MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontiu, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah pertumbuhan dan
perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini
tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri
sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas
penggunaanya.
Dalam
hal ini, kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan, diantaranya tahap
secara moral, dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan
penting untuk dibahas, maka kita menguraikannya dalam bentuk struktur yang
jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulka.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
2.
Apa
saja faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan?
3.
Apa
saja prinsip-prinsip pertumbuhan?
4.
Ada
berapakah kebiasaan peserta didik?
C.
Tujuan penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian pertumbuhan dan perkembangn
2.
Untuk
mengetahui faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan
3.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip pertumbuhan
4.
Untuk
mengetahui beberapa kebiasaan peserta didik
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan merupakan
perubahan yang terjadi secara kuantitatif yang meliputi peningkatan ukuran dan
struktur. pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur
dengan berat, ukuran panjang, umur tulang, dam keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah
bertambah kemampuan atau skil dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan. perkembangan menyangkut adanya proses pematangan-pematangan sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang dengan
menurut caranya, sehingga dapat memenuhi fungsinya.[1]
Definisi pertumbuhan
dan perkembangan menurut para ahli sebagai berikut:
a.
C.P. Chaplin
mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran
dari bagian-bagian tubuh atau organisme sebagai suatu keseluruhan.
b.
A.E.
Sinolungan mengartikan pertumbuhan menunjuk pada kuantitatif, yaitu yang dapat
dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh.
c.
Menurut Hurlock
1960 menyatakan perkembangan sebagai rangkaian perubahan progesif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. perkembangan berarti
perubahan secara kualitatif. berkembang merupakan salah satu perubahan
organisme kearah kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur.
d.
Menurut Hasan
menyatakan perkembangan berarti segala perubahan kualitatif dan kuantitatif
yang menyertai pertumbuhan dan proses kematangan manusia. perkembangan
merupakan proses menyeluruh ketika idividu beradaptasi dengan lingkungannya.
perkembangan terjadi sepanjang kehidupan manusia dengan tahapan-tahapan
tertentu. perkembangan manusia dimulai sejak masa bayi sampai usia lanjut.
B. Faktor-faktor
yang mendasari pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
Tinggi rendahnya mutu hasil
perkembangan peserta didik terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut. (Ngalim
Purwanto, 1999: 55).
a.
Pembawaan
Pembawaan di tentukan oleh
sifat-sifat dan ciri-ciri yang di bawa sejak lahir.
b.
Kematangan
Tiap
orang dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ
(fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
c.
Pembentukan
Pembentukan
ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelejensi.
d.
Minat dan
pembawaan yang khas
Minat
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan
itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
e.
Kebebasan
Kebebasan
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah.
Perkembangan
anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam seluruh
dimensi yang ada dalam diri anak, baik dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi
emosi, kognitif (berpikir), dan dimensi spiritual. Dimensi-dimensi perkembangan
anak meliputi fisik, sosial, emosi, kognitif, dan spiritual berhubungan erat
satu sama lain. Perubahan dalam satu dimensi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
dimensi lain. Perkembangan dalam satu dimensi dapat membatasi atau
memfasilitasi perkembangan pada dimensi-dimensi lainnya (Sroufe, Cooper, &
DeHart 1992; Kostelnik, Soderman, & Whiren 1993 dalam Irwan Nuryana K,
2008).
Dari banyak refrensi disepakati bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan manusia dapat dirangkum seperti berikut ini :
1.
Jenis
Kelamin
2.
Penghasilan
3.
Polusi
4.
Etnis dan Agama
5.
Diet
6.
Warisan
Genetic
7.
Kondisi
Perumahan
8.
Pengalaman
Hidup (Kelahiran. Perkawinan, Kematian, Dan Perceraian)
9.
