?
    2.      Bagaimana Pengasuhan Anak Dalam Keluarga?
    3.      Bagaimana Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola Asuh Terhadap Anak Dalam Keluarga?
   4.      Bagaimana Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi ?
   5.      Bagaimana Keterkaitan Antara Interaksi Dengan Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga?

C.     Tujuan
    1.      Untuk mengetahui Definisi Interaksi
   2.      Untuk mengetahui Pengasuhan Anak Dalam Keluarga
   3.     Untuk mengetahui Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola Asuh Terhadap Anak Dalam Keluarga
   4.      Untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi 
    5.      Untuk mengetahui Keterkaitan Antara Interaksi Dengan Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Interaksi
Interaksi  adalah hubungan timbal balik antarindividu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya. merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.[1]
Menurut Bonner ( dalam Ali, 2004) merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
Menurut Shaw. Interaksi sosial  adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.
Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi
1.      kontak sosial
Kontak sosial tidak hanya dengan bersentuhan fisik, seperti berkomunikasi secara langsung/tatap muka, berdiskusi, bermain dan lain sebagainya.
2.      komunikasi sosial
Dengan perkembangan teknologi manusia dapat berhubungan tanpa bersentuhan, tanpa bertemu langsung. Misalnya  melalui telepon, telegrap dan lain-lain.

B.     Pengasuhan Anak Dalam Keluarga
1.      Pengertian pengasuhan
Pengasuhan merupakan  cara mengasuh anak mencakup yaitu pengalaman, keahlian, kualitas, dan tanggungjawab yang dilakukan orang tua dalam mendidik dan merawat anak, sehingga anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia berada atau tinggal.   Pengasuhan sering  disebut juga “parenting” adalah proses menumbuhkan dan mendidik anak dari kelahiran anak hingga anak memasuki usia dewasa dan mampu menjadi individu yang mandiri.[2]
2.      Pola asuhan anak dalam keluarga
Usaha orang tua dalam membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa (18 tahun). Selain itu, yang dimaksud dengan  pola asuh adalah kegiatan kompleks yang meliputi banyak perilaku spesifik yang bekerja sendiri atau bersama yang memiliki dampak pada anak. Tujuan utama pola asuh yang normal adalah menciptakan kontrol. Meskipun tiap orang tua berbeda dalam cara mengasuh anaknya, namun tujuan utama orang tua dalam mengasuh anak adalah sama yaitu untuk mempengaruhi, mengajari dan mengontrol anak mereka.[3]
Beberapa cara yang bisa dilakukan  untuk membuat anak menjadi lebih pintar sebagai berikut:
a.       pemberian ASI, asi merupakan makanan otak yang paling dasar. Anak yang mengkomsumsi asi eksklusif akan memiliki tingkat kepintaran yang tinggi.
b.      Bermain permainan yang berfikir, bermain catur, teka-teki, selain menyenagkan juga mendukung strategi berfikir anak, bagaimana cara menyelesaikan masalah dan membuat keputusan yang kompleks.
c.       Bermain musik,
d.      Membiasakan berolahraga, hubungan yang kuat antara kebugaran dan prestasi akademik, semakin anak sehat maka semakin semangat anak untuk belajar.
e.       Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya
f.       Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, mudah sedih dan tertekan.
g.      Pola Asuh Otoritatif
P    ola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua.
3.      Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangakan Kecerdasan Motorik, Kognitif, Emosi, Intelektual,Dan Sosial Anak
Anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologi. Ada fase-fase perkembangan yang dilalui dan anak menapilkan perilaku sesuai dengan cirri-ciri fase perkembangan tersebut. anak pada dasar senang meniru, karena salah satu proses pembentukan perilaku meka peroleh dengan cara meniru. Orang tua dituntut untuk memberikan contoh-contoh yang baik yang nyata akan hal-hal yang baik.
a.       Pengasuhan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan kognitif anak antara lain:
b.      Meceritakan dongeng pada anak sebelum tidur.
c.       Memperdengarkan dan mengajari anak dalam bernyanyi serta bermain musik.
d.      Mengajak anak untuk mengimajinasikan dalam bentuk gambar atau lukisan.
e.       Mengajak anak untuk melakukan eksperimen, misalnya mengajak anak untuk memasak bersama.
f.       Mengasah kemampuan mengingat anak dengan bermain puzzle.
g.      Mengajak anak dengan bermain tebak-tebakan.
h.      Mengajak anak dengan bermain peran/drama.
i.        Pengasuhan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan motorik anak antara lain:
j.        Mengajak anak bermain dihalaman rumah, seperti main ayunan, menanam bunga dan lain-lain.
k.      Mengajak anak dengan bermain petak umpet
l.        Mengajak anak membersihkan halaman dan lain sebagainya.
Motorik dapat diartikan sebagai proses belajar keahlian gerak dan penghalusan kemampuan motorik yang memdukung kemahiran dan tumbuh kembang anak.[4]
Perkembangan motorik kasar pada anak usia dini, memiliki rangkaian tahapan yang berurutan, anak harus melalui tahapan-tahapan khusus dan menguasai setiap tahapan sebelum menuju ketahapan selanjutnya. Pembelajaran motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan anggota tubuh anak.
Perkembangan motorik halus ialah pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik anak yang melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dan tangan. Koordinasi ini dimulai dengan pembawaan dan stimulus yang diperolehnya.
a.       Perkembangan emosi anak
Emosi pada anak berkembang sesuai dengan usia anak pada umumnya. Anak-anak usia 1-2 tahun, umumnya menujukkan rasa ketidaksukaannya atau marah, menangis, dan lain sebagainya. Sebenarnya ituklah cara mereka mengungkapkan emosinya.
b.      Perkembangan intelektual
Perkembangan intelektual adalah perkembangan yang datang secara alami. Perkembangan ini berhubungan dengan perkembangan kemampuan berbicara atau berbahasa pada anak.setiap hari anak akan mendengar, menangkap pembicaraan dan mengeluarkan pembicaraan lewat untaian kata-kata.
c.       Perkembangan sosial anak
Anak usia dua tahun lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain. Mereka juga lebih egois dan memiliki rasa ingin menang sendiri yang tinggi, seperti berebut mainan dengan teman seusianya atau mengambil sesuatu yang dia sukai walau bukan miliknya. Selain bermain anak-anak juga akan melakukan komunikasi dengan teman bermainnya.

