1

loading...
Showing posts with label MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK. Show all posts
Showing posts with label MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK. Show all posts

Wednesday, January 29, 2020

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK “Pengertian dan kebutuhan peserta didik”


MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Pengertian dan kebutuhan peserta didik



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Salah satu komponen sistem pendidikan yang paling penting adalah adanya peserta didik, peserta didik merupakan komponen sangat penting dalam sistem pendidikan. Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu di lingkungan keluarga. Sebagai peserta didik juga harus memahamihak dan kewajibannya serta melaksanakanya.
Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakkukan ataupun harus dilaksanakan oleh peserta didik. Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri peserta didik  terhadap peserta didik itu sendiri. Dan peserta didikpun dapat mengenali potensi yang mereka miliki.

B.       Rumusan Masalah
     1.      Apa yang dimaksud dengan Peserta Didik ?
     2.      Apa saja yang dibutuhkan Peserta Didik ?
     3.      Sebutkan hak dan kewajiban Peserta Didik ?
     4.      Bagaimana karakteristik Peserta Didik yang sukses ?

C.      Tujuan
      1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Peserta.
      2.      Untuk mengetahui apa saja kebutuhan Peserta Didik.
      3.      Untuk mengetahui hak dan kewajiban Peserta Didik.
      4.      Untuk memahami karakteristik Peserta Didik.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Peserta Didik
            Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari kemajuan yang sederhana ke keterampilan yang lebih kompleks melalui proses belajar. Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan kemampuan perhatian dalam semua transformasi yang disebut pendidikan.
            Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal. Tidak ada peserta didik, tidak ada guru. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karenanya, kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang di lembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik. Tentu saja, optimasi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diragukan perwujudannya, tanpa kehadiran guru yang professional.
            Didalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS), peserta didik di definisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, pada jenjang pendidikan dan jenis penddikan tertentu. Peserta didik juga dapat didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejeumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri dari tiga kategori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
            Terdapat banyak sebutan yang berkaitan dengan “pesera didik” ini, sesuai dengan konteksnya. Misalnya, sebutan siswa, pelajar, atau murid popular untyk mereka yang belajar di sekolah menengah ke bawah. Sebutan “warga belajar” untuk mereka yang belajar pada lembaga PNF. Santri adalah istilah bagi siswa pada jalur pendidikan pesantren. Sebutan mahasiswa untuk mereka yang belajar di perguruan tinggi. Apa pun sebutannya, ada hal-hal yang esensial mengenai hakikat peserta didik.
1.      Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar kognitif atau intelektual, afektif, dan psikomotorik.
2.      Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi perkembangan dan pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.
3.      Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi, dan dunianya sendiri, bukan sekadar miniature orang dewasa.
4.       Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang harus dipenuhi, baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal-hal tertentu banyak kesamaannya.
5.       Peserta didik merupakan manusia bertanggungjawab bagi proses belajar pribadi dan menjadi pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat.
6.      Peserta didik memiliki daya adaptabilitas di dalam kelompok sekaligus mengembangkan dimensi individualitasnya sebagai insan yang baik.
7.       Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan kelompok, seta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari orang dewasa, termasuk gurunya.
8.      Peserta didik merupakan insanyang visioner dan proaktif dalam menghadapi lingkungannya.
9.      Peserta didik sejatinya berperilaku baik dan lingkunganlah yang paling dominan untuk membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.
10.   Peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang meski memiliki aneka keunggulan, namun tidak akan mungkin bisa berbuat atau dipaksa melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya.
            Kajian mengenai hakikat peserta didik dapat dilihat dari aneka tilikan filosofis dan teoritis. Pandangan psikoanalitik melihat peserta didik sebagai insan digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.
B. Kebutuhan Peserta Didik                                         
            Peserta didik merupakan insan yang memiliki aneka kebutuhan. Asosiasi nasional sekolah menengah (national association of high school) amerika serikat (1995) mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik dilihat dari dimensi pengembangannya, yaitu seperti berikut ini.
1.      Kebutuhan intelektual, di mana peserta didik memiliki rasa ingin tahu, termotivasi untuk mencapai prestasi saat di tantang dan mampu berpikir untuk memecahkan masalah-masalah yg kompleks.