Harta
Atau Barang-Barang Yang Dimiliki
10. Ketenagakerjaan Atau Pengangguran
11. Hubungan Keluarga
12. Jumlah Dan Jenis Aktivitas Fisik
13. Pengalaman Pendidikan
14. Akses Kepelayanan Kesehatan Dan Kesejahteraan
15. Pengalaman Sakit Dan penyakit [2]
C. Prinsip-Prinsip
Penelitian Sutterly dan Donnely mengenai
proses pertumbuhan menghasilkan sepuluh prinsip dasar pertumbuhan. Beberapa
prinsip di antaranya ada yang menunjukkan kesamaan dengan yang di atas. (hukum
rekapitulasi)
1. Pertumbuhan
adalah Kompleks dan Semua Aspek-aspeknya Berhubungan Sangat Erat
Perubahan semua dimensi pertumbuhan
memilliki hubungan yang dinamis. Untuk dapat mengonseptualisasikan perkembangan
manusia secara seksama, kita harus menyadari lingkup yang luas dari berbagai proses
dan transformasi yang dapat terjadi secara simultan pada seorang individu.
Sebagai contoh kompleksnya pertumbuhan ialah anak yang gagal untuk tumbuh
karena kurangnya curahan kasih sayang dari ibunya. Hal ini menjelaskan bahwa
faktor emosional merupakan bagian yang integral dari proses pertumbuhan.
2. Pertumbuhan
Mencakup Hal-hal Kuantitatif dan Kualitatif
a.
Perubahan-perubahan
terjadi secara berangsur dan ada yang melalui penggantian sehingga memungkinkan
tubuh kita untuk tetap bertahan. Pertumbuhan yang terjadi secara
berangsur-angsur mengimbangi bagian-bagian yang hilang agar dapat tetap
berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya, anak tumbuh secara berangsur baik
tinggi maupun berat badannya, ia bertahan tumbuh walaupun ada bagian-bagian yang
terbuang dan hilang dalam bentuk urine, kotoran, keringat pada kulit, oksidasi
pada paru-paru, dan penggantian sel-sel yang rusak. Kejadian-kejadian itu
menggambarkan fakta bahwa organisme adalah suatu konfigurasi yang harus
terus-menerus berubah agar dapat terus bertahan. Pengetahuan tersebut merupakan
landasan untuk memahami pertumbuhan yang normal dan tidak normal, termasuk
kanker, mekanisme yang belum sepenuhnya dipahami melalui penelitian mutakhir
sekalipun.
b.
Pertumbuhan
terus terjadi melalui perkembangan dan integrasi sel dan jaringan yang berbeda,
dengan kapasitas fungsional khusus untuk aktivitas internal dan tidak Nampak
c.
Kematangan
adalah proses pertumbuhan yang mengubah organisme dalam arti mengganti dan menolak
apa yang telah dipelajari dan diperoleh sebelumnya untuk dapat menggantikannya
atau menyesuaikan-1.28 Perkembangan Peserta Didik nya dengan fungsi atau proses
yang baru yang lebih sesuai dengan ukuran, bentuk, dan fungsi yang sedang
tumbuh dan kapasitas-kapasitas lainnya yang sedang berkembang. Istilah
pertumbuhan dimaksudkan bukan hanya menunjukkan berangsurnya pertumbuhan tinggi
dan besarnya fisik. Pertumbuhan ini mencakup juga diferensiasi struktur dan
perubahan bentuk dan fungsi secara berkesinambungan. Hal ini akan jelas dengan
adanya urutan dalam proses pertumbuhan.
3. Pertumbuhan
adalah Proses yang Berkesinambungan dan Terjadi Secara Teratur
Semua dimensi pertumbuhan terjadi secara
teratur dan dalam urutan yang dapat diramalkan. Walaupun prosesnya terjadi
secara reguler dan teratur hasilnya tidak seragam. Fase-fase perkembangan
manusia terjadi penggandaan sel-sel (yang disebut incremental growth)
dan berlanjut dengan adanya perbedaan-perbedaan. Kekhususan menjadi sangat
perlu demi ketahanan sel-sel yang tumbuh secara cepat. Pertumbuhan berlanjut
dalam dan melalui sel-sel yang berbeda-beda serta membangkitkan jaringan dari
sistem organ.