C.    Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola Asuh Terhadap Anak Dalam Keluarga
Pola asuh di atas harus disesuaikan dengan determinasi yang jelas antara hak dan kewajiban anak, tetapi terutama hak anak. Hak anak yang dimaksud ialah bermain, belajar, kasih sayang, nama baik, perlindungan, dan perhatian. Pengasuhan erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga atau rumah tangga dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan serta bagi anggota keluarga lainnya. Keluarga juga merupakan pendidik paling vital bagi anak yang menjadi tempat anak untuk menemukan pengetahuan yang berada di lingkungan keluarga.[5]
1.      Fungsi Biologis.
Secara biologis, keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu. Berkaitan dengan fungsi ini, pola asuh anak di bidang kesehatan juga harus mendapat perhatian para orangtua.
2.      Fungsi Pendidikan dan Fungsi Perlindungan
Orangtua menjadi pemegang peran utama dalam proses pembelajaran anak-anaknya, terutama di kala mereka belum dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan, bimbingan dan pendampingan, dan teladan nyata. Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul.
3.      Fungsi Religius
Para orangtua dituntut untuk mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenal kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan. Di sini para orangtua diharuskan menjadi tokoh inti dan panutan dalam keluarga, untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya.  Berkatian dengan pola asuh anak di bidang agama, banyak orangtua sepakat bahwa agama adalah solusi terakhir dan tertinggi bagi setiap persoalan hidup anak-anak mereka. Di titik ini para orangtua harus menyadari fungsi mereka sebagai  teladan atau pemberi contoh terlebih dahulu.