2.      Kebutuhan sosial, dimana peserta didik mempunyai harapan yang kuat untuk memiliki dan dapat diterima oleh rekan-rekan mereka sambil mencari tempatnya sendiri didunia nya. mereka terlibat dalam membutuk dan menpertanyakan identitas meraka sendiri pada berbagai tingkatan.
3.      Kebutuhan fisik, dimana perserta didik “jatuh tempo” perkembangan pada tingkat yang berbeda dan mengalami pertumbuhan tingkat mengalami pertumbuhan yang cepat dan tidak beraturan. Pertumbuhan dan perubahan fisik atau tubuh menyebabkan gerakan mereka ada kalanya menjadi canggung dan tidak terkoordinasi.
4.       Kebutuhan emosional dan psikologis, dimana peserta didik rentan dan sadar diri, dan sering mengalami “mood swings” yang tidak terduga.
5.      Kebutuhan moral, diaman peserta didik idealis dan ingn memiliki kemauan kuat untuk membuat dunia dirinya dan dunia diluar dirinya menjadi tempat yang lebih baik.
6.      Kebutuhan komodivinous, dimana peserta didik mengakui dirinya sebagai mahluk yang berketuhanan atau mahluk homoreligius/ insan yang beragama.
            Karakteristik peserta didik adalah totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi sebagai hasil dari interaksi antara pembawaan dan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitasnya dalam mewujudnlkan harapan dan meraih cita-cita. Ada 4 hal dominan dari karakteristik siswa yaitu :
1. kemampuan dasar, misalnya, kemampuan kognitif atau intelektual, efektif, dan psikomotor.
2. latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama, dsb.
3. Perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dan lain lain.
4. cita-cita, pandangan kedepan, kenyakinan diri, daya tahan, dan lain lain.  
C. Hak dan Kewajiban Peserta Didik
Pererta didik memiliki hak dan kewajiban tertentu. Hak dan kewajiban diatur dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Didalam UU ini disebutkan bahwa setiap peserta didik saruan pendidikan berhak :
1.      mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh peserta didik yang seagama.
2.      mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
3.      mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
4.      mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayainya.
5.      pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara.
6.      menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetepkan.
            Dilihat dari dimensi etis, peserta didik pun memiliki beberapa kewajiban :
1.      Mematuhi dan menjunjung tinggi semua aturan dan peraturan-peraturan berkenaan dengan operasi yang aman dan tertib di sekolah.
2.      Menghormati dan mematuhi semua anjuran yang bersifat edukatif dari kepala sekolah, staf sekolah, guru, dan para pihak yang terhubung dengan sekolah.
3.      Menghormati sesama peserta didik.
4.      Menggunakan bahasa yang baik dan benar.
5.      Ikut bekerja sama dalam menjaga gedung, fasilitas, dan barang-barang milik sekolah.
6.      Menjaga kebersihan ruang kelas, sekolah, dan lingkungannya.
7.      Menunjukkan kejujuran, kesopanan, dan kebaikan dalam hubungan dengan sesama siswa, anggota staf, dan orang dewasa.
8.      Hadir dan pulang sekolah tepat waktu, kecuali dalam keadaan khusus, seperti sakit dan keadaan darurat lainnya
D. Karakteristik Peserta Didik yang Sukses
            Pendidik tidak hanya dituntut memahami perkembangan peserta didiknya. Mereka juga harus mengetahui apa yang diperlukan oleh peserta didiknya untuk sukses dalam menempuh proses belajar di sekolah. Dengan memahami perkembangan peserta didik pendidik tahu apa yang baik dan apa yang tidak baik dari mereka. Pendidik juga harus memahami karakteristik dari peserta didik, adapun karakterisrik yang harus dipahmi oleh pendidik agar menghasilkan peserta didik yang sukses yaitu:
1. menghadiri semua sesi kelas dan acara di dalam maupun di luar kelas secara teratur dan tepat waktu.
2. menjadi pendengar yang baik dan melatih diri untuk memusatkan perhatian.
3. memanfaatkan peluang pembelajran ekstra yang di tawarkan.
4. melakukan hal yang bersifat obesional dan sering menantang tugas baru ketika banyak siswa lain justru menghindarinya.
5. berdiskusi dengan guru lainnya untuk mendapatkan pengalaman yang bermakna.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal. Tidak ada peserta didik, tidak ada guru. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karenanya, kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang di lembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik. Tentu saja, optimasi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diragukan perwujudannya, tanpa kehadiran guru yang professional.
Terdapat beberapa kebutuhan peserta didik yakni, kebutuhan intelektual, kebutuhan sosial, kebutuhan fisik, kebutuhan emosional dan psikologis, kebutuhan moral dan kebutuhan homodivinous. Serta ada empat karakteristik peserta didik yakni, kemampuan dasar, latar belakang kultural lokal, perbedaan-perbedaan kepribadian dan cita-cita.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Endang, Rosita. dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. (Yogyakarta: Universitar Negeri Yogyakarta).
Suparmin, Mamin. 2010. Jurnal Ilmiah SPIRIT: Makna Perkembangan Peserta Didik. Vol. 10. No.2.
Danim, Sudarman. 2013. Perkembangan Peserta Didik. (Bandung:Alfabeta).
Rita Eka Izzaty. 2008. Modul Perkembangan Peserta Didik. (Yogyakarta: UNY Press).
Prastowo, Andi. 2014. JPSD: Pemenuhan Kebutuhan Peserta Didik. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Vol. 1. No. 1.