Karena pertumbuhan merupakan proses yang
berkesinambungan dan teratur, kita dapat mengenal pola pertumbuhan bagi
kebanyakan anak. Setiap anak (kecuali yang mengalami kelainan) bergerak melalui
tahap-tahap yang sama dengan karakteristik yang manusiawi. Tahap-tahap ini
dihubungkan dengan aspek-aspek pertumbuhan seperti pengukuran fisik,
perkembangan organ-organ, dan kematangan fungsi perilaku. Keteraturan pola
perkembangan dari konsepnya jelas. Kematangan struktur dan badan dari berbagai
urutan akan berfungsi dengan karakteristik tertentu yang memungkinkan seseorang
berinteraksi dengan lingkungannya. Karena itu pola perilaku yang dihasilkan
akan muncul dalam urutan yang teratur, misalnya dalam perkembangan bahasa dan
perilaku sosial. Urutan normatif perkembangan motorik berlangsung sesuai dengan
struktur perkembangan fisik melalui rangkaian perubahan-perubahan yang terjadi
pada kematangan otot-otot, saraf, dan organ-organ. Dengan perkembangan yang
simultan (serempak) pada postur dan gerakan anak yang pada awalnya belum dapat
mengendalikan mata, tangan, dan jari-jarinya. Whipple (1966) mengatakan bahwa
perkembangan pada mata-tangan-mulut merupakan koordinasi dalam melihat, meraba,
menjangkau, dan menjajaki objek-objek. Pandangan yang hampa dan belum terarah
pada bayi yang baru lahir, menunjukkan bahwa otot-otot mata tidak terkoordinasi
pada waktu lahir. Koordinasi ini bertambah baik, dan pada usia tertentu bayi
sudah dapat melihat objek-objek yang dekat. Usia tiga bulan dia melihat dan
mengikuti objek-objek bergerak pada 180 derajat dan keadaan-keadaan
sekelilingnya. Usia empat bulan pandangannya sudah jelas dan mulai melihat
berbagai objek yang berbeda, terutama yang besar dan warna yang mencolok.
Badannya mulai bereaksi dan tangannya secara "global" menuju objek,
walaupun belum tentu berhasil menggapainya. Pada usia lima bulan bayi mulai
mencoba memfungsikan tangannya dengan batas gerak sampai sikut dan mulai
"membawa" objek ke mulutnya. Sungguh menarik untuk diperhatikan
perilakunya yang selalu memperhatikan tangannya sendiri. Tangan yang satu
memegang tangan yang lain, seolah-olah sebagai objek yang asing. Pada usia
tujuh bulan kedua tangannya sudah lebih difungsikan, dengan berlatih memegang
dan melepaskan pegangan.
Urutan-urutan normatif seperti itu terjadi
pula pada perkembangan-perkembangan kognitif, sosial, dan psiko sosial. Karena
perkembangan itu berkesinambungan, dari tahap yang satu akan beralih dengan
berpengaruh pada tahap berikutnya.
4.
Pada Pertumbuhan dan Perkembangan Terdapat
Keteraturan Arah
Pada awal pertumbuhan bayi pada manusia,
seperti juga spesies binatang, tumbuhlah bagian kepala yang kompleks dan besar
sedangkan pada masa pertumbuhan bayi yang pesat terdapat pada bagian badan.
Pada masa kanak-kanak pertumbuhan yang pesat terdapat pada bagian kaki.