D.    Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi 
1.      Imitasi
Faktor imitasi mempunyai peran yang sangat penting dalam prosesi interaksi. Imitasi adalah proses meniru perilaku dan gaya seseorang yang menjadi idolanya. Tindakan meniru dilakukan dengan belajar dan mengikuti perbuatan orang lain yang menarik perhatiannya. Imitasi dapat terjadi contohnya cara berpakaian, model rambut, gaya bicara, cara bertingkah laku, dan sebagainya. Imitasi dapat bersifat positif jika mendorong seseorang untuk mempertahankan, melestarikan, serta menaati norma dan nilai yang berlaku.[6]
2.      Sugesti
 Sugesti adalah pandangan atau sikap seseorang yang kemudian diterima dan diikuti oleh pihak lain. Pihak pemberi sugesti biasanya adalah orang yang beribawa dan dihormati, seperti dokter dan psikiater. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak penerima sugesti sedang berada dalam keadaan kalut atau emosi yang tidak stabil sehingga menghambat daya pikirnya
3.      Identifikasi
 Identifikasi adalah keinginan seseorang untuk sama dengan orang lain. Sifat identifikasi lebih mendalam dari pada imitasi karena dalam proses ini kepribadian seseorang turut terbentuk. Proses identifikasi dapat berlangsung tanpasengaja atau dengan sengaja. Melalui identifikasi, diri seseorang seolah-olah menjadi pihak lain atau identik dengan tokoh idolanya. Prosesi identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang.
simpati adalah proses ketika seseorang merasa tertarik dengan pihak lain. Simpat akan dapat berkembang jika terdapat saling pengertian dari kedua belah pihak. Simpati disampaikan kepada seseorang pada saat-saat tertentu, bisa saat bergembira bisa pula saat bersedih.
Motivasi adalah dorongan yang diberikan kepada seseorang individu kepada individu lainnya. Motivasi bertujuan agar orang yang diberi motibasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan. Selain diberikan kepada individu, motivasi juga dapat diberikan individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, dan kelompok kepada individu.
6.      Empati
Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengindentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Misalnya, jika melihat seseorang mengalami kecelakaan dan luka berat. kita berempati seolah-olah juga ikut merasakan sakit orang tersebut. Dengan kata lain, kita memposisikan diri kita pada orang lain.

E.     Keterkaitan Antara Interaksi Dengan Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga
Keterkaitan antara interaksi dengan pengasuhan anak dalam keluarga terlihat sangat jelas, karena didalam pengasuhan orang tua sering kali mengajak anaknya untuk berkomunikasi, bercengkrama, bersosialaisa dan lain sebagainya. Untuk mejalin hubungan yang baik dengan anak-anaknya orang tua harus mampu meluangkan waktu dengan anak mereka. Karena dengan adanya interaksi anak dan orang tua akan menjadi hubungan yang lebih dekat dan harmonis. Interaksi terjadi karena adanya reaksi, dan adanya reaksi dari orang tua maka anak akan melakukan aksi.
Interaksi pengasuhan pada anak yaitu pola hubungan timbale-balik antara pengasuh/orang tua dan anak yang di asuh. Interaksi atau perilaku seorang anak sangat dipengaruhi oleh pola pengasuhan orang tua, jika pengasuhan orang tua baik maka anak akan menjadi individu yang baik begitupun sebaliknya jika orang tua melakukan pengasuhan yang kurang baik maka anak pun akan tumbuh menjadi individu yang kurang baik.
Tanpa adanya interaksi orang tua dengan anak akan menimbulkan kejenuhandan kejangguhan antara anak dengan orang tuanya, kurangnya komunikasi antara mereka. Namun disetia keluarga pastilah terjalin komunikasi antara anak dan orang tua dan anggota lainnya yang saling membutuhkan satu sama lain yang sering melakukuan percakapan dan lain sebagainya.
Mengasuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik dan ketika dewasa menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab. Mengasuh anak bukanlah dimulai saat anak dapat berkomunikasi dengan baik, tetapi dilakukan sendiri oleh orang tua sedini mungkin (sejak lahir).[7]
1.      Sejak lahir sampai 1 tahun
Dalam kandungan, anak hidup serba teratur, hangat, dan penuh penlindungan. Setelah dilahinkan, anak sepenuhnya bengantung terutama pada ibu atau pengasuhnya. Pencapaian pada tahap ini untuk mengembangkan rasa percaya pada lingkungannya. Bila rasa percaya tak didapat, maka timbul rasa tak aman, rasa ketakutan dan kecemasan. Bayi belum bisa bercakap-cakap untuk menyampaikan keingmnannya, ia menangis untuk menarik perhatian orang. Segala hal yang dapat mengganggu proses menyusui dalam hubungan ibu anak pada tahap ini akan menyebabkan terganggunya pembentukan rasa percaya dan rasa aman.
2.      Usia 1 – 3 tahun
Pada tahap ini umumnya anak sudah dapat berjalan. Ia mulai menyadari bahwa gerakan badannya dapat diatur sendiri, dikuasai dan digunakannya untuk suatu maksud. Tahap ini merupakan tahap pembentukan kepercayaan diri. Orang tua hendaknya mendorong agar anak dapat bergerak bebas, menghargai dan meyakini kemampuannya. Usahakan anak mau bermain dengan anak yang lain untuk mengetahui aturan permainan. Hal ini jadi dasar terbentuknya rasa yakin pada diri dan harga diri di kemudian hari.
3.      Usia 3 – 6 tahun,
Tahap ini anak dapat meningkatnya kemampuan berbahasa dan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang bertujuan, anak mulai memperhatikan dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya.
4.      Usia 6 – 12 tahun,
Pada usia ini teman sangat penting dan ketrampilan sosial mereka semakin berkembang. Hubungan mereka menjadi lebih baik dalam berteman, mereka juga mudah untuk mendekati teman baru dan menjaga hubungan pertemanan yang sudah ada.
5.      Usia 12 – 18 tahun,
Masa remaja bervariasi pada setiap anak, tapi pada umumnya berlangsung antara usia 11 sampai 18 tahun. Di dalam masa remaja pembentukan identitas diri merupakan salah satu tugas utama, sehingga saat masa remaja selesai sudah terbentuk identitas diri yang mantap.
Sejak anak masih ada didalam kandungan ibunya seorang ibu sudah melakukuan interaksi dengan buah hatinya, dengan mengajaknya berbcara dan lain sebagainya. Jadi hubungan interasi dengan pengasuhan orang tua sudah ada sejak anak dalam kandungan sampai anak lahir dan tumbuh dewasa serta mampu menjadi individu yang mandiri.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang posisi strategis bagi perkembangan kepribadian anak. keluarga yang ideal akan membentuk pribadi-pribadi anak-anak yang ideal pula dan pada akhirnya anak-anak yang ideal akan mewujudkan  masa depan masyarakat dan Negara yang ideal juga. Perwujudan kesejahteraan keluarga tidak terlepas dari pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga yaitu dalam suatu keluarga diharapkan ada suatu keharmonisan, hubungan yang penuh kemesraan dan kasih sayang yang merupakan dambaan setiap orang. Keharmonisan tersebut akan diperlihatkan melalui jalinan relasi baik yang bersifat fisik maupun relasi psikis.  Pengasuhan (parenting) keluarga pada anak-anak memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun sangat sedikit pendidikan formal mengenai tugas ini. Kebanyakan orang tua mempelajari praktek pengasuhan dari orang tua mereka sendiri. Sebagian praktik tersebut mereka terima, namun sebagian lagi mereka tinggalkan. Suami dan istri mungkin saja membawa pandangan yang berbeda mengenai pengasuhan ke dalam pernikahan.