Tuesday, December 17, 2019

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK“Implikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelengaraan Pendidikan”


MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKImplikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelengaraan Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sebelum memberikan penjelasan tentang Implikasi Karakteristik Peserta Didik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, kita terlebih dahulu membahas persuku katanya untuk lebih jelasnya.
Implikasi berarti keterlibatan atau hubungan, karakteristik bisa diartikan sebagai ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu. Dari kedua kata tersebut kita dapat melanjutkan bahasan materi ini adalahh bisa dikatakan sebagai keterlibatan/hubungan sifat-sifat yang dimiliki oleh peserta didik untuk kelangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Dalam bahasan nanti kami akan menjelaskan berbagai implikasi yang berkaitan terhadap penyelenggaraan pendidikan, seperti faktor fisik, faktor intelektual, faktor bakat khusus, faktor sosial-kultural, faktor komunikasi dan faktor perkembangan peserta didik.
B.       Rumusan Masalah
      1.      Bagaimana Implikasi Faktor Fisik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan ?
      2.      Bagaimana Implikasi Faktor Intelektual terhadap Penyelenggaraan Pendidikan ?
      3.      Bagaimana Implikasi Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan ?
      4.      Bagaimana Implikasi Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan ?
       5.      Bagaimana Implikasi Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan ?
   6.      Bagaimana Implikasi Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan ?
C.      Tujuan
      1.      Untuk Memahami Implikasi Faktor Fisik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
      2.      Untuk Memahami Implikasi Faktor Intelektual terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
      3.      Untuk Memahami Implikasi Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
     4.      Untuk Memahami Implikasi Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
    5.      Untuk Memahami Implikasi Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
    6.      Untuk Memahami Implikasi Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Implikasi Faktor Fisik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya : tempat untuk pelaksanaan pendidikan yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olahraga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstrakurikuler kelompok olahraga, beladiri, dan sejenisnya.
B.     Implikasi Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran, yang penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual tersebut. Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila:
       1.      Pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan mampu.
      2.      Pendidik mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
     3.      Pendidik memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak.
Teori Piaget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukkan bahwa aktivitas adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap perkembangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektual.
Model Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan belajar sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peserta didik untuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :
      1.      Menciptakan interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
     2.      Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menunjang perkembangan intelektual anak.
    3.      Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik.
    4.      Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui massa-media cetak maupun menyediakan situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.
C.    Implikasi Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain :
    1.      Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun fisiologis.
   2.      Dilakukan usaha menumbuhkembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukan usaha di kalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara terpadu.
   3.      Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik yang memiliki bakat khusus menonjol.
D.    Implikasi Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang tua dan mengarahkan perhatiannya pada lingkungan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sebayanya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
    1.      Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
    2.      Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menaggulangi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun.
    3.      Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.
E.     Implikasi Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik. Persoalannya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik ? Beberapa hal di bawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
      1.      Memberi Penjelasan
Dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik (yang berkaitan dengan iptek), hendaknya:
a)      Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.
b)      Memberi penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah baik disengaja maupun tidak.
c)      Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan baik.
d)     Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
e)      Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
f)       Memeriksa kembali penjelasan apakah semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
     2.      Mengajukan Pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan pengertian. Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
a)      Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dengan maksud agar peserta didik yang lain mengetahui secara jelas masalah yang ditanyakan.
b)      Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
c)      Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
d)     Merespon pertanyaan dengan baik.
      3.      Memberikan Umpan Balik
Dengan umpan balik akan diketahui apakah komunikasi dua arah sudah tercapai dengan baik atau belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar kepada peserta didik atau sebaliknya.
F.     Implikasi Pertumbuhan, Perkembangan, atau Kematangan Peserta Didik Terhadap  Penyelenggaraan Pendidikan
Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan. Keberadaan dua faktor tersebut tidak bisa dipisakan satu sama lainnya karena kenyataannya kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam operasionalnya.
Atas dasar sedikit informasi tersebut di atas, maka dapatlah ditarik beberapa
butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut :
      1)      Pertumbuhan dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu.
    2)      Interaksi manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
     3)      Dalam interaksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga.
   4)      Atas dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik terutama orang tua, maka anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
   5)      Setelah umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang lain.
   6)      Kematangan sosial merupakan landasan bagi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam lingkungan sosial tersebut.
    7)      Kematangan emosional melandasi kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi perasaannya.
  8)      Kematangan jasmani merupakan dasar yang melandasi semua kematangan sebagimana dimaksudkan di atas.
    9)      Pendidik yang berkecimpung dalam pengasuhan anak dalam perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
    10)  Hasil-hasil belajar yang mendasari hidup bermasyarakat banyak dicapai oleh
anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
    11)  Iklim emosional yang menjiwai keluarga itu meliputi: hubungan emosional antara keluarga, kadar kebebasan menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
   12)  Seorang anak dimana anak sekolah adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
   13)  Pada umumnya anak masa sekolah dan masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang semakin kuat dan sehat. Sedangkan dalam segi rohani ia mengalami perkembangan pengetahuan dan kemampuan berpikir yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat belajar yang sehat serta ingatan yang kuat.
   14)  Pemahaman guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.
    15)  Karakteristik umum pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah ditandai dengan kegelisahan, pertentangan, keinginan mencoba segala sesuatu, menghayal dan aktivitas berkelompok.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari bahasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Implikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan yang ada dan berkembang merupakan suatu keterkaitan beberapa faktor yang mempengaruhi sifat-sifat khusus para peserta didik dalam hal ini siswa dan mahasiswa untuk berlangsungnya suatu pendidikan yang formal dan baik.
Faktor-faktor yang berjalan baik ataupun dimiliki dengan baik, maka penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ini mungin dapat sesuai dengan ketentuan dan kurikulum yang berlaku. Apabila terjadi salah satu dari faktor-faktor tersebut buruk yang dimilki oleh peserta didik ataupun pendidik, mungkin akan terjadi beberapa masalah yang akan dihadapi oleh peserta didik atau pendidik untuk menyelenggarakan suatu pendidikan yang baik dan berkualitas serta dianggap sesuai dengan budaya bangsa kita.
B.     Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih dipertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menggapai terhadap kesimpulan dari bahasa makalah yang telah dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Mulyani. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Endang, Rosita. dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. (Yogyakarta: Universitar Negeri Yogyakarta).
Suparmin, Mamin. 2010. Jurnal Ilmiah SPIRIT: Makna Perkembangan Peserta Didik. Vol. 10. No.2.
Danim, Sudarman. 2013. Perkembangan Peserta Didik. (Bandung:Alfabeta).
Rita Eka Izzaty. 2008. Modul Perkembangan Peserta Didik. (Yogyakarta: UNY Press).