Penguasaan bayi mengenal mata dan kepalanya
diperoleh pada tiga bulan pertama sejak kelahirannya, tiga bulan kedua
penguasaan pada bagian atas dan tangan, tiga bulan ketiga pada bagian-bagian
bawah. Gerakan-gerakan kaki pada tiga bulan keempat. Pada urutannya itu dapat
dilihat gerakan motorik dari kepala sampai ke kaki.
Perkembangan lain terjadi pada simetri kiri
dan kanan yang disebut perkembangan bilateral. Tanner (1965) menyatakan bahwa
manusia terdapat asimetri dalam simetri. Maksudnya, secara eksternal bagian
kiri (badan) manusia hampir menjadi cerminan bagian kanan; bagaimanapun secara
internal organ-organ tubuh seperti jantung, usus, dan hati adalah asimetri.
Sepintas lalu otak seolah-olah simetri. Sisi kiri otak mempunyai tanggung jawab
langsung untuk sisi kanan badan dan sebaliknya. Hasil dari kajian yang
dilakukan diketahui bahwa daerah bicara pada otak sebelah kiri lebih besar dari
yang kanan. Orang yang dominan tangan kanannya (tidak kidal) 1.30 Perkembangan
Peserta Didik mungkin menjadi norma pada manusia, karena daerah bicara berada
pada sisi kiri otak. Fakta menunjukkan bahwa kedua sisi otak tidak simetri,
baik ukuran maupun fungsinya. Penelitian yang berkelanjutan mungkin menemukan
bahwa apa yang nampaknya simetri pada perkembangan fisik tidak perlu simetris
pada fungsinya.
5.
Tempo Pertumbuhan Tidak Sama
Dari uraian terdahulu diketahui bahwa terdapat
urutan yang tertentu dan teratur pada proses pertumbuhan. Pada setiap anak
terdapat variasi umur dalam mencapai jenjang-jenjang pertumbuhan karena
kecepatan menjalani kehidupan antara seorang dan lainnya berbeda, walaupun
setiap orang melalui jalan yang sama. Anak yang telah berkembang secara
berkelanjutan sejak masa konsepsi, mengalami interupsi pada masa kelahiran dan
kehilangan berat badan, secara berangsur bertambah ukuran/besar dan beratnya.
Pemberian makan yang tidak memadai dan tidak semestinya akan memperlambat
pertumbuhan serta mungkin akan mengalami kesulitan asimilasi dan mencerna bahan
makanan.
Pertambahan berat badan yang terjadi secara
teratur merupakan salah satu indikasi terjadinya perkembangan yang normal
tetapi itu bukan satu-satunya ciri. Kita tidak dapat menentukan tempo
pertumbuhan anak hanya dengan melihat berat dan besarnya badan. Ukuran dan
kriteria yang baik tentang pertumbuhan adalah sistem rangka tubuh. Rangka tubuh
tumbuh mengikuti rencana perkembangan secara genetik yang terkontrol dan
digunakan sebagai indeks kecepatan pertumbuhan organisme. Dengan menggunakan
X-ray, osifikasi pada 29 tulang pergelangan dan tangan diketahui variasi yang
terdapat pada anak-anak yang sama usianya. Urutan osifikasi ini teratur dan
terjadi melalui tahap-tahap yang dapat diramalkan bila anak berada dalam
keadaan sehat. Menentukan umur rangka dan umur tulang merupakan hal yang sangat
berguna untuk mengukur kecepatan pertumbuhan dan kematangan fisiologis.
Dalam menggunakan setiap ukuran tentang pertumbuhan
akan terdapat variasi pada anak-anak yang seusia. Setiap anak secara individual
mempunyai pola pertumbuhan sendiri-sendiri. Meskipun pertumbuhan sama dengan
anak lain waktu terjadinya pertumbuhan akan sangat individual. Adalah lebih
penting untuk diketahui bahwa anak mempunyai hubungan yang konsisten dalam
tinggi dan beratnya dengan anak lain daripada hanya mengetahui bahwa dia itu
tinggi atau pendek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai
bagian tubuh tumbuh pada waktu dan kecepatan yang berbeda serta mencapai titik
maksimal pertumbuhan yang berbeda dari seluruh siklus kehidupan.