B.     Saran
  1. Pengasuhan dalam keluarga tidak boleh di abaikan atau berjalan seadanya, namun pengasuhan adalah tugas utama didalam hidup berumah tangga dan jangan sampai kesibukan pekerjaan melupakan tugas pengasuhan.
  2. Konflik perkawinan, berbagai bentuk kekerasan, dan penggunaan hukuman harus dihindari dalam proses pengasuhan terhadap anak.
  3. Pemerintah, diharapkan dapat membuat kebijakan yang ketat  berupa perumusan undang-undang dalam hal pengasuhan keluarga pada anaknya karena apabila pengasuhan anak baik, maka akan tumbuh menjadi manusia yang baik dan berprestasi serta akan memajukan negara di masa mendatang.
  4. Sosialisasi pentingnya pola pengasuhan keluarga terhadap anak harus terus dilakukan baik oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah Syaiful Bahri. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga. (Jakarta :  Asdi Mahasatya. 2014)

Hermawati. Pendidikan keluarga. (Bandung :  Remaja Rosdakaria. 2014)

Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi(Edisi 9). Jakarta: Salemba Humanika. 2009)

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2007)

Wadyaningrum, Damayanti. (2010). Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi bagi Anggota Keluarga. Jurnal Ilmu KomunikasiFISIP UPN Yogyakarta 8 (3): 289-298.



[1] Djamarah Syaiful Bahri. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga. (Jakarta :  Asdi Mahasatya. 2014) h. 78
[2] Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi(Edisi 9). Jakarta: Salemba Humanika. 2009) h. 33
[3] Wadyaningrum, Damayanti. (2010). Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi bagi Anggota Keluarga. Jurnal Ilmu KomunikasiFISIP UPN Yogyakarta 8 (3): 289-298.
[4] Hermawati. Pendidikan keluarga. (Bandung :  Remaja Rosdakaria. 2014) h. 33
[5] Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2007) h. 15
[6] Djamarah Syaiful Bahri. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga. (Jakarta :  Asdi Mahasatya. 2014) h. 124
[7] Wadyaningrum, Damayanti. (2010). Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi bagi Anggota Keluarga. Jurnal Ilmu KomunikasiFISIP UPN Yogyakarta 8 (3): 289-298.

No comments:

Post a Comment