Dibandingkan dengan ukuran bagian badan
lainnya, kepala bayi yang baru lahir lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan kepala lebih pesat pada masa sebelum lahir (pranatal). Selama tahun
pertama pada saat pertumbuhan tulang belakang mendominasi, anak menjadi nampak
bulat dan gemuk. Pada saat anak mulai belajar berjalan kepala dan badannya
masih berat dan menyebabkan anak kelihatan pendek. Setelah tahun pertama
kakinya tumbuh lebih cepat dari pada bagian tubuh yang lain, sebagian lemak
menghilang. Penampilan anak prasekolah nampak kecil.
Makin lambat masa puber, makin lama pula
waktunya untuk mencapai pertumbuhan kaki yang pesat karena anak itu yang cepat
matang lebih pendek kakinya daripada yang lambat matang. Anak laki-laki, yang
matang lebih lambat dari anak perempuan, mempunyai dua sampai dua setengah
tahun lebih lama sampai mencapai kepesatan pertumbuhan kaki.
Adalah hal yang tidak baik dan tidak
menguntungkan baik bagi laki-laki maupun anak perempuan untuk memupuk
persaingan antara kedua jenis kelamin di sekolah karena anak perempuan
berkembang dua tahun lebih awal. Pada waktunya, anak laki-laki akan menyusul
ketinggalannya dan menjadi kuat.
Otot-otot tidak menjadi hilang kekuatannya
dengan bertambahnya umur, tapi akan berkurang bila tidak digunakan. Kekuatan
maksimum akan tercapai pada masa dewasa awal dan hanya akan dapat dipertahankan
dengan menggunakan atau memanfaatkannya. Beberapa ahli berpendapat bahwa untuk
menghitung proses penuaan yang normal diperlukan studi-studi deskriptif yang
lengkap. Suatu kajian tentang mekanisme penuaan dapat dimulai. Hasil-hasil
penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir mulai menantang konsep-konsep
penuaan. Trend terakhir dari penelitian mengenai aspek-aspek fisiologis penuaan
menunjukkan perubahan metode dan desain dari pada yang digunakan terdahulu. Hal
ini dapat mengubah dasar bimbingan dan perawatan. Penelitian yang dilakukan
Shock menunjukkan bahwa penelitian terdahulu tentang perbedaan usia biasanya
dilaksanakan terhadap subjek yang berusia tua di lembaga tempat mereka dirawat,
kemudian dibandingkan dengan temuan-temuan dari kelompok-kelompok 1.32
Perkembangan Peserta Didik siswa pendidikan kesehatan, perbedaannya didasarkan
atas usia. Penelitian saat ini mempertanyakan seberapa besar
perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai variabel seperti prestasi
belajar, pengalaman hidup, tingkat pendapatan, dan penyakit yang diderita.
7.
Kecepatan dan Pola Pertumbuhan Dapat
Dimodifikasi oleh Faktor-Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik
Faktor yang paling jelas mempengaruhi
pertumbuhan adalah nutrisi. Selain mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, nutrisi
ini mempengaruhi pencapaian kedewasaan. Anak yang makannya tidak bergizi dapat
dirangsang untuk mempercepat pertumbuhannya dengan memperbaiki gizinya. Dalam
keadaan kelaparan, pertumbuhan dapat terhambat dan masa puber akan tertunda,
tetapi bila kelaparan itu berakhir dengan memakan makanan yang semestinya,
pertumbuhan akan berlangsung semestinya pula. Dapat tidaknya seseorang mencapai
kurva pertumbuhan normal bergantung pada jangka waktu dan keparahan malnutrisi
yang dialaminya. Pertumbuhan dipengaruhi pula oleh kesehatan fisik dan
lingkungan.
Pertumbuhan, kesehatan, dan kemampuan mental
dapat pula dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh nutrisi awal. Di daerah-daerah
terbelakang dan serba kekurangan pertumbuhan bukan hanya lambat pada masa anak
dan remaja tetapi angka kematian anak dapat tinggi pula. Dari hasil penelitian
dapat dibuktikan pula bahwa faktor emosional mempengaruhi pertumbuhan. Bayi dan
anak kecil yang kurang mendapat kasih sayang ibunya akan sulit merespon atau
bertambah berat badannya.
D. Beberapa Kebiasaan
Peserta didik atau anak-anak pada umumnya
memiliki kebiasaan tertentu Kebiasaan itu biasanya nerupakan fenomena kembar.
Ada kebiasaan baik dan ada pula kebiasaan buruk. Ada kebinsaan baik. tetapi
sesekali mengesan kan kejengkelan Ada pula kebiasaan buruk yang dapat diubah
melalui pembelajaran. Beberapa kebiasaan dimaksud disajikan berikut ini : [4]
1. Kebiasaan
tidur (sleeping habits), Ada anak atau peserta didik yang tidurnya
sangat lelap. Ada juga yang gelisah, mimpi buruk, atau bersungut-sungut
ketika bangun bagi. Anak-anak atau peserta didik yang bisa tidur nyenyak,
biasanya cería dan bersemangat ketika bangun. juga benar-benar siap ketika mau
berangkat ke dan belajar di sekolah Mereka akan menghadapi pengalaman hidup
yang memuaskan. Ada juga anak yang insomnia alias susah tidur. Kalau ini
berlangsung temporal, misalnya, dua sampai tiga minggu, bukan tidak mungkin mereka
sedang mencoba mengatasi stres yang berlebihan atau tengah mencoba modifikasi
gaya hidup.
2. Kebiasaan
makan (eating habits). Ada anak yang doyan makan, ada
pula yang sulit. Ada yang makannya sangat banyak dan ada pula yang
sangat sedikit. Anak-anak yang terlalu banyak makan akan menghadani resiko kegemukan, sebaliknya anak yang sangat sedikit makan, bukan tidak mungkin kekurangan gizi, sakit-sakitan, dan berat badan di bawah standar. Anak-anak yang terlalu gemuk pun rentan dengan penyakit, banyak tidur, dan bukan tidak mungkin menjadi malas belajar dan lamban dalam bergerak.
pula yang sulit. Ada yang makannya sangat banyak dan ada pula yang
sangat sedikit. Anak-anak yang terlalu banyak makan akan menghadani resiko kegemukan, sebaliknya anak yang sangat sedikit makan, bukan tidak mungkin kekurangan gizi, sakit-sakitan, dan berat badan di bawah standar. Anak-anak yang terlalu gemuk pun rentan dengan penyakit, banyak tidur, dan bukan tidak mungkin menjadi malas belajar dan lamban dalam bergerak.
3. Kebiasaan
ke toilet (toilet habits). Adakalanya anak bermsalah dengan
usus atau kandung kemihnya. Adakalanya mereka tidak teratur dalam
pola makan dan minumnya, sehingga terpaksa keluar masuk toilet
sekolah, ketika seharusnya belajar secara sungguh-sungguh. Tetapi,
bukan tidak mungkin juga anak menyalahgunakan toilet untuk mem-
buka catatan dalam rangka menjawab soal-soal ujian, bukan?
usus atau kandung kemihnya. Adakalanya mereka tidak teratur dalam
pola makan dan minumnya, sehingga terpaksa keluar masuk toilet
sekolah, ketika seharusnya belajar secara sungguh-sungguh. Tetapi,
bukan tidak mungkin juga anak menyalahgunakan toilet untuk mem-
buka catatan dalam rangka menjawab soal-soal ujian, bukan?
4. Rentang
emosi (range of emotions). Secara emosional anak-anak sangat beragam. Ada yang
menunjukkan kemarahan, frustrasi, kesedihan, kegelisahan, uring-uringan, dan
sebagainya. Sebaliknya, ada juga yang menunjukkan antusiasme, semangat, cinta
kasih, dan sebagainya. Ada juga yang menunjukkan rentang emosi secara silih
berganti, dari yang cenderung negatif ke potitif atau sebaliknya. Seorang anak
yang emosinya tidak bervariasi, misalnya, nyaris selalu marah atau murung biasanya
berada dalam kesulitan. Sebaliknya, kalau antusiasmenya. Perkembangan Peserta Didik terlalu
tinggi bukan tidak mungkin tampilannya mengesankan teriau agresif, tidak sabar,
dan sulit dikendalikan kehendaknya.
5. Persahabatan
(riendship), Seorang anak yang menjalani kondisi "serba enak" atau
tidak pernah mengalami masalah dalam perkembangannya seringkali tidak cukup
kompetitif secara sosial. Tentu saja, anak yang selalu bermasalah lebih sulit
menjalin persahabatan. Seorang anak yang takut pada teman sebaya atau mengklaim
superioritas atas teman temanya, atau meragukan kemampuannya pun sering
bermasalah dalam persahabatan.
6. Variasi
dalam bermain (variations in play). Ada anak yang bermainmya berlebihan, ada
pula yang kurang waktu atau kesempatan bermain. Anak-anak yang terlalu asyik
bermain, mungkin akan mengabaikan pelajaran. Sebaliknya, anak-anak yang tidak
ada variasi mainan, bukan tidak mungkin menderita kejenuhan. Anak-anak yang
marmpu meng kombinasikan belajar dan bermain dalam kadar yang cukup. Biasanya hidupnya
lebih damai.
7. Respon
atas otoritas (response to authority). Ada anak yang menerim baik otoritas
orang dewasa atau gurunya, ada pula yang memberontak Anak-anak yang mandiri,
biasanya kurang menerima kekuatan otoritas Sebaliknya, anak-anak yang menjadi
pengikut yang baik, biasanya sangat tergantung pada pihak yang memiliki
otoritas atau lebih kuasa. Anak-anak yang tidak menerima otoritas sesekali
melakukan perlawanan, mementingkan diri sendiri. protes, dan menunjukkan keberatan.
Jika orang dewasa atau guru mampu memberikan pemahaman yangcukup biasanya
muncul proses sosialisasi yang sehat. Keberterimaan mereka atas kehadiran orang
dewasa biasanya akan menghilangkan kecemasan yang berlebihan
8. Rasa
ingin tahu (curiosity). Seringkali peserta didik tertentu kadang- kadang
menunjukkan rasa ingin tahu. petualangan, dan bahkan cenderung merusak. Seorang
peserta didik yang tidak pernah merasa puas akan apa yang telah diketahuinya
sekarang, selalu mengembangkan rasa ingin tahu. Sebagian dari rasa ingin
tahunya itu dipenuhinya dengan caranya sendiri, sebagian lagi ingin
diperolehnya dengan cara bertanya kepada guru atau orang dewasa. Peserta didik
semacam ini sering juga tekun namun baik, pembelajar yang sangat "menjengkelkan"
ketika guru atau orang dewasa selalu dijejali dengan pertanyaan yang aneh-aneh
yang kadangkala sulit dijawab. Terlepas dari semua itu, rasa ingin tahu
merupakan awal dari akuisisi penge- tahuan. Sebaliknya, peserta didik yang
sangat rendah rasa ingin Hakikat Pertumbuhan dan Perkembanganahunya, biasanya
statis, kurang pergaulan, dan memiliki pengetahuan yang terbatas.
9. Minat
(interest). Adakalanya anak atau pescrta didik tersebut terlibat, menyerap, dan
tertarik pada sesuatu di luar dirinya-sendiri? Penekanan di sini adalah pada
keterlibatan berkelanjutan dalam "kegialan daripada di passivities"
seperti menonton televisi. Seorang anak prasekolah yang tidak bisa menjadi
"tenggelam" dalam suatu kegiatan atau yang jarang tinggal bersama
sebuah "proyek" sampai selesai mungkin membutuhkan bantuan.
10. Afeksi
spontan (spontaneous affection). Sebagian anak bisa meng- eksperesikan afeksi
atau kecintaan antarsesama secara spontan dan bertanggungjawab, namun sebagian
lagi cenderung tidak peduli dengan sesama. bahkan mengesankan antisosial.
Kriteria ini merujuk pada deklarasi cinta spontan, meski tidak selalu bisa
ditemukan kondisi seperti itu. Memang demonstrasi kasih sayang itu bervariasi
di antara keluarga dan budaya dan harus diperhitungkan pada kriteria ini. Namun
demikian, dalam budaya tertentu cara yang tepat bagi seorang anak agar berkembang
pesat dalam mengungkapkan kasih sayang ditentukan oleh cara kepengasuhan dan
kesenangan vang mendalam. Tentu saja ekspresi kasih sayang atau afeksi yang
berlebihan sangat mungkin menjadi Sinyal keraguan, karena bukan tidak mungkin
bersifat kebablasan atau proteksi yang keterlaluan.
11. Kenikmatan
hidup (enjoyment of the good things of life). Sebagian besar anak atau peserta
didik menikmati "hal-hal yang baik dalam hidup ini", sebagian lagi
kurang merasakannya. Banyak anak atau peserta didik berpeluang untuk bermain
dengan orang lain atau temannya, piknik. pesta, festival, dan mengunjungi
tempat-tempat baru, serta menjelajahi permainan baru yang merupakan bagian dari
kehidupan yang baik. Sebagian lagi justru tidak mempunyai peluang untuk itu.
Jika seorang anak memiliki masalah seperti rasa malu, takut anjing, atau tidak menyukai
makanan, tentu saja masalahnya tidak begitu parah jika kemudian mereka mampu
mengatasi masalah itu. Orang tua dan guru harus mampu mewujudkan kenikmatan
hidup bagi anak atau peserta didik, tentu dalam batas-batas yang tidak
berlebihan dalam takaran kultur dan nilai-nilai edukasi.
Guru dan orang tua mengambil
peran penting dalam pembinaan dan pengembangan kebiasaan itu. Keberhasilan
mewujudkannya berarti mendorong kesejahteraan anak atau peserta didik dalam
takaran dan pengendalian yang wajar. Inisiatif untuk itu harus dilakukan dengan
pertimbangan kondisi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan demikian,
perkembangan tidak hanya dilihat dari aspek fisiknya saja melainkan dilihat dan
dipahami juga aspek psikisnya karena pada hakekatnya perkembangan anak berjalan
seiring dengan perkembangn aspek fisik dan psikis sehingga para orang tua dan
tenaga pendidik dapat memahami karakteristik anak-anak serta dapat
memaksimalkan potensi anak-anak sejak dini.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di
atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat di
pertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengaharapkana kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2013 Perkembangan
Peserta Didik. Bandung : Alfabeta
Sumantri. Mulyani dan nana
syaodi. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka
Sunarto dan Agung Hartono.2008.Perkembangan
Peserta Didik . Jakarta : Rineka cipta
Fauziah. RSP dan RK
Rusli. Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928.Vol 4. Nomor 2, Oktober 2013.
Diakses Pada Tanggal 17 September 2019
[2] Fauziah. RSP dan RK
Rusli. Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928.Vol 4. Nomor 2, Oktober 2013.
Diakses Pada Tanggal 17 September 2019
[3] Sumantri. Mulyani dan nana syaodi. 2008. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : Universitas Terbuka
No comments:
Post a Comment